Anda di halaman 1dari 16

Arti Resiko Audit

Resiko dalam auditing berarti bahwa :


“Auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.”
Resiko audit adalah ;
“Resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana
mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.”
Resiko audit didefinisikan sebagai probabilita dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat
terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak dapat
diketemukan dalam pemeriksaan. Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup
kemungkinan kemungkinan: Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion), Pendapat
setuju dengan pengecualian (qualified opinion),Pendapat tidak setuju (adverse opinion).

Resiko audit berbeda dengan resiko usaha. Resiko usaha adalah kemungkinan akuntan menderita
kerugian yang mengancam eksistensi usahanya sebagai kantor akuntan. Walaupun demikian resiko
audit sangat mempengaruhi resiko usaha kantor akuntan, dalam arti apabila akuntan dalam
mengeluarkan laporannya berbeda dengan keadaan sebenarnya tentu resiko usahanya lebih tinggi. 

Semakin  pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, akan semakin rendah pula risiko
audit  yang auditor bersedia menanggungnya. Begitu juga sebaliknya.

Resiko audit yang mau diterima auditor mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat
keinginannya mengekspresikan pendapat yang tepat. Sebagai contoh, keinginan kepastian
ketepatan pendapat adalah 90% maka resiko auditnya adalah 100% dikurangi 90% yaitu sama
dengan 10%. Tingkat resiko audit dapat juga dinyatakan dalam bentuk kualitatif seperti rendah,
sedang, atau tinggi. Tingkat resiko audit yang dianggap standar adalah 5% dan tingkat resiko
audit tidak pernah akan tidak ada atau nol.

Risiko Audit mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar  pekerjaan lapangan


dan standar pelaporan. Risiko Audit bersama perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat dan
luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

Pengendalian Resiko Audit 


Setiap Akuntan sudah tentu akan berusaha akan menemukan resiko audit sekecil mungkin.
Bagaimana seorang Akuntan itu? Untuk menekan resiko audit maka Akuntan perlu
mempertimbangkan sejak dini aspek-aspek yang dapat memperbesar resiko itu antara lain:
– penggunaan staf yang cakap juga mampu.
– penerimaan klien yang ekstra hati-hati.
– penggunaan prosedur yang tetap.
– mentaati standar profesional akuntan publik, kode etik dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah diatas para Akuntan biasanya mempertanyakan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi :
– apakah perusahaan terganggu akhir-akhir ini
– apakah perusahaan ini diperkirakan akan mengalami kesulitan
pasar/teknologi
– apakah mungkin perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan
2. Prilaku dan kredibilitas/reputasi management.
– apakah management hanya memenuhi tujuan jangka pendek
– apakah management terlalu berani mengambil resiko
– apakah management royal dalam memberi deviden dan biaya perusahaan.
3. Masalah-masalah tertentu dalam menerapkan prinsip akuntansi dan
penafsiran akuntansi.
– apakah ada prinsip akuntansi yang tidak dianut secara konsisten..
– apakah ada percobaan prinsip akuntansi yang dilakukan.
– apakah ada percobaan taksiran akuntansi.

DAFPUS : https://www.e-akuntansi.com/arti-resiko-audit/

.    Pengertian Resiko Audit


Risiko Audit adalah istilah yang umum digunakan dalam kaitannya dengan audit atas laporan keuangan
suatu entitas. The primary objective of such an audit is to provide an action to the opinion as to whether
or not the financial statements under audit present fairly the financial position, profit/loss and cash flows
of the entity. Audit risk is the risk of the auditor providing an inappropriate opinion on the financial
statements, particularly when those financial statements contain a material misstatement.
Tujuan utama dari audit tersebut adalah untuk memberikan suatu tindakan untuk berpendapat, apakah
atau tidak laporan keuangan yang diaudit menyajikan secara wajar keuntungan keuangan, posisi/ rugi dan
arus kas entitas. Risiko Audit adalah risiko auditor memberikan pendapat yang tidak pantas atas laporan
keuangan, terutama ketika laporan keuangan tersebut mengandung salah saji material. Of less concern is
the situation where the auditor states that the financial statements do not meet the standard of fair
presentation, when in fact they do.. Perhatian kurang adalah situasi di mana auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan tidak memenuhi standar penyajian secara wajar, padahal sebenarnya mereka lakukan
B.     Komponen dari formula risiko audit
1. Risiko Audit
Risiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang dapat diterima auditor dalam
pelaksanaan auditnya, seperti ketidakpastian validitas dan reliabilitas bukti audit dan ketidakpastian
mengenai efektivitas pengendalian internal. In this context, audit risk (also referred to as residual risk)
refers to acceptable audit risk, ie it indicates the auditor’s willingness to accept that the financial
statements may be materially misstated after the audit is completed and an unqualified (clean) opinion
was issued. Dalam konteks ini, risiko audit (juga disebut risiko residual) mengacu pada risiko audit dapat
diterima, yakni menunjukkan kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin salah
saji secara material setelah audit selesai dan pendapat (bersih) wajar tanpa pengecualian diterbitkan . If
the auditor decides to lower audit risk, it means that he wants to be more certain that the financial
statements are not materially misstated. Jika auditor memutuskan untuk risiko audit yang lebih rendah, itu
berarti bahwa ia ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak salah saji material.
AR = CR*IR*DR AR = CR * IR * DR
Keterangan:
IR is inherent risk (IR adalah risiko yang melekat)
CR is control risk (CR adalah pengendalian risiko)
DR is detection risk, the conditional probability that the auditor does not detect a material misstatement in
the F/S, given that one exists (DR adalah risiko deteksi, probabilitas bersyarat bahwa auditor tidak
mendeteksi salah saji material F/S, mengingat bahwa satu ada.
Pada umumnya resiko audit sulit diukur, sehingga perlu ketelitian dan kehati-hatian. Resiko audit terdiri
atas resiko inheren/ bawaan, resiko pengendalian, dan pendeteksian.
2. Risiko Inheren
Resiko inheren berkenaan dengan  kemungkinan adanya kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui
batas toleransi sebelum memper-hitungkan faktor efektivitas pengendalian internal. Resiko inheren adalah
faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak adanya
pengendalian internal. Oleh karena itu bila risiko inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti
audit yang lebih banyak.
Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren adalah sifat bidang usaha
organisasi, integritas manajemen, motivasi manajemen, hasil audit sebelumnya, hubungan istimewa,
transaksi non rutin, dan kerentanan terhadap fraud.
Risiko inheren juga dapat dianggap sebagai risiko yang signifikan. Inherent risk represents the auditor’s
assessment that there may be a material misstatement relating to an assertion in the financial statements
under audit, without taking the effectiveness of the related internal controls into account. Risiko inheren
merupakan penilaian auditor yang mungkin ada salah saji material yang berkaitan dengan suatu
pernyataan dalam laporan keuangan yang diaudit, tanpa mengambil efektivitas pengendalian internal
terkait ke rekening. If the auditor concludes that there is a high likelihood of such a misstatement,
ignoring internal controls, he would assess the inherent risk as being high. Jika auditor menyimpulkan
bahwa ada kemungkinan salah saji yang tinggi seperti sebuah, mengabaikan kontrol internal, ia akan
menilai risiko yang melekat sebagai tinggi. An example of inherent risk: the valuation of inventory is
inherently more risky when the type of inventory is difficult to value due to its nature, so the valuation of
diamonds are inherently much more risky than, say, tennis balls. Salah satu contoh risiko yang melekat:
penilaian persediaan secara inheren lebih berisiko ketika jenis persediaan sulit untuk nilai karena sifatnya,
sehingga penilaian berlian secara inheren jauh lebih berisiko daripada, katakanlah, bola tenis. Internal
controls are ignored during the assessment of inherent risk because they are considered when assessing
another component of audit risk, namely control risk. kontrol internal diabaikan selama penilaian risiko
yang melekat karena mereka dianggap saat menilai lain komponen risiko audit, yaitu pengendalian
risiko. The assessment of inherent risk (and also control risk) is an exercise that requires professional
judgement on the part of the auditor. Penilaian risiko yang melekat (dan juga risiko kontrol) adalah
latihan yang memerlukan pertimbangan profesional di pihak auditor. Hence, two auditors assessing the
same company may assess the inherent and control risks differently, but it is to be expected that their
assessments should be in the same vicinity. Oleh karena itu, dua auditor menilai perusahaan yang sama
dapat menilai risiko yang melekat dan kontrol berbeda, namun diharapkan bahwa penilaian mereka harus
di sekitar sama. Auditors express their risk assessment in one of two ways (and this goes for all the
components of the risk formula): as a percentage, or described as low, medium or high. Auditor
mengungkapkan penilaian risiko mereka dalam salah satu dari dua cara (dan ini berlaku untuk semua
komponen rumus resiko): sebagai persentase, atau digambarkan sebagai rendah, sedang atau
tinggi. Unlevered beta requires the ratio between the equity value and the value of the firm measured in
market value terms. Beta leverage membutuhkan rasio antara nilai ekuitas dan nilai perusahaan diukur
dari segi nilai pasar. When a company has no debt, ie is unlevered, its asset beta is obviously equal to its
equity beta. Ketika sebuah perusahaan memiliki utang tidak, yaitu adalah leverage, beta aset adalah jelas
sama dengan beta ekuitas.
3. Risiko Kontrol (Pengendalian)
Kontrol risiko adalah risiko bahwa kebijakan pengendalian internal klien dan prosedur gagal untuk
mendeteksi atau mencegah salah saji material dari terjadi. Risiko kontrol berkenaan dengan kemungkinan
adanya kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tidak
dapat dicegah oleh pengendalian internal. Resiko pengendalian dipengaruhi oleh faktor efektivitas
pengendalian internal, dan keandalan penetapan risiko yang direncanakan (penetapan di bawah 100%),
oleh karena itu bila resiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti audit
yang lebih banyak.
Like inherent risk, control risk is out of the hands of the auditor; however, its magnitude can be
assessed. Seperti risiko bawaan, risiko pengendalian yang keluar dari tangan auditor, namun besarnya
bisa dinilai. For example, the control risk associated with manual reviews of computer logs can be high
because activities requiring investigation are often easily missed, owing to the volume of logged
information. Sebagai contoh, risiko pengendalian yang berhubungan dengan review manual log komputer
bisa tinggi karena kegiatan memerlukan penyelidikan yang sering mudah terlewatkan, karena volume
informasi login. The control risk associated with computerized data validation procedures is ordinarily
low if the processes are consistently applied. Pengendalian risiko yang berkaitan dengan prosedur validasi
data komputerisasi ini biasanya rendah bila proses ini diterapkan secara konsisten.
4. Risiko Deteksi
Resiko pendeteksian berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam segmen audit yang
melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi karena pengujian menggunakan uji petik, prosedur audit
yang tidak tepat/ salah aplikasi, kekeliruan interpretasi atas hasil implementasi prosedur audit. Guna
meminimalkan risiko pendeteksian, auditor harus mengembangkan perencanaan audit secara tepat, dan
melakukan supervisi atas pelaksanaan audit.
Resiko deteksi didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa salah saji material berkaitan dengan pernyataan
yang tidak akan terdeteksi oleh substantif pengujian auditor. Risiko deteksi juga diartikan sebagai risiko
bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Dalam tahap-
tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap auditor mendesain
pengujian substantif.
It is important to note that the detection risk indicates that the auditor is willing to “live with”, given the
acceptable audit risk and his assessment of inherent and control risk. Penting untuk dicatat bahwa risiko
deteksi menunjukkan bahwa auditor bersedia untuk “hidup dengan”, mengingat risiko audit yang dapat
diterima dan penilaiannya risiko bawaan dan risiko pengendalian. This means that if the detection risk is
high, the auditor is willing to accept a high detection risk, and will do less substantive testing as compared
to a situation where the detection risk is lower. Ini berarti bahwa jika deteksi risiko tinggi, auditor
bersedia menerima risiko deteksi yang tinggi, dan akan melakukan pengujian kurang substantif
dibandingkan dengan situasi dimana risiko deteksi yang lebih rendah. It is important to note that while
detection risk can be modified at the auditor’s discretion, inherent risk and control risk exist
independently of the audit. Penting untuk dicatat bahwa sementara risiko deteksi dapat dimodifikasi
dengan kebijaksanaan auditor, risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ada secara independen dari
audit.
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima akhir (setelah direvisi) ditetapkan untuk setiap asersi dengan
cara yang sama seperti rencana risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko
pengendalian sesungguhnya atau akhir bukan pada rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang
bersangkutan.
DAFPUS : https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/15/resiko-audit/

Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat), 


adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang
melampaui batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian intern.Risiko bawaan
menunjukkan faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak ada
pengendalian intern

Contoh:
Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan tanpa pengendalian intern,
berarti risiko bawaannya tinggi. Faktor pengendalian intern tidak diperhitungkan dalam menetapkan inherent
risk (risiko bawaan) karena dalam model risiko audit hal itu akan diperhitungkan tersendiri sebagai risiko
pengendalian.

Hubungan antara risiko bawaan (inherent risk) dengan risiko penemuan (planned detection risk) serta rencana
pengumpulan bukti adalah bahwa inherent risk sifatnya berbanding terbalik dengan planned detection risk
rendah, maka planned detection risk tinggi dan bukti yang harus dikumpulkan pun sedikit.

Control Risk (Risiko Pengendalian),


adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang
melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko
pengendalian (control risk) mengandung unsur:

 Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan.
 Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum (100%) dalam
rencana audit.

Misalnya: auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern yang ada sama sekali tidak efektif dalam
mencegah atau mendeteksi kekeliruan.

Risiko Deteksi (Detection Risk),


adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko
deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian
karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi,
dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut
telah diperiksa 100%. 
Ketidakpastian lain semacam itu bisa timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak
sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian seperti ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan
supervisi memadai serta pelaksanaan praktek audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin
kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang
dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh
auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

DAFPUS : https://unyil-ikal.blogspot.com/2017/12/inherent-risk-control-risk-detection.html?m=1

BY SKRIPSI LINK : http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/716/1/SKRIPSI545-1705068873.pdf


MATERIALITAS DAN RISIKO
» Auditing
MATERIALITAS

Tanggung jawab Auditor, adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
yang Material. Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus
dikeluarkan. 
Jika Auditor memutuskan bahwa terdapat suatu salah saji yang Material, maka ia akan menunjukkannya pada
klien sehingga suatu koreksi atas kesalahan tersebut dapat dilakukan.
Ada tujuh ( 7 ) Fase Materialitas dan Resiko, yaitu :
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industri klien
3. Menilai Risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis awal
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko akseptibilitas audit serta risiko inheren
6. Memahami pengendalian intern dan menilai risiko pengendalian
7. Menyusun seluruh rencana serta program audit
Dalam penerapan Materialitas tersebut ada lima tahap yang perlu diketahui, yaitu :
a.  Perencanaan tentang rentang uji audit :
1. Menetapkan Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini ke
dalam segmen-segmen
b.      Evaluasi Hasil :
3. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan yang
telah direvisi tentang tingkat materialitas.
Penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan
bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan.

Materialitas lebih merupakan konsep yang Relatif bukannya Absolut.


Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja bersifat material bagi perusahaan skala kecil,
sedangkan kesalahan penyajian dengan jumlah dolar yang sama, bagi perusahaan lainnya yang berskala besar,
dapat bersifat tidak material.

Sejumlah dasar pertimbangan diperlukan untuk mengevaluasi tingkat Materialitas


Laba bersih sebelum pajak, umumnya merupakan dasar pertimbangan utama yang dipergunakan untuk
menentukan tingkat materialitas, karena item ini dianggap sebagai item penting dalam penyajian informasi
kepada para pengguna laporan.

Faktor-faktor Kualitatif mempengaruhi Tingkat Materialitas


- Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebih penting dari pada
sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan yang tidak disengaja
karena perbuatan tersebut merefleksikan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau
karyawan yang terlibat.
- Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika terdapat kemungkinan timbulnya berbagai
konsekuensi atas sejumlah kewajiban kontrak.

Mengalokasikan Pertimbangan awal tingkat Materialitas segmen


Jika auditor telah memiliki pertimbangan awal tentang tingkat materialitas tiap segmen, pertimbangan tersebut
akan sangat membantu auditor dalam memutuskan bukti audit apa yang tepat untuk dikumpulkan.
Ada tiga kesulitan utama dalam upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke akun-akun neraca yaitu :
- auditor memiliki ekspektasi bahwa sejumlah akun tertentu mengandung lebih
   banyak salah saji dari pada akun-akun lainnya
- Baik salah saji lebih, maupun salah saji kurang harus tetap dipertimbangkan
- Biaya-biaya audit secara relatif mempengaruhi pengalokasian.

Mengestimasi Nilai  salah saji serta membandingkannya dengan nilai Pertimbangan Awal.
Pada saat auditor melaksanakan sejumlah prosedur audit bagi setiap segmen audit, maka kertas kerja haruslah
dipelihara untuk mencatat semua salah saji yang
diketemukan. Berbagai salah saji ini dipergunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang
terkandung dalam persediaan.
Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya,
Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah dengan membuat suatu proyeksi langsung dari
sampel yang ada pada populasi, serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling error.
Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan sampling error yang akan membuat nilai
salah saji maksimum ini akan masuk dalam pertimbangan auditor.

 RISIKO
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkatan ketidakpastian tertentu dalam
pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya, bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti,
efektif struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah tersaji
secara wajar setelah audit selesai
Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan menangani dengan
sepantasnya. Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan
seksama. Misalkan, kalau auditor menyadari bahwa bidang industri sebuah klien mengalami perubahan
teknologi besar-besaran, yang tidak saja mempengaruhi klien tadi, tapi juga pelanggannya.Ini akan
menyebabkan usangnya persediaan klien, mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat
mempengaruhi kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini dengan pantas adalah
sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.

Model Resiko Audit


Cara auditor menangani masalah risiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti. Terutama
adalah dengan menggunakan model risiko audit. Literatur profesional yang menjadi sumbernya adalah PSA 26
untuk uji petik dan PSA 25 untuk materialitas dan risiko.
Model resiko audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar
bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.

PDR  =    AAR
              IR x CR
Dimana :
PDR     = Risiko penemuan yang direncanakan (Planed Detection Risk)
AAR    = Risiko audit yang dapat diterima (Accceptable Audit Risk)
IR        = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR       = Risiko pengendalian (Control Risk)

Resiko Penemuan yang direncanakan


Risiko penemuan yang direncanakan adalah risiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam
segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam
itu timbul. Ada dua hal penting mengenai risiko penemuan yang direncanakan diatas: pertama ia tergantung
pada 3 unsur risiko lain dalam model.Risiko penemuan yang direncanakan hanya akan berubah kalau auditor
mengubah salah satu unsur lainnya. Kedua, risiko penemuan yang direncasnakan menetukan besarnya rencana
bahan bukti yang akan dikumpulkan, dalam hubungan yang berlawanan. Kalau nilai risiko penemuan yang
direncanakan diperkecil, auditor harus mengumpulkan bahan bukti yang lebih banyak dalam audit.

Resiko Bawaan
Risiko bawaan adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah uji dalam segmen audit yang
melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan
adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada
pengendalian intern.
Hubungan risiko bawaan dengan risiko penemuan serta rencana penumpulan Bahan buikti adalah
risiko bawaan sifatnya berbanding terbalik dengan risiko penemuan, dan berbanding lurus dengan bahan bukti.
Resiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah
saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi ,yang tak terditeksi atau tercegah oleh struktur
pengendalian intern klien. Risiko pengendalian mengandung unsur (1) penetapan apakah struktur pengendalian
intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan Dan (2) keinginan auditor untuk
membuat penetapan tersebut dibawah nilai maksimum (100%) dalam rencana audit.
Seperti risiko bawaan ,hubungan risiko pengendalian dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik ,
sementara dengan bahan bukti adalah bebanding lurus.
Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100% ia harus
melakukan 3 hal : memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien,mengevaluasi
seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasasrkan pemahaman yang diperoleh dan melakukan
pengujian atas efektifitas pengendalian. Hal pertama berhubungan dengan menumbukan pemahaman terhadap
perusahana klien yang diperlukan untuk keseluruhan audit. Dua lainnya adalah langkah menetapkan risiko
pengendalian harus diambil jika auditor menginginkan untuk menetapkan angka risiko pengendalian dibawah
maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak menetapkan risiko pengendalian dibawah nilai
maksimumnya,risiko pengendalian harus dicatat 100% tanpa melihat efektifitas aktual struktur pengendalian
internnya.(dengan asumsi risiko bawaan tinggi)

Resiko Audit yang Dapat Diterima


Adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara
material walaupun audit telah selesai dan pendapatan wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Seringkali auditor menggunakan istilah keyakinan audit, keyakinan menyeluruh, atau tingkatan
keyakinan,adalah istilah risiko audit yang dapat diterima.

Mengubah Resiko Usaha atau Resiko Audit yang Dapat Diterima Karena Usaha
Risiko usaha adalah tingkat resiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita kerugian
yang diakibatkan hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang diberikan sudah pantas.
Tingkat ketergantungan pemakai pada laporan keuangan
Kalau pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada laporan keuangan ,dengan sendirinya risiko audit
perlu diperkecil. Beberapa faktor dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan pemakai pada suatu laporan
keuangan :
 Ukuran perusahan klien.
 Distribusi kepemilikan,
 Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan
Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan, bila
klien terpaksa dinyatakan pailit setelah audit selesai ,besar kemungkinan auditor akan diminta untuk
mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakan.
Sulit bagi auditor untuk meramalkan kesulitan keuangan sebelum benar-benar terjadi, namun beberapa
indikator dapat yang dicatat:
 Posisi likuiditas
 Laba(rugi) tahun sebelumnya
 Metode pertumbuhan pembiayaan
 Sifat operasi klien
 Kompetensi manajemen
Evaluasi auditor atas integritas manajemen
Menetapkan Resiko Audit yang Dapat Diterima
Auditor harus menyelidiki kondisi klien dan menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat
ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan ,kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai,dan
integritas manajemen. Demikian pula, prosedur analitis pendahuluan berguna untuk mengevaluasi
kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. berdasarkan penyelidikan dan penetapan ini, auditor
akan dapat menentukan risiko audit yang dapat diterima tentatif dan sangat subjektif bahwa laporan keuangan
akan berisi salah saji material setelah audit selesai..

Resiko Bawaan
Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah resiko bawaan. Fakto-faktor utama
dibawah ini harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
 Sifat bidang usaha klien
 Integritas manajemen
 Motivasi klien
 Hasil audit sebelumnya
 Penugasan pertama atau penugas ulang
 Hubungan istimewa transaksi tidak rutin
 Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun padahal akun dan transaki secara benar
 Kerentanaan terhadap kecurangan
 Unsur-unsur populasi

Sifat Usaha Bidang Klien


Risiko bawaan dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat bidang usaha dari perusahaan klien
sendiri.misalnya, akan lebih besar kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronika daripada
peleburan baja. Risiko bawaan tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti persediaan,piutang
usaha ,piutang pijaman,tanah dan bangunan. Sifat usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas,wesel
tagih dan utang hipotek.
Integritas Manajemen
Jika manajmen didominasi satu atau beberapa orang yang integritasnya kurang, maka kemungkinan
bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan lebih besar. Seringkali manajemen memilikki tingkat integritas
tertentu yang memadai tetapi tidak dapat disebut jujur dalam semua hal. Auditoir harus mengevaluasi dahulu
apakah ia akan menerima penugasan dari klien semacam itu, jika ya, darus ditetapkan tingkat risiko bawaan
yang tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji kemungkinman salah saji yang disengaja.
Motivasi Klien
Dalam situasi tertentu manajemen dapat merasa bahwa akan lebih menguntungkan mensalah sajikan
laporan keuangan. Juga,perlu dipertimbangkan motivasi untuk mengurang sajikan laba sebelum pajak untuk
mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi kalau manajemen tidak memiliki integritas yang tinggi, motivasi
tertentu bisa membuat mereka mensalah sajikan laporan keuangan
Hasil Audit Sebelumnya
Salah saji yang terjadi pada audit sebelumnya memiliki kemungkinan untuk terjadi lagi dalam audit
tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistematis dan organisasi cenderung
lamban melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak
memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan. Akan tetapi kalau pada
beberapa tahun sebelumnya tidak ditemui salah saji apapun, auditor dibenarkan untuk mengurangi risiko
bawaan, dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang relavan.
Penugasan Pertama atau Penugasan Ulang
Auditor akan memiliki penetahuan dan pengalaman mengenai kemungkinan terjadinya salah saji
setelah mengaudit sebuah klien untuk beberapa tahun. Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang
tinggi pada penugasan pertama, dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh
pengalaman.
Hubungan Istimewa
Transaksi antar induk perusahaan dengan anak perusahaan atau antar perusahaan dengan pribadi
manajemen adalah contoh hubungan istimewa seperti yang didefinisikan PSAK 7. transaksi yang dilakukan
dua pihak yang independen dan dilaksanakan secara normal tidak termasuk dalam definisi ini. Dalam hal
transaksi semacam ini terjadi , auditor harus meningkatkan risiko bawaan klien yang bersangkutan.
Transaksi Tidak rutin
Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karna
kurangnya pengalaman klien dalam penanggannya. Contohnya adalah kerugian karena kebakaran, pembelian
tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna usaha.
Pertimbangan yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo dan Transaksi Secara Benar
Banyak akun yang melibatkan estimasi dan pertimbangan manajemen. Contohnya adalah penyisihan
piutang tak tertagih,usangnya persediaan ,kewajiban pembayaran bergaransi ,dan cadangan kredit tak tertagih .
demikian pula transaksi perbaikan besar-besaran atau pergantian aktiva merupakan contoh diperlukannya
pertimbangan untuk mencatat transaksi dengan benar.
Kerentanan Terhadap Kecurangan
Auditor perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalama situasi dimana relatif mudah
untuk memindahkan aktiva perusahan menjadi milik pribadi. Kalau ini terjadi risiko bawaan harus
ditingkatkan
Unsur-unsur Populasi
Unsur-unsur individual yang membentuk populasi seringklai mempengaruhi ekspektasi salah saji yang
material. Transaksi dengan perusahaan afiliasi,piutang karyawan, pembayaran utang lewat kas dan piutang
usaha yang belum tertagih beberapa bulan adalah contoh situsasi yang membutuhkan risiko bawaan tinggi, dan
karenanya penelaah lebih seksama karena lebih tingginya kemungkinan terjadi salah saji dari pada transaksi
biasa.
Penetapan Resiko Bawaan
Auditor harus mengevaluasi faktor-faktor diatas dan memutuskan tingkat risiko bawaan yang pantas
untuk setiap siklus,akun dan seringkali untuk tiap tujuan audit. Walaupun profesi auditing tidak membuat
pedoman atau norma penetapan risiko bawaan, dipercaya bahwa kebanyakan auditor mengambil langkah
konservatif dalam penetapannya. Bila dalam audit atas persedian auditor menemukan bahwa, (1) sejumlah
besar saah saji ditemukan pada audit sebelumnya dan (2) perputaran persediaan lambat pada tahun berjalan.
Kebanyakan auditor dalam kondisi ini akan menetapkan risiko bawaan  yang tinggi(100%) untuk tiap tujuan
audit yang berhubungan dengan persediaan.
Mendapatkan Informasi untuk Menentukan Resiko Bawaan
Auditor mulai menetapkan risiko bawaan selama tahap perencanan dan memutakhirkan penetapan
disepanjang audit. Pada saat auditor melaksanakan berbagai pengujian audit, informasi tambahan yang
diperoleh seringkali mempengaruhi penetapan awal.
Menilai Resiko Kecurangan
            Untuk memenuhi standar audit, lebih penting bagi auditor untuk menilai resiko dan memberikan respon
kepadanya daripada hanya mengidentifikasikan mereka sebagai resiko akseptibilitas audit, resiko inheren atau
resiko pengendalian. Untuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan
luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Tida kondisi yang pada umumnya sering muncul saat salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan adalah
-          Insentif atau tekanan
-          Kesempatan
-          Perilaku/ rasionalisasi
Untuk menilai luas dimana ketiga kondisi kecurangan ini hadir, auditor harus mempertimbangkan
yang berikut :
-          factor resiko khusus yang berhubungan dengan pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva
-          Semua informasi yang diperoleh mengenai perusahaan dan industrinya
-          Respon pertanyaan auditor dari manajemen tentang pandangan mereka tentang resiko kecurangan serta
tentang program dan pengendalian untuk membahasnya.
-          Hasil prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan menunjukan kemungkinan tidak jujur
-          Pengetahuan yang diperoleh melalui hal seperti penerimaan klien dan keputusan retensi.
Saat salah saji akibat kecurangan teridentifikasi, maka audito dapat meresponnya dengan 3 (tiga)
cara :
1. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada resiko kecurangan yang
teridentifikasi
2. Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon resiko kecurangan yang teridentifikasi
3. Melakukan prosedur untuk mengarahkan resiko manajemen menguasai control
Hubungan antar Resiko dengan Bukti Audit dan Faktor –faktor yang Mempengaruhi Resiko
            Ada hubungan yang searah antara bukti audit dengan resiko bawaan dan begitu pula dengan resiko
pengendalian. Hubungan searah juga terjadi antara resiko akseptibilitas audit dengan resiko deteksi
terencana. Sebagai tambahan untuk memodifikasi bukti audit, ada dua cara lainnya dimana auditor bisa
mengubah audit untuk merespon usaha misalnya :
1. Perjanjian itu mungkin membutuhkan staff yang lebih berpengalaman
2. Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya.
Ada batasan utama dalam penerapan model resiko yaitu kesulitan pengukuran berbagai komponen
model. Untuk mengimbanginya, para auditor mempergnakan istilah –istilah pengukuran yang lebar dan
subyektif seperti tinggi, sedang dan rendah.

Mengevaluasi Hasil
            Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil audit dapat
dinyatakan pula dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model resiko audit. Model resiko audit untuk
mengevaluasi resiko audit dinyatakan sebagai berikut :
ACAR= IR x CR x ACDR
Dimana :
ACAR : Achieved audit Risk, sutau pengukuran resiko yang dilakukan oleh auditor dan menyatakan bahwa suatu akun
dalam laporan keuangan mengandung salah saji yang material setelah auditor melakukan pengumpulan bukti
audit.
IR : Inherent Risk ( resiko bawaan)
CR : Control Risk ( resiko pengendalian)
ACDR : Achieved detection Risk (resiko deteksi yang tercapai)
Formula ini menunjukan bahwa terdapat tiga cara untuk mengurangi tingkat resiko audit  yang
tercapai hingga mencapai tingkat resiko yang dapat diterima.
1.      Mengurangi tingkat resiko inheren
2.      Mengurangi tingkat resiko pengendalian
3.      Mengurangi tingkat resiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji yang substantive.
Penggabungan ketiga jenis factor ini dilakukan secara subyektif untuk mencapai tingkat resiko audit
yang dapat diterima yang rendah membutuhkan pertimbangan professional yang matang.
Merevisi Resiko-resiko dan Bukti Audit
            Perhatian yang cermat harus diberikan dalam melakukan revisi atas factor-faktor resiko ketika hasil
audit yang secara actual diperoleh tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Tidak terjadinya
kesullitan apapun pada saat auditor mengumpulkan bukti audit yang direncanakan serta menyimpulkan bahwa
penilaian atas setiap resiko tersebut telah wajar atau lebih baik daripada pemikiran pertama kali. Kemudian
auditor akan menimpulkan bahwa bukti audit yang cukup kompeten berhasil dikumpulkan untuk akun atau
siklus tertentu.
            Dalam kondisi seperti ini, auditor harus melakukan pendekatan dengan dua langkah:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang tingkat resikoyang tepat.
2. Audiotr harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut tehadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa
mempergunakan model resiko audit.
Auditor harus melakukan evluasi dengan sangat hati-hati atas implikasi-implikasi yang akan diperoleh dari
revisi resiko serta melakukan modifikasi bukti audit yang tepat, tanpa menggunakan model resiko audit.
DAFPUS BY : https://jurnal-akuntansi.blogspot.com/2012/06/materialitas-dan-risiko-auditing-1.html
Pengaruh professional link by : http://jurnal.stieimalang.ac.id/index.php/JAK/article/download/99/55

Anda mungkin juga menyukai