Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Pengaruh Risiko Audit dan Pengendalian Internal


dalam Perikatan Audit
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing I

Dosen Pengampu: Dr. Siti Maria Wardayati, M.Si, Ak,

CA, CPA Disusus oleh:

1. Erina Khalisah Nurindiyani (200810301163)


2. Dewi Ira Safitri (200810301164)
3. M. Fadillah Pradeghaswara (200810301179)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Auditing I
tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Pengaruh Risiko Audit dan
Pengendalian Internal dalam Perikatan Audit”.

Dalam kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu Dr. Siti
Maria Wardayati, M.Si, Ak, CA, CPA selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Auditing I
yang telah membimbing kami.

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa menambah pengetahuan kita
bersama tentang bagaimana hubungan risiko audit dan juga pengendalian internal dalam
perikatan audit. Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberikan kontribusi yang
positif dan memberikan banyak manfaat bagi yang membaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dalam
penyusunan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.

Jember, 16 Mei 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan alat bagi perusahaan untuk mengetahui posisi harta,
kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan, dan juga menggambarkan laba yang
diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan disusun berdasarkan
Standar Akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan yang telah dibuat oleh
manajemen menjadi informasi bagi Stakeholder. Laporan keuangan perlu diaudit oleh
auditor eksternal sebagai pihak yang kompeten dan independen, dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK
yang berlaku umum serta terbebas dari salah saji. Kegagalan auditor dalam melakukan
proses audit akan menyebabkan timbulnya risiko audit.
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Semakin pasti auditor dalam
menyatakan opininya, semakin rendah risiko audit yang ditanggung oleh auditor.
Pengaruh akan risiko yang akan diambil harus dikelola dengan matang agar menjadi
sebuah sumber informasi yang mutakhir dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan
keuangan. Risiko yang dikelola harus senantiasa bercermin kepada kode etik yang
dimiliki oleh profesi akuntan publik karena hal tersebut juga berkaitan dengan
keputusan perikatan audit. .
Selain itu, untuk meminimalisir adanya resiko audit dalam perikatan audit, dapat
dilakukan dengan cara menerapkan pengendalian internal. Pengendalian Internal sendiri
terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk
menyediakan informasi keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan
peraturan yang berlaku. Pengendalian internal tidak terlepas dari kondisi sistem
informasi akuntansi yang diterapkan suatu perusahaan karena sistem informasi
akuntansi didalamnya mengandung unsur-unsur pengendalian. Struktur pengendalian
intern yang memadai mengurangi kekeliruan sehingga kualitas informasi laporan
keuangan yang dapat lebih diandalkan (Yadnyana,2009). Namun seberapa besar
pengaruh penentuan risiko audit dan pengendalian internal terhadap keputusan perikatan
audit ini masih belum diketahui secara pasti.
Menjalin sebuah perikatan audit dengan suatu perusahaan merupakan faktor
penting yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh auditor sebelum memulai suatu
hubungan kerja. Tahap keputusan penerimaan perikatan audit mencakup langkah audit

3
laporan keuangan. Penilaian atas calon klien harus dilakukan dengan cermat dan
ekstensif agar dapat memberikan kontribusi pada perencanaan dan kinerja perikatan
audit yang lebih baik, sehingga dapat meminimalisir biaya dan kesalahan audit (Drira,
2013). Pada praktiknya, proses keputusan penerimaan suatu lebih kompleks dan
berulang karena umumnya memerlukan beberapa kali diskusi dan negosiasinya (Drira,
2013). Oleh karena itu menanggapi hal tersebut, disini penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Pengaruh Risiko Audit dan Pengendalian Internal dalam
Perikatan Audit” yang ditujukan untuk membahas dan mengetahui hubungan antara
risiko audit dan juga pengendalian internal dalam kaitannya dengan perikatan audit.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Pengaruh Risiko Audit
dan Pengendalian Internal dalam Perikatan Audit” adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana risiko audit dapat mempengaruhi perikatan dalam Audit?
2. Bagaimana pengendalian internal dapat berpengaruh dalam keputusan
perikatan audit?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul “Pengaruh Risiko Audit dan
Pengendalian Internal dalam Perikatan Audit” adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh risiko audit dalam perikatan audit.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal dalam keputusan perikatan audit.

BAB II
PEMBAHASA
N

4
2.1 Pengaruh Risiko Audit terhadap Perikatan dalam Audit
Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam menjalankan
fungsi audit. Auditor mengakui, sebagai contoh, ketidakpastian yang melekat tentang
kesesuaian bukti, ketidakpastian tentang efektivitas pengendalian internal klien, dan
ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit
selesai. Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa ada risiko dan cara menangani
risiko tersebut dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit
diukur dan memerlukan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons
dengan tepat. Karena penilaian risiko adalah masalah penilaian profesional, bukan
pengukuran yang tepat, menanggapi risiko ini dengan standar auditing yang benar sangat
penting untuk mencapai audit berkualitas tinggi.
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan klien.
2.1.1 Model Risiko Audit untuk perencanaan
Standar auditing mengharuskan auditor menilai risiko salah saji yang material
pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan
bagi kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Model risiko audit membantu
memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam
setiap siklusnya. Model ini biasanya dinyatakan sebagai berikut:
PDR = AAR
𝐼𝑅 𝑥 𝐶𝑅
Keterangan:
PDR = risiko deteksi yang direncanakan
AAR = risiko audit yang dapat diterima
IR = risiko bawaan
CR = risiko pengendalian

2.1.2 Komponen Model Risiko Audit


1. Risiko deteksi yang direncanakan Risiko deteksi yang direncanakan (planned
detection risk) adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan audit akan
gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Ada dua hal
penting yang harus diketahui tentang risiko deteksi yang direncanakan. Risiko
deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko
audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari

5
faktor-faktor model risiko.
2. Risiko Inheren Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan
asersi salah saji yang material, sebelum memperhitungkan keefektifan
pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar
akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi.
3. Risiko Pengendalian Risiko pengendalian (control risk) mengukur penilaian
auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material akan terjadi dalam
suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian internal klien.
4. Risiko Audit Yang Dapat Diterima Risiko audit yang dapat diterima
(acceptable audit risk) adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
Sering kali, auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga disebut
assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang
dapat diterima. Audit assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis
merupakan perlengkapan risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi
risiko audit yang dapat diterima.
2.1.3 Menilai Risiko Yang Dapat Diterima
Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi
suatu audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko
penugasan dan kemudian menggunakan risiko penugasan ini untuk memodifikasi
risiko audit yang dapat diterima. Dampak risiko penugasan terhadap risiko audit
yang dapat diterima Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa
auditor atau kantor akuntan publik akan menderita kerugian setelah audit selesai,
walaupun laporan audit sudah benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima Apabila
auditor memodifikasi bukti untuk risiko penugasan, hal itu dilakukan melalui
pengendalian risiko audit yang dapat diterima. Derajat Ketergantungan Pemakai
Eksternal pada Laporan Keuangan, Jika pemakai eksternal sangat tergantung pada
laporan keuangan, maka tepat untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima.
Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai derajat
ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan;
- Ukuran klien. Secara umum, semakin besar operasi klien, semakin luas pemakaian

6
laporan keuangan.
- Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan terbuka umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pemakai ketimbang laporan keuangan perusahaan
tertutup.
- Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat kewajiban
berjumlah besar, laporan keuangan tersebut kemungkinan besar akan digunakan
secara luas oleh kreditur aktual maupun calon kreditor, ketimbang apabila
kewajiban berjumlah kecil.
➢ Kemungkinan Bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah
Laporan Audit Dikeluarkan.
Jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan atau menderita
kerugian yang besar setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang
lebih besar untuk membela mutu audit ketimbang jika klien tidak mengalami
tekanan keuangan. Sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan
sebelum hal itu terjadi, tetapi ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang
baik bahwa probabilitasnya meningkat:
- Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja,
hal ini mengindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan di masa depan.
- Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya. Jika suatu perusahaan mengalami
penurunan laba atau kenaikan kerugian yang pesat selama beberapa tahun,
auditor harus mengetahui masalah solvensi yang mungkin dihadapi klien di
masa depan.
- Metode pembayaran pertumbuhan. Jika klien demikian mengandalkan utang
sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika
keberhasilan operasi klien menurun.
- Sifat operasi klien. Jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang lebih
besar dari yang lainnya.
- Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode
operasinya untuk meminimalkan dampak masalah jangka pendek.
➢ Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen.
Perusahaan yang memiliki integritas yang rendah sering kali menjalankan
urusan bisnisnya dengan cara yang akhirnya menimbulkan konflik dengan para

7
pemegang saham, pembuat peraturan, serta pelanggan.
➢ Membuat keputusan risiko audit yang dapat diterima
Evaluasi yang lazim atas risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi,
sedang, atau rendah, dimana penilaian risiko audit yang dapat diterima yang
rendah berarti bahwa klien itu “riskan” dan membutuhkan bukti yang lebih
ekstensif.
2.1.4 Menilai Risiko Inheren
Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep
terpenting dalam auditing. Hal tersebut menyiratkan bahwa auditor harus berupaya
memprediksi di mana salah saji yang paling besar dan paling kecil mungkin terjadi
dalam segmen-segmen laporan keuangan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren
Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan
memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Auditor
harus mempertimbangkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko inheren:
● Sifat bisnis klien
● Hasil audit sebelumnya
● Penugasan awal versus penugasan berulang
● Pihak-pihak yang terkait
● Transaksi non rutin atau kompleks
● Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi
dengan tepat Unsur-unsur populasi
● Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
● Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aset
2. Mengambil keputusan risiko inheren
Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren
untuk Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren
untuk menilai risiko salah saji yang material pada tingkat tujuan audit bagi siklus,
saldo, dan pengungkapan.
3. Memperoleh informasi untuk menilai risiko inheren
Auditor mulai menilai risiko inheren selama tahap perencanaan dan
memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Dalam bagian
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren, seperti hasil audit
sebelumnya serta transaksi nonrutin dievaluasi secara terpisah untuk
membantu menilai

8
risiko inheren. Ketika pengujian audit dilakukan selama audit, auditor dapat
memperoleh tambahan yang akan mempengaruhi penilaian awal.
2.1.5 Hubungan Risiko dengan Bukti Serta Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespons risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit
yang digunakan. Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat
dipakai auditor untuk mengubah audit guna merespons risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya
➢ Risiko audit untuk segmen-segmen
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren
dinilai untuk setiap tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang
sama, penilaian ini mungkin akan bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke
akun, serta dari tujuan ke tujuan.
➢ Menghubungkan materialitas kinerja dan risiko dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo
Walaupun menilai risiko inheren dan risiko pengendalian untuk setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik yang umum,
mengalokasikan materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang
umum.
➢ Keterbatasan pengukuran
Salah satu keterbatasan utama dalam menerapkan model risiko audit
adalah sulitnya mengukur komponen-komponen model itu. Meskipun auditor
sudah berusaha merencanakan dengan sebaik-baiknya, penilaian risiko audit yang
dapat diterima, risiko inheren, serta risiko pengendalian, dan karenanya risiko
deteksi yang direncanakan, bersifat sangat subjektif dan hanya mendekati realitas.
➢ Kertas kerja perencanaan bukti untuk pengujian atas rincian saldo
Auditor mengembangkan berbagai jenis kertas kerja untuk membantu
menghubungkan pertimbangan yang mempengaruhi bukti audit dengan bukti
yang tepat yang harus dikumpulkan. Auditor senior yang menjadi penanggung
jawab, Fran Moore, sudah mengambil keputusan-keputusan berikut ini dalam
audit atas Hillsburg Hardware Co:

1. Materialitas kinerja
2. Risiko audit yang dapat diterima

9
3. Risiko inheren
- Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit
Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dam
tidak terpisahkan. Risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan
materialitas mengukur besarnya. Secara bersama-sama, keduanya
mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.
- Merevisi risiko dan bukti
Auditor harus sangat berhati-hati sewaktu mengambil keputusan,
berdasarkan bukti yang dikumpulkan, bahwa penilaian awal atas risiko
pengendalian atau risiko inheren ditetapkan terlalu rendah atau risiko
audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti
ini, auditor harus mengikuti pendekatan dua-langkah.
➢ Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat.
Jika auditor mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi
dibiarkan tidak berubah, itu melanggar standar kemahiran.
➢ Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap
kebutuhan bukti, tanpa menggunakan model risiko audit. Riset di
bidang auditing menunjukkan bahwa, jika risiko yang sudah direvisi
digunakan dalam model risiko audit untuk menentukan risiko deteksi
yang direncanakan yang baru, ada bahaya penambahan bukti tidak
akan mencukupi. Sebaliknya, auditor harus mengevaluasi secara
cermat implikasi revisi risiko serta memodifikasi bukti dengan tepat,
tanpa menggunakan model risiko audit.
2.1.6 Risiko Penipuan
Penipuan menggambarkan setiap penipuan yang disengaja
dimaksudkan untuk merampas milik atau hak orang atau pihak lain. Dalam
konteks audit laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji
laporan keuangan yang disengaja. Dua kategori utama adalah pelaporan
keuangan yang curang dan penyalahgunaan aset.
1. Penipuan Pelaporan Keuangan
Penipuan pelaporan keuangan adalah salah saji yang disengaja atau
penghilangan jumlah atau pengungkapan dengan maksud untuk menipu
pengguna. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji jumlah yang

10
disengaja, bukan pengungkapan. Sementara sebagian besar kasus
penipuan pelaporan keuangan melibatkan upaya untuk melebih-lebihkan
pendapatan perusahaan juga sengaja mengecilkan pendapatan.
Perusahaan mungkin juga sengaja mengecilkan pendapatan saat
pendapatan tinggi untuk membuat cadangan pendapatan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pendapatan di periode mendatang.
Praktik semacam itu disebut perataan laba dan manajemen laba. Salah
satu teknik untuk memuluskan pendapatan adalah dengan mengurangi
nilai persediaan dan aset lainnya dari perusahaan yang diakuisisi pada
saat akuisisi, sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi ketika
aset tersebut kemudian dijual. Perusahaan juga dapat dengan sengaja
melebih-lebihkan cadangan usang persediaan dan penyisihan piutang
ragu-ragu untuk mengimbangi pendapatan yang lebih tinggi.
2. Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset adalah penipuan yang melibatkan pencurian


aset entitas. Dalam banyak kasus, tetapi tidak semua, jumlah yang terlibat
tidak material terhadap laporan keuangan. Namun, pencurian aset
perusahaan sering kali menjadi perhatian manajemen, terlepas dari
materialitas jumlah yang terlibat, karena pencurian kecil dapat dengan
mudah bertambah besar dari waktu ke waktu dan sering menyebabkan
kerusakan reputasi yang signifikan setelah ditemukan dan diungkapkan.
Istilah penyalahgunaan aset biasanya digunakan untuk merujuk pada
pencurian yang melibatkan karyawan dan orang lain di dalam organisasi.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional karena
mereka mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk
faktor risiko penipuan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
penipuan. Auditor memiliki tanggung jawab untuk menanggapi risiko
kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, telah terdeteksi.
3. Pengaruh Risiko Penipuan Terhadap Perikatan

Standar auditing menekankan pertimbangan kerentanan klien


terhadap kecurangan, terlepas dari keyakinan auditor tentang
kemungkinan

11
kecurangan dan kejujuran serta integritas manajemen. Selama
perencanaan audit untuk setiap audit, tim perikatan harus mendiskusikan
kebutuhan untuk mempertahankan pikiran yang selalu bertanya selama
audit untuk mengidentifikasi risiko kecurangan dan mengevaluasi bukti
audit secara kritis. Selalu ada risiko bahwa bahkan orang yang jujur dapat
merasionalisasi tindakan curang ketika insentif atau tekanan menjadi
ekstrem. Setelah menemukan informasi atau lainnya kondisi yang
mengindikasikan salah saji material karena kecurangan mungkin telah
terjadi, auditor harus berhati-hati untuk tidak merasionalisasi atau
menganggap salah saji sebagai insiden yang terisolasi.
Standar auditing mengharuskan tim audit, termasuk rekan perikatan
dan anggota tim perikatan kunci, melakukan diskusi untuk berbagi
wawasan dari anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan untuk
“bertukar pikiran” gagasan. Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat
risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan, standar
auditing mengharuskan auditor untuk memperlakukan risiko tersebut
sebagai risiko yang signifikan. Untuk risiko signifikan, termasuk risiko
kecurangan, auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian
internal yang terkait dengan risiko tersebut, termasuk evaluasi apakah
pengendalian dirancang dan diterapkan dengan tepat.
Penilaian auditor atas risiko salah saji material yang disebabkan
oleh kecurangan harus berlangsung selama audit dan dikoordinasikan
dengan prosedur penilaian risiko auditor lainnya. Standar audit
mengharuskan audit direncanakan dan dilakukan dengan sikap
skeptisisme profesional dalam semua aspek perikatan, mengakui
kemungkinan bahwa salah saji material dapat terjadi terlepas dari
pengalaman auditor sebelumnya dengan integritas dan kejujuran
manajemen klien dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Kebanyakan auditor tidak akan pernah menghadapi kecurangan material
selama karir mereka dan melalui penerimaan klien dan prosedur evaluasi
berkelanjutan, auditor menolak sebagian besar klien potensial yang
dianggap kurang jujur dan berintegritas.

12
2.2 Pengendalian Internal

2.2.1 Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal entitas adalah sistem pengendalian internal terdiri dari


kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
kepada manajemen bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Manajemen
merancang sistem pengendalian internal untuk mencapai tiga tujuan. Fokus auditor
baik dalam audit laporan keuangan maupun audit pengendalian internal adalah pada
pengendalian atas keandalan pelaporan keuangan ditambah pengendalian atas
operasi dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang secara material dapat
mempengaruhi pelaporan keuangan. Adapun tujuan dari pengendalian tersebut
antara lain:
a. Keandalan pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan internal dan
eksternal serta pelaporan non keuangan. Manajemen bertanggung jawab
untuk menyiapkan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan
pengguna lainnya. Selain itu, Manajemen memiliki tanggung jawab
hukum dan profesional untuk memastikan bahwa informasi disajikan
secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan kerangka akuntansi
seperti US GAAP dan IFRS.
b. Efisiensi dan efektivitas operasi
Tujuan ini berperan penting dalam informasi keuangan dan
nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk pengambilan
keputusan. Kontrol dalam perusahaan mendorong penggunaan sumber
daya yang efisien dan efektif untuk mengoptimalkan tujuan perusahaan.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
Tujuan ini berfokus pada manajemen semua perusahaan publik
untuk mengeluarkan laporan tentang efektivitas operasi pengendalian
internal atas pelaporan keuangan. Selain ketentuan hukum , organisasi
publik, non publik, dan nirlaba diwajibkan untuk mengikuti banyak undang
undang dan peraturan.
2.2.2 Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor untuk Pengendalian Internal

Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan memelihara


pengendalian internal entitas. Manajemen juga diharuskan untuk melaporkan
kepada

13
publik tentang efektivitas operasi pengendalian tersebut. Selain itu, manajemen
harus menetapkan dan memelihara pengendalian internal entitas. Konsep ini
konsisten dengan persyaratan bahwa manajemen, bukan auditor, yang bertanggung
jawab atas penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang
berlaku seperti GAAP atau IFRS.
Sedangkan tanggung jawab auditor mencakup pemahaman dan pengujian
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Auditor dari perusahaan publik
yang lebih besar diharuskan oleh SEC untuk setiap tahun mengeluarkan laporan
audit tentang efektivitas operasi dari kontrol tersebut. Dua konsep kunci yang
mendasari desain manajemen dan implementasi pengendalian internal, yaitu:
1. Keyakinan Memadai
Keyakinan memadai adalah keyakinan tingkat tinggi yang
memungkinkan hanya kemungkinan kecil bahwa salah saji material tidak akan
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal. Sebuah
perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang memberikan
keyakinan yang wajar, tetapi tidak mutlak, bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar.
2. Batasan Inheren
Kontrol internal akan sepenuhnya efektif apabila menerapkan kehati-
hatian yang diikuti dalam desain dan implementasinya. Manajemen dapat
merancang sistem yang ideal, meskipun efektivitasnya tergantung pada
kompetensi dan ketergantungan orang yang menggunakannya.
2.2.3 Pengendalian Internal khusus untuk teknologi informasi
Seperti yang kita ketahui, perkembangan teknologi informasi semakin
canggih. Teknologi dapat memperkuat sistem pengendalian internal perusahaan
tetapi juga dapat memberikan tantangan. Di dalam dunia audit, terdapat dua
kategori:
a. Kontrol Umum
Kontrol umum ini berlaku untuk semua aspek fungsi TI, termasuk
administrasi TI, pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, keamanan fisik dan
online atas akses ke perangkat keras, perangkat lunak, dan data terkait;
cadangan dan perencanaan kontinjensi jika terjadi keadaan darurat yang tidak
terduga; dan kontrol perangkat keras. Karena pengendalian umum sering
diterapkan di seluruh entitas dan mempengaruhi banyak aplikasi perangkat
lunak yang berbeda, auditor mengevaluasi pengendalian umum untuk
perusahaan secara keseluruhan. Serupa
14
dengan pengaruh lingkungan pengendalian terhadap komponen pengendalian
internal lainnya, enam kategori pengendalian umum memiliki efek seluruh
entitas pada semua fungsi TI. Auditor biasanya mengevaluasi pengendalian
umum di awal audit karena dampaknya terhadap pengendalian aplikasi.
Terdapat 6 kategori kontrol umum, yaitu Kategori administrasi fungsi teknologi
informasi, pemisahan tugas teknologi informasi, pengembangan sistem,
keamanan fisik dan online. Cadangan dan perencanaan kontinjensi, dan kontrol
perangkat keras.
b. Kontrol Aplikasi
Kontrol aplikasi ini biasanya beroperasi pada tingkat proses bisnis dan
berlaku untuk pemrosesan transaksi, seperti kontrol atas pemrosesan penjualan
atau penerimaan kas. Auditor harus mengevaluasi pengendalian aplikasi untuk
setiap kelas transaksi atau akun di mana auditor berencana untuk mengurangi
risiko pengendalian yang dinilai karena pengendalian TI akan berbeda di
seluruh kelas transaksi dan akun. Pengendalian aplikasi mungkin efektif hanya
jika pengendalian umum efektif.
Kontrol aplikasi dirancang untuk setiap aplikasi perangkat lunak dan
dimaksudkan untuk membantu perusahaan memenuhi asersi manajemen terkait
transaksi yang dibahas dalam bab sebelumnya. Meskipun beberapa
pengendalian aplikasi mempengaruhi satu atau hanya beberapa asersi terkait
transaksi, sebagian besar pengendalian mencegah atau mendeteksi beberapa
jenis salah saji. Pengendalian aplikasi lainnya menyangkut saldo akun dan
asersi penyajian dan pengungkapan.
2.2.4 Dampak infrastruktur terhadap pengendalian internal
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengendalian internal juga terkena dampaknya
dari kemajuan teknologi informasi. Sebagai hasil dari kemajuan TI, bahkan bisnis
yang relatif kecil pun menggunakan komputer pribadi dengan perangkat lunak
akuntansi komersial untuk akuntansi mereka. Seiring pertumbuhan bisnis dan
peningkatan kebutuhan informasi, mereka biasanya meningkatkan sistem TI
mereka. Penggunaan fungsi akuntansi jaringan TI yang kompleks, database,
Internet (termasuk komputasi awan), dan fungsi TI terpusat sekarang biasa.
Terdapat beberapa perangkat yang membantu dalam proses pengendalian internal,
antara lain:
a. Local area networks (LANs)
Perangkat TI ini menghubungkan peralatan dalam satu atau sekelompok
kecil bangunan dan hanya digunakan di dalam perusahaan. LAN sering
15
digunakan untuk mentransfer data dan program dari satu komputer atau
workstation menggunakan perangkat lunak sistem jaringan yang
memungkinkan semua perangkat berfungsi bersama.
b. Wide area networks (WANs)
Perangkat TI ini menghubungkan peralatan di wilayah geografis yang
lebih besar, termasuk operasi global. Dalam jaringan, perangkat lunak aplikasi
dan file data yang digunakan untuk memproses transaksi disertakan pada
beberapa komputer yang saling terhubung. Akses ke aplikasi dari komputer
desktop atau workstation dikelola oleh perangkat lunak server jaringan atau
antarmuka lain dengan teknologi komputasi awan.
c. Sistem manajemen basis data
Memungkinkan klien untuk membuat basis data yang mencakup
informasi yang dapat dibagikan ke berbagai aplikasi. Dalam sistem non
database, setiap aplikasi memiliki file datanya sendiri, sedangkan dalam sistem
manajemen database, banyak aplikasi yang berbagi file. Selain itu, Klien
menerapkan sistem manajemen basis data untuk mengurangi redudansi data,
meningkatkan kontrol atas data, dan menyediakan informasi yang lebih baik
untuk pengambilan keputusan dengan mengintegrasikan informasi di seluruh
fungsi dan departemen.
d. Enterprise resource planning (ERP) systems
Sistem ini mengintegrasikan berbagai aspek kegiatan organisasi ke
dalam satu sistem informasi akuntansi. Sistem ERP berbagi data di seluruh
fungsi bisnis akuntansi dan nonakuntansi organisasi.
e. Firewall
Perangkat lunak ini melindungi data, program, dan sumber daya TI
lainnya dari pengguna eksternal yang tidak sah yang mengakses sistem melalui
jaringan, seperti Internet. Firewall adalah sistem perangkat keras dan perangkat
lunak yang memantau dan mengontrol aliran komunikasi e-commerce dengan
menyalurkan semua koneksi jaringan melalui kontrol yang memverifikasi
pengguna eksternal, memberikan akses ke pengguna yang berwenang, menolak
akses ke pengguna yang tidak memiliki akses, dan mengarahkan pengguna yang
berwenang ke yang diminta. program atau data. Firewall menjadi meningkat -
memiliki pusat TI internal.
Komputasi awan adalah model penyebaran dan pengadaan sumber daya
komputer yang memungkinkan organisasi memperoleh sumber daya dan
aplikasi
16
TI. dari lokasi manapun melalui koneksi Internet. Bergantung pada
pengaturannya, semua atau sebagian perangkat keras, perangkat lunak, dan data
TI entitas mungkin berada di pusat layanan TI yang dibagikan dengan
organisasi lain dan dikelola oleh vendor pihak ketiga. Nama komputasi awan
berasal dari penggunaan simbol berbentuk awan dalam sistem dia - sangat
canggih seiring dengan meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan serangan
siber.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Pengaruh akan risiko yang akan
diambil harus dikelola dengan matang agar menjadi sebuah sumber informasi yang
mutakhir dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. untuk meminimalisir
adanya resiko audit dalam perikatan audit, dapat dilakukan dengan cara menerapkan
pengendalian internal. Hal ini penting untuk juga dilakukan untuk menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan klien berkaitan dengan perikatan audit.
Pengendalian internal entitas adalah sistem pengendalian internal terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai kepada
manajemen bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Adapun tujuan
pengendalian internal antara lain untuk menciptakan keandalan pelaporan, efisiensi dan
efektifitas operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Berkaitan dengan
tanggung jawab terhadap pengendalian internal, manajemen dan bukan auditor lah yang
mana disini bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
kerangka akuntansi yang berlaku seperti GAAP atau IFRS. Sedangkan tanggung jawab
auditor mencakup pemahaman dan pengujian pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Dalam hal tersebut juga, pengendalian internal suatu perusahaan juga dapat
menjadi salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji material.
Karena perusahaan bisa saja menerapkan pengendalian internal yang dapat memberikan
salah saji yang material secara disengaja ataupun tidak disengaja. Maka oleh karena itu,
pengendalian internal yang baik dan juga dilengkapi dengan infrastruktur yang
memadai juga sangat penting demi meminimalisir salah saji dalam proses pelaporan
keuangan dan membantu proses auditing agar dapat menghasilkan hasil audit yang
sesuai dengan standar akuntansi umum.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan bagi perusahaan dalam makalah ini,
yaitu perusahaan dalam mendeteksi dan mencegah adanya kecurangan di dalam
perusahaan salah satu caranya dapat dilakukan dengan menerapkan tahapan pengujian
dan evaluasi. Tahapan ini dinilai efektif dan efisien untuk mendeteksi segala bentuk dari
kecurangan itu sendiri. Selain, itu untuk mengatasi permasalahan terkait pengendalian
internal, diperlukan

18
beberapa tindakan yang efektif dan efisien untuk menjalankan operasi kegiatan
perusahaan. Operasi perusahaan dalam hal ini menjadi tonggak dalam menjalankan
pengendalian internal.Pengendalian internal ini juga dapat ditingkatkan dengan menjaga
aset perusahaan, dimana aset perusahaan menjadi bagian penting untuk pengendalian
internal yang efektif dan efisien. Selain itu, pemilihan metode pengendalian yang tepat
sesuai tujuan perusahaan dan juga infrastruktur pengendalian yang memadai dapat
mendukung tercapainya pengendalian internal yang efektif.
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan bagi akademisi, yaitu harapan kami
semoga makalah yang kami susun dapat memberikan tambahan pengetahuan, terutama
terkait wawasan tentang pengaruh risiko audit dan pengendalian internal dalam kaitannya
dengan perikatan audit. Dalam hal ini juga penulis menyadari bahwa dalam menyusun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan sangat bermanfaat bagi kami sebagai bahan evaluasi bagi kami
kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Chris Hogan. 2014. “Auditing and
assurance services — 16 Edition”. United States of America: Pearson Education, Inc.
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Summary of the Audit
Process.

20

Anda mungkin juga menyukai