Resiko audit berbeda dengan resiko usaha. Resiko usaha adalah kemungkinan akuntan menderita
kerugian yang mengancam eksistensi usahanya sebagai kantor akuntan. Walaupun demikian resiko
audit sangat mempengaruhi resiko usaha kantor akuntan, dalam arti apabila akuntan dalam
mengeluarkan laporannya berbeda dengan keadaan sebenarnya tentu resiko usahanya lebih tinggi.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, akan semakin rendah pula risiko
audit yang auditor bersedia menanggungnya. Begitu juga sebaliknya.
Resiko audit yang mau diterima auditor mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat
keinginannya mengekspresikan pendapat yang tepat. Sebagai contoh, keinginan kepastian
ketepatan pendapat adalah 90% maka resiko auditnya adalah 100% dikurangi 90% yaitu sama
dengan 10%. Tingkat resiko audit dapat juga dinyatakan dalam bentuk kualitatif seperti rendah,
sedang, atau tinggi. Tingkat resiko audit yang dianggap standar adalah 5% dan tingkat resiko
audit tidak pernah akan tidak ada atau nol.
DAFPUS : https://www.e-akuntansi.com/arti-resiko-audit/
Contoh:
Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan tanpa pengendalian intern,
berarti risiko bawaannya tinggi. Faktor pengendalian intern tidak diperhitungkan dalam menetapkan inherent
risk (risiko bawaan) karena dalam model risiko audit hal itu akan diperhitungkan tersendiri sebagai risiko
pengendalian.
Hubungan antara risiko bawaan (inherent risk) dengan risiko penemuan (planned detection risk) serta rencana
pengumpulan bukti adalah bahwa inherent risk sifatnya berbanding terbalik dengan planned detection risk
rendah, maka planned detection risk tinggi dan bukti yang harus dikumpulkan pun sedikit.
Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan.
Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum (100%) dalam
rencana audit.
Misalnya: auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern yang ada sama sekali tidak efektif dalam
mencegah atau mendeteksi kekeliruan.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin
kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang
dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh
auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
DAFPUS : https://unyil-ikal.blogspot.com/2017/12/inherent-risk-control-risk-detection.html?m=1
Tanggung jawab Auditor, adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
yang Material. Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus
dikeluarkan.
Jika Auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang Material, maka ia akan menunjukkannya pada
klien sehingga suatu koreksi atas kesalahan tersebut dapat dilakukan.
Ada tujuh ( 7 ) Fase Materialitas dan Resiko, yaitu :
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industri klien
3. Menilai Risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis awal
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko akseptibilitas audit serta risiko inheren
6. Memahami pengendalian intern dan menilai risiko pengendalian
7. Menyusun seluruh rencana serta program audit
Dalam penerapan Materialitas tersebut ada lima tahap yang perlu diketahui, yaitu :
a. Perencanaan tentang rentang uji audit :
1. Menetapkan Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke
dalam segmen-segmen
b. Evaluasi Hasil :
3. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang
telah direvisi tentang tingkat materialitas.
Penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan
bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan.
Mengestimasi Nilai salah saji serta membandingkannya dengan nilai Pertimbangan Awal.
Pada saat auditor melaksanakan sejumlah prosedur audit bagi setiap segmen audit, maka kertas kerja haruslah
dipelihara untuk mencatat semua salah saji yang
diketemukan. Berbagai salah saji ini dipergunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang
terkandung dalam persediaan.
Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya,
Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah dengan membuat suatu proyeksi langsung dari
sampel yang ada pada populasi, serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling error.
Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan sampling error yang akan membuat nilai
salah saji maksimum ini akan masuk dalam pertimbangan auditor.
RISIKO
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkatan ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti,
efektif struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah tersaji
secara wajar setelah audit selesai
Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan menangani dengan
sepantasnya. Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan
seksama. Misalkan, kalau auditor menyadari bahwa bidang industri sebuah klien mengalami perubahan
teknologi besar-besaran, yang tidak saja mempengaruhi klien tadi, tapi juga pelanggannya.Ini akan
menyebabkan usangnya persediaan klien, mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat
mempengaruhi kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini dengan pantas adalah
sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.
PDR = AAR
IR x CR
Dimana :
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planed Detection Risk)
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Accceptable Audit Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
Resiko Bawaan
Risiko bawaan adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah uji dalam segmen audit yang
melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan
adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada
pengendalian intern.
Hubungan risiko bawaan dengan risiko penemuan serta rencana penumpulan Bahan buikti adalah
risiko bawaan sifatnya berbanding terbalik dengan risiko penemuan, dan berbanding lurus dengan bahan bukti.
Resiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah
saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi ,yang tak terditeksi atau tercegah oleh struktur
pengendalian intern klien. Risiko pengendalian mengandung unsur (1) penetapan apakah struktur pengendalian
intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan Dan (2) keinginan auditor untuk
membuat penetapan tersebut dibawah nilai maksimum (100%) dalam rencana audit.
Seperti risiko bawaan ,hubungan risiko pengendalian dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik ,
sementara dengan bahan bukti adalah bebanding lurus.
Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100% ia harus
melakukan 3 hal : memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien,mengevaluasi
seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasasrkan pemahaman yang diperoleh dan melakukan
pengujian atas efektifitas pengendalian. Hal pertama berhubungan dengan menumbukan pemahaman terhadap
perusahana klien yang diperlukan untuk keseluruhan audit. Dua lainnya adalah langkah menetapkan risiko
pengendalian harus diambil jika auditor menginginkan untuk menetapkan angka risiko pengendalian dibawah
maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak menetapkan risiko pengendalian dibawah nilai
maksimumnya,risiko pengendalian harus dicatat 100% tanpa melihat efektifitas aktual struktur pengendalian
internnya.(dengan asumsi risiko bawaan tinggi)
Mengubah Resiko Usaha atau Resiko Audit yang Dapat Diterima Karena Usaha
Risiko usaha adalah tingkat resiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita kerugian
yang diakibatkan hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang diberikan sudah pantas.
Tingkat ketergantungan pemakai pada laporan keuangan
Kalau pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada laporan keuangan ,dengan sendirinya risiko audit
perlu diperkecil. Beberapa faktor dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan pemakai pada suatu laporan
keuangan :
Ukuran perusahan klien.
Distribusi kepemilikan,
Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan
Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan, bila
klien terpaksa dinyatakan pailit setelah audit selesai ,besar kemungkinan auditor akan diminta untuk
mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakan.
Sulit bagi auditor untuk meramalkan kesulitan keuangan sebelum benar-benar terjadi, namun beberapa
indikator dapat yang dicatat:
Posisi likuiditas
Laba(rugi) tahun sebelumnya
Metode pertumbuhan pembiayaan
Sifat operasi klien
Kompetensi manajemen
Evaluasi auditor atas integritas manajemen
Menetapkan Resiko Audit yang Dapat Diterima
Auditor harus menyelidiki kondisi klien dan menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat
ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan ,kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai,dan
integritas manajemen. Demikian pula, prosedur analitis pendahuluan berguna untuk mengevaluasi
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. berdasarkan penyelidikan dan penetapan ini, auditor
akan dapat menentukan risiko audit yang dapat diterima tentatif dan sangat subjektif bahwa laporan keuangan
akan berisi salah saji material setelah audit selesai..
Resiko Bawaan
Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah resiko bawaan. Fakto-faktor utama
dibawah ini harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
Sifat bidang usaha klien
Integritas manajemen
Motivasi klien
Hasil audit sebelumnya
Penugasan pertama atau penugas ulang
Hubungan istimewa transaksi tidak rutin
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun padahal akun dan transaki secara benar
Kerentanaan terhadap kecurangan
Unsur-unsur populasi
Mengevaluasi Hasil
Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil audit dapat
dinyatakan pula dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model resiko audit. Model resiko audit untuk
mengevaluasi resiko audit dinyatakan sebagai berikut :
ACAR= IR x CR x ACDR
Dimana :
ACAR : Achieved audit Risk, sutau pengukuran resiko yang dilakukan oleh auditor dan menyatakan bahwa suatu akun
dalam laporan keuangan mengandung salah saji yang material setelah auditor melakukan pengumpulan bukti
audit.
IR : Inherent Risk ( resiko bawaan)
CR : Control Risk ( resiko pengendalian)
ACDR : Achieved detection Risk (resiko deteksi yang tercapai)
Formula ini menunjukan bahwa terdapat tiga cara untuk mengurangi tingkat resiko audit yang
tercapai hingga mencapai tingkat resiko yang dapat diterima.
1. Mengurangi tingkat resiko inheren
2. Mengurangi tingkat resiko pengendalian
3. Mengurangi tingkat resiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji yang substantive.
Penggabungan ketiga jenis factor ini dilakukan secara subyektif untuk mencapai tingkat resiko audit
yang dapat diterima yang rendah membutuhkan pertimbangan professional yang matang.
Merevisi Resiko-resiko dan Bukti Audit
Perhatian yang cermat harus diberikan dalam melakukan revisi atas factor-faktor resiko ketika hasil
audit yang secara actual diperoleh tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Tidak terjadinya
kesullitan apapun pada saat auditor mengumpulkan bukti audit yang direncanakan serta menyimpulkan bahwa
penilaian atas setiap resiko tersebut telah wajar atau lebih baik daripada pemikiran pertama kali. Kemudian
auditor akan menimpulkan bahwa bukti audit yang cukup kompeten berhasil dikumpulkan untuk akun atau
siklus tertentu.
Dalam kondisi seperti ini, auditor harus melakukan pendekatan dengan dua langkah:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang tingkat resikoyang tepat.
2. Audiotr harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut tehadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa
mempergunakan model resiko audit.
Auditor harus melakukan evluasi dengan sangat hati-hati atas implikasi-implikasi yang akan diperoleh dari
revisi resiko serta melakukan modifikasi bukti audit yang tepat, tanpa menggunakan model resiko audit.
DAFPUS BY : https://jurnal-akuntansi.blogspot.com/2012/06/materialitas-dan-risiko-auditing-1.html
Pengaruh professional link by : http://jurnal.stieimalang.ac.id/index.php/JAK/article/download/99/55