Anda di halaman 1dari 11

AUDIT

ISA: MENGAPA ISA, APA PERUBAHANNYA?


 Mengapa ISA?
1. Kekuatan pasar
Sejak awal 2000, KAP di internasional telah aktif melatih partner dan staf ttg metode berbasis ISA. Juga
mengenalkan klien ketentuan ISA. Sehingga ada tuntutan lingkungan.
2. Nilai tambah
Investor dan calon investor dapat memperoleh laporan keuangan yang lebih baik. Selain itu profesi
memperoleh peningkatan mutu audit
 Dampak Adopsi ISA pada Kenaikan Biaya
Ada dua jenis klasifikasi biaya :
1. Biaya yg berulang-ulang terjadi setiap tahun (recurring cost)
Kebanyakan meningkat karena adanya revisi di ISA
2. Biaya yg sekali terjadi (one-off costs) yakni ketika mulai mengadopsi ISA
 Beberapa perbedaan ISA dengan standar sebelumya yg bersifat substantif & mendasar :
1. Auditing Berbasis Risiko (risk based audit)
Dulu, GAAS menekankan pada pemeriksaan bukan risiko. Kalo ISA itu menekankan risiko di setiap proses
audit dan meminta auditor dapat: (1) menilai risiko (2) menanggapi risiko yang dinilai (3) evaluasi risiko
yang ditemukan
2. Tidak lagi menggunakan model matematis tapi professional judgement
Karena matematis ada kelemahan, yaitu membuat auditor menjadi robot dan berhenti berfikir. Dan
karena kerumitannya, sehingga model tersebut seakan seperti black box.
3. Adanya sikap arif dan skeptis
Berdasar pada pengalaman si partner. Jika keputusan diambil oleh asisten yang belum memiliki
pengalaman memadai, maka dianggap audit tersebut belum memenuhi ISA.
4. Pengendalian internal. ISA menekankan:
a. Kewajiban entitas : membangun, memelihara & mengimplementasikan pengendalian internal
b. kewajiban auditor : menilai pengendalian internal & menggunakan hasil penilaiannya serta
komunikasi dg manajemen dalam hal auditor menemukan defisiensi dalam pengendalian internal.
5. TCGW
“those charged with governance” (TCWG) adalah orang atau lembaga dg wewenang yg cukup dalam
mengawasi entitas. Auditor wajib berkomunikasi dengan mereka

IFAC
IFAC(International Federation of Accountants) adalah organisasi dlm bidang standar akuntansi, auditing, kode
etik, kendali mutu dll pada tatanan global. Nah IFAC ini yg nerbitin International Standards on Auditing (ISAs) &
International Standards on Quality Control (ISQCs).

AUDIT BERBASIS RISIKO


 Konsep dasar :
1. Reasonable assurance (Asuransi yg layak)
Didapatkan ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup untuk menekan risiko audit. Risiko audit
tidak dapat ditekan hingga level nol karena ada kendala bawaan (inherent limitations) di setiap audit.
2. Inherent limitations (Kendala bawaan)
a. Sifat pelaporan keuangan
butuh judgment dari manajemen terkait estimasi
b. Sifat bukti yg tersedia
bersifat persuasif (menguatkan) bukan konklusif (meyakinkan secara mutlak)
c. Sifat prosedur audit
tidak mampu mendeteksi setiap salah saji didalam sampel
3. Audit scope (Lingkup audit)
Opini yg diberikan terkait dg pertanyaan apakah laporan keuangan yg dibuat sesuai dg kerangka
pelaporan keuangan yg berlaku
4. Material misstatement (Salah saji yg material)
Salah saji material terjadi jika memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.
5. Assertion (Asersi)
Pernyataan yg diberikan manajemen berhubungan dg pengakuan, pengukuran, penyajian, &
pengungkapan. Digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan salah saji yg
terjadi
 Risiko audit : risiko yg memungkinkan auditor memberikan opini yg salah
Komponen risiko audit :
a. Inherent risk (Risiko bawaan)
Kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material tanpa memperhitungkan pengendalian tersebut.
Sumbernya dari tujuan entitas & kompleksitas entitas
b. Control risk (Risiko pengendalian)
Tidak terdeteksi & terkoreksi oleh pengendalian internal entitas.
c. Detection risk (Risiko pendeteksian)
Prosedur yg dilaksakan auditor untuk menekan risiko tidak dapat mendeteksi salah saji yg mungkin
material
 Audit berbasis risiko dari dua sisi :
1. Entitas
Manajemen mengembangkan & memelihara pengendalian internal untuk menangkal risiko.
Management’s residual risk merupakan risiko yg tersisa setelah manajemen mengupayakan segala
pengendalian
2. Auditor
Melakukan penilaian risiko, dimulai dari risiko bawaan dimana salah saji material mungkin terjadi.
Kemudian dilanjutkan risiko pengendalian apakah pengendalian internal sudah bisa
mendeteksi/mencegah risiko bawaan. Akhirnya auditor melakukan prosedur audit
 Melaksanakan audit berbasis risiko
1. Risk assessment (menilai risiko) : melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi &
menilai risiko salah salah saji yg material dalam laporan keuangan. Cara:
a. Audit plan
b. Melibatkan auditor senior dalam menilai
2. Risk response (menanggapi risiko): melaksanakan prosedur selanjutnya untuk menanggapi risiko yang
telah diidentifikasi dan dinilai. Cara:
a. Kembangkan prosedur audit responsif, yaitu prosedur untuk menanggapi risiko yang dinilai
b. Mendokumentasikan dalam rencana audit
c. Test of control
Identifikasi pengendalian internal yang relevan, untuk mengurangi lingkup prosedur substantif
d. Analitical procedure
Prosedur di mana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya penjualan) dapat diperkirakan dg cukup
tepat berdasarkan bukti yg tersedia.
3. Reporting (pelaporan), meliputi:
a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yg diperoleh
b. Membuat & menerbitkan laporan yg tepat, sesuai kesimpulan yg ditarik.
 Dokumentasi
Dokumentasi audit yg cukup, diharuskan agar auditor yg berpengalaman, yg tidak berhubungan dg audt itu,
memahami:
- Sifat, jadwal waktu, & luasnya prosedur audit yag dilaksanakan;
- Hasil pelaksanaan prosedur tersebut & bukti audit yg diperoleh;
- Hal-hal penting yg timbul selama audit berlangsung, kesimpulan yg ditarik; & kearifan profesional yg
diterapkan untuk sampai pada kesimpulan itu.
 Manfaat audit berbasis risiko
1. Fleksibilitas waktu: karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi & saldo secara rinci
2. Upaya tim audit terfokus pada area kunci: dengan memahami di mana risiko salah saji material bisa
terjadi dalam laporan keuangan, auditor dapat mengarahkan tim audit ke hal-hal berisiko tinggi &
mengurangi pekerjaan pada risiko rendah.
3. Prosedur audit terfokus pada risiko: proseur audit selanjutnya dirancang untuk menanggapi risiko yg
dinilai.
4. Pemahaman atas pengendalian internal: pemahaman terhadap pengendalian intern memungkinkan
auditor mengambil keputusan yg tepat, untuk menguji/ tidak menguji efektifnya pengendalian intern.
5. Komunikasi tepat waktu: pemahaman terhadap pengendalian intern yg meningkat, memungkinkan
auditor mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian intern, yg sebelumnya tidak diketahui.

MENGIDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN


 Tahapan
- Identifikasi sumber risiko (risk identification)
Mencari sebanyak mungkin informasi internal yang relevan kemudian dicek konsistensinya dengan
informasi eksternal.
- Menilai apakah risiko itu dapat menyebabkan salah saji material (risk assessment)
 Klasifikasi utama risiko
1. Risiko bisnis (business risk)
Meliputi peristiwa yg timbul akibat perubahan kompleksitas, atau gagal melihat kebutuhan untuk
berubah.
2. Risiko kecurangan (fraud risk)
mengandung unsur kesengajaan oleh satu atau beberapa orang dalam manajemen.
 Management fraud : melibatkan anggota manajemen atau TCGW
 Employee fraud : hanya melibatkan pegawai dari entitas tersebut
 Segitiga Kecurangan
1. Tekanan
2. Peluang
3. Pembenaran
 Skeptisisme Profesional
Adalah kewajiban auditor untuk menggunakan & mempertahankan skeptisisme professional, sepanjang
periode penugasan. Terutama kewaspadaan atas kemungkinan terjadinya kecurangan.
ETIKA, ISAS, & PENGENDALIAN MUTU
 Pemberian audit & jasa terkait lain yg bermutu, agar:
1. Melindungi kepentingan public
2. Memberikan kepuasan kepada klien
3. Delivering value for money
4. Memastikan kepatuhan terhadap standar profesi
5. Mengembangkan & mempertahankan reputasi professional
 Quality control system
 Lingkungan pengendalian
Tanggung jawab pimpinan atas mutu didalam KAP
 Penilaian risiko
Menerima dan melanjutkan hubungan dengan klien dan penugasan yang spesifik
 Sistem informasi
Dokumentasi sistem QC
 Kegiatan pengendalian
 Monitoring
Pemantauan atas mutu di KAP

PENGENDALIAN INTERNAL
Komponen pengendalian internal :
1. Lingkungan pengendalian, auditor melihat dan menilai:
- Bagaimana budaya jujur & aturan perilaku dalam perusahaan
- Pengetahuan, keterampilan, & pengalaman yg disyaratkan manajemen untuk suatu tugas
- Apakah struktur organisasi sudah memadai untuk mencapai tujuan entitas & fungsi operasionalnya
2. Penilaian risiko
- auditor melihat apakah entitas sudah mempunyai proses yg mampu mendeteksi risiko bisnis terkait dg
perubahan lingkungan bisnis, tekonologi yg baru , ekspansi ke luar negeri, terbitnya pernyataan akuntansi.
- auditor mengevaluasi apakah proses penilaian risiko (PPRE) tersebut mempunyai kelemahan.
- Jika entitas tidak mempunyai PPRE auditor harus mengevaluasi apakah hal tersebut merupakan
kelemahan pengendalian internal.
3. Sistem informasi
- Proses bisnis, yaitu kegiatan-kegiatan yg menghasilkan output tertentu
- Prosedur apa saja untuk menjawab ancaman salah saji material akibat pengendalian yg diabaikan,
termasuk penggunaan jurnal entri
- Proses pelaporan keuangan yg digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk disclosure
4. Kegiatan pengendalian
Kebijakan yg memastikan bahwa petunjuk manajemen dilaksanakan.
a. Preventive controls, mencegah kesalahan
b. Detective controls, mendeteksi kesalahan, mengoreksi, & memperbaiki
c. Compensating controls, memberikan jaminan ketika ada kendala sumber daya yg membuat pengendalian
langsung tidak dapat dilakukan
d. Steering controls, mengarahkan tindakan koreksi untuk mencapai hasil yg diinginkan
5. Pemantauan
a. Pemantauan kegiatan yg sedang berjalan, kegiatan manajemen & pengawasan yg reguler, menelaah
laporan penyimpangan yg dihasilkan dari sistem informasi
b. Pemantauan berkala, evaluasi terpisah dari kegiatan yg se&g berjalan.
MENGEVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL
Empat langkah kunci mengevaluasi rancangan & implementasi pengendalian intern:
1. Resiko apa yg harus dimitigasi ?
Untuk mengetahuinya diperlukan identifikasi risiko bawaan mengenai salah saji material (yg terdiri atas risiko
bisnis & risiko kecurangan) & apakah risiko ini bersifat pervasif yg mempengaruhi semua asersi atau
merupakan risiko spesifik yg mempengaruhi area laporan keuangan & asersi tertentu
- Pengendalian atas risiko pervasif
1. Entity-level control (pengendalian pada tingkat entitas)
2. General IT control (pengendalain teknologi informasi umum)
3. Transactional controls (pengendalian transaksional)
- Pengendalian atas resiko spesifik
1. Transactional controls (pengendalian transaksional)
2. IT application controls (pengendalian aplikasi)
3. Entity-level control (pengendalian pada tingkat entitas)
2. Apakah pengendalian yg dirancang manajemen, memitigasi resiko itu ?
- Identifikasi proses bisnis apa saja yg sudah ada
- Manajemen harus memperhatiakn apakah pengendalian tersebut efektif
- Terdapat dua pendekataan untuk membandingkan hubungan pengendalian internal dg faktor risiko,
yakni ;
1. One-risk-to-many control
Setiap faktor risiko dipertimbangkan satu per satu & pengendaliannya harus diidentifikasi
Manfaat : dapat memetakan atau menyandingkan faktor risiko pervasif & pada tingkat entitas
beserta pengendaliannya
2. Many-risk-tomany control
Untuk resiko spesifik & risiko transaksional pendekatan paling umum yg dapat dilakukan untuk
mengevaluasi rancangan pengendalian adalah dg “ control design matrix” yg memungkinkan untuk
melihat :
 Hubungan many-to-many relationship antara risiko & pengendalian
 Di mana kuatnya pengendalian internal
 Di mana lemahnya pengendalian internal
 Pengendalian utama yg menaggapi banyak risiko/asersi & dapat diuji efektif/tidaknya
pengendalian tersebut
- Diperlukan kearifan profesional auditor dalam menarik kesimpulan atas penilaian rancangan
pengendalian, apakah pengendalian yg diidentifikasi memang benar memitigasi faktor risiko
tertentu atau tidak.
3. Apakah pengendalian yg memitigasi resiko itu, berfungsi ?
Amati atau inspeksi operasi pengendalian internal yg relevant untuk memastikan bahwa pengendalian intern
tersebut sudah diimplementasikan.
Prosedur penilaian risiko (risk assessment procedures) yg diwajibkan untuk memperoleh bukti audit
mengenai diimplementasikannya pnegendalian meliputi ;
1. Bertanya (inquiry) kepada pegawai entitas
2. Mengaamati (observe) atau mengulangi (re-performing) aplikasi dari pengendalian tertentu
3. Menginspeksi dokumen & laporan
4. Menelusuri satu atau beberapa transaksi melalui sistem informasi yg relevant untuk pelaporan
keuangan atau napaktilas (walktrough)
4. Apakah operasi pengendalian yg relevan, sudah didokumentasikan ?
Terdiri atas penjelasan naratif sederhana mengenai proses-proses utama yg menggambarkan operasi
pengendalian intern yg relevan
Bentuk dokumentasi yg umum dibuat manajemen :
1. Penjelasan naratif atau memo
2. Bagan arus (flow chart)
3. Kombinasi flow chart&narrative description
4. Kuesioner & daftar uji

Representasi tertulis tentang penegendalian internal harus diminta dari manajemen yg mengakui bertanggung
jawab untuk mengadakan & memelihara pengendalian intern yg diperlukan agar membuat laporan keuangan
dapat bebas dari salah saji material

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN


Asersi – asersi ini berhubungan dg
- Pengakuan (recognition)
- Pengukuran (measurement)
- Penyajian (presentation)
- Pengungkapan (disclosure)
A. Penjelasan mengenai asersi
Kelompok jenis asersi yg dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam
laporan keuangan
1. Asersi untuk jenis transaksi
 Occurrence
Transaksi & peristiwa yg sudah dicatat, memang terjadi & merupakan transaksi & peristiwa dari entitas
yg bersangkutan
 Completeness
Semua transaksi & peristiwa yg seharusnya dicatat, memang sudah dicatat
 Accuracy
Angka-angka, jumlah-jumlah, & data lain yg terkait dg transaksi & peristiwa yg dicatat, sudah dicatat dg
akurat
 Cut-off
Transaksi & peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yg benar
 Classification
Transaksi & peristiwa dicatat dalam akun yg benar
2. Asersi untuk saldo akun
 Existence
Asset, kewajiban & ekuitas benar ada
 Right and obligations
Entitas memiliki & menguasai asset, & utang merupakan kewajiban entitas
 Completeness
Semua asset, kewajiban & ekuitas yg seharusnya dicatat, sudah dicatat
 Valuation and allocation
Asset, kewajiban, & ekuitas dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yg benar & semua
penyesuaian & alokasi telah dicatat dg benar
3. Asersi tentang penyajian & pengungkapan
 Occurrence, rights, and obligations
Transaksi, peristiwa, & hal-hal lain yg sudah diungkapkan dalam laporan keuangan, memang terjadi &
berkaitan dg entitas yg bersangkutan
 Completeness
Semua pengungkapan yg seharusnya dicantumkan, memang sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan
 Classification and understandability
Informasi keuangan disajikan & dijelaskan dg tepat, & pengungkapan dinyatakan dg jelas
 Accuracy and valuation
Informasi keuangan & informasi lainnya diungkapkan dg wajar & dalam jumlah yg benar
B. Asersi gabungan
 C-Completeness
Tidak ada asset, utang & kewajiban, transaksi yg belum dicatat atau diungkapkan; tidak ada catatan
dalam laporan keuangan yg hilang/dihilangkan atau tidak lengkap
 E-Existence
Asset, utang & kewajiban, transaksi & hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan, memang ada,
terjadi, & terkait dg entitas
 A-Accuracy and cut off
Semua kewajiban, pendapatan, beban & hak atas asset merupakan kewajiban atau kekayaan entitas &
telah dicatat dalam jumlah yg benar & dialokasikan ke periode yg benar
 V-Valuation
Asset, kewajiban & ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai dalam laporan keuangan
C. Asersi dalam auditing
Auditor wajib mengidentifikasi & menilai risiko salah saji pada
- Tingkat laporan keuangan
- Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, & pengungkapan untuk merancang & melaksanakan
prosedur audit selanjutnya
D. Penilaian risiko
 Penilaian risiko di tingkat laporan keuangan
Risiko salah saji yg material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasive (tersebar luas) &
karenanya mencakup semua asersi
 Penilaian risiko di tingkat asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dg saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu atau
untuk transaksi tertentu pada suatu periode tertentu & berkenaan dg penyajian & pengungkapan
tertentu dalam laporan keuangan
E. Auditor menggunakan asersi untuk
- Menentukan jenis risiko salah saji yg bisa terjadi
- Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yg material
- Merancang prosedur audit selanjutnya sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yg dinilai

MATERIALITAS & RISIKO AUDIT


Materialitas dalam proses audit
1. Risk assessment (penilaian risiko):
- Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh &
performance materiality (materialtas pelaksanaan).
- Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yg harus dilaksanakan.
- Mengidentifikasi & menilai risiko salah saji yg material.
2. Risk response (menanggapi risiko):
- Menentukan sifat (nature), waaktu (timing), & luasnya (extent) prosedur audit selanjutnya (further audit
procedures).
- Merevisi angka materialitas karena a&ya perubahan situasi (change in circumstances) selama audit
berlangsung.
3. Reporting (pelaporan):
- Mengevaluasi salah saji yg belum dikoreksi oleh entitas itu.
- Merumuskan pendapat auditor
Performance materiatility: jumlah yg ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan untuk menurunkan probabilitas melebihi materialitas menyeluruh ke tingkat rendah yg tepat.
Menetapkan (besarnya) performance materiality: auditor wajib menetapkan (besarnya) performance materiality
untuk tujuan menilai risiko salah saji material & menentukan sifat, waktu, & luasnya prosedur audit selanjutnya.
Materialitas mengukur apa yg dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan
ekonomis.
Performance materiality memungkinkan auditor menentukan angka materialitas yg mencerminkan penilaian
risiko untuk berbagai area/unsur laporan keuangan.
Sifat Salah Saji
 Salah saji dikelompokkan menurut :
1. Ukuran – berapa besarnya salah saji dalam ukuran uang
2. Size – ukuran kualitatif dari salah saji
3. Situasi disekitar terjadinya salah saji tersebut
 Salah saji yg lazim ditemukan :
1. Error & fraud dalam pembuatan laporan keuangan
2. Penyimpangan terhadap kerangka pelaporan keuangan yg ada
3. Kecurangan yg dilakukan manajemen atau karyawan
4. Kesalahan manajemen
5. Pembuatan estimasi yg tidak akurat
6. Penjelasan yg keliru atau tidak lengkap mengenai CALK
Materialitas & Risiko Audit
 Risiko audit adalah risiko dimana auditor tanpa sengaja tidak memeodifikasi pendapatnya atas salah saji
material dalam asersi.
 Komponen dari risiko audit :
AR = RMM x DR
1. Risiko salah saji yg material (RMM)
Adalah risiko dimana laporan keuangan disalahsajikan secara material sebelum audit dimulai.
RMM = IR x CR
IR : inherent risk
CR : control risk
2. Detection risk (DR)
Adalah risiko dimana auditor gagal mendekteksi suatu salah saji dalam asersi yg berdampak material.
Dapat ditangani dg:
1. Perencanaan audit dg baik
2. Pelakasanaan prosedur audit yg tepat
3. Pembagian tugas yg tepat diantara aggota tim audit
4. Penerapan professional skeptisisme
Tingkat materialitas
1. Revisi materialitas
Audit wajib merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan ketika memperoleh informasi
selama auditnya yg menyebabkan ia menentukan angka materialitas yg ebrbeda dari yg diterapkannya
2. Menentukan apakah merecisi performance materiality
Jika auditor menyimpulkan bahwa angka materialitas yg lebih rendah untuk laporan keuangan secara
ekseluruhan masih tepat
3. Dokumentasi materialitas
Auditor wajib memasukkan dalamdokumentasi audit angka/jumlah yg berikut beserta factor-faktor yg
dipertimbangkan.

Evaluasi penilaian manajemen


 Auditor wajib evaluasi penilaian oleh manajemen tentang kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan
 Auditor wajib meliput periode yang sama seperti yang digunakan manajemen dalam membuat penilaiannya
seperti yang disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Jika penilaian meliputi periode
kurang dari 12 bulan sejak tanggal laporan keuangan, auditor wajib meminta manajemen memperpanjang
periode penilaiannya, setidak-tidaknya 12 bulan sejak tanggal tersebut
 Auditor wajib mempertimbangkan apakah penilaian manajemen meliput semua informasi yang relevan yang
diketahui auditor sebagai hasil auditnya
 Auditor wajib menanyakan manajemen mengenai pengetahuannya tentang peristiwa di luar periode yang
diliput oleh penilaian manajemen yang menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuan entitas
melanjutkan usahanya secara berkesinambungan.
 Mengevaluasi rencana manajemen dalam entitas kecil
 Faktor-faktor yang menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas melanjutkan usaha secara
berkesinambungan antara lain ;
o Kemampuan entitas menghadapi kondisi buruk
o Tersedianya sumber-sumber pembelanjaan, bank dan kreditur lain menghentikan pinjaman atau pemilik
menarik dukungan/agunan/jaminan pribadi
o Menghadapi perubahan besar (kehilangan pemasok utama, pelanggan, pegawai dll)
 Ketika auditor mengidentifikasi peristiwa atau kondisi tentang kesinambungan usaha, langkah selanjutnya
yakni melakukan prosedur audit tambahan (termasuk mempertimbangkan faktor-faktor yang memitigasi)
untuk menentukan apakah ada ketidakpastian material
 Langkah-langkah yang diambil auditor dalam menangani masalah kesinambungan usaha :
o Dapatkan penilaian dan rencana manajemen (jika tidak ada minta manajemen membuat penilaian
kemampuan entitas melanjutkan usahanya secara berkesinambungan)
o Evaluasi rencana manajemen (digunakan untuk menanggapi penilaian tentang kesinambungan usaha)
o Minta representasi tertulis (baik dari manajemen / TCWG).

Peralatan Auditor
1. Prosedur Substantif Dasar
Prosedur ini wajib dilaksanakan untuk setiap jenis transaksi, saldo akun dan disclosure yg material tanpa
memperhatikan RSSM. Contoh prosedur substantif dasar:
 Peroleh daftar lengkap dari items yg merupakan rincian saldo akhir;
 Bandingkan saldo periode berjalan dengan saldo periode yg lalu;
 Peroleh alasan/penjelasan mengenai fluktuasi;dan
 Laksanakan prosedur pisah batas akhir tahun.
2. Prosedur Substantif yang Diperluas
Diwajibkan dalam menanggapi situasi dimana risiko yg dinilai untuk suatu asersi tertentu adalah moderat atau
tinggi, ini terjadi ketika risiko khusus/ risiko signifikan ada. Contoh:
 Prosedur yg disesuaikan untuk menanggapi faktor risiko khusus seperti management override, jenis
kecurangan lain, atau risiko signifikan;
 Prosedur yg serupa dengan basic procedures, tapi luasnya prosedur ditingkatkan ( misalnya dengan
menambah sampel dalam uji rincian ) untuk mencapai tingkat yg tepat dalam menurunkan risiko.
3. Uji pengendalian
Ketika pengendalian berfungi efektif, uji ini dapat dilaksanakan untuk memperoleh bukti audit mengenai
suatu asersi. Uji pengendalian untuk menekan risiko ke tingkat rendah ( yang memerlukan sampel lebih
banyak ) dapat memberikan bukti yg diperlukan untuk asersi tertentu.
4. Prosedur Analitikal Substantif
Prosedur meliputi evaluasi atas informasi keuangan melalui analisis dari hubungan atau korelasi yg mungkin
ada diantara data keuangan dan nonkeuangan. Contohm untuk memeriksa nilai penjualan premium di pompa
bensin, menggunakan korelasi antara jumlah liter terjual ( A ) dan harga premium per liter ( B ). Jika A x B
diketahui, ekspektasi mengenai nilai penjualan ( P ) dapat dibangun, yakni P = A x B. Ekspektasi ( P ) dengan
rumus tsb sudah cukup utk mengidentifikasi ada/ tidaknya salah saji. Dalam hal menanggapi risiko signifikan,
auditor wajib mengombinasikan prosedur analitikal substantif dengan prosedur substantif lain, termasuk uji
rinci.

MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN


Metode sampling mempunyai beberapa keuntungan :
 Dapat menarik kesimpulan yang valid
 Hasilnya dapat digabungkan dengan hasil dari pengujian lainnya, semakin banyak sumber bukti maka risiko
dapat semakin berkurang
 Pemeriksaan seluruh data tidak memberikan kepastian mutlak, seperti transaksi yang tidak dibukukan tidak
akan terdeteksi
 Penghematan biaya karena auditor tidak memeriksa seluruh catatan pembukuan
Teknik sampling
Penerapan prosedur audit dengan item di bawah 100% dari populasi yang mempunyai relevansi audit dan semua
sampling unit dalam populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih sehingga auditor dapat menarik kesimpulan
yang layak mengenai populasi.
Risiko-risiko :
Sampling risk, merupakan risiko bahwa kesimpulan auditor atas dasar sampel berbeda dari kesimpulan jika
memeriksa seluruh populasi dengan prosedur audit yang sama. Terdapat 2 macam, yaitu :
 Tolerable level of misstatement, risiko salah saji yang tidak teridentifikasi dan melampaui tingkat salah saji
yang dapat diterima. Digunakan dalam test of details untuk menangani :
1. Gabungan risiko yang tidak material mengakibatkan laporan keuangan disalahsajikan secara material
2. Memberikan margin bagi salah saji yang mungkin tidak terdeteksi
 Tolerable level of deviation, tingkat penyimpangan yang dapat diterima. Digunakan dalam test of controls
dimana auditor menetapkan tingkat penyimpangan dari prosedur pengendalian internal yang dirancang untuk
memperoleh tingkat asurans yang tepat
Non sampling risk, risiko auditor menarik kesimpulan yang salah karena hal-hal di luar sampling risk. Dapat
dikurangi dengan perencanaan, pelaksanaan, supervisi, dan reviu atas pekerjaan audit dengan benar
Terdapat dua jenis sampling yang biasa digunakan dalam auditing, yaitu :
Statistical sampling, mempunyai atribut sample :
1. Random, dipilih secara acak sehingga semua sample mempunyai peluang untuk dipilih dan secara statisktik
tepat
2. Mathematically projected, menggunakan teori probabilitas untuk mengevaluasi hasil dari sampel
Non-statistical sampling/ judgmental sampling/ judgment sampling
Pendekatan yang tidak menggunakan citi atau atribut seperti statistical sampling.

REPRESENTASI TERTULIS
Tujuan auditor :
a. Memperoleh representasi tertuliu asersi dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG.
b. Mendukunng bukti audit lainnya yang relevan bagi laporan keuangan atau asersi tertentu dalam laporan
keuangan dengan meminta representasi tertulis jika auditor merasa perlu atau diwajibkan oleh ISAs lainnya
c. Menanggapi dengan tepat representasi tertulis dari manajemen dan, jika perlu, dari TCWG.
ISA 580.10
Auditor wajib meminta representasi tertulis dari manajemen bahwa manajemen sudah memenuhi tanggung
jawab atas pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk
penyajian laporan keuangan secara wajar, seperti yang dituangkan dalam syarat penugasan audit.
ISA 580.20
Auditor wajib menolak memberikan pendapat atas laporan keuangan sesuai ISA 705 jika:
 Auditor menyimpulkan ada cukup keraguan mengenai integritas manajemen sehingga representasi
tertulis
 Manajemen tidak memberikan yang diharuskan

Anda mungkin juga menyukai