Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

MATA KULIAH PENGAUDITAN II

“ KEBIJAKAN SAMPLING & RISIKO AUDIT ”

Disusun oleh :

Adik Anis Tri Astuti (F0317002)

Aulia Rahmah Sari (F0317021)

Fadillah Ahmad Fauzi Pratama (F0317041)

Novi Nur Afifah (F0317074)

Setyawan Dwi Prakoso (F0317096)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
A. KEBIJAKAN SAMPLING

a. JENIS SAMPLING
 Sampling yang kita pilih adalah sampling probabilitas (sampling statistik).
 Sampling probabilitas merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

b. TUJUAN AUDIT SAMPLING


 Bertujuan untuk mengevaluasi sejumlah karakter dari populasi yang akan diteliti agar lebih
objektif karena bersifat acak dan tidak terbatas pada analisis deskriptif namun bisa inferensia.

c. POPULASI YANG DITELITI


Kami menggunakan populasi piutang usaha penjualan tidak langsung dari PT Ace
Hardware Corporation dan entitas anak. Kami mengambil 5 sampel dari 35 piutang usaha
penjualan tidak langsung PT Ace Hardware Corporation dan entitas anak.

d. ASUMSI YANG DIGUNAKAN


Menurut opini auditor laporan keuangan konsolidasian dalam semua hal yang material
posisi keuangan konsolidasian PT Ace Hardware Corporation dan entitas anaknya tanggal 31
Desember 2017 serta kinerja keuangan dan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

e. TAHAP MELAKUKAN SAMPLING


a. Menetapkan tujuan rencana
b. Merumuskan populasi dan unit sampling
c. Memilih sampel
d. Menguji sampel
e. Mengestimasi keadaan populasi
f. Evaluasi atau simpulan hasil pengujian

Rumus menghitung sampel :

n = N / 1 + Ne2

dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Ne = batas toleransi kesalahan
Jadi, kami mengambil akun piutang usaha dalam penjualan tidak langsung terdapat
40 populasi, diasumsikan batas toleransi kesalahan sebesar 20%.

Perhitungan :
n = 40 / 1 + 0,20
n = 33.3

B. RISIKO AUDIT

a. INHERENT RISK
Risiko bawaan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji
(misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian yang
berhubungan. Risiko salah saji (misstatement) seperti itu lebih besar dalam beberapa asersi laporan
keuangan dan saldo-saldo atau pengelompokan yang berhubungan daripada yang lainnya. Risiko ini
dipertimbangkan pada tahap perencanaan audit. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih
mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Akun yang terdiri
dari jumlah yang berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan
dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta.

Contoh :
 Valuasi piutang dagang, asersi keberadaan piutang dagang oleh manajemen, terkait kecemasan
auditor tentang going concern.
 Kalkulasi beban pensiun, metode penyusutan aset tetap dan kalkulasi beban penyusutan aset
tetap.
 Kas lebih rentan pencurian dibanding persediaan.
 Perubahan teknologi menyebabkan aset tetap padat teknologi harus di hapus-buku lebih cepat
lantaran ketinggaalan teknologi.
 Lapping banyak terjadi pada industri perbankan, dana pensiun, asuransi. KKN pada akun
tabungan berjangka lebih banyak terjadi pada demand deposit.
 Berbagai perusahaan memilih tak menggunakan pedoman sistem & prosedur (tertulis & kaku)
untuk meningkatkan kreativitas dan layanan pelanggan.
 Moral, standar etika, misalnya uang tip boleh diterima, itu rezeki anda, merupakan risiko
budaya.

b. CONTROL RISK
Risiko pengendalian / Control Risk mencakupi risiko salah saji laporan keuangan tak
tercegah atau tak tertemukan pada bingkai waktu tertentu oleh struktur pengendalian internal,
kebijakan atau prosedur. Berbagai control risk selalu ada karena keterbatasan inheren dari struktur
pengendalian internal. Bila kebijakan dan prosedur tak berjalan efektif, maka auditor melakukan
penilaian control risk sebanyak mungkin, dengan catatan bahwa biaya pengendalian risiko harus
lebih kecil dari manfaat pengendalian risiko. Pada umumnya, pengendalian inheren tak mampu
membuat risiko menjadi 0%, diperangi atau dikurangi dengan strategi-sistem-prosedur
terkait control risk. Control risk dirancang utk menekan risiko-residual tersebut sedapat-dapatnya,
lalu sisa risiko selanjutnya menjadi tugas strategi deteksi, sistem-prosedur deteksi penyimpangan,
KKN dan salah saji material

Contoh :
 Resiko Pengendalian yang berhubungan dengan review manual log komputer bisa tinggi
karena kegiatan memerlukan penyelidikan yang mudah terlewatkan, karena volume
informasi login. Pengendalian resiko yang berkaitan dengan prosedur validasi data
komputerisasi ini biasanya rendah bila proses ini di terapkan secara konsisten.

c. DETECTION RISK
Resiko deteksi didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa salah saji material berkaitan
dengan pernyataan yang tidak akan terdeteksi oleh substantif pengujian auditor. Risiko deteksi
juga diartikan sebagai risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material yang
ada dalam suatu asersi. Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi
terletak pada tahap auditor mendesain pengujian substantif.

Contoh :
 Auditor tak memeriksa 100% saldo akun-akun.
 Ketidakpastian, kesalahan merancang prosedur audit, salah terap prosedur audit, salah tafsir
terhadap hasil audit.

d. MODEL RISIKO AUDIT


Model risiko audit, mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen risiko audit
sebagai berikut :

AR = IR x CR x DR

Dimana :
AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk

Di asumsikan bahwa kami sebagai auditor sepakat untuk menentukan Accepted Audit Risk
(AR) sebesar 10%. Karena kami menganalisis Laporan Keungan PT Ace Hardware Corporation,
sudah dinyatakan lolos audit sehingga dapat diartikan kewajarannya juga tinggi, maka diasumsikan
lagi bahwa Inherent Risk (IR) sebesar 30% dan Control Risk (CR) sebesar 40%.
Risiko deteksi dapat ditentukan sebagai berikut :

AR = IR x CR x DR
0,1 = 0,3 x 0,4 x DR
DR = 0,83

DR = 0,71
Risiko deteksi sebesar 83%, berarti auditor perlu mengantisipasi dengan prosedur
program audit merencanakan pengujian subtantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan
risiko yang dapat diterima dan ditekan ke tingkat paling minimal bahwa terdapat
kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 83% dalam mendeteksi salah saji yang material.
Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dari sumber-sumber lain untuk
mendukung penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai