NIM : 215154035
Kelas : 2B – AC
Auditing 1
1. Berikut beberapa konsep dasar dan terminology dari Audit Berbasis Risiko,
Reasonable Assurance, Inherent Limitations, Audit Scope, Material Misstatement, dan
(Management) Assertion. Jelaskan masing-masing konsep tersebut juga keterkaitan
antara konsep satu dengan lainnya, bila ada
1) Audit Berbasis Risiko: Audit Berbasis Risiko adalah pendekatan audit yang
menggunakan analisis risiko untuk menentukan fokus dan strategi audit. Audit ini
didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang entitas yang diaudit, termasuk
risiko-risiko yang dihadapinya. Dengan memahami risiko, auditor dapat
mengidentifikasi area yang berpotensi mengalami ketidaksesuaian atau kekeliruan
materi yang signifikan.
2) Reasonable Assurance: Reasonable Assurance adalah tingkat keyakinan yang wajar
yang ingin dicapai oleh seorang auditor dalam memberikan opini atas laporan
keuangan. Meskipun audit dilakukan dengan cermat, ada kemungkinan bahwa
beberapa ketidaksesuaian atau kekeliruan materi tidak terdeteksi. Reasonable
assurance tidak memberikan jaminan mutlak, tetapi mencerminkan upaya yang wajar
dan profesional dari seorang auditor.
3) Inherent Limitations: Inherent Limitations adalah batasan yang terkait dengan
proses audit itu sendiri. Audit memiliki keterbatasan karena ada beberapa faktor yang
tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh auditor. Contoh dari inherent limitations
adalah kompleksitas entitas yang diaudit, batasan waktu dan sumber daya yang
tersedia, serta adanya penipuan atau kolusi yang dirancang untuk mengelabui auditor.
4) Audit Scope: Audit Scope adalah ruang lingkup atau cakupan audit yang meliputi
aspek-aspek tertentu dari entitas yang diaudit. Ruang lingkup audit ditentukan
berdasarkan analisis risiko dan obyektif audit. Auditor menentukan area yang akan
diaudit, termasuk akun keuangan, transaksi, sistem internal, atau proses bisnis yang
relevan. Audit scope juga mencakup periode waktu tertentu yang sedang diaudit.
5) Material Misstatement: Material Misstatement adalah ketidaksesuaian atau
kekeliruan dalam laporan keuangan yang jika terungkap, dapat mempengaruhi
keputusan pengguna laporan. Material misstatement dapat berupa kesalahan dalam
pengukuran, presentasi, atau pengungkapan informasi keuangan. Auditor fokus pada
identifikasi dan evaluasi material misstatement karena hanya ketidaksesuaian atau
kekeliruan materi yang signifikan yang memerlukan koreksi atau pengungkapan.
6) Management Assertion: Management Assertion adalah pernyataan yang dibuat oleh
manajemen entitas yang diaudit tentang kebenaran dan kelengkapan informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Terdapat beberapa jenis assertion, termasuk
assertion tentang eksistensi, hak dan kewajiban, penentuan nilai wajar, kelengkapan,
pengukuran, dan pengungkapan. Auditor menggunakan assertion ini sebagai dasar
untuk merencanakan dan melaksanakan audit, serta mengevaluasi keandalan laporan
keuangan.
Keterkaitan antara konsep-konsep ini adalah sebagai berikut:
Audit Berbasis Risiko membantu dalam menentukan strategi audit dan
mengidentifikasi area yang berpotensi mengalami ketidaksesuaian atau kekeliruan
materi (Material Misstatement). Management Assertion adalah pernyataan yang
dibuat oleh manajemen tentang kebenaran dan kelengkapan informasi dalam laporan
keuangan. Auditor menggunakan assertion ini sebagai acuan untuk melaksanakan
audit dan mengevaluasi keandalan laporan keuangan. Material Misstatement adalah
fokus utama dari audit, dan auditor berupaya untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan memberikan pendapat tentang ketidaksesuaian atau kekeliruan yang signifikan
dalam laporan keuangan. Audit Scope ditentukan berdasarkan analisis risiko dan
mempengaruhi penentuan area yang akan diaudit dan evaluasi Material Misstatement
yang signifikan. Reasonable Assurance adalah tujuan dari audit untuk memberikan
keyakinan wajar atas laporan keuangan dengan memperhitungkan Inherent
Limitations dari proses audit.
2. Jelaskan makna frasa berikut: “Dari Rule Base ke Principle Based Standard,
Berpaling dari model matematis,!
Dalam audit berbasis ISA (International Standards on Auditing), frasa "Dari Rule
Base ke Principle Based Standard, Berpaling dari model matematis" mengacu pada
pergeseran paradigma dalam pengembangan standar audit. Sebelumnya, standar audit
didasarkan pada pendekatan "Rule Base" yang menekankan pada peraturan dan aturan-
aturan yang sangat spesifik. Pendekatan ini mendorong auditor untuk mengikuti prosedur
yang telah ditentukan secara rinci dan mematuhi pedoman yang telah ditetapkan.
Namun, dengan perubahan dalam lingkungan bisnis dan meningkatnya kompleksitas
entitas yang diaudit, pendekatan ini dianggap kurang fleksibel dan tidak efektif. Oleh
karena itu, terjadi pergeseran menuju "Principle Based Standards" yang berfokus pada
prinsip-prinsip dasar yang harus diikuti oleh auditor. Prinsip-prinsip ini memberikan
kerangka kerja yang lebih luas dan memberikan kebebasan kepada auditor untuk
menggunakan penilaian profesional mereka dalam menerapkan standar audit.
Peralihan ini juga melibatkan "berpaling dari model matematis" yang mencerminkan
pendekatan yang terlalu mekanis dan formalistik dalam audit. Model matematis mengacu
pada proses yang sangat terstruktur dan terukur dengan penekanan pada pengujian secara
statistik dan kuantitatif. Pergeseran menuju standar berbasis prinsip mengakui bahwa
audit juga melibatkan penilaian subjektif, pertimbangan profesional, dan pemahaman
yang mendalam tentang bisnis dan risiko yang terlibat.
Dengan demikian, frasa tersebut menggambarkan perubahan paradigma dalam
standar audit dari pendekatan yang sangat terperinci dan berorientasi aturan ke
pendekatan yang lebih fleksibel, berbasis prinsip, dan mempertimbangkan aspek
kualitatif serta pertimbangan profesional dalam melakukan audit.
3. Pendekatan Audit Berbasis Risiko dipandang lebih efektif dan efisien daripada
konvensional, jelaskan! Hubungkan jawaban anda dengan posisi Sistem
Pengendalian Intern dalam dua pendekatan audit tersebut!.
Pendekatan Audit Berbasis Risiko dipandang lebih efektif dan efisien daripada
pendekatan audit konvensional karena mengarahkan auditor untuk fokus pada area yang
memiliki risiko yang lebih tinggi. Pendekatan Audit Berbasis Risiko memungkinkan
auditor untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan risiko-risiko yang signifikan dalam
entitas yang diaudit. Dengan memahami risiko-risiko ini, auditor dapat merancang
prosedur audit yang sesuai untuk menguji keberadaan, efektivitas, dan keandalan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang relevan. Sedangkan dalam pendekatan konvensional,
auditor cenderung melakukan pengujian yang sama intensifnya pada seluruh area,
termasuk pada area yang memiliki risiko yang rendah atau tidak signifikan. Hal ini dapat
menyebabkan pemborosan sumber daya audit dan mengurangi efektivitas dalam
mengungkapkan risiko-risiko yang lebih penting. Dengan fokus pada risiko yang
signifikan, auditor dapat mengalokasikan sumber daya audit secara lebih efisien dan
efektif. Auditor dapat mengurangi pengujian yang terlalu berlebihan pada area yang
memiliki risiko rendah, sehingga menghemat waktu dan biaya. Selain itu, dengan
memanfaatkan penilaian risiko, auditor dapat menggunakan teknik audit yang lebih
efektif untuk menguji dan mengevaluasi SPI yang relevan.
Dalam pendekatan Audit Berbasis Risiko, auditor akan menilai keefektifan dan
keandalan SPI yang relevan dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang telah
diidentifikasi. Auditor akan fokus pada menguji dan mengevaluasi SPI yang berkaitan
dengan risiko yang signifikan. Pendekatan ini memungkinkan auditor untuk memberikan
keyakinan yang lebih baik tentang efektivitas SPI dalam mengidentifikasi dan mengelola
risiko-risiko tersebut. Sedangkan dalam pendekatan konvensional, auditor juga akan
melibatkan pengujian SPI, tetapi cenderung tidak mempertimbangkan risiko dengan
cermat saat menentukan ruang lingkup pengujian. Auditor mungkin melakukan pengujian
yang sama pada SPI tanpa mempertimbangkan tingkat risiko yang lebih rendah. Ini dapat
mengakibatkan pengujian yang berlebihan pada SPI yang tidak signifikan dalam
menghadapi risiko yang lebih rendah.
5. Jelaskan tentang: Forensic accounting & forensic auditing, audit fraud, dan investigasi
serta berikan contohnya !
- Forensic accounting dan forensic auditing
Forensic accounting dan forensic auditing adalah bidang spesialisasi dalam akuntansi
dan audit yang berkaitan dengan deteksi, investigasi, dan pencegahan kecurangan,
korupsi, serta aktivitas ilegal atau tidak sah dalam konteks keuangan. Mereka
menggunakan pengetahuan akuntansi dan metode audit khusus untuk mengumpulkan
bukti, menganalisis transaksi keuangan, dan mengungkapkan potensi kecurangan atau
pelanggaran hukum. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung proses investigasi
hukum dan pengungkapan fakta-fakta yang relevan dalam kasus hukum.
- Audit fraud (Kecurangan dalam audit)
Audit fraud merujuk pada tindakan yang disengaja dan manipulatif yang dilakukan
oleh entitas atau individu untuk memanipulasi atau menghindari deteksi oleh auditor
dalam proses audit. Ini melibatkan kegiatan seperti memalsukan atau
menyembunyikan informasi, menciptakan transaksi palsu, atau mempengaruhi proses
akuntansi dan pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang salah atau menyesatkan. Audit fraud merupakan pelanggaran serius
terhadap prinsip-prinsip akuntansi dan etika profesional, dan dapat memiliki
konsekuensi hukum dan finansial yang serius bagi entitas yang terlibat.
- Investigasi (Investigative)
Investigasi adalah proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi terkait dengan pelanggaran, kecurangan, atau aktivitas ilegal. Dalam konteks
forensic accounting dan forensic auditing, investigasi dilakukan untuk
mengungkapkan fakta-fakta terkait dengan kecurangan atau tindakan yang melanggar
hukum dalam domain keuangan. Investigasi ini melibatkan pemeriksaan mendalam
atas dokumen keuangan, rekaman transaksi, analisis forensik, wawancara, dan
kolaborasi dengan pihak lain seperti penegak hukum atau pihak berwenang terkait.
Contoh :
Misalnya, sebuah perusahaan mencurigai adanya kecurangan dalam departemen keuangan
mereka. Mereka mempekerjakan seorang forensic accountant untuk melakukan investigasi.
Forensic accountant ini akan menganalisis catatan keuangan, melacak transaksi
mencurigakan, dan melakukan wawancara dengan karyawan terkait. Hasil investigasi
tersebut mengungkapkan bahwa seorang staf akuntansi telah melakukan manipulasi data
dan memindahkan dana secara ilegal ke rekening pribadi mereka. Informasi yang
ditemukan selama investigasi akan digunakan sebagai bukti dalam proses hukum terhadap
staf akuntansi tersebut. Dalam konteks forensic auditing, contohnya dapat berupa auditor
yang khusus ditugaskan untuk memeriksa dan menguji transaksi dalam kasus dugaan
kecurangan pembelian atau pengeluaran palsu dalam suatu organisasi. Auditor forensik
akan memeriksa bukti-bukti transaksi, mencari adanya indikasi kecurangan, dan
melaporkan hasil temuannya sebagai bukti dalam proses investigasi dan pemeriksaan
hukum yang mungkin mengikutinya.
6. Jelaskan apa saja yang dilakukan auditor pada setiap tahapan dalam audit berbasis
risiko (ISA)
Dalam audit berbasis risiko (berdasarkan Standar Audit Internasional/ISA), auditor
melakukan serangkaian tahapan untuk mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko
signifikan yang berpotensi mempengaruhi laporan keuangan entitas. Berikut adalah
beberapa tahapan dalam audit berbasis risiko:
- Perencanaan Audit
Pada tahap ini, auditor merencanakan audit dengan memahami entitas, lingkungan
bisnisnya, dan sistem pengendalian intern yang ada. Auditor juga mengidentifikasi
risiko yang signifikan yang dapat menyebabkan material misstatement dalam laporan
keuangan. Perencanaan audit juga mencakup penetapan tujuan audit, penentuan
lingkup audit, dan penentuan sumber daya yang diperlukan.
- Penilaian Risiko
Auditor melakukan penilaian risiko dengan mengidentifikasi dan memahami risiko-
risiko yang berkaitan dengan entitas dan industri tempat entitas beroperasi. Hal ini
mencakup identifikasi risiko yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang
salah atau menyesatkan. Auditor juga menganalisis risiko pengendalian internal, risiko
inheren, dan risiko deteksi untuk mengidentifikasi area yang berpotensi memiliki
material misstatement.
- Respons Terhadap Risiko
Berdasarkan penilaian risiko, auditor merespons risiko yang teridentifikasi dengan
merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian internal dan pengujian
substansial. Respons ini melibatkan pemilihan dan pelaksanaan prosedur audit yang
tepat untuk mengurangi risiko audit hingga tingkat yang dapat diterima. Auditor juga
mempertimbangkan kebutuhan untuk menggunakan spesialis audit, jika diperlukan.
- Pengujian Pengendalian Internal
Pada tahap ini, auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk
mengevaluasi efektivitas dan keandalan sistem pengendalian internal entitas dalam
mencegah atau mendeteksi kesalahan atau kecurangan. Pengujian ini dilakukan untuk
memperoleh keyakinan tentang efektivitas pengendalian internal dan memutuskan
tingkat pengujian substansial yang akan dilakukan.
- Pengujian Substantial
Auditor melakukan pengujian substansial untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan memadai mengenai kewajaran dan keandalan laporan keuangan. Pengujian
substansial mencakup pengujian detail saldo akun, analisis rasio, konfirmasi, dan
prosedur substantif lainnya yang relevan. Auditor juga melakukan pengujian
substansial pada area yang memiliki risiko yang lebih tinggi.
- Evaluasi Temuan
Auditor mengevaluasi temuan dari pengujian pengendalian internal dan pengujian
substansial untuk menentukan apakah ada material misstatement dalam laporan
keuangan. Auditor juga mengevaluasi apakah pengungkapan yang diperlukan telah
dipenuhi dan apakah laporan keuangan mencerminkan secara wajar posisi keuangan
entitas.
- Pelaporan
Setelah menyelesaikan pengujian dan evaluasi, auditor memberikan opini audit atas
laporan keuangan entitas. Opini ini mencerminkan pendapat auditor tentang kewajaran
dan keandalan laporan keuangan. Auditor juga memberikan laporan audit yang
menggambarkan temuan dan kesimpulan mereka dalam audit.
Tahapan-tahapan tersebut memberikan kerangka kerja bagi auditor untuk melakukan
audit berbasis risiko dengan memfokuskan perhatian pada risiko yang signifikan dan
memastikan bahwa audit dilakukan secara efektif dan efisien.
10. Jelaskan yang anda pahami mengenai dual dating, lengkapi dengan contohnya
Dual dating merujuk pada penggunaan dua tanggal dalam laporan auditor yang
menunjukkan peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan tetapi sebelum
tanggal opini auditor. Ini terjadi ketika auditor menemukan peristiwa yang
mempengaruhi laporan keuangan setelah tanggal laporan keuangan, tetapi sebelum
tanggal opini, dan memilih untuk mengungkapkannya dalam laporan auditor.
Misalkan sebuah perusahaan mengakhiri tahun keuangan pada 31 Desember 2022
dan tanggal laporan keuangan yang diaudit adalah 31 Maret 2023. Pada tanggal 15
Februari 2023, perusahaan tersebut mengalami kerugian signifikan akibat kebakaran
yang menghancurkan salah satu fasilitas produksinya. Auditor mengetahui kejadian ini
saat melakukan audit pada bulan April 2023. Auditor memutuskan bahwa kebakaran
tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dan harus diungkapkan dalam laporan
auditor.
Dalam laporan auditor, auditor akan menggunakan dual dating untuk
mengungkapkan peristiwa kebakaran tersebut. Contohnya, laporan auditor akan
mencantumkan tanggal opini sebagai 31 Maret 2023, tetapi diikuti oleh catatan yang
menjelaskan peristiwa kebakaran dengan tanggal 15 Februari 2023. Hal ini memberi
informasi kepada pengguna
laporan bahwa peristiwa kebakaran terjadi setelah tanggal laporan keuangan tetapi
sebelum tanggal opini.
Penambahan dual dating memungkinkan para pemangku kepentingan untuk
memperoleh informasi yang relevan dan up-to-date dalam pengambilan keputusan
mereka.
13. Apa saja yang dilakukan oleh auditor pada tahap reporting, sebelum laporan audit
diterbitkan? Jelaskan!! Bandingkan pula Audit Report menurut GAAS dan ISA
(buat dalam bentuk tabel) dan berikan analisis anda!
Beberapa hal yang dilakukan oleh auditor pada tahap ini adalah:
1. Peninjauan Kesesuaian: Auditor melakukan peninjauan kesesuaian terhadap
laporan keuangan dengan kerangka pelaporan keuangan yang relevan, seperti
Standar Pelaporan Keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor
memastikan bahwa laporan keuangan disusun secara konsisten dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
2. Penilaian Kepatutan dan Cukupnya Bukti: Auditor mengevaluasi kepatutan dan
cukupnya bukti audit yang telah dikumpulkan selama proses audit. Auditor
memastikan bahwa bukti yang telah diperoleh cukup untuk mendukung opini
audit yang akan diberikan.
3. Penyusunan Opini Audit: Berdasarkan hasil audit dan analisis yang dilakukan,
auditor menyusun opini audit yang akan disampaikan dalam laporan audit. Opini
audit mencerminkan pendapat profesional dan independen auditor mengenai
keandalan dan kecukupan informasi dalam laporan keuangan.
4. Penulisan Laporan Audit: Auditor menyiapkan laporan audit yang terdiri dari
berbagai komponen, seperti pendapat auditor, tanggapan terhadap masalah yang
diidentifikasi selama audit, dan pengungkapan lain yang relevan. Laporan audit
juga mencakup ringkasan atau pengungkapan mengenai tanggung jawab auditor
dan batasan tanggung jawab mereka.
5. Review dan Persetujuan: Laporan audit yang disusun oleh auditor direview oleh
tim audit lain atau manajemen kantor akuntan publik untuk memastikan kepatuhan
terhadap standar audit yang berlaku dan kualitas laporan. Setelah review dan
persetujuan, laporan audit siap untuk diterbitkan.
Aspek GAAS ISA
Keberterimaan Pendapat yang bersifat Pendapat yang bersifat
"Wajar dalam semua "Wajar dalam semua hal
hal yang material" atau yang material"
"Dalam semua aspek
yang material"
Penyajian Auditor menyatakan Auditor menyatakan
tanggung jawab tanggung jawab manajemen
manajemen dalam dalam menyusun laporan
menyusun laporan keuangan yang akurat dan
keuangan yang akurat lengkap
dan lengkap
Pengungkapan Auditor menyatakan Auditor menyatakan
tanggung jawabnya tanggung jawabnya untuk
untuk mengevaluasi mengevaluasi prinsip
prinsip akuntansi yang akuntansi yang dipakai dan
dipakai dan pengungkapan yang relevan
pengungkapan yang dalam laporan keuangan
relevan dalam laporan
keuangan
Keyakinan Auditor memberikan Auditor memberikan
keyakinan yang wajar keyakinan yang wajar terkait
terkait dengan dengan kesesuaian laporan
kesesuaian laporan keuangan dengan kerangka
keuangan dengan pelaporan keuangan yang
prinsip akuntansi yang berlaku
berlaku umum
Referensi Tidak ada referensi Auditor mengacu pada
eksplisit kepada Standar Auditing
standar audit yang Internasional (SAI) yang
diterapkan diterbitkan oleh IFAC
Analisis: Dalam tabel tersebut, terdapat perbedaan antara Audit Report
berdasarkan GAAS dan ISA dalam beberapa aspek utama. GAAS menekankan "wajar
dalam semua hal yang material" sebagai tingkat keberterimaan, sedangkan ISA
menggunakan formulasi yang serupa. Tanggung jawab manajemen dalam penyajian
dan pengungkapan laporan keuangan juga disebutkan oleh kedua standar tersebut.
Selain itu, keduanya menekankan pentingnya memberikan keyakinan yang wajar
terkait dengan kesesuaian laporan keuangan. Namun, ISA merujuk secara spesifik
pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku sebagai acuan.
Perbedaan lainnya terletak pada referensi standar audit yang diterapkan. GAAS
tidak memberikan referensi eksplisit, sementara ISA mengacu pada Standar Auditing
Internasional (SAI) yang diterbitkan oleh IFAC.
Secara keseluruhan, perbandingan ini menunjukkan bahwa ada kesamaan dalam
prinsip-prinsip yang diikuti oleh kedua standar, namun juga terdapat beberapa
perbedaan dalam penekanan dan referensi yang digunakan.
14. Berikut adalah beberapa prosedur audit dalam siklus Penjualan dan Penerimaan
Kas:
a. Periksa satu sampel dokumen pengiriman barang untuk menentukan apakah
masing-masing dokumen tersebut didukung dengan Faktur Penjualan.
b. Periksa satu sampel sisi kredit non kas pada berkas induk Piutang Usaha untuk
menentukan apakah auditor intern telah memparaf masing-masingnya yang
menandakan adanya verifikasi intern.
c. Jumlahkan kolom-kolom pada Neraca Saldo Umur Piutang dan bandingkan
totalnya dengan Buku Besar.
Untuk setiap prosedur di atas, identifikasi:
- jenis bukti apa yang akan digunakan dan tujuan audit apa yang akan dicap
- jenis audit test apa yang akan dilakukan dan tujuan pengendalian intern apa
yang akan dipenuhi.
Prosedur a:
- Jenis Bukti: Dokumen Pengiriman Barang dan Faktur Penjualan.
- Tujuan Audit: Memastikan bahwa setiap dokumen pengiriman barang didukung oleh
faktur penjualan yang sesuai.
- Jenis Audit Test: Konfirmasi dan Verifikasi Dokumen.
- Tujuan Pengendalian Intern: Memastikan bahwa setiap penjualan yang terjadi
didukung oleh dokumen yang sah dan terverifikasi.
Prosedur b:
- Jenis Bukti: Berkas Induk Piutang Usaha dan Paraf Auditor Intern.
- Tujuan Audit: Memastikan bahwa auditor intern telah memverifikasi dan menyetujui
setiap kredit non kas yang tercatat dalam berkas induk piutang usaha.
- Jenis Audit Test: Pemeriksaan Paraf Auditor Intern.
- Tujuan Pengendalian Intern: Memastikan bahwa terdapat langkah-langkah
pengendalian yang memerlukan verifikasi dan persetujuan dari auditor intern terhadap
transaksi kredit non kas.
Prosedur c:
- Jenis Bukti: Neraca Saldo Umur Piutang dan Buku Besar.
- Tujuan Audit: Memastikan bahwa total saldo piutang yang tercatat dalam neraca
saldo umur piutang sama dengan total saldo piutang yang tercatat dalam buku besar.
- Jenis Audit Test: Rekonsiliasi dan Penghitungan.
- Tujuan Pengendalian Intern: Memastikan adanya kecocokan antara saldo piutang
yang tercatat dalam neraca saldo umur piutang dan saldo yang tercatat dalam buku
besar
serta meminimalkan risiko kesalahan perhitungan atau pencatatan dalam neraca saldo
umur piutang.
Tujuan pengendalian intern dalam prosedur a, b, dan c adalah untuk memastikan
keabsahan, keakuratan, dan kelengkapan transaksi penjualan dan penerimaan kas serta
menjaga integritas dan ketepatan informasi yang terkait.
15. Materialitas memiliki peran penting bagi Auditor. Jelaskan pengertian materialitas
dan peran pentingnya bagi auditor bila dikaitkan dengan accumulate evidence dan
audit opinion ! Jelaskan pula tentang Overall Materiality & Performance Materiality
serta Specific Materiality dan penerapannya dalam audit, lengkapi jawaban anda
dengan contoh.
Materialitas adalah tingkat signifikansi suatu kesalahan atau ketidakakuratan dalam
laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan. Peran
penting materialitas bagi auditor terkait dengan akumulasi bukti dan pembentukan
opini audit.
- Akumulasi Bukti (Accumulate Evidence): Materialitas membantu auditor dalam
mengarahkan upaya mereka dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup dan
memadai. Auditor fokus pada area yang memiliki risiko material yang lebih tinggi
dan memperoleh bukti yang relevan dan memadai untuk mengevaluasi kecukupan
dan keandalan informasi dalam laporan keuangan.
- Opini Audit: Auditor menggunakan konsep materialitas dalam membentuk
pendapat mereka tentang laporan keuangan. Jika auditor menemukan kesalahan
yang dianggap material, hal ini dapat mempengaruhi pendapat mereka. Jika
kesalahan tersebut dianggap material secara individu atau secara keseluruhan,
auditor mungkin memberikan pendapat pengecualian atau pendapat dengan
penekanan pada kesalahan tersebut.
Overall Materiality (Materialitas Keseluruhan): tingkat materialitas yang ditetapkan
oleh auditor untuk seluruh laporan keuangan. Hal ini berguna sebagai batas atas yang
digunakan auditor untuk menentukan apakah kesalahan atau ketidakakuratan dalam
laporan keuangan dianggap material atau tidak. Overall Materiality didasarkan pada
persentase dari jumlah yang signifikan, seperti pendapatan operasional atau laba
sebelum pajak.
Contoh: Misalkan Overall Materiality ditetapkan sebesar 5% dari laba sebelum pajak
yang signifikan dalam laporan keuangan. Jika jumlah kesalahan dalam laporan
keuangan melebihi 5% dari laba sebelum pajak tersebut, auditor mungkin akan
menganggapnya material dan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap opini audit
Performance materiality: memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam
jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tanpa harus mengubah overall materiality.
Performance materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas
berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk
mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai ( identified andassessed risk ) dan
detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji oleh auditor).
Contoh: Jika overall materiality ditetapkan sebesar $100.000, auditor dapat
menggunakan Performance Materiality sebesar $50.000 untuk menguji saldo akun
piutang. Jika jumlah kesalahan yang ditemukan dalam saldo akun piutang melebihi
$50.000, auditor kemungkinan akan menganggapnya material dalam konteks akun
tersebut.
Specific Materiality (Materialitas Khusus): Materialitas Khusus digunakan dalam
situasi khusus di mana suatu komponen dalam laporan keuangan memiliki tingkat
materialitas yang lebih rendah daripada Overall Materiality atau Performance
Materiality. Materialitas Khusus dapat ditetapkan untuk mengidentifikasi risiko yang
spesifik terkait dengan komponen tersebut.
Contoh: Auditor dapat menetapkan Materialitas Khusus pada tingkat yang lebih
rendah untuk menguji item non-keuangan yang penting, seperti komponen lingkungan
atau pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang memiliki dampak
signifikan pada persepsi publik dan pemangku kepentingan.