Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AUDITING II

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS


PENJUALAN DAN PENAGIHAN : PIUTANG USAHA

Dosen Pengampu : DR. DR. H. AFRIZAL, SE, M.Si.,Ak.CA


Disusun oleh :

kelompok 9

Devi Lezia Ardianti (RRC1C017018)

Yuni Astita Br Siregar (RRC1C017002)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (RM)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. makalah ini
membahas tentang ”menyelesaikan pengujian dalam siklus penjualan dan penagihan:
piutang usaha”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT,
Penulis telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin. Akan tetapi penulis sadar,
tak ada gading yang tak retak, begitu juga makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran demi perbaikan makalah ini akan penulis sambut dengan senang
hati agar lebih sempurna dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Jambi, 20 Agustus 2019

penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…..………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang……………………………………………………………………1

rumusan masalah ………………….……………………………………………..1

tujuan..……………………………………………………………………………1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metodologi untuk merancang Pengujian atas rincian saldo ……………….2

2.2 Merancang pengujian atas rincian saldo........................................................6

2.3 Konfirmasi piutang usaha …………………………………………………10

2.4 pengembangan pengujian program audit yang terinci……………………..14

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………........15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah proses audit terdapat proses pengujian, diantaranya adalah pengujian
pengendalian dan pengujian substantive atastransaksi pada siklus penjualan dan penagihan.
Kedua jenis pengujian tersebut merupakan bagian dari tahap II dalam proses audit. Setelah
memahami kedua pengujian tersebut maka proses audit selanjutnya adalah melanjutkan
ketahap III dan berfokus pada prsedur analitis substantive dan pengujian perincian saldo
dalam siklus penjualan dan penagihan. Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa
pentingnya bagi auditor untuk memilih bukti yang tepat dalam melakukan verifikasi saldo
akun terhadap siklus penjualan dan penagihan, setelah menentukan batas salah saji yang
dapat diterima, menjalankan prosedur identifikasi risiko untuk menilai risiko pengendalian
dan risiko yang tak terhindarkan, serta melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi. Dalam siklus penjualan dan penagihan ini akan membahas
mengenai desain untuk prosedur analisis substantive dan pengujian perincian saldo dari dua
akun kunci neraca pada siklus tersebut, yaitu piutang dagang dan cadangan kerugian
piutang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengujian piutang usaha

2. Bagaimana merancang pengujian atas rincian saldo

3. mengetahui pengertian konfirmasi piutang usaha

4. mengetahui pengujian program audit yang terinci

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana pengujian piutang suatu usaha

2. Mengetahui bagaimana cara merancang pengujian atas rincian saldo dan mengevaluasi
konfirmasi piutang usaha
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

Metodologi Yang diikuti auditor dalam merancang pengujian atas rincian saldo yang
tepat bagi piutang usaha adalah sebagai berikut :

Tahap 1:

 mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha

 menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk
piutang usaha

 menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan

Tahap 2 :

 merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substansif


atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan

Tahap 3 :

 merancang dan melakasanakan prosedur analitis untuk piutang usaha

 merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo : prosedur audit, ukuran sample, item yg dipilih, dan
pemetapan waktu.

Usaha ( accounts receivable balance-related audit objectives) dan adalah sebagai berikut :
 Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dan
totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum.
(detail tie-in)

 Piutang usaha yang dicatat ada. (keberadaan)

 Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (kelengkapan)

 Piutang usaha sudah akurat. (keakuratan)

 Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasikan)

 Pisah batas piutang usaha sudah benar. (pisah batas)

 Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (nilai realisasi)

 Klien memiliki hak atas piutang usaha. (hak)

Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti mencantumkan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo. Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada dalam baris untuk
membantu menilai risiko deteksi yang direncanakan bagi piutang usaha, menurut tujuannya.

Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko auditor yang
memberikan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Ketika mengevaluasi risiko
inheren dan bukti yang direncanakan untuk piutang usaha, auditor akan
memepertimbangkan resiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha. Sebagai contoh,
sebagai akibat dari perubahan yang buruk pada lingkungan ekononi industri, auditor dapat
meningkatkan resiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.

Pertama auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materilitas


laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan kesetiap akun neraca yang disignifikan termasuk piutang usaha. Alokasi ini
disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi (setting tolerable misstatement).
Secara khusus piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material dalam laporan
keuangan perusahaan yang melakukan penjualan kredit. Bahkan untuk saldo piutang yang
kecil sekalipun, transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan yang mempengruhi saldo
piutang usaha hampir pasti sangat disignifikan.
Ketika menilai resiko inheren bagi setiap tujuan untuk akun-akun seperti piutang usaha,
auditor mempertimbangkan resiko bisnis klien dan sifat klien serta industrinya. SAS 99
mengindikasikan bahwa auditor harus mengidentifikasi secara formal resiko kecurangan
tertentu menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini mungkin akan mempengaruhi
penilaian resiko inheren oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut : keberdaan atau eksitensi,
pisa batas penjualan, serta pisa batas terur dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa
klien untuk menyalah sajikan pisah batas balik karena kesalahan maupun melalui kecurangan
juga merupakan hal yang biasa bagi klien untuk menyalah sajikan secara tidak sengaja atau
secara sengaja atau curang penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi) karena sulit
menentukan saldo yang benar.

Bagi sebagian besar perusahaan pengendalian internal terhadap penjualan dan


penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena
manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan
baik dengan pelanggan. Auditor terutama harus memperhatikan tiga aspek pengendalian
internal :

1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan

2. Pengendalian terhadap pisa batas

3. Pengendalian terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih

Sebenarnya kita telah mempelajari tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi siklus
penjualan dan penagihan. Auditor harus menghubungkan resiko pengendalian untuk tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
dalam memutuskan resiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi
pengujian atas rincian saldo. Sebagian besar hubungan ini bersifat langsung. Gambar 16-2
Menunjukkan hubungan dari dua kelas transaksi utama dalam siklus penjualan dan
penagihan. Sebagai contoh, asumsi auditor menyimpulkan bahwa resiko pengendalian baik
untuk transaksi penjualan dan penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang
berkaitan dengan trasaksi keaukuratan. Karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa
pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo keakuratan untuk utang usaha
sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi piutang usaha adalah
penjualan dan penerimaan kas. Tentu saja, jika retur dan penjualan serta penghapusan
piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian resiko pengendalian juga harus
dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.

Dua aspek yang hubungan yang disajikan gambar 16-2 perlu disinggung secara khusus :

1. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian


mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksitensi atau keberadaan. Akan
tetapi, untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan. Contoh, pencatatan
penjualan yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi-keterjadian dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksitensi (keduanya
lebih saji). Pencatatan penerimaan kas yang sebenarnya tidak ada melanggar baik tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk piutang usaha, karena piutang yang
masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam catatan.

2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta tujuan yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penilaian risiko pengendalian
untuk kelas transaksi. Agar penilaian resiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut ada dibawah
maksimum, auditor harus mengidentifikasi dan menguji pengendalian secara terpisah demi
mendukung tujuan-tujuan tersebut.

Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan dalam tahap pengujian yang terinci
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Jadi masih
diperbolehkan melakukan prosedur analitis yang ekstensif sebelum klien mencatat semua transaksi
selama tahun tersebut dan menyelesaikan laporan keuangan nya.

Tabel 16-1 menyajikan contoh-contoh rasio serta perbandingan untuk siklus penjualan
dan penagihan serta salah saji potensial yang dapat diungkapkan oleh prosedur analitis.

Pengujian atas rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor pada kertas kerja
perencanaan bukti. Risiko deteksi yang direncanakan untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan piutang usaha ditunjukan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut
merupakan keputusan subjektif yang dibuat oleh auditor setelah mengkombinasikan
kesimpulan yang dicapai mengenai setiap faktor yang tercantum pada baris tersebut.

Tugas menggabungkan faktor-faktor yang menentukan resiko deteksi yang direncanakan


sangatlah komfleks karena pengukuran setiap faktor bersifat tidak jelas dan bobot yang
tepat yang akan diberikan kepada setiap faktor sangatlah subjektif. Sebaliknya, hubungan
antara setip faktor dan resiko deteksi yang direncanakan telah terbentuk dengan baik.
Sebagai contoh auditor tahu resiko inheren/ yang melekat atau resiko pengendalian tinggi
akan menurunkan resiko deteksi yang direncanakan dan meningkatkan pengujian subtansif
atas transaksi yang baik akan meningkatkan resiko deteksi yang direncanakan dan
penurunan pengujian subsantsif yang direncanakan lainnya. Baris paling bawah gambar 16-7
menunjukan bukti audit yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo piutang usaha,
yaitu menurut tujuan.

2.2 MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

Walaupun lebih menekankan akun neraca ketika melakukan pengujian atas rincian
saldo auditor tidak boleh mengabaikan akun –akun laporan laba rugi karena akun-akun itu di
uji sebagai produk smapingan dari pengujian neraca. sebagai contoh jika auditor
mengkorfirmasi saldo piutang usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan oleh
kesalahan dalam menagih pelanggan, maka baik piutang usaha maupun penjualan akan
lebih saji.

Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha yang
paling penting. Kita akan membahas konfirmasi ini secara singkat ketika mempelajari
pengujian yang sesuai atas setiap tahun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kita juga
akan membahasnya secara lebih mendalam dalam bab ini.

Ketika membahas pengujian atas rincian saldo piutang usaha, kita akan berfokus pada
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kita juga akan mengansumsikan dua hal :

 Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti yang serupa dengan
gambar 16-7

 Auditor telah memutuskan resiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas
rincian saldo bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

Prosedur audit yang dipilih dan ukuran samplenya akan sangat tergantung pada apakah
bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah, sedang atau tinggi.

sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan
pada aged trial balance.aged trial balance menyajikan daftar saldo –saldo dalam file induk
piutang usaha pada tanggal neraca,termasuk saldo pelanggaran individual yang beredar
dalam rincian saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.

Piutang usaha yang dicatat memang ada, Konfirmasi saldo pelanggan merupakan
pengujian atas rincian saldo yang paling penting untuk menentukan keberadaan atau
eksistensi piutang usaha yang dicatat jika pelanggan tidak merespon konfirmasi,auditor juga
memeriksa dokumen pendukung guna menverfikasi pengiriman barang dan bukti
penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang tak tertagih.

Piutang usaha yang telah dicantumkan , sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun
yang dihilangkan dari aged trial balance,kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan
sendiri pada file induk piutang usaha.

Piuang usaha sudah akurat, konfirmasi akun yang sudah dipilih dari neraca saldo
nmerupakan pengujian atas rincian saldo yang paling umum bagi keakuratan piutang
usaha.jika pelanggan tidak merespon permintaan konfirmasi ,auditor akan memeriksa
dokumen pendukung dengan cara yang sama seperti yang diuraikan untuk tujan
keberadaan.

Piutang usaha di klasifikasikan dengan benar,biasanya auditor dapat mengevaluasi


klasivikasi piutang usaha relative jauh lebih mudah dengan mereview aged trial balance
untuk piutang yang material dari klasifikasi,dari pejabat ,direktur,atau pihak terkait lainnya.

Salah saji pisah batas(cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi periode berjalan
dicatat dalam periode selanjutnya. tujuan dari pengujian pisah batas,tampa memandang
jenis transaksi, adalah untuk menverfikasi apakah transaksi yang mendekati akhir priode
akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat. salah saji pisah batas dapat terjadi untuk
penjualan, retur dan pengurangan penjualan, dan penerimaan kas. bagi masing-masing pos
tersebut, auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan pisah
batas:

 Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat

 Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk
memastikan kelayakan pisah batas

 Menguji apakah pisah batas sudah benar.


Pisah batas penjualan sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang akan dapat terjadi
sebelum pengiriman (seperti pada kasus barang yang di buat secara maassal).

Pisah batas retur dan pengurangan penjualan, prinsip –prinsip akuntansi yang
diterima umum mengharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan ditandingkan
dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material,akan tetapi bagi sebagian besar retur
dan pengurangan penjualan dicatat pada periode aqkuntansi dimana hal itu terjadi.

Pisah batas penerimaan kas, untuk sebagian besar audit,pisah batas penerimaan yang
benar kurang begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan karena pisah batas kas
yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha. jauh lebih mudah
menguji salah saji pisah batas penerimaan kas yang (yang sering disebut sebagai
penyelenggaraan pembukuan penerimaan kas terbuka )dengan menelusuri penerimaan kas
yang dicatat kesetoran bank periode selanjutnya pada laporan bank.

Piutang usaha (realizable value of accounts receivable), sama dengan piutang


usahakotor dikurangi penysihan piutang tak tertagih untuk menghitng penjualan
mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di perkirakan tidak dapat di tagih.

Beban piutang tak tertagih, setelah auditor puas dengan penyisihan piutang tak
tertagih, akan jauh lebih mudah memverifikasi beban piutang tak tertagih . asumsikan
bahwa:

 saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya
 penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian subtansif
atas transaksi
 saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara.

Klien memiliki hak atas piutang usaha pada umumnya hak klien atas piutang
usahatidakmenimbulkan masalah karena biasanya piutang milik klien. akan tetapi dari
beberapa kasus sebagian dari piutang mungkin telah digadaikan sebagai
jaminan,dibebankan kepada orang lain. Difaktorkan atau di jual dengan discon.
Penyajian dan pengungkapan piutang usaha pengujian terhadap empat tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian dari
tahap penyelesaian audit.akan tetapi beberapa pengujian atas penyajian dan pengungkapan
sering kali dlakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo.

2.3 KONFIRMASI PIUTANG USAHA

konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. tujuan utama
konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan dan pisah
batas.

Standar auditing mengharuskan kon#irmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS 67
(AU 330) menyediakan tiga pengeculian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:

1. Piutang usaha tidak material. hal ini sudah umum bagi perusahaan tertentu seperti
tokoh diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu
kredit.

2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat


responnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan. Dalam
industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respons terhadap konfirmasi sangatlah
rendah.

3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti
substantif lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.

Jika auditor memutuskan tidak akan mengkonfirmasi piutang usaha, justifikasi untuk
melakukan hal tersebut harus didokumendasikan dalam file audit.

Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi
yang akan digunakan.

 Konfirmasi positif
Konfirmasi positif (positive confirmation) adalah komunikasi dengan debitor yang meminta
pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada
permintaan konfirmasi itu benar atau salah.

 Formulir konfirmasi yang kosong

Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form) adalah jenis konfirmasi positif
yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya.

 konfirmasi faktur

konfirmasi faktur (invoice confirmation) adalah jenis konfirmasi positif lainnya di mana setiap
faktur akan dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.

 konfirmasi negative

konfirmasi negative (negative confirmation) adalah itujukan kepada debitor tetapi hanya
akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Konfirmasi
positif adalah bukti yang lebih yang dapat diandalkan karena auditor dapat melakukan
prosedur tindak lanjut jika respons tidak diterima dari debitor. Konfimasi negatif dapat
diterima jika seluruh situasi berikut ini tersedia:

1. Piutang usaha tercipta dari sejumlah besar akun-akun yang kecil

2. Penilaian resiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah.

3. tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin
memberikan pertimbangannya.

Konfirmasi negative sering kali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko ritel,bank,dan
industri lainnya dimana piutang berasal dari masyarakat umum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan auditor adalah materialitas total piutang usaha, jumlah dan
ukuran setiap piutang, risiko pengendalian, risiko inheren, keefektifan konfirmasi sebagai
bukti audit dan ketersediaan bukti audit lainnya.

Penetapan waktu, bukti yang paling dapat diandalakan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika
konfirmasi itun dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Ukuran sampel, Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi
piutang usaha berada dalam beberapa kYategori dan mencakup hal-hal berikut:

 Salah saji yang ditoleransi

 Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum nya
dan salah saji yang diharapkan)

 Risiko pengendalian

 Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci lainnya)

 Jenis konfirmasi (negatif yang biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar)

Pemilihan item untuk pengujian, akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada
sebagian besar konfirmasi .dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo
yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik nilai dolar setiap piutang
maupun lamanya piutang yang beredar.

Penerimaan kas selanjutnya, bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau
mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.

Salinan faktur penjualan, hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur
penjualan aktual dan tanggal penagihan actual.

Dokumen pengiriman, hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas.

Korespondensi dengan klien, biasanya auditor tidak perlu mereview korespondensi


sebagai bagian dari prosedur alternatif, tetapi korespondensi dapat digunakan untuk
mengungkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak terungkap
oleh cara lainnya.
Pembayaran telah dilakukan, perbedaan yang dilaporkan umumnya terjadi ketiKaa
pelanggan melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi kliean belum
menerima pembayaran pada waktu melakukan pencatatan sebelum tanggal konfirmasi.

Barang belum diterima, perbedaan ini umumnya terjadi karna klien mencatat penjualan
pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat akuisi ketika barang diterima.

Barang yang telah dikembalikan, kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat
diakibatkan oleh perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan penjualan yang
tidak tepat.

Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan, jenis perbedaan yang paling
mungkin dilaporkan dalam catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan bahwa ada
kesalahan harga yang dikenakan untuk barang,barang rusak ,kuantitas barang yang belum
diterima dan sebagainya

Dalam sebagian besar contoh, auditor akan meminta klien untuk merekonsiliasi perbedaan dan jika
perlu akan mengkomunikasikan nya dengan pelanggan untuk menyelesaikan setiap
ketidaksepakatan.

Auditor harus selalu mengevaluasi sifat kualitatif salah saji yang ditemukan dalam sample, tanpa
memandang jumlah yang dolar salah saji populasi yang diestimasi.

Keputusan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti yang mencukupi telah
diperoleh melalui melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi, prosedur
analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi dan pengujian substantive lainnya untuk menjustifikasi
penarikan kesimpulan mengenai kebenaran saldo yang dinyatakan
2.4 MENGEMBANGKAN PENGUJIAN PROGRAM AUDIT YANG TERINCI

Mengembangkan Pengujian Program audit yang terinci Untuk mengilustrasikan


pengembangan prosedur program audit untuk pengujian yang terinci dalam siklus penjualan
dan penagihan, kita akan menggunakan Hillsburg Hardware Co. Auditor senior, menyiapkan
kertas kerja perencanaan bukti yang disajikan pada gambar 16-7 sebagai alat bantu untuk
membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber
setiap baris adalah sebagai berikut:

 Salah saji yang dapat ditoleransi.

 Risiko audit yang dapat diterima.

 Risiko inheren.

 Risiko pengendalian.

 Hasil pengujian subtantif atas transaksi.

 Prosedur analitis.

 Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :

Metodologi Yang diikuti auditor dalam merancang pengujian atas rincian saldo yang tepat
bagi piutang usaha adalah sebagai berikut :
Tahap 1:
 mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
 menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk
piutang usaha
 menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan
Tahap 2 :
 merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substansif
atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
Tahap 3 :
 merancang dan melakasanakan prosedur analitis untuk piutang usaha
 merancang pengujian atas rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo : prosedur audit, ukuran sample, item yg dipilih, dan
pemetapan waktu.

konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. tujuan utama konfirmasi
piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan dan pisah batas.
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S. Beasly. Auditing dan jasa assurance. Jilid II. Jakarta:
Erlangga.,2008

Anda mungkin juga menyukai