Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN RISIKO

Anggota Kelompok :
1. M. Ali Imron 041711333046
2. Muhammad Aldy Imawan 041711333062
3. Boas William 041711333160
4. Yudha Vandiyanto 041711333173
1
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Komponen model risiko audit:


1. Risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)
Adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan audit akan gagal
mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif
yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya
berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan.
Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana
pengurangan risiko itu.
Contoh:
Risiko deteksi yang direncanakan adalah rendah untuk persediaan dan
pergudangan, yang menyebabkan bukti yang direncanakan menjadi
tinggi.
Risiko deteksi yang direncanakan (PDR) sebesar 0,05 berarti auditor
berencana mengumpulkan bukti sampai risiko salah saji yang melebihi
materialitas kinerja turun menjadi 5%.
Jika risiko pengendalian (CR) adalah 0,5 dan bukan 1,0, risiko deteksi
yang direncanakan (PDR) akan menjadi 0,1 sehingga bukti yang
direncanakan akan berkurang.

2/24/2020
2
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

2. Risiko inheren
Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji,
dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan
bahwa risiko inheren adalah tinggi.
Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji
yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal .
Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena
pengendalian internal ini diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko
audit sebagai risiko pengendalian.
Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan,
dan bersifat langsung dengan bukti.
Contoh:
Risiko inheren untuk persediaan dan pergudangan adalah tinggi, sehingga
menghasilkan risiko deteksi yang direncanakan yang lebih rendah serta lebih
banyak bukti yang direncanakan daripada jika risiko inheren lebih rendah.
3. Risiko pengendalian (control risk)
Adalah mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji material
akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
Semakin efektif pengendalian internal, semakin rendah faktor risiko yang dapat
ditetapkan untuk risiko pengendalian.

3
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Seperti pada risiko inheren, hubungan antara risiko pengendalian dan risiko
deteksi yang direncanakan berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara
risiko pengendalian dan bukti substantif bersifat langsung.
Jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal efektif, risiko deteksi
yang direncanakan dapat diperbesar sehingga bukti dapat dikurangi.
Auditor dapat memperbesar risiko deteksi yang direncanakan bila
pengendalian internal efektif, karena pengendalian internal yang efektif akan
memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.
Sebelum dapat menetapkan risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100%,
auditor harus memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi
seberapa baik pengendalian internal tersebut berfungsi, serta menguji
keefektifannya.
Pemahaman atas pengendalian internal ini dibutuhkan pada semua audit.
4. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan
pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
Apabila auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima lebih rendah,
auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak disalah sajikan secara
material.

4
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Risiko nol berarti yakin sekali, dan risiko sebesar 100% berarti sama
sekali tidak yakin.
Keyakinan penuh (risiko nol) mengenai keakuratan laporan keuangan
secara ekonomi tidak praktis. Selain itu, auditor juga tidak dapat
menjamin bahwa sama sekali tidak ada salah saji yang material.
Sering kali auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga
disebut assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan
risiko audit yang dapat diterima.
Audit assurance merupakan pelengkap risiko audit yang dapat
diterima. Dengan kata lain, risiko audit yang dapat diterima sebesar
2% sama dengan audit assurance sebesar 98%.
Perbedaan antara risiko-risiko dalam model risiko audit::
Ada perbedaan menyangkut bagaimana auditor menilai keempat faktor
risiko dalam model risiko audit.
Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko
yang bersedia diambil kantor akuntan publik bahwa laporan keuangan
disalahsajikan setelah audit selesai, berdasarkan faktor-faktor yang
terkait dengan klien tertentu.

5
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Contoh:
Klien dimana auditor bersedia menerima risiko yang sangat kecil (risiko audit
yang dapat diterima yang rendah) adalah untuk penawaran saham perdana
kepada masyarakat.
Risiko inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau
prediksi auditor mengenai kondisi klien.
Contoh:
Risiko inheren yang tinggi adalah persediaan yang belum terjual setelah dua
tahun.
Sementara contoh risiko pengendalian yang rendah adalah pemisahan tugas
yang memadai antara penyimpanan aset dan akuntansi.
Auditor tidak bisa mengubah kondisi klien ini, tetapi hanya bisa menilai
kemungkinannya.

6
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Menilai risiko audit yang dapat diterima:


Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi
suatu audit selama perencanaan audit.
Auditor harus memutuskan risiko penugasan, dan kemudian menggunakan
risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor
akuntan publik akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun
laporan audit sudah benar.
Risiko penugasan berkaitan erat dengan risiko bisnis klien.
Menilai risiko inheren:
Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko
inheren, yaitu:
a. Sifat bisnis klien.
b. Hasil audit sebelumnya.
c. Penugasan awal versus penugasan berulang.
d. Pihak-pihak yang terkait.
e. Transaksi nonrutin atau kompleks.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi
dengan tepat.

7
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

g. Unsur-unsur populasi
h. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang.
i. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi asset.

8
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit:


Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak
terpisahkan. Risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas
mengukur besarannya.
Secara bersama-sama, keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan
besaran tertentu.
Contoh:
Pernyataan bahwa auditor berencana mengumpulkan bukti sedemikian rupa
sehingga hanya ada 5 persen risiko (risiko audit yang dapat diterima) kegagalan
mengungkap salah saji yang melampaui materialitas kinerja sebesar
Rp265.000.000 (materialitas) merupakan pernyataan yang tepat dan bermakna.
Jika tidak menyebutkan bagian risiko atau materialitas, pernyataan itu
menjadi tidak bermakna.
Risiko sebesar 5% tanpa disertai ukuran materialitas yang spesifik bisa saja
menyiratkan bahwa salah saji sebesar Rp1.000.000 atau Rp100.000.000 dapat
diterima.
Lebih saji sebesar Rp265.000.000 tanpa risiko yang spesifik bisa saja
menyiratkan bahwa risiko sebesar 1% atau 80% dapat diterima. 9
10

Anda mungkin juga menyukai