Oleh:
Ristian Pangarso (F1314076)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
apkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk piutang usaha
Tahap I
kan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan
Tahap II
Tahap III
dengan kertas kerja perencanaan bukti yang diperkenalkan pertama kali pada bab sebelumnya.
Bukti yang tepat akan diperoleh dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan tujuan per
tujuan.
Contoh
auditor
harus
mengevaluasi
potensi
tejadinya
kecurangan
dan
mempertimbangkan risiko inheren yang bisa saja bervariasi menurut tujuannnya. Auditor juga
harus mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas penjualan dan penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan
audit. Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut disebut sebagai tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file induk terkait serta sama
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kolom dalam kertas kerja perencanaan harus mencantumkan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo. Auditor menggunakan factor-faktor tersebut untuk menilai risiko deteksi yang
direncanakan bagi piutang usaha menurut tujuannya.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pemahaman mengenai industry dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena itu auditor harus
melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha,
auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor dapat
meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan
ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha
merupakan salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo piutang yang paling kecil
sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang
usaha hampir pasti sangat signifikan.
Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut
pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor untuk
tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur
dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas baik
karena kesalahan maupun karena kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien untuk
menyalahsajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai
realisasi) karena sulit menentukan saldo yang benar.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait
setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat
untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga
aspek pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi
yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo. Contoh :
auditor menyimpulka bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan maupun penerimaan
kas adalah rendah bagi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan. Karena itu,
auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi
piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan pengurangan penjualan serta
penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian risiko pengendalian juga
harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.
Gambar 16-2
Hubungan Antara tujuan Audit yang Berkaitan Dengan Transaksi untuk Siklus Penjualan
dan Penagihan dengan Tujuan Audit yang Berkaitan Dengan saldo untuk Piutang Usaha.
Hak
Keakuratan
Nilai Realisasi
Kelengkapan
X
X
X
X
Pisah batas
Keterjadian
Penjualan
klasifikasi
KELAS TRANSAKSI
keakuratan
Kelengkapan
Keberadaan
Detail tie-in
X
X
klasifikasi
Penetapan waktu
Penerimaan kas
Keterjadian
Kelengkapan
Keakuratan
X
X
X
X
X
X
klasifikasi
Penetapan waktu
Dua aspek hubungan yang disajikan dalam gambar 16-2 perlu disinggung secara khusus:
1. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi/keberadaan.
Akan tetapi untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksiketerjadian mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan.
Penyebab kesimpulan mengejutkan bahwa kenaikan penjualan meningkatkan
piutang usaha tetapi kenaikan penerimaan kas justru menurunkan pitang usaha.
Contoh :pencatatan penjualan sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi-keterjadian dan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo-eksistensi (keduannya lebih saji). Pencatatan penerimaan kas yang
sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan transaksi-keterjadian
maupun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk piutang
usaha, karena piutang yang masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam catatan.
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak,
serta tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak
terpengaruh oleh penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut,
auditor harus mengidentifikasi dan menguji pengendalian secara terpisah demi
mendukung tujuan-tujuan tersebut.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi (Tahap II).
Bab sebelumnya membahas prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil pengujianpengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor menggunakan hasil
pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi
setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika
melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian besar
prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca
tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus
penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan
hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi
salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan
prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang
tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon
manajemen harus dievaluasi secara kritis.
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan Gambar 16-7. Risiko
deteksi ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif
auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap factor yang
tercantum. Tugas menhubungkan factor yang direncanakan sangatlah kompleks karena
pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko
deteksi yang direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu
adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai,
ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.
B.
Adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita mengenai perancangan
pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Intinya lebih menekankan pada konfirmasi itu disini,
seolah-olah sebagai bukti yang bisa diandalkan. Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan
eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal.
SAS 67 (AU 330) menyediakan 3 pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi :
1.
Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaan tertentu seperti
toko diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu kredit.
2.
3.
Ukuran sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada
dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren ( ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum nya dan
salah saji yang diterapkan )
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian yang terinci lainnya)
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel)
Pemilihan item untuk pengujian, akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada
sebagian besar konfirmasi .dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo yang
akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik nilai dolar setiap piutang maupun lamanya
piutang yang beredar.
Penerimaan kas selanjutnya, bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice,ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin
kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha. Salinan faktur penjualan, hal ini bermanfaat
dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan aktual dan tanggal penagihan actual. Dokumen
pengiriman, hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar dilakukan
dan sebagai pengujian pisah batas. Korespondensi dengan klien, biasanya auditor tidak perlu
mereview
digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak
terungkap oleh cara lainnya. Barang yang telah dikembalikan, kelalaian klien untuk mencatat
memo kredit dapat diakibatkan oleh perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan
penjualan yang tidak tepat. Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan, jenis perbedaan
yang paling mungkin dilaporkan dalam catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan bahwa
ada kesalahan harga yang dikenakan untuk barang,barang rusak ,kuantitas barang yang belum
diterima dan sebagainya.
D. Mengembangkan Pengujian Program audit yang terinci
Gambar 16-7
Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Memutuskan Pengujian atas Rincian Saldo
Kelengkapan
Keakuratan
Klasifikasi
Pisah batas
diterima
Risiko inheren
Risiko pengendalian
penjualan
Risiko pengendalian
penerimaan kas
Risiko pengendalianpengendalian tambahan
Prosedur analitis
Hak
Eksistensi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Detail tie-in
Risiko audit yang dapat
Nilai realisasi
Tidak
ada
Hasil
yang
baik
Hasil
Tidak dapat
diterapkan
Tidak dapat
Tidak dapat
diterapkan
diterapkan
Tidak ada
Rendah
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil yang
tidak
Tidak dapat
Tidak dapat
yang baik
yang baik
yang baik
baik
dapat
diterapkan
diterapkan
diterima
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil yang
Hasil
Tidak dapat
Tidak dapat
yang baik
yang baik
yang baik
baik
yang baik
diterapkan
diterapkan
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil yang
Hasil
Hasil tidak
Tidak dapat
yang baik
yang baik
yang baik
baik
yang baik
dapat diterima
diterapkan
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
yang
baik
Hasil
yang
baik
Tabel 16-4
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Program Audit untuk Hillsburg Hardware
Co. Siklus Penjualan dan Penagihan (Format Rancangan)
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
Prosedur Audit
Piutang usaha dalam aged trial balance sama dengan jumlah file induk
terkait, dan totalnya telah ditambahkan dengan benar dan sama dengan buku
besar umum (detail tie-in)
Menelusuri 10 akun dari neraca saldo kea kun pada file induk (6)
Memfoot dua halaman neraca saldo, dan menjumlahkan total semua
halaman (7)
Menelusuri Saldo ke buku besar umum (8)
Piutang usaha yang ada telah dimasukkan dalam aged trial balance
(kelengkapan)
Menelusuri lima akun dari file induk piutang usaha ke aged trial balance (9)
Piutang usaha pada ageed trial balance telah diklasifikasikan dengan benar
(klasifikasi)
Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance untuk wesel
dan piutang pihak terkait (3)
Menanyai manajemen apakah ada wesel dari pihak terkait atau piutang
jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo (4)
Transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan telah dicatat pada periode
yang tepat (pisah batas)
Menelusuri 10 akun dari skedul umur ke file induk piutang usaha untuk
menguji umur yang tepat pada neraca saldo (6)
Memfoot kolom umur pada neraca saldo dan total halaman (7)
Mengcross-foot kolom umur piutang (7)
Membahas dengan manajer kredit kemungkinan penagihan piutang yang
sudah lama. Memeriksa penerimaan kas selanjutnya dan file kredit atas
semua piutang selama 90 hari serta mengevaluasi apakah piutang dapat
ditagih (12)
Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan
prosedur audit lainnya menyangkut ketertagihan piutang (13)
difaktorkan (5)
Catatan: Prosedur itu diikhtisarkan ke dalam format kinerja pada table 16-5. Angka dalam tanda kurung setelah prosedur merujuk pada table 16-5
Tabel 16-5
Program Audit pengujian atas Rincian saldo Untuk Hillsburg Co. Siklus Penjualan
dan Penagihan (Format Kinerja)
1. Mereview neaca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak biasa
2. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi ke
depan.
3. Mereview piutang yang tercantum pada Aged Trial Balance menyangkut wewel dan piutang
dengan pihak terkait
4. Menanyai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel atau piutang jangka panjang yang
dimasukkan dalam neraca saldo.
5. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menyai manajeman untuk menentukan apakah
ada piutang yang digadaikan
6. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file indul piutang usaha untuk melihat umur
piutang dan saldonya
7. Memfoot 2 halaman neraca saldo untuk melihat umur kolom piutang
8. Menelusuri saldo ke buku beasr umum
9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balanced
10. Mengkonfirmasi piutang usaha
11. Melakukan prosedur alternatifuntuk semua konfirmasi yang tidak dikembaliakan
12. Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan piutang yanag sudah
lama
13. Mengevaluasi apakah peyisihan apakah sudah memadai setelah melakukan prosedur audit
14. Memilih 20 transakasi penjualan dari jurnal penjualan tahun berjalan
15. Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah tanggal neraca
untuk menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar.