Anda di halaman 1dari 4

Nama : Reyliani Aprilia

NIM : 12030117120023
No.Urut : 51
Kelas : B

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN

PENAGIHAN : PIUTANG USAHA

Metodologi Perancangan Pengujian Terperinci atas Saldo

Bukti yang tepat yang diperoleh melalui pengujian terperinci atas saldo harus diputuskan
berdasarkan tujuan–tujuan audit. Dalam merancang pengujian terperinci atas saldo piutang
usaha, auditor harus memenuhi masing-masing dari tujuan audit terkait saldo. Tujuan-tujuan
audit tersebut adalah :
1. Piutang usaha dalam neraca saldo menurut waktu/umur cocok dengan jumlah pada
file induk, dan jumlah totalnya tepat dan cocok dengan buku besar (hubungan yang
rinci/ detail tie-in)
2. Piutang usaha yang telah dicatat benar adanya (keterjadian)
3. Piutang usaha yang ada telah dimasukkan/dicatat semuanya (kelengkapan)
4. Piutang usaha jumlahnya akurat (keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Cut-off piutang usaha sudah benar (dicatat pada periode yang tepat)
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai realisasi (nilai yang dapat direalisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak)

Kemudian yang selanjutnya adalah metodologi perancangan pengujian terperinci atas


saldo piutang usaha :
1. Fase pertama
• Identifikasi risiko signifikan dan nilai risiko salah saji material untuk piutang
usaha: auditor mempelajari bisnis klien dan lingkungan eksternalnya serta
mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk untuk mengidentifikasi
risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat berdampak pada laporan keuangan,
termasuk piutang usaha di dalamnya.
• Tentukan tingkat materialitas untuk piutang usaha : auditor pertama memutuskan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian
mengalokasikan jumlah pertimbangan awal kepada setiap akun neraca, termasuk
piutang usaha.
• Menilai risiko kontrol untuk siklus penjualan dan penagihan : auditor secara khusus
memperhatikan 3 aspek kontrol internal, yaitu kontrol untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan/korupsi, kontrol atas cut-off, dan kontrol yang berkaitan
dengan cadangan piutang tak tertagih. Auditor harus menghubungkan risiko
kontrol untuk tujuan audit dengan tujuan audit terkait saldo untuk memutuskan
risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan untuk pengujian
saldo terperinci.
2. Fase kedua
• Merancang dan melakukan uji kontrol dan uji substantif atas transaksi : hasil dari
uji kontrol menentukan apakah risiko kontrol yang sudah dinilai sebelumnya untuk
penjualan dan penerimaan kas perlu direvisi. Auditor menggunakan hasil uji
substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang sudah
direncanakan terpenuhi untuk setiap tujuan audit terkait piutang usaha.
3. Fase ketiga
• Merancang dan melakukan prosedur analitik substantif : biasanya dilakukan selama
pengujian terperinci selesai setelah tanggal neraca tapi sebelum pengujian
terperinci atas saldo. Auditor melakukan perencanaan dan prosedur analitik
substantif untuk seluruh siklus penjualan, bukan hanya piutang usaha. Ini
diperlukan karena adanya hubungan yang erat/dekat antara laporan laba rugi dan
akun neraca saldo. Auditor juga harus melakukan review atas piutang usaha
dengan jumlah yang besar dan tidak biasa seperti : saldo yang besar; akun yang
sudah lama beredar; piutang usaha dari perusahaan afiliasi, pejabat, direktur, dan
pihak terkait lainnya, serta saldo kredit.
• Merancang dan melakukan uji terperinci saldo akun piutang usaha

Merancang Pengujian Terperinci atas Saldo

Meskipun auditor menekankan pada akun neraca dalam pengujian terperinci atas saldo,
namun mereka tidak mengabaikan akun laporan laba rugi karena akun laporan laba rugi diuji
sebagai produk sampingan dari pengujian neraca saldo. Konfirmasi atas piutang usaha adalah
uji terperinci yang paling penting atas piutang usaha. Pengujian terperinci atas saldo piutang
usaha menekankan pada tujuan audit terkait saldo piutang usaha yang telah disebutkan diatas.

Konfirmasi Piutang Usaha

Konfirmasi piutang usaha merupakan konsep yang berulang dalam diskusi mengenai
perancangan pengujian terperinci saldo piutang usaha. Tujuan utama dari konfirmasi piutang
usaha adalah untuk memenuhi tujuan audit eksistensi/keterjadian, keakuratan, dan cut-off.
Biasanya, konfirmasi adalah tanggapan tertulis langsung dari pihak ketiga dalam bentuk
kertas atau elektronik, tapi juga dapat mencakup informasi yang dapat diperoleh auditor
melalui akses langsung yang diberikan oleh pihak ketiga kepada informasi yang dimiliki oleh
pihak ketiga, seperti akses langsung ke sistem manajemen vendor pemasok. Konfirmasi juga
dianggap sebagai bukti yang andal karena diterima langsung dari pihak ketiga. Meskipun
respons lisan dapat dijadikan bukti audit, respons tersebut tidak dianggap sebagai konfirmasi.
Konfirmasi mungkin tidak cocok digunakan dalam beberapa keadaan berikut : (a) saldo
piutang usaha secara keseluruhan tidak material, (b) auditor menganggap konfirmasi sebagai
bukti audit yang tidak efektif karena respons kemungkinan besar tidak memadai atau tidak
dapat diandalkan, (c) tingkat salah saji material yang dinilai oleh auditor adalah rendah dan
bukti substantif lainnya dapat diakumulasikan untuk memberikan bukti yang cukup.
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, auditor perlu terlebih dahulu menentukan jenis
dari konfirmasi yang akan digunakan. Konfirmasi positif adalah komunikasi yang ditujukan
kepada debitur yang meminta penerima untuk mengkonfirmasi apakah saldo yang tertera
pada permintaan konfirmasi benar atau salah. Konfirmasi kosong adalah tipe dari konfirmasi
positif yang tidak mencantumkan jumlah pada konfirmasi tapi meminta penerima untuk
menulis jumlah saldo atau memberikan informasi lainnya. Konfirmasi faktur adalah tipe
lain dari konfirmasi positif dimana setiap faktur dikonfirmasi, bukan seluruh saldo piutang
usaha pelanggan. Konfirmasi negatif juga ditujukan pada debitur tapi meminta respons
hanya saat debitur tidak setuju dengan jumlah yang tertera. Penentuan jenis konfirmasi apa
yang akan digunakan merupakan keputusan auditor, dan harus didasarkan pada fakta dalam
audit. Bukti paling andal dari konfirmasi diperoleh ketika dikirimkan sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Hal ini memungkinkan auditor untuk secara langsung menguji akun
piutang usaha dalam laporan keuangan tanpa membuat kesimpulan apapun mengenai
transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi
piutang usaha adalah :
1. Materialitas pelaksanaan
2. Risiko inheren (risiko yang melekat)
3. Risiko kontrol
4. Risiko deteksi yang didapat dari uji substantif
5. Jenis konfirmasi (biasanya konfirmasi negatif memerlukan ukuran sampel yang lebih
besar)
Auditor harus melakukan prosedur untuk memverifikasi alamat dan email yang digunakan
untuk konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirimkan melalui surat, auditor harus
mempertahankan kendali atas konfirmasi tersebut sampai konfirmasi dikembalikan oleh
pelanggan. Klien dapat membantu menyiapkan konfirmasi, tapi auditor harus bertanggung
jawab untuk mengirimkan konfirmasi ke luar kantor klien. Saat permintaan konfirmasi
dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan alasan jika dilaporkan ada
perbedaan. Dalam banyak kasus, hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu antara catatan
klien dan pelanggan.
Ketika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan saat melakukan
prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi kontrol internal. Setiap kesalahan penyajian
oleh klien harus dianalisis untuk menentukan apakan itu konsisten atau tidak dengan tingkat
risiko kontrol yang telah dinilai sebelumnya. Generalisasi dari sampel ke seluruh populasi
piutang usaha juga perlu dilakukan. Keputusan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan
adalah apakah bukti yang cukup telah diperoleh melalui uji kontrol dan uji substantif atas
transaksi, prosedur analitik substantif, prosedur cut-off, konfirmasi, dan uji substantif lainnya
untuk membenarkan penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo yang dinyatakan

Mengembangkan Program Audit untuk Pengujian Terperinci

Penentuan prosedur ini didasarkan pada uji kontrol dan uji substantif atas transaksi dan
prosedur analitik substantif yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai