Anda di halaman 1dari 5

ISA 320 : MATERIALITY IN PLANNING AND PERFORMING AN AUDIT

Fandy Abdi Darma (11), 8A- Alih Program

Ruang Lingkup
ISA 320 mengatur tentang tanggung jawab auditor dalam menerapkan konsep materialitas
baik dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan audit.
Materialitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan seringkali menyebutkan istilah materialitas. Secara umum
konsep materialitas adalah :
a. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, baik secara individual atau agregat,
dianggap material apabila kesalahan atau penghilangan tersebut dapat mempengaruhi
keputusan yang diambil oleh pengguna laporan keuangan tersebut
b. Pertimbangan tentang materialitas ditentukan oleh kondisi yang melingkupinya dan
dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan penyajian, atau kombinasi keduanya
c. Pertimbangan tentang hal-hal material bagi pengguna laporan keuangan didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh
pengguna laporan keuangan
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para pengguna
laporan keuangan. Asumsi auditor tentang pengguna laporan keuangan adalah :
a. Memiliki suatu pengetahuan yang memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan keuangan
dengan cermat
b. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dan diaudit dengan tingkat
materialitas tertentu
c. Mengakui adanya ketidakpastian bawaan (inherent) dalam pengukuran suatu jumlah
yang ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, judgement, dan pertimbangan tentang
masa depan
d. Membuat keputusan yang masuk akal berdasarkan laporan keuangan yang digunakan
Konsep materialitas ini diterapkan oleh auditor ditahap perencanaan dan pelaksanaan audit,
dan juga dalam mengevaluasi akibat dari kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, dalam laporan keuangan dan
diterapkan juga pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.
Dalam tahap perencanaan audit, auditor menetapkan batas materialitas atas kesalahan
penyajian laporan keuangan. Pertimbangan materialitas tersebut menyediakan dasar untuk :
a. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko
b. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
c. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan
Materialitas yang ditetapkan dalam tahap perencanaan ini tidak semata-mata membuat
kesalahan penyajian dibawah batas yang ditetapkan, akan selalu dievaluasi sebagai hal yang
tidak material. Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan kesalahan penyajian dapat
menyebabkan auditor menetapkan kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian
yang material walapun kesalahan tersebut di bawah batas yang telah ditetapkan. Walaupun
sulit untuk menerapkan prosedur audit yang dapat mendeteksi kesalahan material karena
sifatnya, auditor tidak boleh hanya mempertimbangkan ukuran, tetapi juga sifat kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi dan keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
kesalahan penyajian tersebut, pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian laporan
keuangan tersebut.
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk menerapkan konsep materialitas secara tepat dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan audit.
Pengertian
Dalam konsep materialitas, dikenal istilah Performance Materiality (PM) yang artinya suatu
jumlah yang ditetapkan auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi ketingkat yang rendah yang
semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi
yang secara agregat melebihi batas materialitas secara keseluruhan. Jika berlaku, PM dapat
ditetapkan lebih rendah daripada materialitas secara golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan penyajian.
Ketentuan
Auditor harus menetapkan batas materialitas secara keseluruhan terhadap laporan keuangan,
dan apabila secara spesifik ditemukan kesalahan penyajian yang lebih rendah daripada batas
yang ditetapkan namun mempengaruhi keputusan maka auditor harus menetapkan
materialitas yang akan diterapkan secara golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
penyajian. Revisi atas batasan materialitas dapat dilaakukan oleh auditor apabila dalam
proses audit terdapat informasi yang dapat menambah atau mengurangi batasan materialias
tersebut. Selain itu, harus juga dilakukan penyesuaian sifat, saat dan prosedur audit lanjutan
apakah masih cocok dengan batasan materialitas yang telah diubah. Auditor harus
memasukkan dalam dokumentasi auditnya jumlah-jumlah materialitas baik secara
keseluruhan, performance materiality, maupun golongan transaksi, saldo, atau pengungkapan
beserta dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuannya.
Materialitas dan Risiko Audit
Dalam melakukan audit, tujuan auditor adalah untuk mendapatkan reasonable assurance atas
laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian yang
material baik yang dilakukan karena kecurangan maupun kesalahan, sehingga memungkinkan
auditor untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan ini telah disusun sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum. Auditor mendapatkan reasonable assurance dengan
didukung oleh bukti-bukti yang cukup dan tepat untuk mengurangi resiko audit ketingkat
yang lebih rendah yang dapat diterima.
Resiko audit adalah resiko bahwa auditor menyatakan pendapat yang tidak tepat ketika
terdapat kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan.
Penentuan Materialitas dan Performance Materiality Dalam Perencanaan Audit
Dalam kasus entitas publik penetapan materialitas juga dipengaruhi oleh peraturan
perundangan atau kewenangan lain dan juga kebutuhan informasi keuangan para pembuat
laporan keuangan serta masyarakat umum dalam kaitannya dengan program publik. Proses
penentuan materialitas membutuhkan pertimbangan professional. Sebagai langkah awal,
persentase tertentu seringkali telah dipilih dari suatu tolak ukut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu proses identifikasi tolak ukur / dasar tersebut adalah :
a. Unsur-unsur laporan keuangan
b. Apakah terdapat unsur-unsur tertentu yang menjadi perhatian khusus para pengguna
laporan keuangan
c. Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, industri serta lingkungan ekonomi
yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi
d. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas
e. Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut
Contoh tolak ukur yang tepat tergantung dari kondisi dari entitas/auditee yang bersangkutan
meliputi kategori penghasilan yang dilaporkan seperti laba sebelum pajak, laba bruto dan
jumlah beban, ekuitas atau nilai aset bersih. Nilai laba sebelum pajak biasanya dijadikan tolak
ukur untuk entitas yang berorientas pada laba. Namun apabila laba tersebut cukup
berfluktuatif maka laba bruto dan jumlah pendapatan dianggap lebih tepat. Data data
keuangan yang dibutukan dalam menentukan tolak ukur seperti data keuangan periode
sebelumnya dan juga periode berjalan.
Persentase yang diterapkan dalam tolak ukur yang dipilih membutuhkan pertimbangan
professional. Akan terdapat hubungan antara persentase dengan tolak ukur yang dipilih,
misallnya persentase batas materialitas yang dipilih dari tolak ukur laba operasi sebelum
pajak akan lebih besar jika dibandingkan dengan total pendapatan. Sebagai contoh auditor
dapat menetapkan lima persen dari laba operasi sebelum pajak sebagai tolak ukur yang tepat
bagi industri manufaktur yang berorientasi pada laba. Auditor juga dapat menetapkan sebesar
satu persen dari total pendapatan atau total belanja atas entitas nirlaba. Penentuan berapa
persentase yang akan ditetapkan tergantung dengan kondisi entitas yang bersangkutan
Bagi entitas kecil tolak ukur yang dianggap tepat adalah laba sebelum renumerasi (bagian
pemilik) dan pajak. Sedangkan untuk entitas publik, jumlah biaya atau biaya bersih (beban
dikurangi pendapatan atau pengeluaran dikurangi penerimaan) dapat menjadi olak ukur yang
tepat untuk aktivitas program. Jika entitas publik sektor publik melakukan penyimpanan aset,
maka total aset dapat menjadi tolak ukur yang tepat.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya performance materiality ditetapkan untuk
mengantisipasi adanya kemungkinan ditemukannya kesalahan penyajian yang tidak
terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam laporan keuangan yang jumlahnya dibawah batas
materialitas secara keseluruhan. Penentuan performance materiality bukan merupakan suatu
perhitungan mekanis yang sederhana dan membutuhkan pertimbangan profesional.
Penentuan ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas entitas, yang dimutakhirkan selama
prosedur penilaian resiko, dan sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam
audit sebelumnya dan juga harapan auditor dengan kesalahan penyajian tahun berjalan.
Materialitas yang ditemukan di awal dapat direvisi apabila terjadi perubahan akibat adanya
informasi baru, perubahan yang sangat signifikan selama proses audit, atau perubahan
pemahaman atas entitas dan operasinya yang timbul akibat pelaksaan prosedur audit yang
lebih lanjut.
Penerapan ISA 320 di Akuntan Publik
Sebelum menentukan tingkat materialitas dalam audit, auditor harus melakukan penilaian
risiko terlebih dahulu atas entitas yang diperiksa. Karena resiko audit memiliki hubungan
dengan materialitas. Setelah menilai resiko audit, barulah auditor melakukan penetapan
materialitas. Dalam menentukan materialitas, langkah-langkah yang dilakukan oleh akuntan
publik antara lain :
1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Pada awal masa penugasan audit, auditor menentukan kesalahan penyajian gabungan
atas laporan keuangan yang menurut pertimbangan professional auditor dianggap
material. Pertimbangan ini disebut preliminary judgement about materiality. Tujuan
penetapan awal ini adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti audit yang
memadai yang harus dikumpulkan. Tingkat materialitas ini dapat berubah dalam proses
pelaksanaan audit apabila dianggap perlu oleh auditor (biasanya disebabkan karena ada
informasi baru yang ditemukan)
2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam segmen-
segmen
Selama dalam tahap perencanaan, auditor dapat mengalokasikan materialtias tersebut ke
dalam segmen-segmen dari proses audit. Kebanyakan auditor mengalokasikannya ke
akun-akun neraca. Pada saat auditor mengalokasikan materialitas ini ke akun-akun, maka
tingkat maerialitas ini disebut tolerable misstatement.
3. Mengestimasi total kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan
5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau pertimbangan
yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas
Tahap 1 dan 2 dilakukan pada saat proses perencanaan sedangkan tahap 3,4, dan 5 dilakukan
pada saat bagian dari evaluasi hasil-hasil yang diperoleh dari uji-uji audit yang dilakukan.
Referensi
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2013. Standar Perikatan Audit 320 Materialitas
dalam Tahap Perencanaan dan Pelakasanaan Audit.
International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB). 2009. ISA 320 Materiality in
Planning and Performing an Audit.
Akuntansia. 2011. Materialitas dan Resiko.
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/05/materialitas-dan-risiko.html (online)
diakses pada tanggal 02 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai