Anda di halaman 1dari 15

BAB 13 “PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN

PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG UASAHA”

1. METODELOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Untuk yang khusus diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut disebut tujuan audit saldo
piutang usaha sebagai berikut: piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan
jumlah dalam master file yang bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan cock
dengan saldo dibuku besar (kecocokan saldo), piutang yang tercantum dalam pembukuan
sungguh-sungguh ada dalam (keberadaan), semua piutang yang ada telah dicatat dalam
pembukuan (kelengkapan), piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian), piutang
usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan), pisah batas piutang usaha
ditetapkan dengan benar (pisah batas), piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa
direalisasi (nilai bisa direalisasi), dan klien memiliki hak terhadap piutang usaha.

Mengindentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berhubungan dengan Piutang Usaha


(Tahap II)

Auditor mempelajari bidang usaha klien dan lingkungan eksternal dengan


mengevaluasi tujuan manajemen serta proses bisnis mengidentifikasi risiko bisnis klien
yang signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.
Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha dipertingkan dalam evaluasi
auditor tentang risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha.

Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi dan Risiko Bawaan

Auditor pertama-tama menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan untuk


keseluruhan laporan keuangan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan tersebut kesetiap akun neraca yang signifikan. Auditor meneptapkan risiko
bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun seperti halnya piutang usaha, dengan
mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta bidang usahanya. Auditor
umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan (fraud risk) tertentu untuk pengakuan
pendapatan.

Menetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan


Piutang

1
Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan, pengendalian
terhadap pisah batas (cutoff), dan pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan
kerugian piutang.

Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi untuk Pejualan dan Pengumpulan


Piutang dengan Tujuan Audit Saldo untuk Piutang Usaha

Ada dua aspek hubungan yang perlu mendapatkan perhatian khusus: pertama,
untuk penjualan, tujuan audit transaksi-keterjadian mempengaruhi tujuan audit saldo-
keberadaan. namun untuk penerimaan kas, tujuan audit transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit saldo- kelengkapan. Kedua, tujuan audit saldo-nilai bersih
bisa direalisasi dan hak demikian pula tujuan audit penyajian dan pengungkapan, tidak
terpengaruh oleh penetapan risiko pengendalian untuk golongan transaksi.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian dan Pengendalian dan Pengujian


Substantif Transaksi (Tahap II)

Membahas perencanaan prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan


pengujian substantif transaksi, memutuskan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil
pengujian-pengujian. Auditor menggunakan hasil ujian substantif transaksi untuk
menetukan seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo
piutang usaha.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)

Prosedur analitis sering diterapkan pada tiga tahapan audit, yakni: pada tahap
perencanaan, ketika melakukan pengujian detil saldo, dan pada saat penyelesaian audit.
Kebanyaan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detil saldo. Tidak banyak manfaatnya
bila auditor melakukan prossedur analitis sementara klien masih mencatat transaksi yang
terjadi tahun yang bersangkutan dan menyelesaikan laporan keuangannya. Auditor
melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan
piutang, tidak hanya piutang usaha. Apabila auditor mengindentifikasi adanya
kemungkinan kesalahan penyajian dala penjualan atau retur penjualan dengan

2
menggunakan prosedur analitis, kemungkinan kesalahan penyajian piutang uasaha akan
terkurangi.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)

Apabila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang


menggungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen. Jawaban dari manajemen harus dievaluasi
dengan kritis untuk menentukan apakah jawban tersebut cukup menjelaskan fluktuasi
tidak biasa tersebut dan apakah disertai dengan bukti pendukung.

2. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita akan fokus pada
ujian-ujian audit saldo. Kita juga akan mengasumsikan dua hal : auditor telah
menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti, dan auditor telah menetapkan risiko
deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk setiap tujuan audit.

Kecocokan Saldo dalam Catatan

Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang akan didasarkan pada dafatar umum piutang. Daftar umum piutang adalah suatu
daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha
per tanggal neraca.

Keberadaan-Piutang Usaha

Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk


menentukan keberadaan piutang usaha sebagai mana tercantum dalam pembukuan.
Biasanya auditor tidak memeriksa bukti pengriman barang atau bukti penerimaan kas
setelah tanggal neraca ekstensif sebagai prosedur alternatif untuk akun yang tidak
memberi jawaban atas konfirmasi.

Kelengkapan-Piutang Usaha

Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umum piutang dan hanya menggandalkan
dengan sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Apabila semua

3
penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan, kurang saji
piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian rinci saldo.

Ketelitian-Piutang Usaha

Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umum piutang
adalah pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian
piutang usaha. Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan
pengkreditan pada masing-masing akun pelanggan individual dengan
membandingkannya pada dokumen pendukung pengiriman barang dan penerimaan kas.

Penggolongan-Piutang Usaha

Auditor harus memeriksa apakah piutang wesel atau akun yang harus digolongkan
sebagai aset tidak lancar telah dipisahkan dari akunpiutang usaha yang reguler, demikian
pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan sebagai utang usaha.

Pisah Batas-Piutang Usaha

Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada tahun
berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling penting
dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh signifikan
terhadap laba bersih periode ini. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor
melakukan pendekatan sebagai beriku: tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas,
evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk menentukan pisah
batas yang sewajarnya, dan ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.

Pisah Batas-Penjualan

Pada kebanyaan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur pencatatan suatu


penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula
sejumlah perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak
kepemilian yang bisa terjadi sebelum barang dkirimkan, pada saat barang dikirim, atau
setelah barang dikirimkan.

Pisah Batas-Retur Penjualan

4
Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan
penjualna yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlahnya material.
Auditor dapat memeriksa suatu simpel bukti pendukung retur penjualan yang terjadi
beberapa minggu setelah berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan
yang berkaitan dengan retur tersebut.

Pisah Batas-Penerimaan Kas

Dalam audit pada umumnya pisah batas yang tepat untuk penerimaan kas
biasanya dipandang kurang pending dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan
dan retur penjulan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh
terhadap saldo kas dan piutang usaha bukan pada laba perusahaan. Auditor bisa
menghadapi kesulitas untuk mengevaluasi apakah telah terjadi kesalahan penyajian pisah
bats atau ada perbedaan waktu, apabila ia menggunakan jawaban konfirmasi sebagai
sumber informasi.

Nilai Bersih yang Bisa Direalisasi-Piutang Usaha

Standar akuntansi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan


piutang usaha sebesar jumlah akhirnya bisa diterima pembayarannya. Nilai piutang yang
bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang.
Untuk menghitung besarnya cadangan, klien menaksir jumlah total piutang yang
diperkirakan tidak akan bisa ditagih. Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang,
auditor mereview hasil penujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan
pemberian kredit pada perusahaan klien.

Beban Kerugian Piutang

Setelah auditor merasa puas akan cadangan kerugian piutang, selanjutkan akan
mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa: saldo awal dalam
akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun yang lalu, piutang tak
tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian substantif
transaksi, dan saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.
Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat di tentukan dari selisihnya yang dapat
diperiksa dengan rekalkulasi.

Hak Klien atas Piutang Usaha

5
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit,
karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu,
sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual pada
seseorang, atau dijual dengan discount.

Penyajian dan Pengungkapan-Piutang Usaha

Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan


sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Namun demikian, sejumlah penyajian dan
pengungkapan sering dilakuakan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Bagian yang penting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien telah
memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang membutuhkan
pengungkapan dalam laporan.

3. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang telah berulang-ulang disinggung dalam
pembahasan hasil tentang perancangan pengujian rinci saldo piutang usaha. Tujuan utama
konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitian, pisah
batas.

Ketentuan Dalam Standar Audit

SA 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal oleh


auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330 (Respons Auditor
terhadap Risiko yang Telah Dinilai) dan SA 500 (Bukti Audit). SA 500 mengindikasikan
bahwa kendalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini tergantung
pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut dipengaruhi. SA juga mecakup
generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit: Bukti audit lebih andal ketika
diperoleh dari sumber independen di luar entitas, Bukti audit yang diperoleh secara
langsung oleh auditor lebih andal daripada bukti audit yang diperoleh oleh secara tidak
langsung atau melalui penarikan kesimpulan, dan Bukti audit lebih andal dalam bentuk
format dokumen, baik dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya.

Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk
konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi
dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas. SA 505

6
bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfimasi
eksternal untuk memperoleh bukti audit.

Jenis-Jenis Konfirmasi

Konfirmasi Positif

a. Konfirmasi Positif, adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi, atau menyedakan informasi yang diminta (SA 505.6b).
b. Konfirmasi Bentuk Kosong, adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi
tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk
menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya. Karena
konfirmasi bentu kosong meminta si penerima untuk menyebutkan informasi yang
diminta, konfimrasi semacam ini dipandang lebih bisa dipecaya daripada konfirmasi
yang sudah menyebutkan jumlah rupiahnya. Konfirmasi bentuk kosong jarang
digunakan dalam praktik karena sering menghasilkan tingkat jawaban yang rendah.
c. Konfirmasi Faktur, adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta
konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara
keseluruhan. Banyak pelanggan menggunakan system voucer sehingga
memungkinkan mereka untuk memberi jawaban tentang faktur tertentu, bukan
informasi tentang saldo. Akibatnya penggunaan konfirmasi faktur seringkali
mendorong tingkat jawaban atas konfirmasi tersebut. selain itu konfirmasi faktur
juga mengurangi akibat factor waktu (timing differences dan unsur-unsur yang
direkonsiliasi daripada konfirmasi saldo. Namun demikian, konfimasi faktur
mempunyai kelemahan karena tidak secara langsung mengonfirmasi saldo akhir.

Konfirmasi Negatif

Konfirmasi Negatif, adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk


merespons secara lansgung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak
setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi. Dibandingka
dengan konfirmasi negative, konfirmasi positif lebih bia dipercaya karena auditor bisa
melakukan prosedur tindak lanjut apabila jawaban dari debitur tidak diterima. Dalam hal

7
konfirmasi negative, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa yang tercantum
dala konfirmasi sudah benar, meskipun mungkin saja sebenarnya debitur tidak acuh atas
konfirmasi tersebut.

Apabila digunaan konfirmasi negative, auditor biasanya menekankan auditnya


pada efektivitas pengendalian internal, pengujian substantive transaksi, dan prosedur
analitis sebagai bukti tentang kewajaran piutang usaha dan beramsumsi bahwa sebagian
besar penerima konfirmasi akan membaca dengan sungguh-sungguh dan menanggapi
permintaan konfirmasi.

Konfirmasi negative sering digunakan pada audit di rumah sakit, perusahaan


pengecer, bank dan bidang usaha lain yang piutangnya adalah kepada masyarakat umum.
Auditor bisa menggunakan kombinasi konfirmasi positif dan konfirmasi negative dengan
mengirim konfirmasi positif pada piutang-piutang bersaldo besar dan konfirmasi negative
untuk piutang-piutang bersaldo kecil.

Pilihan auditor berada dalam rentang dimulai dari tidak menggunakan konfirmasi
atas pertimbangan tertentu, hanya akan menggunakan konfirmasi negative, akan
menggunakan konfirmasi positif dan negative, dan hanya akan menggunakan konfirmasi
positif. Factor utama yang mempengaruhi keputusan auditor adalah materialitas piutang
usaha, jumlah dan ukuran saldo piutang individual, risiko pengendalian, risiko bawaan,
efektivitas konfirmasi sebagai bukti, dan ketersediaan bukti audit lainnya.

Saat Pengiriman Konfirmasi

Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila konfirmasi


dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Hal ini memungkinkan auditor
untuk secara langsung menguji saldo piutang usaha yang tercantum di neraca tanpa harus
memutahirkan saldo dengan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal
neraca. Namun demikian, agar audit bisa selesai tepat waktu, kadang-kadang diperlukan
untuk mengirim konfirmasi pada tanggal interim (sebelum tanggal akhir tahun buku). Hal
semacam ini dimungkinkan apabila pengendalian internal memadai dan bisa memberi
keyakinan memadai bahwa penjualan, penerimaan kas, dan pengkreditan lainnya dicatat
dengan benar antara tanggal konfirmasi dengan tanggal akhir periode. Auditor hendaknya
jua mempertimbangkan factor lain dalam mengambil keputusan ini, termasuk di

8
dalamnya materialitas piutang usaha dan kemungkinan auditor mendapatkan tuntutan
hokum yang diakibatkan oleh bangkrutnya klien serta risiko lain semacam itu.

Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi

a. Ukuran Sampel

Factor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirimi
konfirmasi meliputi: kesalahan penyajian bisa ditoleransi, risiko bawaan, risiko
pengendalian, risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantive lain dan jenis
konfirmasi.

b. Pemilihan Unsur-unsur untuk Diuji

Pada pelaksanaan prosedur konfirmasi, seringkali diperlukan statifikasi piutang.


Dalam pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk memilih
saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya jumlah rupiah
saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang.

c. Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan Atas Konfirmasi

Auditor terus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail
yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor
harus melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur.

d. Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Berjawab

Tidaklah tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak
dikembalikan debitur sebagai bukti audit yang signifikan. Apabila digunakan konfirmasi
positif, standar audiing mengharuskan dilakukannya prosedur tindk lanjut atas konfirmasi
yang tidak dikembalikan oleh konsumen.

e. Penerimaan Kas Kemudian

Bukti terjadinya penerimaan kas setelah lewat tanggal konfirmasi, meliputi


pemeriksaan atas surat pengantar pembayaran, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas,
dan barangkali juga pengkreditan kemudian atas piutang dalam master file piutang usaha.

f. Duplikat Faktur Penjualan

9
Dokumen ini berguna dalam pemeriksaan faktur penjualan yang sesungguhnya
diterbitkan dengan tanggal sesungguhnya dilakukan penagihan.

g. Dokumen Pengiriman Barang

Dokumen ini berguna dalam menetapkan apakah pengiriman sungguh-sungguh


telah dilakukan dan untuk pengujian pisah batas.

h. Korespondensi dengan Klien

Biasanya auditor tidak merasa perlu untuk mereview korespondensi dengan klien
sebagai bagian dari prosedur alternative, tetapi korespondensi bisa digunakan untuk
mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap
oleh cara lain.

i. Analisis Selisih

Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa


yang menyebabkan terjadi selisih.. Jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi
yang sering dijumpai adalah : analisis debitur, barang belum diterima debitur, barang
telah dikembalikan, dan kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah.

10
BAB 14 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO

1. SAMPLING VARIABEL

Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor. Sampling variabel
dan sampling non statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajjian dalam saldo akun.

Perbedaan antara Variabel Sampling dengan Sampling Non-Statistik

Penggunaan metode sampling variabel memiliki banyak kesamaan dengan


sampling non-statistik. Ada 14 tahapan untuk sampling non-statistik yang harus
dilakukan untuk metode variabel dan kebanyaan identik.

Distribusi Sampling

Untuk memahami mengapa dan bagaimana auditor menggunakan sampling


variabel dalam auditing, perlu difahami terlebih dahulu distribusi sampling dan
bagaimana pengaruhnya terhadap kesimpulan statistika yang dilakukan auditor. Auditor
tidak mengetahui nilai mean (rata-rata) kesalahan penyajian dalam populasi, distribusi
jumlah kesalahan penyaji, atau nilai per auditnya. Karakteristik populasi ini harus
diestimasi (ditaksir) dari sampel yang sudah barang tentu merupakan tujuan dari
pengujian audit.

Inferensi Statistik

Pada umumnya apabila sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi audit
yang sesunguhnya, auditor tidak mengetahui karakteristik populasi, dan biasanya hanya
satu sampel yang diambil dari populasi. Tetapi pengetahuan tentang distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atau inferensi statistik,
tentang populasi.

Metode-Metode Variabel

Auditor menggunakan proses inferensi statistik di atas untuk semua metode


sampling variabel. Masing-masing metode berbeda tergantung pada apa yang diukur.

Estimasi Selisih

11
Auditor menggunakan estimasi selisih untuk mengukur jumlah taksiran kesalahan
penyajian total dalam suatu populasi, apabila baik nilai menurut buku maupun nilai audit
tersebut untuk setiap unsur dalam sampel yang biasanya ada pada setiap audit. Auditor
membuat suatu estimasi kesalahan penyajian populasi berdasarkan jumlah kesalahan
penyajian dalam sampel, ukuran kesalahan penyajian rata-rata, kesalahan penyajian
individu dalam sampel, dan ukuran sampel. Estimasi selisih seringkali menghasilkan
ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan dengan metode lainnya, dan relatif mudah
untuk digunakan.

Estimasi Rasio

Estimasi rasio mirip dengan estimasi selisih kecuali di sini auditor meghitung
rasio antara kesalahan penyajian dan nilai bukunya dan memproyeksi hal ini ke populasi
untuk menaksir total kesalahan penyajian populasi. Auditor dapat menghitung confidence
limit dari total kesalahan penyajian untuk estimasi rasio dengan suatu perhitungan yang
serupa dengan apa yang dilakukan dengan estimasi selisih.

Estimasi Mean-per-Unit

Dalam estimasi mean-per-unit, auditor lebih fokus pada nilai per audit, tidak pada
jumlah kesalahan penyajian untuk setiap unsur dalam sampel. Kecuali tentang definisi
dari apa yang diukur, estimasi mean-per-unit dihitung dengan cara yang persis sama
dengan estimasi selisih. Estimasi poin nilai per audit sama dengan rata-rata nilai audit
dari unsur-unsur dalam sampel dikalikan dengan ukuran populasi.

Metode Statistik Berjenjang

Sampling berjenjang (stratified sampling) adalah metode sampling di mana semua


elemen dalam total populasi ditarik menjadi dua atau tiga sub-populasi. Setiap sub-
populasi kemudian diuji secara independen. Perhitungan dibuat untuk setiap strata dan
kemudian digabungkan menjadi suatu taksiran populasi confidence interval untuk
keseluruhan populai. Hasil dihitung secara statistik. Stratifikasi diterapkan pada selisih,
rasio, dan estimasi mean-per-unit, tapi paling sering digunakan estimasi mean-per-unit.

Risiko Sampling

12
Kita telah membhas risiko bisa diterima untuk keliru menerima (acceptable risk
of incorrect acceptance/ARIA) untuk sampling non-statistik. Untuk sampling variabel,
auditor menggunakan ARIA dan juga risiko bisa diterima untuk keliru menolak
(acceptable risk of incorrect rejection/ARIR).

ARIA

ARIA adalah risiko statistik bahwa auditor menerima populasi yang


sesungguhnya yang mengandung kesalahan penyajian material. ARIA adalah hal yang
serius bagi auditor karena adanya potensi implikasi legal untuk menyimulkan bahwa
suatu saldo akun disajikan secara wajar padahal akun tersebut mengandung kesalahan
penyajian yang berjumlah mmaterial.

ARIR

Risiko bisa diterima untuk keliru menolak (acceptable risk of incorrect


rejection/ARIR) adalah risiko statistik bahwa auditor telah menyimpulkan bahwa
populasi mengandung kesalahan penyajian material padahal tidak demikian. ARIR
mempengaruhi tindakan auditor hanya apabila auditor menyimpulkan bahwa populasi
tidak disajikan secara wajar. Apabila auditor menjumpai bahwa suatu saldo akun tidak
disajikan secara wajar auditor pada umumnya akan menaikkan ukuran sampel dan
melakukan auditor pada umunya akan menaikkan ukuran sampel dan melakukan
pengujian lainnya.

2. ILUSTRASI PENGGUNAAN ESTIMASI SELISIH

Merencanakan Sampel Dan Menghitung Ukuran Sampel Dengan Menggunakan


Estimasi Selisih

Menetapkan Tujuan Pengujian Audit, Tujuan pengujian audit adalah untuk


menentukan apakah piutang usaha sebelumnya mempertimbangkan cadangan kerugian
piutang mengandung kesalahan penyajian material.

Memutuskan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan, Sampling audit bisa


diterapkan dalam konfirmasi atas piutang usaha karena piutang usaha besar jumlahnya.

13
Merumuskan Kondisi Kesalahan Penyajian, Kondisi kesalahan penyajian
adalah kesalahan penyajian yang dilakukan klien yang ditetapkan oleh konfirmasi pada
setiap akun atau prosedur alternatif.

Merumuskan populasi, Ukuran populasi ditentukan dengan cara dihitung,


seperti halnya untuk samping atribut. Perhitungkan yang akurat jauh lebih penting dengan
sampling variabel karena ukuran populasi langsung mempengaruhi ukuran sampel dan
perhitungan batas persis.

Merumuskan Unit Sampling, Unit sampling adalah suatu akun yang tercantum
dalam daftar piutang.

Menetapkan Risiko Bisa Dterima, Auditor menetapkan dua risiko yaitu: risiko
bisa diterima untuk keliru menerima (acceptable risk of incorrect acceptance/ARIA) dan
risiko bisa diterima untuk keliru menolak (acceptable risk of incorrect rejection/ARIR).

Menaksir kesalahan penyajan dalam populasi, Estimasi atau taksiran ini terdiri
dari dua bagian: menaksir suatu estimasi point yan diharapkan dan membuat taksiran
standar deviasi populasi di muka- variabilitas populasinya.

Menaksir Ukuran Sampel Awal, dengan menggunakan formula yang telah ada.

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit

Memilih Sampel, Karena diperlukan suatu sampel acak (selain PPS) ,auditor
menggunakan pemilihan sampel acak dengan bantuan komputer.

Melaksanakan Prosedur Audit, Auditor harus mengkonfimasi piutang usaha


dan melaksankan prosedur pengganti dengan cermat dengan menggunakan metode-
metode. Untuk konfirmasi, kesalahan penyajian adalah selisih antara jawaban konfirmasi
dengan saldo yang tercantum dalam pembukuan klien setelah direkonsiliasi dengan
semua selisih karena faktor waktu (timing difference) dan kesalahan yang dilakukan
debitur. Untuk konfirmasi yang tidak berjawab, kesalahan penyajian bisa ditemukan
melalui prosedur alternatif yang diperlakukan seperti halnya selisih dipertemukan melalui
konfirmasi. Auditor menentukan nilai kesalahan penyajian untuk setiap unsur dalam
sampel, biasanya kebanyaan tidak mengandung kesalahan penyajian (nilai no).

Menilai Hasil Sampel

14
Generalisasi dari Sampe ke Populasi, Dalam populasi berdasarkan hasil sampel
dengan catatan estimasi selisih menggunakan pengukuran statistika untuk menghitung
confidence limit. Empat tahapan yang melukiskan perhitungan confidence limit: pertama,
menghitung taksiran point dari total kesalahan penyajian. Taksiran point adalah
ekstrapolasi langsung dari kesalahan penyajian dalam sampel kesalahan penyajian dalam
populasi. Kedua, menghitung taksiran standar deviasi populasi. Standar deviasi populasi
adalah penggukuran statistika tentang variabilitas dalam nilai dari unsur-unsur individual
di dalam populasi kecil. Ketiga, menghitung precision interval. Precision interval
dihitung dengan formula statistika. Hasilnya adalah jumlah rupiah tentang ketidak
mampuan untuk memprediksi kesalahan penyajian populasi yang sesungguhnya, karena
pengujian dilakukan atas suatu sampel, tidak pada keseluruhan populasi. Keempat,
menghitung konfindence limit. Audtor menghitung konfendence limit, yang merumuskan
konfedence interval, dengan menggabungkan taksiran point dari total kesalahan
penyajian dengan computer precision interval pada tingkat confidence yang dihendaki
(taksiran pon±computer precision interval).

Menganalisis Kesalahan Penyajian, Auditor harus mengevaluasi kealahan


penyajian untuk menentukan penyebab setiap kesalahan penyajian dan menentukan
apakah diperlukan modifikasi dalam model risiko audit.

Menentukan Akseptabilitas Populasi, Auditor akna menerima hipotesis bahwa


nilai per buku mengandung kesalahan penyajian dalam jumlah yang material.

Tindakan apabila hipotesis ditolak, Bahwa populasi sesungguhnya


mengandung kesalahan penyajian material.

Analisi, Auditor dapat menggunakan ARIR untuk mengurangi kemungkinan


diperlukan menaikkan ukuran sampel apabila standar deviasi atau taksiran point lebih
besar dari yang diharapkan. Apabila salah satu atau kedua konfidence limit terletak diluar
rentang kesalahan penyajian bisa ditoleransi, populasi dipandang tidak bisa diterima.
Tindakan yang diperlukan auditor adalah sama dengan apa yang telah dibahas untuk
sampling non-statistik, kecuali bahwa penaksiran kesalahan penyaian populasi dilakukan
lebih baik.

15

Anda mungkin juga menyukai