Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN II

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

Disusun oleh:
Setyawan Dwi Prakoso (F0317096)

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2019
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

Auditor harus memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha, yaitu: 1.

1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya
telah ditabahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum (detail tie-in)

2. Piutang usaha yang dicatat ada (keberadaan)


3. Piutang usaha yang telah ada sudah dicantumkan (kelengkapan)
4. Piutang usaha sudahakurat (keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak)

Tujuan audit yang berkaitan dengan piutang usaha adalah:

1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum (detail tie-in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada (keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akurat (keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak)

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap I),
auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta engevaluasi tujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan
yang dapat mempengaruhi laporan keuangan terasuk utang usaha. Sebagai bagian dari
pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang
dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren (yahap I), pertama
auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan
keuangan serta keseluruhan, kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke sebagian penetapan materialitas kinerja.

Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagiahan (tahap I),
pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait
setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang
akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Tiga aspek utama
pengendalian internal:

1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan


2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutan tak tertagih

Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi (tahap II), perancanagan prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil
dari pengujian-pengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah
penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dari penerimaan kas harus direvisi. Auditor
menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh makan
risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha.

Merancang dan melaksanakan prosedur analitis (tahap III), sebagian besar prosedur
analitis yang dilaksanakan selama tahap proses pengujian yang terinci dilakukan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan
prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan bukan hanya
piutang usaha. Memang harus demikian karena hubungan erat antara akun-akun laporan
laba rugi dengan neraca. Jika auditor mengidentifikasikan salah saji yang mungkin terjadi
dalam retur dan pengurangan penjualan dengan mengunakan prosedur analitis piutang
usaha mungkin akan mengoffset salah saji

Meranang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha (tahap III),
pengujian atas rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum pada
kertas kerja perencanaan bukti. Risiko deteksi yang direncanakan untuk setiap tujuan audit
yag berkaitan dengan piutang usaha. Ini merupakan keputusan subjektif yang dibuat oleh
auditor setelah mengkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap faktor yang
tercantum pada baris tersebut.

MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

Walaupun ketika melaksanakan pengujian terhadap rincian saldo lebih menekankan pada
neraca, auditor tidak boleh mengabaikan akun-akun laporan laba rugi karena akun-akun
akan diuji sebagai produk sampingan dari neraca. Konfirmasi piutang usaha merupakan
pengujian atas rincian saldo piutang yang paling penting.

1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum, sebagian
pengujian terhadap piutan usaha dan piutang tak tertagih didasarkan pada agend trial
balance. Agend trial balance menyediakan daftar saldo dalam file induk piutang usaha
pada tanggal neraca, termasuk saldo pelanggan individual yang beredar dan rincian
setiap saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
2. Piutang usaha yang dicatat memang ada, konfirmasi saldo merupakan pengujian atas
rincian saldo yang paling penting untuk menentukan keberadaan atas piutang usaha
yang telah dicatat. Jika pelanggan tidak mengkonfirmasi auditor akan memeriksa
dokumen pendukung guna memverifikasi penerimaan barang dan bukti penerimaan
kas untuk menentukan apakah piutang telah tertagih.
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan, ketika klien tidak sengaja mengeluarkan
sebuah piutang usaha dari neraca saldo, satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk
menemukannya adalah memfooting neraca saldo piutang usaha dan merekonsiliasi
saldonya dengan akun pengendalian pada buku besar umum.
4. Piutang usaha sudah akurat, auditor akan melaksanakan pengujian terhadap debet dan
kredit saldo setiap pelanggan dengan memeriksa dokumen penduung menyangkut
pengiriman dan penerimaan kas.
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar, hubungan erat antara klasifikasi
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan klasifikasi dengan tujuan pengujian dan
pengungkapan yang dapat dipahami. Untuk memenuhi klasifikasi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo, auditor harus menentukan apakah klien telah memisahkan
dengan benar klasifikasi piutang usaha yang berbeda.
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar, salah saji pisah batas terjadi ketika transaksi
periode berjalan tercatat dalam periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuan menguji
pisah batas tanpa memandang jenis terpaksa adalah untuk memverifikasi apakah
transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang
tepat. Tujuan pisah batas merupakan salah satu yang paling penting dalam siklus
karena salah saji pisah batas dapat mempengarui laba periode berjalan.
Salah saji pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur, dan pengurangan penjualan,
dan penerimaan kas. Untuk masing-masing pos tersebut, auditor membutuhkan tiga
pendekatan:
- Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat
- Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan
untuk memastikan kelayakan pisah batas
- Menguji apakah pisah batas sudah benar
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi, standar akuntansi mengharuskan
perusahaan menyatakan piutang usaha pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Nilai
realisasi piutang usaha sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penyisihan piutang
tak tertagih.
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha, untuk mengungkapkan situasi dimana klien
memiliki hak yang terbatas atas piutang, auditor dapat mereview notulen rapat,
membahasnya dengan klien, mengkonfirmasi dengan bank, memriksa kontak utang
menyangkut bukti piutang usaha yang digadaikan sebagai jaminan, dan memeriksa
file korespondensi.
9. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha, bagian penting dari revaluasi adalah
memutuskan apakah klien memiliki jumlah terpisah yang material yang memerlukan
pengungkapan terpisah dalam laporan.

KONFIRMASI PIUTANG USAHA

Merupakan konsep yang harus berulang dalam pembahasan mengenai perancangan penguian
atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan utama konfirmasi adalah untuk memenuhi tujuan
eksistensi, keakuratasn, serta pisah batas. Konfirmasi merupakan respon tertulis langsung dari
pihak ketiga dalam wujud kertas atau secra elektornik, dan dianggap sebagai bukti yang
sangat terpercaya atau andal karena diterima langsung dari pihak ketiga. Dua jenis konfirmasi
adalah konfirmasi positif dan konfirmasi negatif.
Konfirmasi positif merupakan kounikasi langsung dengan debitor yang meminta pihak
penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada
permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Formulir konfirmasi yang kosong merupakan
jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta
penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. Konfirmasi faktur
merupakan jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan dikonfirmasi, dan
bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.

Konfirmasi negatif juga ditujukkan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respon jika
debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Penetapan waktu bukti yang paling
dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat
mungkin dengan tanggal neraca. Keputusan sampel ukuran sampel merupakan faktor utama
yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha dalam beberapa
kategori dan mencakup hal-hal sebagai berikut:

- Materialitas kinerja
- Risiko inheren
- Risiko pengendalian
- Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substanstif lainnya
- Jenis konfirmasi

Verifikasi alamat dan penyelenggaraan pengendalian yaitu auditor harus melaksanakan


prosedur demi memverifikasi alamat surat atau alamat email yang dipakai dalam konfirmasi.
Menindaklanjuti nonproses yaitu ketika konfirmasi tidak dikembalikan oleh pelanggan
tidak boleh dianggap sebagai bukti yang signifikan. Konfimasi negatif menunjukkan sejula
bukti untuk asersi eksistensi atau keberadaan. Untuk konfirmasi positif yang tidak
dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumentasi (penerimaan kas selanjutnya, salinan
faktur penjualan, dokumen pengiriman, san korespondensi dari klien) untuk memverifikasi
eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir piutang
usaha. Analisis perbedaan yaitu jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan,
auditor harus menentukan penyebab setiap perbedaan dilaporkan. Jenis perbedaan dalam
konfirmasi yaitu pembayaran telah dilakukan, barang belum diterima, barang tidak
dikembalikan, dan keslahan klerikat dan jumlah yang diperdebatkan. Menarik kesimpulan
merupakan kaputusan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan apakah bukti yang
mencukupi telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi.

MENGEMBANGKAN PROGRAM AUDIT BAGI PENGUJIAN YANG TERINCI

Auditor senior menyediakan kertas kerja perencanaan bukti yang isinyan sebagai berikut:

1. Materialitas kinerja
2. Risiko audit yang dapat diterima
3. Risiko inheren
4. Risiko pengendalian
5. Hasil pengujian substantif atas transaksi
6. Prosedur analitis
7. Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan

Anda mungkin juga menyukai