MATERIALITAS
1.1 Materialitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan seringkali membahas materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Secara umum kerangka tersebut
menjelaskan bahwa:
Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat diperkirakan dapat
memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan
oleh pengguna laporan keuangan tersebut.
Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai
kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya; dan
Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum
diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup.
1.2 Tahapan Dalam Penerapan Materialitas
Dalam standar audit (SA 320. A1) “........Materialitas dan risiko audit perlu
dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:
a) Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material;
b) Menentukan sifat,saat; dan luas prosedur audit selanjutnya; dan
c) Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi; jika ada;
terhadap laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan
auditor.”
5. RISIKO AUDIT
Standar Audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal untuk menetapkan risiko
kesalahan penyajian, material dalam laporan keuangan klien. Auditor yang efektif mengakui
tentang adanya risiko dan mengelola risiko tersebut dengan cara yang tepat. Banyak risiko
yang sulit diukur dan membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat
mennaggulanginya dengan tepat.
5.1 Model Risiko Audit Untuk Perencanaan
Risiko kesalahan penyajian material didefinisikan dalam standar audit (SA 200.13)
sebagai: Risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum
audit dilakukan. Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat
- tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
- tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo, akun, dan pengungkapan
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan para auditor adalah dengan
menggunakan suatu model yang menggambarkan hubungan umum berbagai komponen
risiko audit dalam istilah matematis untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima yang disebut model risiko audit. Model risiko audit biasanya dinyatakan
sebagai berikut:
AR = IR X CR X DR
atau
𝐴𝑅
DR =
𝐼𝑅 𝑋 𝐶𝑅
6. KOMPONEN-KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT
6.1 Risiko Deteksi
Standar Audit (SA 200. 13 (e)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut:
“Risiko deteksi adalah risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor
untuk menurunkan risiko audit ke tingkat yang dapat diterima tidak akan mendeteksi
suatu kesalahan penyajian material, baik secara individual maupun secara kolektif
ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya.”
6.2 Risiko Inheren
Standar Audit (SA 200.13 (n)) mendefinisikan risiko inheren sebagai berikut:
“Kerentanan suau asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian material, baik secara individual
maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya,
sebelum mempertimbangkan pengendalian internal terkait”
6.3 Risiko Pengendalian
Standar Audit (SA 200. 13 (n)) mendefinisikan risiko pengendalian sebagai berikut:
“Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi dalam suatu
asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang
mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan
dengan kesalahan penyajian lainnya, tidak akan dapat dicegah atau diteksi dan
dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas”.
6.4 Risiko Audit
Standar Audit (SA 200. 13(c)) mendefinisikan risiko audit sebagai berikut:
Risiko Audit: risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat
ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit
merupakan suatu fungsi kesalahan penyajian material dan risiko deteksi.
6.4 Perbedaan Antara Risiko-Risiko Dalam Model Risiko Audit
Ada perbedaan besar dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko
dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang bisa diterima, auditor memutuskannya
sesuai dengan kesediaan kantor akuntan menerima risiko bahwa laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian setelah audit selesai dikerjakan, berdasarkan berbagai
faktor yang menyangkut klien. Sebagai contoh, auditor akan menetapkan risiko audit bisa
diterima yang sangat rendah untuk perusahaan yang melakukan penawaran saham
perdana (initial public offering).
7. MENETAPKAN RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk suatu audit, terutama
pada tahap perencanaan audit. Pertama-tama auditor harus menetapkan risiko penugasan dan
selanjutnya menggunakan risiko penugasan untuk menetapkan risiko audit.
7.1 Dampak Risiko Penugasan Terhadap Risiko Audit Bisa Diterima
Risiko penugasan adalah risiko yang harus ditanggung auditor atau kantor akuntan
setelah suatu audit diselesaikan, walaupun laporan audit yang dibuat sudah benar. Risiko
penugasan berkaitan erat dengan risiko bisnis klien.
7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Audit Bisa Diterima
Seberapa Jauh Pengguna Eksteren Mengandalkan Laporan Keuangan Auditan
Kemungkinan Klien Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit
Diterbitkan.
Evaluasi Auditor tentang Integritas Manajemen
7.3 Membuat Keputusan Tentang Risiko Audit Bisa Diterima
Risiko audit biasanya dinyatakan dalam istilah tinggi, medium, dan rendah. Risiko
audit yang rendah mengandung arti bahwa klien sangat berisiko dan membutuhkan bukti
yang lebih banyak, menggunakan lebih banyak staf audit berpengalaman, dan/atau review
atas kerja audit yang lebih mendalam. Setelah audit berjalan, auditor akan mendapat
informasi lebih banyak tentang klien, dan risiko audit bisa diterima dapat dimodifikasi.