Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Risk Respons
(Respon atas penilaian risiko)

1. Respon Atas Penilaian Risiko


2. Keandalan Pengendalian
3. Pendekatan Substantif
4. Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit
5. Audit Atas Estimasi Akuntansi

Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA

11
Pasca Sarjana Pendidikan MK 10230 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Profesi Akuntansi Robertus Arynovianto, S.E.,MM.,
Ak., CA., CTA., CPA., QIA.

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa memiliki kemampuan
respon audit atas resiko yang telah untuk menjelaskan bagaimana
dinilai, keandalamn pengendalian, auditor melakukan respon atas risiko
pendekatan subtantif, penggunaan klien yang sudah dinilai termasuk
spesialis dalam proses audit dan keandalan pengendalian dan
audit atas estimasi Akuntansi. penggunaan spesialis serta audit
estimasi akuntansi.
Respon atas Penilaian Risiko

Acuan Sub Bab ini adalah SA 300 tentang Respons Auditor terhadap Risiko yang telah di
nilai. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan penerapkan respons terhadapcrisiko kesalahan penyajian material yang
diidentifikasi dan dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 dalam suatu audit atas
laporan keuangan.

Kewajiban auditor dalam menanggapi risiko yang dinilai diantaranya adalah:


Menurut ISA 330.5
Menjelaskan bahwa auditor wajib merancang dan mengimplementasikantanggapan
menyeluruh untuk menangani risiko salah saji yang material yang dinilai, ditingkat laporan
keuangan.

Menurut ISA 330.6


Menjelaskan bahwa auditor wajib merancang dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya yang sifat, waktu pelaksanaan dan luasnya didasarkan atas dan merupakan
tanggapan terhadap risiko salah saji yang material yang dinilai ditingkat asersi.

Menurut ISA 330.9


Menjelaskan bahwa dalam merancang dan melaksanakan uji pengendalian auditor wajib
memperoleh bukti audit yang lebih persuasif makin besar auditor mepercayai efektifnya
pengendalian.

Menurut ISA 330.10


Menjelaskan bahwa auditor wajib memutahirkan dan mengubah strategi audit secara
keseluruhan dan rencana auditnya jika diperlukan selama auditnya berlangsung.

Menurut ISA 330.18


dijelaskan bahwa dalam apapun hasil penilaian risiko atas salah saji material, auditor
wajib merancang dan melaksanakan prosedur subsstantif untuk setiap jenis transaksi, saldo
akun, dan disclosure.

Ada tiga langkah umum yang dijalankan auditor dalam menyusun rencana :
1. Tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan (atau tanggapan
menyeluruh)Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun tanggapan
menyeluruh yang tepat padatingkat laporan keuangan. Karena risiko-risiko ini bersifat

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
pervasif, penilaian risiko dengantingkat moderat atau tinggi akan menambah
pekerjaan audit yang diperlukan untuk setiaparea dalam laporan keuangan
2. Identifikasi prosedur tertentu untuk area yang materialSebelum menyusun tanggapan
terinci atas setiap risiko yang dinilai akan bermanfaat bagiauditor mempertimbangkan
pertanyaan
3. Tentukan prosedur audit dan luasnyaLangkah ketiga ialah menggunakan kearifan
professional untuk memilih campuran yang tepatdari berbagai prosedur dan dari luasnya
pengujian yang harus dilakukan untuk menganggapisecara tepat risiko yang dinilai pada
tingkat asersi.

SA 330 dijelaskan bahwa Respon atas Risiko yang dinilai tingkat asersi adalah sebagai
berikut:
1. Auditor harus mempersiapkan pendekatan dan tipe prosedur audit yang tepat bagi
entitas yang akan diaudit. Misalnya dengan melakukan pengujian pengendalian saja,
melaksanakan prosedur subtantif saja atau kombinasi dari keduanya.

2. Menentukan luas prosedur audit Luas prosedur audit perlu ditentukan setelah
mempertimbangkan materialitas, risiko yang telah dinilai, dan tingkat keyakinan yang
ingin diperoleh auditor. Ketika tujuan audit tercapai dengan kombinasi berbagai
prosedur, luas setiap prosedur dipertimbangkan secara terpisah. Secara umum,
prosedur audit akan lebih luas sejalan dengan meningkatnya risiko kesalahan penyajian
material. Misalnya, dalam merespons risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai yang disebabkan oleh kecurangan, peningkatan ukuran sampel atau pelaksanaan
prosedur analitis substantif dengan tingkat yang lebih rinci mungkin merupakan langkah
yang tepat. Namun, meningkatnya luas prosedur audit tersebut efektif hanya jika
prosedur audit tersebut relevan dengan risiko kecurangan tersebut.

3. Melakukan pertimbangan spesifik atas entitas sektor publik. Untuk audit entitas sektor
publik, mandat audit dan ketentuan audit khusus lainnya mungkin dapat memengaruhi
pertimbangan auditor terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut.

4. Melakukan pertimbangan spesifik atas entitas yang lebih kecil. Untuk audit entitas yang
sangat kecil, tidak terdapat banyak aktivitas pengendalian yang dapat diidentifikasi oleh
auditor, atau luas keberadaan atau operasinya yang telah didokumentasikan oleh entitas
mungkin terbatas. Dalam beberapa kasus, akan lebih efisien bagi auditor untuk
melaksanakan prosedur audit lanjutan yang mengutamakan prosedur substantif. Namun,
dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tidak adanya aktivitas pengendalian atau
komponen pengendalian lainnya dapat membuat auditor tidak mungkin memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
5. Menentukan Risiko yang lebih tinggi. Ketika memperoleh bukti audit yang lebih
meyakinkan karena penilaian risiko yang lebih tinggi, auditor dapat meningkatkan
kuantitas bukti, atau memperoleh bukti yang lebih relevan atau andal, misalnya, dengan
menekankan pada pemerolehan bukti dari pihak ketiga atau dengan memperoleh bukti
penguat dari sejumlah sumber yang independen.

Keandalan Pengendalian

Auditor melakukan uji pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian internal


yang efektif telah diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji
laporan keuangan. Auditor eksternal melakukan uji pengendalian atas seluruh asersi dalam
laporan keuangan yang material untuk memberikan opini atas pengendalian internal. Auditor
internal melakukan uji pengendalian untuk menindaklanjuti pendekatan risiko tertaksir
berlevel rendah.

Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh


bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi pengendalian yang relevan
jika:
1. Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi mencakup suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif
(contoh, auditor bermaksud untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian
dalam penentuan sifat, saat, dan luas prosedur substantif); atau

2. Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat
pada tingkat asersi. (Ref: Para. A20–A24)

Dalam merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus


memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan ketika auditor ingin lebih
mengandalkan efektivitas pengendalian. (Ref: Para. A25)

Sifat dan Luas Pengujian Pengendalian

Dalam merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, auditor harus:

1. Melaksanakan prosedur audit lain yang dikombinasikan dengan permintaan keterangan


untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian, termasuk:

1) Bagaimana pengendalian tersebut diterapkan pada waktu yang relevan selama


periode audit;
2) Konsistensi penerapannya;

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
3) (iii)Oleh siapa atau dengan cara apa pengendalian tersebut diterapkan. (Ref:
Para. A26–A29)
2. Menentukan apakah pengendalian yang diuji bergantung pada pengendalian lain
(pengendalian tidak langsung) dan, jika demikian, apakah perlu untuk memperoleh bukti
3. audit yang mendukung efektivitas operasi pengendalian tidak langsung tersebut. (Ref:
Para. A30–A31)

Saat Pengujian Pengendalian

Ketika auditor bermaksud untuk mengandalkan pada pengendalian, auditor harus


menguji pengendalian tersebut untuk waktu tertentu, atau sepanjang periode yang diaudit,
tergantung pada paragraf 12 dan 15 berikut ini, untuk memberikan basis yang tepat
bagi auditor.

SA 330 par 12 : Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Periode Interim
Jika auditor memperoleh bukti audit tentang efektivitas operasi pengendalian selama
periode interim, auditor harus:
1) (a)Memperoleh bukti audit tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut
setelah tanggal periode interim tersebut; dan
2) (b)Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh setelah periode interim
sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan.

SA 330 par 13 Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh dalam Audit Sebelumnya
Dalam menentukan tepat atau tidak tepatnya untuk menggunakan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam audit sebelumnya, dan, jika
demikian, lamanya periode waktu yang mungkin telah berlalu sebelum pengujian ulang
suatu pengendalian, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) (Efektivitas unsur lain pengendalian intern, termasuk lingkungan pengendalian,
pengawasan pengendalian oleh entitas, dan proses penilaian risiko oleh entitas;
2) Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian, termasuk apakah pengendalian
tersebut secara manual atau otomatis;
3) Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi;
4) Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas, termasuk sifat dan luas
penyimpangan dalam penerapan pengendalian yang ditemukan dalam audit
sebelumnya, dan apakah terdapat perubahan karyawan yang secara signifikan
berdampak terhadap penerapan pengendalian;

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
5) Dalam hal terdapat perubahan kondisi, apakah tidak adanya perubahan dalam
suatu pengendalian tertentu menimbulkan suatu risiko; dan
6) Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap
pengendalian.

SA 330 par 14
Jika auditor merencanakan untuk menggunakan bukti audit dari audit sebelumnya yang
berkaitan dengan efektivitas operasi pengendalian spesifik, auditor harus membuat
hubungan yang berkelanjutan atas bukti tersebut dengan memperoleh bukti audit
tentang apakah terdapat perubahan signifikan dalam pengendalian tersebut setelah audit
periode lalu. Auditor harus memperoleh bukti dengan meminta keterangan yang
dikombinasikan dengan pengamatan atau inspeksi, untuk menegaskan pemahaman atas
pengendalian spesifik tersebut, dan:
1) Jika terdapat perubahan yang berdampak pada hubungan yang berkelanjutan atas
bukti audit dari audit periode lalu, auditor harus menguji pengendalian tersebut dalam
periode audit kini.
2) Jika tidak terjadi perubahan seperti tersebut di atas, auditor harus menguji
pengendalian tersebut paling tidak sekali setiap tiga kali audit, dan harus menguji
beberapa pengendalian setiap kali audit untuk menghindari kemungkinan pengujian
atas semua pengendalian yang auditor ingin andalkan dalam satu periode audit tertentu
tanpa menguji pengendalian tersebut di dua periode audit kemudian
.
SA 330 par 15 Pengendalian atas Risiko Signifikan
Jika auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu risiko yang
auditor telah tentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus menguji pengendalian
tersebut dalam periode sekarang.

SA 330 par 16 Penilaian atas Efektivitas Operasi Pengendalian


Ketika menilai efektivitas operasi pengendalian yang relevan, auditor harus menilai apakah
kesalahan penyajian yang telah dideteksi oleh prosedur substantif menunjukkan bahwa
pengendalian tidak beroperasi secara efektif. Namun, tidak adanya kesalahan
penyajian yang dideteksi oleh prosedur substantif, tidak memberikan bukti audit bahwa
pengendalian yang bersangkutan dengan asersi yang telah diuji adalah efektif.

SA 330 par 17 Jika telah terdeteksi penyimpangan atas pengendalian yang auditor ingin
andalkan, auditor harus meminta keterangan secara khusus untuk memahami hal
tersebut dan dampak potensialnya, serta harus menentukan apakah:

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
1) Pengujian pengendalian yang telah dilakukan memberikan suatu basis yang tepat bagi
auditor untuk mengandalkan pada pengendalian tersebut;
2) Tambahan pengujian pengendalian diperlukan; atau
3) Risiko potensial kesalahan penyajian perlu direspons dengan menggunakan prosedur
substantif.

Pendekatan Subtantif

Kegiatan Prosedur Selanjutnya Prosedur Substantif (substantive procedure) Prosedur


Substantif adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh auditor selama
substantif(diperlukan klarifikasi) tahap pengujian audit yang mengumpulkan bukti-
bukti mengenaivaliditas, kelengkapan dan/atau akurasi saldo akun dan golongan transaksi
yang mendasari. Manajemen secara implisit menegaskan bahwa saldo akun dan kelas-
kelas yang mendasaritransaksi tidak mengandung salah saji material: dengan kata
lain, bahwa mereka adalahmaterial lengkap, valid dan akurat. Auditor
mengumpulkan bukti tentang pernyataan dari semua kegiatan perusahaan disebut
prosedur substantif.

SA 330 par 18 Prosedur subtantif


Tanpa memperhatikan risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material, auditor
harus merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang material.

Auditor juga harus mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal harus


dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif.

SA 330.20 Prosedur Substantif yang Berkaitan dengan Proses Tutup Buku


Laporan Keuangan

Prosedur substantif yang dilakukan auditor harus mencakup prosedur audit berikut yang
berkaitan dengan proses tutup buku laporan keuangan:
1) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
melandasinya; dan
2) Memeriksa entri jurnal yang material dan penyesuaian lainnya yang dibuat selama
penyusunan laporan keuangan.

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Prosedur Substantif Sebagai Respons terhadap Risiko Signifikan
Jika auditor telah menentukan bahwa risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor harus melaksanakan
prosedur substantif yang secara khusus untuk merespons risiko tersebut. Ketika
pendekatan terhadap risiko signifikan hanya terdiri dari prosedur substantif, prosedur
tersebut harus mencakup pengujian rinci.
Respon keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai pada tingkat laporan keuangan dapat mencakup:
1) Penekanan kepada tim audit atas perlunya mempertahankan skeptisisme
profesional.
2) Penugasan staf berpengalaman atau personel yang mempunyai kemampuan khusus
atau penggunaan pakar
3) Penyediaan supervisi tambahan.
4) Pemasukan tambahan prosedur audit yang tidak dapat diprediksi dalam pemilihan
prosedur lebih lanjut.
5) Perubahan umum atas sifat, saat, atau luas prosedur audit, Misalnya: pelaksanaan
prosedur substantif pada akhir periode bukan pada saat tanggal interim; atau
modifikasi sifat prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang lebih meyakinkan.

Penggunaan Spesialis dalam Proses Audit


Penggunaan Pekerjaan Spesialis diatur dalam SA Seksi 336 bahwa Spesialis
mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris, appraiser, insinyur, konsultan lingkungan
dan ahli gelogi. Seksi ini juga berlaku untuk penasihat hukum yang ditugasi sebagai
spesialis dalam situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien berkaitan dengan
tuntutan pengadilan, klaim. Sebagai contoh, penasihat hukum dapat ditugasi oleh klien atau
auditor untuk menafsirkan pasal-pasal dalam perjanjian kontrak.

Keputusan Untuk Menggunakan Pekerjaan Spesialis


Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal
bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang
terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain.
Namun, dalam audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan
subjektif, yang secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah
seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan menurut
pertimbangan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan
bukti audit yang kompeten.

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan auditor memerlukan
pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
1) Penilaian (misalnya, sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau ekuipmen teknologi tinggi,
produk farmasi, instrumen keuangan yang kompleks, real estate, sekuritas terbatas,
karya seni, kontijensi lingkungan).

2) Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, kuantitas atau kondisi mineral, cadangan mineral atau bahan yang
disimpan dalam timbunan).
3) Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial dalam penentuan kewajiban manfaat pensiun
dan dalam penentuan kewajiban manfaat polis masa depan).
4) Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).

Kualifikasi Dan Pekerjaan Spesialis


Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi kualifikasi
profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki keterampilan
atau pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:
Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain dalam
bidangnya.
1) Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
2) Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.

Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sifat pekerjaan yang dilaksanakan atau
akan dilaksanakan oleh spesialis. Pemahaman tersebut harus mencakup berikut ini:
1) Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis
2) Hubungan spesialis dengan klien
3) Metode dan asumsi yang digunakan
4) Suatu perbandingan metode atau asumsi yang digunakan dengan yang digunakan di
tahun sebelumnya.
5) Kelayakan penggunaan pekerjaan spesialis untuk tujuan yang dimaksudkan.

6) Bentuk dan isi temuan spesialis yang akan memungkinkan auditor untuk membuat
evaluasi yang diuraikan dalam paragraf.

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Hubungan Spesialis Dengan Klien
Auditor harus mengevaluasi hubungan spesialis dengan klien, termasuk keadaan yang
mungkin merusak objektivitas spesialis. Keadaan tersebut mencakup situasi yang
didalamnya klien memiliki kemampuan melalui hubungan kepegawaian, kepemilikan, hak
kontrak, hubungan keluarga atau melalui cara lain-untuk secara langsung atau tidak langung
mengendalikan atau secara signifikan mempengaruhi spesialis.
Bila spesialis tidak memiliki hubungan dengan klien, pekerjaan spesialis biasanya akan
memberikan keyakinan lebih besar bagi auditor tentang keandalan. Namun, pekerjaan
spesialis yang memiliki hubungan dengan klien dapat diterima dalam keadaan tertentu. Jika
spesialis memiliki hubungan dengan klien, auditor harus manaksir risiko bahwa objektivitas
spesialis tersebut mungkin terganggu. Jika auditor yakin hubungan tersebut akan
mengganggu objektivitas spesialis, auditor harus melakukan prosedur tambahan berkaitan
dengan semua asumsi, metode atau temuan spesialis uintuk menentukan bahwa
temuannya masuk akal (dapat diterima) atau harus menugasi spesialis lain untuk tujuan
tersebut.

Penggunaan Temuan Spesialis


Ketetapan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapannya
merupakan tangung jawab spesialis. Auditor harus
1) memahami metode dan asumsi yang digunakan oleh spesialis,
2) melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh spesialis, dengan
memperhitungkan taksiran resiko pengendalian auditor dan
3) mengevaluasi apakah temuan spesialis mendukung asersi yang berkaitan dalam laporan
keuangan. Biasanya, auditor akan menggunakan pekerjaan spesialis, kecuali jika
prosedur auditor menyebabkan ia yakin bahwa temuan spesialis tersebut tidak masuk
akal dalam keadaan tersebut. Jika auditor yakin bahwa temuan spesialis tidak masuk
akal, ia harus menerapkan prosedur tambahan yang dapat mencakup pemerolehan
pendapat dari spesialis lain.

Dampak Pekerjaan Spesialis Terhadap Laporan Auditor


Jika auditor menentukan bahwa temuan spesialis dapat mendukung penyajian laporan
keuangan yang berkaitan, maka ia menyimpulkan bahwa ia telah memperoleh bukti audit
cukup dan kompeten. Jika terdapat perbedaan material antara temuan spesialis dengan
penyajian laporan keuangan, atau jika auditor yakin bahwa penentuan yang dibuat oleh
spesialis tidak wajar, maka auditor harus melakukan prosedur tambahan. Jika setelah
menerapkan prosedur tambahan ternyata ia belum dapat memecahkan masalah, maka
auditor harus memperoleh pendapat dari spesialis lain, kecuali jika menurut pandangan

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
auditor masalah tersebut tidak akan dapat dipecahkan. Masalah yang tidak dapat
dipecahkan biasanya menyebabkan auditor menyimpulkan bahwa ia harus memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberi pendapat karena
tidak dapat diperolehnya bukti audit kompeten yang cukup berkenaan dengan suatu asersi
yang cukup signifikan dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh adanya pembatasan
lingkup audit.

Pengacuan ke Spesialis Dalam Laporan Auditor


Auditor dilarang mengacu ke pekerjaan atau temuan spesialis. Pengacuan seperti itu
dapat mengakibatkan kesalahpahaman sebagai suatu pengecualian dalam pendapat auditor
atau suatu pembagian tanggung jawab. Pengecualian dan pembagian tanggung jawab
merupakan dua hal yang tidak diinginkan dalam kaitannya dengan penggunaan pekerjaan
spesialis. Di samping itu, pengacuan ke pekerjaan spesialis tersebut dapat menimbulkan
kesan bahwa auditor telah melakukan audit yang lebih mendalam dibandingkan jika auditor
tidak melakukan pengacuan.
Sebagai hasil laporan atau temuan spesialis, auditor dapat memutuskan untuk
menambahkan bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku atau menyimpang dari
pendapat wajar tanpa pengecualian. Pengacuan ke dan identifikasi tentang spesialis dapat
dibuat dalam laporan auditor, jika auditor yakin bahwa pengacuan tersebut akan membantu
menjelaskan alasan untuk tidak memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
menambahkan bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku.

Audit atas Etimasi Akuntansi

Acuan Sub Bab ini adalah SA 540 tentang Audit Estimasi Akuntansi termasuk Audit
atas Estimasi Akuntansi dengan Nilai Wajar dan Disclosures atau Pengungkapan. Laporan
keuangan terdiri dari banyak estimasi, estimasi tersebut seringkali dibuat saat terdapat
ketidakpastian mengenai hasil dari suatu kejadian dan melibatkan penggunaan penilaian
Akibatnya, risiko kesalahan penyajian lebih tinggi saat terdapat estimasi.
SA 540 Audit atas Estimasi Akuntansi, termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan
Pengungkapan yang Bersangkutan menekankan persyaratan mendasaruntuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat. Standar tersebut mengharuskan auditor untuk
memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut:
a. Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan terhadap estimasi
akuntansi
b. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa, dan kondisi

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
yang menimbulkan perlunya estimasi akuntansi
c. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data yang dipakai sebagai
dasar, termasuk mempertimbangkan hal-hal berikut:
 Metode yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi
 Pengendalian yang relevan
 Apakah manajemen menggunakan pakar
 Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi
 Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan dari
 periode sebelumnya dalam metode untuk membuat estimasi akuntansi,dan jika
demikian, apa penyebabnya; dan
 Apakah dan, jika demikian, bagaimana manajemen menentukan dampak
ketidakpastian estimasi.

Evaluasi hasil
Auditor harus mengevaluasi kewajaran dari estimasi tersebut dengan:
 Pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya
 Apakah estimasi tersebut konsisten dengan bukti audit lain yang diperoleh selama
proses audit.

Contoh Estimasi atas penyisihan


Jelaskan bagaimana auditor akan melakukan pendekatan audit untuk penyisihan piutang.
Jawaban:
Pendekatan audit:
 Mengevaluasi persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang tepat untuk penyisihan
piutang
 Diskusi dengan manajemen terkait bagaimana penyisihan dihitung
 Memperoleh detail penyisihan, saldo yang sesuai dengan buku besar piutang dan
melakukan perhitungan ulang
 Membandingkan penghapusan piutang yang aktual dari periode sebelumnya dengan
perkiraan sebelumnya
 Memastikan pihak yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan menyetujui
penyisihan
 Memperoleh daftar umur piutang per tanggal pelaporan dan mengidentifikasi jumlah
yang jatuh tempo dan memeriksa korespondensi terkait piutang dan melakukan
perkiraan independen atas penyisihan yang diperbolehkan
 Membandingkan hasil perhitungan dengan perkiraan manajemen

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
 Memeriksa kas yang diterima dari pelanggan setelah tanggal pelaporan sampai dengan
tanggal laporan auditor untuk mengidentifikasi apakah ada saldo piutang yang diragukan
namun kemudian telah dilunasi

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.


 Principles of Auditing An Introduction to International of Auditing. Rick Hayers,
Philip Wallage, Hans Gortemake 3rd Edition , Pearson, Ltd, 2014
 IAPI, 2013. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
 http://www.pppk.kemenkeu.go.id/
 http://www.iapiglobal .or.id/modul CA Audit dan Asurans/IAI

‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
‘20 Audit dan Assurans Biro Akademik dan Pembelajaran
15 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai