Anda di halaman 1dari 8

RESUME SA 320

MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT

Tugas Mata Kuliah Audit dan Assurance

Dosen: Dr. R. Wedi R. Kusumah, S.E., M.Si., Ak., C.A

Disusun oleh:

- Intan Mauludina (51622120005)

Kelas: VCR1025

Program Magister Akuntansi

Universitas Widyatama

2023
RESUME STANDAR AUDIT 320

MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT

I.Pendahuluan

Dalam suatu audit laporan keuangan tentu terdapat berbagai macam


pertimbangan bagi auditor untuk dapat memberikan opini terhadap laporan keuangan yang sedang
mereka audit. Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan
dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan
auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan audit
dan perancangan pendekatan audit. Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi
pihak internal maupuneksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit juga memiliki keterbatasan
tertentu dan beberapa penyimpangan dari standar laporan audit dan auditor harus mengetahui
semuanya,untuk itu auditor harus mendapatkan keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.

II.Tinjauan pustaka2.1 Definisi dan tujuan SA 320

Standar Audit (“SA”) 320 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untukmenerapkan konsep
materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporankeuangan. Tujuan SA ini,
materialitas pelaksanaan (performance materiality)adalah suatu jumlah yang ditetakan oleh auditor,
pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,
untuk mengurangi ke tingkat yang lebih rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan penyajian
yang tidak dikoreksi dan tyang tidak terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan.

Jika berlaku, materialias pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah
daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu. Dalam melakukan
suatu audit atas laporan keuangan, tujuan auditor adalah untuk mendapatkan perikatan yang
memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan secara eseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang
material, telah disusun sesuai deengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan untuk
melaporakan laporan keuangan tersebut serta mengkomunikasikan temuan auditor sebagaimana
disyaratkan oleh SA.
2.2 Materialitas Dalam Konteks Audit

Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas


dalamkonteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan
mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda – beda, kerangka tersebut
secara umum menjelaskan bahwa :

Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan penyajian tersebut, se
cara individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil
berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporankeuangan tersebut;

Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai kondisiyang melingkupi
nya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, ataukombinasi keduanya; dan

Pertimbangan tentang hal – hal yang material bagi pengguna laporan keuanagan didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh pengguna laporan
keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan
keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan.

2.3 Penentuan dan Pertimbangan Materialitas

Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional,dan dipengaruhi oleh


persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para pengguna laporan keuangan para
pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini adalah masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan
bahwa pengguna laporan keuangan :

a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi sertaakuntansi
dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan keuangandengan cermat;
b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit berdasarkan tingkat
materialitas tertentu,
c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan atas peristiwa 
masadepan; dan
d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam laporan
keuangan.Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan
tentangukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan ter
sebutmenyediakan suatu basis untuk:
a. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko;
b. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material; dan
c. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.Materialitas yang ditetapkan
pada tahap perencanaan audit tidak semena-mena menentukan bahwa kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi, secara individual ataugabungan di bawah
materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak material. Kondisi-kondisi yang
berkaitan dengan beberapa kesalahan penyajian dapat menyebabkan audito rmenilai
kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian material walaupun
kesalahan penyajian tersebut berada di bawah tingkat materialitas. Walaupun tidak
praktis
untuk merancang prosedur audit untuk mendeteksi kesalahan penyajian material yang
hanya berdasarkan sifatnya, auditor tidak boleh hanya mempertimbangkan ukuran, tet
api juga sifat kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, dan keadaan -
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian tersebut,
pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian tersebut terhadap laporan
keuangan.

2.4 Ketentuan dalam SA 320

a. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit

Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukanmaterialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifikentitas, terdapat satu atau lebih
golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentuyang mengandung kesalahan penyajian
yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitaslaporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan 
secara masuk akal akanmemengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarka
n laporankeuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan
terhadap golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut. Auditorharus menetapk
an materialitas pelaksanaan untuk menilai risiko kesalahan penyajianmaterial dan menentukan sifat,
saat dan luas prosedur audit lanjutan.

b. Revisi Sejalan dengan Progres Audit

Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dan jika berlaku
materialitas untuk golongan transaksi , saldo akun atau pengungkapan tertentu pada saat auditor
menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja menyebabkan auditor menentukan
jumlah materialitas yang pertama kali ditetapkan (Ref: Para. A13). Jika auditor menyimpulkan bahwa
materialitas yang lebih rendah daripada tingkat materialitas yang lebih rendah dariapda tingkat
materialitas yang ditentukan pertama kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan dan jika
berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu adalah tepat,
maka auditor harus menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan perlu dilakukan dan
apakah sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut masih tepat.

c. Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah di bawahini beserta faktor-


faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya:

(a) Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan

(b) Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu

(c) Materialitas pelaksanaan ; dan

(d) Revisi yang dibuat sejalan dengan progres audit

III.

 Konsep materialitas digunakan dalam setiap proses audit atas laporan keuangan
yaitu pada semua tahap audit, dimulai dari perencanaan, pekerjaan lapangan, hingga proses penyusun
n laporan akhir. 

Penetapan materialitas ada dua metode yaitu metode kuantitatif dan pendekatan kualitatif. pendekatan


kualitatif materialitas ditetapkan pada suatu variabel kuantitatif tertentu yang digunakan sebagai
standar, sebagai ambang batas uang berfungsi untuk membedakan pentingnya atau signifikan tidaknya
salah saji yang terdeteksi

Dengan pendekatan ini, salah saji yang berada diatas batas yang ditetapkan akandianggap


material dan berada dibawah batas yang ditetapkan dianggap tidak material. Sedangkan pendekatan
kuantitatif terdapat juga penilaian materialitas dengan pendekatan kualitatif materialitas yang lebih
menitik beratkan pada pertimbangan professioanl auditor yangn didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, sera pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.

Hal ini tentu akan memunculkan perbedaan presepsi antar auditor. Pertimbangan auditor tentang
materialitas merupakan pertimbangan yang bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi wajar
tentang keandalan dan kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa. Materialitas mengandung
unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang, waktu dan kondisi pihak yang berkepentingan.
Namun, penilaian subjektivitas yang sama dari banyak dapat mengarah pada suatu objektivitas.
Dalam menentukan materialitas kualitatif, tidak terdapat kriteria yang baku karena materialitas
merupakan konsep relative, bukan absolute sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi
bagi suatu perusahaan kecil, sebaiknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak
material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menentukan acuan nilai nominal
untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk semua klien audit akan tetapi hal
ini akan sangat menyulitkan untuk mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
berbagai kondisi. Sebagai dampak dari penggunaan pertimbangan materialitas kualitatif oleh auditor,
maka auditee selaku penyusun laporankeuangan juga harus memhami mengenai hal ini. Profesi dan
penyusun laporan keuangan harus mempertimbangkan sejauh mana suatu kesalahan penyajian
material.

Menentukan berbagai tingkatmaterialitas merupakan unsur kunci dalam proses perencanaan.


Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau terpisah dari tahap-tahap
lain,melainkan proses yang berkesinambungan dari satu htahap ke tahap selanjutnya sampai akhir
audit. Istilah bahasa inggrisnya, “ it is not a discrete phase of an audit, but rather a continual an
iteritatve process’.

Istilah “iterative process” bermakna, suatu prosedur menghasilkan temuan, dantemuan ini memicu


suatu tanggapan dalam prosedur audit selanjutnya. Proses yang interatifini ditunjukkan dalam
perencanaan auditnya. Penggunaan materialitas dalam perencanaan:digunakan materialitas untuk:

1. Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit;

2. Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh (overall audit strategy);

3. Merencanakan sifat (nature), waktu pelaksanaan (timming), dan luasnya (extent ) prosedur audit
tertentu;

4. Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi (classes of transaction), saldo akun(account


balance), atau disclosures tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendahdari overall materiality
atau performance materiality (secara layak) diperkirakan dapatmempengaruhi keputusan ekonomis
pemakai laporan keuangan;

5. Menemukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality, sesuaidengan


kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu,tergantung tingkat risiko
yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
6. Menevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustments atau revisiterhadap
tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu pelaksanaan dan luas
prosedur sesuai keadaan.

 Dalam bukti pertimangan Penentuan tingkat overall performance materiality


dan specific performance materiality memerlukan kearifan professional (professional judgment ).
Disarankan, tetapi tidak di wajibkan, tim penugasan membahas kearifan professional yangditerapkan
dalam menetapkan tingkat-tingkat materialitas, dengan partner penugasan(engagement partner ) dan
memperoleh persetujuan partner tersebut. Akhirnya, catatan ataurekam kearifan professional yang
digunakan untuk mentukan materialitas, secara cukupterinci, di dalam kertas kerja audit.Adapun
penentuan Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur AuditAuditor harus menggunakan materialitas
ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan,dan luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas
untuk:a. Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures)

b. Menetukan itemmana yang harus dipilih untuk sampling atau testing, dan apakh
harusmenggunakan teknik sampling 

 c. Membantu menentukan banyaknya sampeld. Mengevaluasi representative sampling errors (RSE)
untuk menentukan salah saji yangmungkin ada. RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh
populasie. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (agregat of totall errors)
pada tingkat akunsampai ke tingkat laporan keuangan.

f. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yangtidak
dikoreksi (uncorrected misstatements) yang ada dalam saldo awal retainedearniings

 g. Menilai hasil prosedur audit.Butir pertimbangan Overall materiality sangat jarang


kemungkinannya untuk
diubah. Namun, materialitas tersebut mungkin saja direvisi sewwaktu audit mengetahui adanya
informasi baru atau ada perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas danoperasinya. Jika
perubahan diperlukan, pastikan bahwa tim audit diberi tahu dan nilaidampaknya terhadap rencana
audit.

Performance materiality dapat berubah berdasarkan faktor resiko baru atau temuan audit baru yang
mungkin tidak berdampak terhadap overallmateriality.

Perubahan dalam performance materiality berakibat pada modifikassi terhadapsifat, waktu


pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit. Tentunya jika overall materiality berubah, perunbahan
terkait juga diperlukan dalam performance materiality
 

Anda mungkin juga menyukai