Untuk yang khusus diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut disebut tujuan audit saldo
piutang usaha sebagai berikut: piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan
jumlah dalam master file yang bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan cock
dengan saldo dibuku besar (kecocokan saldo), piutang yang tercantum dalam pembukuan
sungguh-sungguh ada dalam (keberadaan), semua piutang yang ada telah dicatat dalam
pembukuan (kelengkapan), piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian), piutang
usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan), pisah batas piutang usaha
ditetapkan dengan benar (pisah batas), piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa
direalisasi (nilai bisa direalisasi), dan klien memiliki hak terhadap piutang usaha.
1
Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan, pengendalian
terhadap pisah batas (cutoff), dan pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan
kerugian piutang.
Ada dua aspek hubungan yang perlu mendapatkan perhatian khusus: pertama,
untuk penjualan, tujuan audit transaksi-keterjadian mempengaruhi tujuan audit saldo-
keberadaan. namun untuk penerimaan kas, tujuan audit transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit saldo- kelengkapan. Kedua, tujuan audit saldo-nilai bersih
bisa direalisasi dan hak demikian pula tujuan audit penyajian dan pengungkapan, tidak
terpengaruh oleh penetapan risiko pengendalian untuk golongan transaksi.
Prosedur analitis sering diterapkan pada tiga tahapan audit, yakni: pada tahap
perencanaan, ketika melakukan pengujian detil saldo, dan pada saat penyelesaian audit.
Kebanyaan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detil saldo. Tidak banyak manfaatnya
bila auditor melakukan prossedur analitis sementara klien masih mencatat transaksi yang
terjadi tahun yang bersangkutan dan menyelesaikan laporan keuangannya. Auditor
melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan
piutang, tidak hanya piutang usaha. Apabila auditor mengindentifikasi adanya
kemungkinan kesalahan penyajian dala penjualan atau retur penjualan dengan
2
menggunakan prosedur analitis, kemungkinan kesalahan penyajian piutang uasaha akan
terkurangi.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita akan fokus pada
ujian-ujian audit saldo. Kita juga akan mengasumsikan dua hal : auditor telah
menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti, dan auditor telah menetapkan risiko
deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk setiap tujuan audit.
Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang akan didasarkan pada dafatar umum piutang. Daftar umum piutang adalah suatu
daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha
per tanggal neraca.
Keberadaan-Piutang Usaha
Kelengkapan-Piutang Usaha
Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umum piutang dan hanya menggandalkan
dengan sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Apabila semua
3
penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan, kurang saji
piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian rinci saldo.
Ketelitian-Piutang Usaha
Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umum piutang
adalah pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian
piutang usaha. Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan
pengkreditan pada masing-masing akun pelanggan individual dengan
membandingkannya pada dokumen pendukung pengiriman barang dan penerimaan kas.
Penggolongan-Piutang Usaha
Auditor harus memeriksa apakah piutang wesel atau akun yang harus digolongkan
sebagai aset tidak lancar telah dipisahkan dari akunpiutang usaha yang reguler, demikian
pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan sebagai utang usaha.
Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada tahun
berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling penting
dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh signifikan
terhadap laba bersih periode ini. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor
melakukan pendekatan sebagai beriku: tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas,
evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk menentukan pisah
batas yang sewajarnya, dan ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.
Pisah Batas-Penjualan
4
Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan
penjualna yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlahnya material.
Auditor dapat memeriksa suatu simpel bukti pendukung retur penjualan yang terjadi
beberapa minggu setelah berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan
yang berkaitan dengan retur tersebut.
Dalam audit pada umumnya pisah batas yang tepat untuk penerimaan kas
biasanya dipandang kurang pending dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan
dan retur penjulan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh
terhadap saldo kas dan piutang usaha bukan pada laba perusahaan. Auditor bisa
menghadapi kesulitas untuk mengevaluasi apakah telah terjadi kesalahan penyajian pisah
bats atau ada perbedaan waktu, apabila ia menggunakan jawaban konfirmasi sebagai
sumber informasi.
Setelah auditor merasa puas akan cadangan kerugian piutang, selanjutkan akan
mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa: saldo awal dalam
akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun yang lalu, piutang tak
tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian substantif
transaksi, dan saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.
Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat di tentukan dari selisihnya yang dapat
diperiksa dengan rekalkulasi.
5
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit,
karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu,
sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual pada
seseorang, atau dijual dengan discount.
Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk
konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi
dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas. SA 505
6
bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfimasi
eksternal untuk memperoleh bukti audit.
Jenis-Jenis Konfirmasi
Konfirmasi Positif
a. Konfirmasi Positif, adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi, atau menyedakan informasi yang diminta (SA 505.6b).
b. Konfirmasi Bentuk Kosong, adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi
tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk
menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya. Karena
konfirmasi bentu kosong meminta si penerima untuk menyebutkan informasi yang
diminta, konfimrasi semacam ini dipandang lebih bisa dipecaya daripada konfirmasi
yang sudah menyebutkan jumlah rupiahnya. Konfirmasi bentuk kosong jarang
digunakan dalam praktik karena sering menghasilkan tingkat jawaban yang rendah.
c. Konfirmasi Faktur, adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta
konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara
keseluruhan. Banyak pelanggan menggunakan system voucer sehingga
memungkinkan mereka untuk memberi jawaban tentang faktur tertentu, bukan
informasi tentang saldo. Akibatnya penggunaan konfirmasi faktur seringkali
mendorong tingkat jawaban atas konfirmasi tersebut. selain itu konfirmasi faktur
juga mengurangi akibat factor waktu (timing differences dan unsur-unsur yang
direkonsiliasi daripada konfirmasi saldo. Namun demikian, konfimasi faktur
mempunyai kelemahan karena tidak secara langsung mengonfirmasi saldo akhir.
Konfirmasi Negatif
7
konfirmasi negative, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa yang tercantum
dala konfirmasi sudah benar, meskipun mungkin saja sebenarnya debitur tidak acuh atas
konfirmasi tersebut.
Pilihan auditor berada dalam rentang dimulai dari tidak menggunakan konfirmasi
atas pertimbangan tertentu, hanya akan menggunakan konfirmasi negative, akan
menggunakan konfirmasi positif dan negative, dan hanya akan menggunakan konfirmasi
positif. Factor utama yang mempengaruhi keputusan auditor adalah materialitas piutang
usaha, jumlah dan ukuran saldo piutang individual, risiko pengendalian, risiko bawaan,
efektivitas konfirmasi sebagai bukti, dan ketersediaan bukti audit lainnya.
8
dalamnya materialitas piutang usaha dan kemungkinan auditor mendapatkan tuntutan
hokum yang diakibatkan oleh bangkrutnya klien serta risiko lain semacam itu.
a. Ukuran Sampel
Factor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirimi
konfirmasi meliputi: kesalahan penyajian bisa ditoleransi, risiko bawaan, risiko
pengendalian, risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantive lain dan jenis
konfirmasi.
Auditor terus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail
yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor
harus melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur.
Tidaklah tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak
dikembalikan debitur sebagai bukti audit yang signifikan. Apabila digunakan konfirmasi
positif, standar audiing mengharuskan dilakukannya prosedur tindk lanjut atas konfirmasi
yang tidak dikembalikan oleh konsumen.
9
Dokumen ini berguna dalam pemeriksaan faktur penjualan yang sesungguhnya
diterbitkan dengan tanggal sesungguhnya dilakukan penagihan.
Biasanya auditor tidak merasa perlu untuk mereview korespondensi dengan klien
sebagai bagian dari prosedur alternative, tetapi korespondensi bisa digunakan untuk
mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap
oleh cara lain.
i. Analisis Selisih
10
BAB 14 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO
1. SAMPLING VARIABEL
Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor. Sampling variabel
dan sampling non statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajjian dalam saldo akun.
Distribusi Sampling
Inferensi Statistik
Pada umumnya apabila sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi audit
yang sesunguhnya, auditor tidak mengetahui karakteristik populasi, dan biasanya hanya
satu sampel yang diambil dari populasi. Tetapi pengetahuan tentang distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atau inferensi statistik,
tentang populasi.
Metode-Metode Variabel
Estimasi Selisih
11
Auditor menggunakan estimasi selisih untuk mengukur jumlah taksiran kesalahan
penyajian total dalam suatu populasi, apabila baik nilai menurut buku maupun nilai audit
tersebut untuk setiap unsur dalam sampel yang biasanya ada pada setiap audit. Auditor
membuat suatu estimasi kesalahan penyajian populasi berdasarkan jumlah kesalahan
penyajian dalam sampel, ukuran kesalahan penyajian rata-rata, kesalahan penyajian
individu dalam sampel, dan ukuran sampel. Estimasi selisih seringkali menghasilkan
ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan dengan metode lainnya, dan relatif mudah
untuk digunakan.
Estimasi Rasio
Estimasi rasio mirip dengan estimasi selisih kecuali di sini auditor meghitung
rasio antara kesalahan penyajian dan nilai bukunya dan memproyeksi hal ini ke populasi
untuk menaksir total kesalahan penyajian populasi. Auditor dapat menghitung confidence
limit dari total kesalahan penyajian untuk estimasi rasio dengan suatu perhitungan yang
serupa dengan apa yang dilakukan dengan estimasi selisih.
Estimasi Mean-per-Unit
Dalam estimasi mean-per-unit, auditor lebih fokus pada nilai per audit, tidak pada
jumlah kesalahan penyajian untuk setiap unsur dalam sampel. Kecuali tentang definisi
dari apa yang diukur, estimasi mean-per-unit dihitung dengan cara yang persis sama
dengan estimasi selisih. Estimasi poin nilai per audit sama dengan rata-rata nilai audit
dari unsur-unsur dalam sampel dikalikan dengan ukuran populasi.
Risiko Sampling
12
Kita telah membhas risiko bisa diterima untuk keliru menerima (acceptable risk
of incorrect acceptance/ARIA) untuk sampling non-statistik. Untuk sampling variabel,
auditor menggunakan ARIA dan juga risiko bisa diterima untuk keliru menolak
(acceptable risk of incorrect rejection/ARIR).
ARIA
ARIR
13
Merumuskan Kondisi Kesalahan Penyajian, Kondisi kesalahan penyajian
adalah kesalahan penyajian yang dilakukan klien yang ditetapkan oleh konfirmasi pada
setiap akun atau prosedur alternatif.
Merumuskan Unit Sampling, Unit sampling adalah suatu akun yang tercantum
dalam daftar piutang.
Menetapkan Risiko Bisa Dterima, Auditor menetapkan dua risiko yaitu: risiko
bisa diterima untuk keliru menerima (acceptable risk of incorrect acceptance/ARIA) dan
risiko bisa diterima untuk keliru menolak (acceptable risk of incorrect rejection/ARIR).
Menaksir kesalahan penyajan dalam populasi, Estimasi atau taksiran ini terdiri
dari dua bagian: menaksir suatu estimasi point yan diharapkan dan membuat taksiran
standar deviasi populasi di muka- variabilitas populasinya.
Menaksir Ukuran Sampel Awal, dengan menggunakan formula yang telah ada.
Memilih Sampel, Karena diperlukan suatu sampel acak (selain PPS) ,auditor
menggunakan pemilihan sampel acak dengan bantuan komputer.
14
Generalisasi dari Sampe ke Populasi, Dalam populasi berdasarkan hasil sampel
dengan catatan estimasi selisih menggunakan pengukuran statistika untuk menghitung
confidence limit. Empat tahapan yang melukiskan perhitungan confidence limit: pertama,
menghitung taksiran point dari total kesalahan penyajian. Taksiran point adalah
ekstrapolasi langsung dari kesalahan penyajian dalam sampel kesalahan penyajian dalam
populasi. Kedua, menghitung taksiran standar deviasi populasi. Standar deviasi populasi
adalah penggukuran statistika tentang variabilitas dalam nilai dari unsur-unsur individual
di dalam populasi kecil. Ketiga, menghitung precision interval. Precision interval
dihitung dengan formula statistika. Hasilnya adalah jumlah rupiah tentang ketidak
mampuan untuk memprediksi kesalahan penyajian populasi yang sesungguhnya, karena
pengujian dilakukan atas suatu sampel, tidak pada keseluruhan populasi. Keempat,
menghitung konfindence limit. Audtor menghitung konfendence limit, yang merumuskan
konfedence interval, dengan menggabungkan taksiran point dari total kesalahan
penyajian dengan computer precision interval pada tingkat confidence yang dihendaki
(taksiran pon±computer precision interval).
15