• Angelina Hendrika
Penu_202114060
• Vincencia Eka
Riyani_202114067
• Regina Vensa Ariesta_202114074
• Maria Paselis_202114075
METODOLOGI UNTUK
PERANCANGAN
PENGUJIAN
Dalam perancangan pengujian RINCI
rinci saldo untuk SALDO
piutang usaha, auditor harus mendapatkan hasil yang
memuaskan atas 8 tujuan auditor saldo diantaranya :
1. Piutang usaha dalam dafar umur piutang cocok dengan jumlah dalam master file yang bersangkutan,
dan penjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di buku besar (kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan).
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian).
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan).
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah-batas).
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bias direalisasikan (nilai bias direalisasikan).
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha
Berikut merupakan metodologi untuk merancang pengujian rinci saldo piutang
usaha:
Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi
dan Risiko Bawaan
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif karena
tingkat respon yang rendah atau tidak dapat diandalkan. Dalam industry tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respon
untuk konfirmasi itu sangat rendah.
3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti substantive lain dapat
diakumulasikan sebagai bukti yang cukup. Jika klien memiliki pengendalian internal efektif dan risiko bawaan
yang cukup rendah terhadap siklus penjualan dan penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan
melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis.
Jenis-jenis Konfirmasi
1.Konfirmasi positif
a. Formulir konfirmasi kosong
b. Konfirmasi tagihan
2.Konfirmasi negative
PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative dapat dilakukan
hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi.
• Menjalankan Pengendalian
Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga
dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan konfirmasi, seperti memasukkan
surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan
cap pada amplop, auditor harus melakukan pengawasan ketat.
• Tindak lanjut bila tidak ada tanggapan
Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai bukti
audit. Misalnya, tidak ada tanggapan atas konfirmasi positif bukan berarti merupakan bukti
audit. Sama halnya dengan konfirmasi negative, jika tidak ada respon maka auditor tidak boleh
menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan membenarkan
permintaan informasi.
• Analisis perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auidtor harus menentukan alasan
jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus, perbedaan tersebut disebabkan oleh beda
waktu antara pencatatan klien dan pelanggan. Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian
(exeption), yang merupakan salah saji atas saldo piutang dagang.
Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi :
a) Pembayaran yang dilakukan
Perbedaan biasanya terjadi ketika pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum
tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembyaran saat pencatatan sebelum
tanggal konfirmasi.
Untuk lebih mempermudah pemahaman maka dalam membahas subbab ini, maka akan
digunakan contoh kasus pada PT Perkakas Prima guna mengilustrasikan pengembangan
prosedur program audit untuk pengujian perincian dalam siklus penjualan dan penagihan.
Prosedur ini ditentukan atas dasar pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi.
Mira Abadi, seorang auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai
panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo tersebut. Informasinya
adalah sebagai berikut:
• Salah saji yang dapat diterima. Ketentuan awal atas materealitas adalah diatas Rp
442.000.000 (sekitar 6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000.000). Ia mengalokasikan Rp
265.000.000 ke audit piutang dagang.
· Risiko audit yang bias diterima.
Mira menentukan risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, karena perusahaan dalam kondisi
keuangan yang bagus, stabilitas keuangan yang tinggi, dan pengguna laporan keuangan yang hanya
sedikit.
· Risiko bawaan.
Mira menentukan bahwa tingkatan risiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk keberadaan dan
pisah batas karena hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengakuan pendapatan. Mira juga
menentukan risiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk nilai realisasi. Pada tahun-tahun
sebelumnya, klien membuat penyesuaian audit atas cadangan piutang tak tertagih karena terbukti kurang
saji. Risiko bawaan untuk tujuan lain ditetapkan rendah.
· Risiko pengendalian.
Penentuan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sesuai dengan standar yang ada.
· Pengujian substantive atas hasil transaksi.
Penentuan pengujian substantive atas hasil transaksi untuk setiap tujuan audit sesuai dengan standar yang
ada.
· Prosedur analitis.
· Risiko deteksi terencana dan bukti audit terencana.