Anda di halaman 1dari 5

PENGAUDITAN 1

Audit Risk Model

Kelompok :
M. Sidratul Muntaha (1306454321)
Rai Meijer (1506750314)
Zefanya Valencia (1506678045)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
2017
Audit Risk, and Its Component

6.1. Component of audit risk model


Risiko-risiko bisnis adalah hasil dari sejumlah kondisi, peristiwa, situasi, atau tindakan penting
yang dapat berdampak merugikan terkait kemampuan entitas untuk mencapai tujuan-tujuannya
dan melakukan beberapa strateginya.

Risiko-risiko semacam itu pada akhirnya akan berdampak pada laporan keuangan entitas, yang
mana tidak setiap risiko bisnis akan ditafsirkan secara langsung terkait risiko salah saji material
dalam laporan keuangan, disebut juga sebagai risiko audit (audit risk).

Risiko audit adalah risiko bahwa auditor memberikan opini audit yang tidak tepat ketika
laporan-laporan keuangan memiliki salah saji material.
Risiko audit merupakan ukuran reliabilitas dari informasi yang digunakan oleh sistem
akuntansi, yaitu seberapa banyak keyakinan yang dapat diberikan atas informasi tersebut.
Semakin tinggi risiko audit, maka semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan agar
auditor dapat memperoleh asurans yang memadai sebagai dasar untuk menyatakan opininya
atas laporan keuangan.

Asersi adalah pernyataan yang diberikan manajemen, seacra eksplisit maupun implisit yang
tertanam di dalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan. Asersi berhubungan dengan
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari berbagai unsur laporan keuangan.
Asersi digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis kemungkinan salah saji
yang bisa terjadi.

Risiko audit terdiri dari:

1. Risiko bawaan (inherent risk)


Kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau
tergabung, tanpa memperhitungkan pengendalian terkait. Risiko bawaan meliputi
peristiwa atau kondisi yang dapat menghasilkan salah saji dalam laporan keuangan.
Sumber risiko dapat timbul karena tujuan entitas, sifat operasi/industri, lingkungan
peraturan di mana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas.
2. Risiko pengendalian (control risk)
Risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi dan bisa material, sendiri
atau tergabung degan salah saji lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi dan terkoreksi
pada waktunya oleh pengendalian intern entitas. Manajemen merancang pengendalian
risikonya dan kemudian merancang dan mengimplementasi pengendalian yang tepat
untuk mengurangi risk exposure sampai tingkat yang dapat diterima. Pengendalian bisa
bersifat pervasif atau spesifik.
3. Risiko deteksi (detection risk)
Risiko bahwa prosdur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara
individu atau tergabung. Berdasarkan ISA 200 alinea 34, risiko salah saji yang material
dapat terjadi atau berada pada dua tingkat, yaitu tingkat laporan keuangan secara
menyeluruh dan pada tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan. Dalam menyusun prosedur audit ada pertimbangan mengenai potensi
risiko karena memilih prosedur audit yang tidak tepat, salah menerapkan prosedur audit
atau salah menafsirkan hasil dari prosedur audit.

Berdasarkan ISA 200 alinea 40, ISAs pada umumnya tidak mengacu pada risiko
bawaan dan risiko pengendalian secara terpisah, melainkan mengacu pada penilaian
gabungan dari risiko salah saji yang material. Namun, auditor dapat saja memisahkan
atau menggabungkan penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian, tergantung pada
teknik atau metodologi yang menjadi preferensi dan pertimbangan praktis. Penilaian
risiko salah saji yang material dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
nonkuantitatif.

Kombinasi antara risiko bawaan dengan risiko pengendalian


Yang akan menghasilkan risiko deteksi yang bisa diterima

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa risiko deteksi memiliki hubungan yang
berkebalikan dengan kombinasi dari risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Melaksanakan Audit Berbasis RisikoISA 200


Pelaksanaan audit berbasis risiko:
1. Skeptisme
Auditor wajib merencakan dan melaksanakan suatu audit dengan skeptisme
profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
lapora keuangan disalahsajikan secara material.
2. Kearifan profesional
Auditor wajib melaksanakan kearifan profesional dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.
3. Asurans yang layak
Untuk memperoleh asurans yang layak, auditor memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dengan
demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk digunakan
sebagai dasar pemberian pendapat auditor.
4. Gunakan tujuan yang sesuai ISAs yang relevan
Untuk mencapai tujuan menyeluruh, auditor wajib menggunakan tujuan yang
dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan audit
tersebut, dengan memperhatikan keterkaitan di antara ISAs, untuk menentukan
apakah prosedur audit tambahan di samping yang diwajibkan ISAs memang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam ISAs dan mengevaluasi
apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah dipenuhi.

Tiga langkah audit berbasis risiko


1. Risk assessment
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
2. Risk response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi
risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi.
3. Reporting
Tahap melaporkan meliputi: merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit
yang diperoleh dan membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai
kesimpulan yang ditarik.

MaterialitasISA 320
ISA 320 menjabarkan materialitas dalam konteks audit dan sebagai materialitas
pelaksanaan.

Salah saji, termasuk kelalaian dipertimbangkan bersifat material jika masing-


masing salah saji maupun salah saji secara keseluruhan diperkirakan dapat
memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi para pengguna berdasarkan laporan
keuangan yang ada.

Penerapan materialitas dalam 3 tahap proses audit


Tahap Auditor melaksanakan

Penilaian risiko Menentukan 2 macam materialitas,


yaitu secara menyeluruh dan
materialitas pelaksanaan
Merencanakan prosedur penilaian
risiko apa yang harus dilaksanakan
Mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji yang material

Menanggapi risiko Menentukan sifat, waktu, dan


lingkup prosedur audit selanjutnya
Revisi angka materialitas atau
perubahan situasi saat audit
berlangsung

Pelaporan Mengevaluasi salah saji yang


belum dikoreksi oleh entitas
Merumuskan pendapat auditor

Anda mungkin juga menyukai