Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

Analisis Laporan Keuangan dan Model Bisnis Korporasi


PT Tower Bersama Infrastructure Tbk

Disusun Oleh:
Ririh Aji Pangestu / 1401160294

9-1 Akuntansi Alih Program

Dosen Pengampu:
Yuniarto Hadiwibowo

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Analisis Laporan Keuangan dan Model Bisnis Korporasi
Program Studi Diploma IV Akuntansi Alih Program
Semester IX T.A. 2017/2018
1. Profil Perusahaan
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk didirikan berdasarkan akta Notaris No. 14
tanggal 8 November 2004. Pada tanggal 15 Oktober 2010 PT Tower Bersama Infrastructure
Tbk melakukan penawaran umum sebanyak 551.111.000 saham dengan nilai nominal Rp 100
per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dan seluruh saham tersebut telah
dicatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 26 Oktober 2010. PT Tower Bersama
Infrastructure Tbk merupakan perusahaan induk dari Tower Bersama Group yang mana
kegiatan usaha PT Tower Bersama Infrastructure Tbk antara lain menjalankan usaha dalam
bidang jasa penunjang telekomunikasi meliputi jasa persewaan dan pengelolaan menara Base
Transceiver Station (BTS) serta jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi. PT Tower
Bersama Infrastructure Tbk beralamat di Gedung The Convergence Indonesia lantai 11,
kawasan Rasuna Epicentrum, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940.

2. Economic Characteristics and Competitive Dynamics


Kegiatan usaha utama PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah penyewaan tower
space pada menara telekomunikasi yang dimiliki oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk menyewakan tower space kepada operator
telekomunikasi di Indonesia untuk keperluan transmisi sinyal suara dan data nirkabel.
Penyewaaan menara dilakukan melalui opsi build-to-suit dan kolokasi. Opsi build-to-suit
adalah pembangunan menara baru berdasarkan order dari operator telekomunikasi, sementara
kolokasi adalah layanan di mana operator menyewa menara yang sudah dimiliki oleh PT
Tower Bersama Infrastructure Tbk.
a. Value Chain Analysis

Pengoperasian
Perencanaan Akuisisi Pembangunan dan Pemeliharaan
Perijinan
Jaringan Lahan & Konstruksi Infrastruktur
Telekomunikasi

1) Perencanaan Jaringan
Order dari operator telekomunikasi kepada unit pemasaran mengenai kebutuhan
site baru dalam radius di lokasi tertentu. Unit manajemen regional perusahaan
menganalisa tersedianya site dan membuat Engineering Survey Report (ESR)
yang termasuk diantaranya koordinat-koordinat site berpotensi, aksesibilitas,
ketersediaan perangkat listrik, foto-foto panoramik, dan jalan akses ke site, serta
topografi.
2) Akuisisi Lahan
Perusahaan melakukan negoisasi sewa lahan dengan pemilik lahan serta negoisasi
persetujuan masyarakat setempat untuk pembangunan menara.
3) Perijinan
Perusahaan memohon izin konstruksi atau pembangunan menara berupa
IMB/IMBM sebagai persyaratan persetujuan pemerintah daerah/kabupaten.
4) Pembangunan & Konstruksi
Persiapan fisik site untuk konstruksi, meletakkan pondasi, mendirikan menara,
pemasangan pagar, shelter, serta instalasi dan penyambungan listrik. Seluruh
proses disubkontakkan kepada pihak ketiga tetapi disupervisi oleh tim CME dari
perusahaan.
5) Pengoperasian dan Pemeliharaan Infrastruktur Telekomunikasi
Pada saat konstruksi selesai, sebuah pemberitahuan Ready for Installation (RFI)
dikirim kepada pelanggan untuk dapat dioperasikan sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian dibuatkan Berita Acara Uji Kelayakan (BAUK) yang ditandatangani
untuk peresmian site. Pemeliharaan dimulai sesaat Berita Acara Uji Kelayakan
(BAUK) dieksekusi/ditandatangani.
b. Porter’s Five Forces Classification Framework
1) Horizontal Competition
a) Rivalry among Existing Firms : Moderate
Terjadi pertarungan/persaingan yang ketat dengan tiga perusahaan terbesar
sejenis sebagai pemain dalam usaha bidang jasa penunjang telekomunikasi
meliputi jasa persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station
(BTS) serta jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi, yaitu PT
Profesional Telekomunikasi (Protelindo), PT Solusi Tunas Pratama Tbk, dan
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
b) Threat of New Entrants : Moderate
Saat ini, telepon seluler bukan hanya menjadi kebutuhan tetapi sudah menjadi
kelengkapan dan gaya hidup sehari-hari masyarakat. Dengan demikian,
kebutuhan akan menara telekomunikasi yang merupakan infrastruktur utama
dalam penyelenggaraan telekomunikasi seluler juga semakin meningkat.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan menara telekomunikasi sebagai
infrastruktur utama, bukan tidak mungkin akan muncul pesaing baru sebagai
pemain dalam usaha bidang jasa penunjang telekomunikasi meliputi jasa
persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station (BTS) serta jasa
konsultasi bidang instalasi telekomunikasi dengan tetap mempertimbangkan
keseimbangan tata ruang dan estetika kawasan sekitar.
c) Threat of Substitutes : Low
Meskipun terdapat teknologi pengganti/pelengkap berupa Dynamic Frequency
and Channel Allocation (DFCA) yang dapat meningkatkan kapasitas tampung
trafik menara Base Transceiver Station (BTS) dengan memperkecil bandwidth
untuk komunikasi suara dan data sehingga masih menyisakan bandwidth yang
dapat dimanfaatkan lebih lanjut, namun penambahan jumlah menara Base
Transceiver Station (BTS) masih menjadi pilihan yang dilakukan oleh para
pemain dalam usaha bidang jasa penunjang telekomunikasi meliputi jasa
persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station (BTS) serta jasa
konsultasi bidang instalasi telekomunikasi.
2) Vertical Competition
a) Buyer Power : Moderate
Sasaran pelanggan dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah para
operator telekomunikasi antara lain PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel),
PT Indosat Tbk (IM3), PT XL Axiata Tbk (XL), PT Hutchison 3 Indonesia
(Tri), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), dan PT Smartfren Telecom
Tbk (Smartfren). Dengan beragamnya keberadaan operator telekomunikasi,
maka dapat dikatakan para operator tersebut cenderung mencari provider jasa
penunjang telekomunikasi terbaik dengan pelayanan, kualitas, dan harga yang
bersaing dengan provider lainnya. Terlebih para operator telekomunikasi
tersebut pastinya juga memiliki sendiri menara Base Transceiver Station
(BTS) sebagai aset utamanya dalam menghasilkan pendapatan dan tentunya
dengan kepemilikan sendiri tersebut dapat menekan belanja penyewaan
menara Base Transceiver Station (BTS) yang dimiliki oleh PT Tower Bersama
Infrastructure Tbk dan para pesaingnya.
b) Supplier Power : Moderate
Dalam tahap pembangunan & konstruksi menara Base Transceiver Station
(BTS), seluruh proses disubkontrakkan kepada pihak ketiga namun tetap
disupervisi oleh tim CME dari perusahaan. Dengan demikian, para kontraktor
yang menjadi rekanan perusahaan merupakan supplier terbaik yang dipilih
berdasarkan pertimbangan dan persyaratan yang diinginkan oleh perusahaan
dari bermacam supplier yang telah melakukan penawaran kerja. Namun dalam
tahap lain yaitu perencanaan jaringan, akuisisi lahan, dan perijinan sangat
bergantung pada kelayakan site dan pemerintah daerah/kabupaten. Jika
memang site yang dipilih untuk membangun menara Base Transceiver Station
(BTS) merupakan lahan yang tidak bisa digunakan karena peraturan
pemerintah daerah/kabupaten, tentu pembangunan & konstruksi menara Base
Transceiver Station (BTS) tidak dapat dilaksanakan.
c. Economic Attributes Framework
1) Demand
Permintaan akan provider jasa penunjang telekomunikasi meliputi jasa persewaan
dan pengelolaan menara Base Transceiver Station (BTS) tentu semakin meningkat
mengingat menara Base Transceiver Station (BTS) merupakan infrastruktur utama
dalam penyelenggaraan telekomunikasi seluler yang saat ini sudah menjadi
kebutuhan bahkan kelengkapan dan gaya hidup sehari-hari masyarakat. Dengan
demikian, sangat dipercaya prospek usaha di bidang ini sangat menjanjikan
apalagi permintaan yang tinggi dari para operator telekomunikasi.
2) Supply
Penawaran yang diberikan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah berupa
build-to-suit dan kolokasi. Build-to-suit adalah pembangunan menara baru
berdasarkan order/pesanan dari operator telekomunikasi, sementara kolokasi
adalah layanan di mana operator menyewa menara yang sudah dimiliki oleh PT
Tower Bersama Infrastructure Tbk.
Pemerintah tidak memberikan halangan bagi siapa pun yang ingin terjun menjadi
pemain usaha bidang jasa penunjang telekomunikasi meliputi jasa persewaan dan
pengelolaan menara Base Transceiver Station (BTS) serta jasa konsultasi bidang
instalasi telekomunikasi. Hanya saja, perlu diperhatikannya persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan khususnya terkait dengan keseimbangan tata
ruang dan estetika kawasan sekitar.
3) Manufacturing
Industri infrastruktur penunjang telekomunikasi berupa pembangunan menara
Base Transceiver Station (BTS) tentunya membutuhkan investasi modal yang
cukup besar. Selain itu, peralatan dan perlengkapan yang digunakan tentunya
merupakan teknologi canggih terkini yang kecil kemungkinannya dapat terjadi
eror atau pun jika terjadi eror, dapat ditolerir dengan tingkat toleransi yang sangat
kecil.
4) Marketing
Pemasaran layanan jasa yang dilakukan oleh PT Tower Bersama Infrastructure
Tbk tentu saja diarahkan kepada para operator telekomunikasi di mana mereka
yang langsung berhadapan dengan para konsumen komunikasi seluler yaitu
masyarakat dengan kebutuhan tinggi akan perolehan informasi secara cepat.
Dengan demikian, masyarakat akan selalu menuntut para operator telekomunikasi
untuk terus memperbaiki layanannya dalam menyediakan jaringan komunikasi
seluler yang salah satunya dengan pembangunan menara Base Transceiver Station
(BTS).
5) Investing & Financing
Aset PT Tower Bersama Infrastructure Tbk berupa menara Base Transceiver
Station (BTS) termasuk aset jangka panjang. Selama kebutuhan yang tinggi oleh
masyarakat akan jaringan komunikasi seluler, terdapat risiko kecil dari aset berupa
menara Base Transceiver Station (BTS) tidak dapat menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan. Model operasi perusahaan berupa build-to-suit dan kolokasi juga
dinilai dapat menghasilkan arus kas yang cukup baik bagi perusahaan untuk
keperluan perkembangan dan perluasan usaha. Namun, bukan tidak mungkin
perusahaan dapat mencari sumber pendanaan lain dari pihak eksternal yang
tersedia.
3. Company Strategies
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mempunyai visi, misi, dan nilai-nilai yang
membedakan diri dari pesaing bisnis. Visi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah
menjadi perusahaan yang terdepan dalam memberikan solusi dan pelayanan infrastruktur
telekomunikasi. Misi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah bermitra dengan operator-
operator telekomunikasi untuk meningkatkan mutu pelayanan meraka dengan menyediakan
infrastruktur berkualitas. Nilai-nilai PT Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah integritas,
kerja sama, kepedulian dan tanggung jawab, berusaha menjadi yang terbaik, dan berfokus
pada penyelesaian masalah.
Visi, misi, dan nilai-nilai di atas menjadi landasan dalam penyusunan strategi bisnis
perusahaan. Strategi utama bisnis perusahaan adalah sebagai berikut:
1) memaksimalkan pertambahan penyewaan kolokasi pada portofolio menara
telekomunikasi yang telah ada,
2) terus mempererat hubungan dengan operator telekomunikasi,
3) memperbesar portofolio perusahaan melalui proses konstruksi build-to-suit dan
akuisisi yang selektif, dan
4) tetap fokus pada kecepatan dalam melakukan eksekusi dan terus meningkatkan
kinerja operasional.
a. Nature of Product or Service
Jasa persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station (BTS) serta jasa
konsultasi bidang instalasi telekomunikasi yang diberikan kepada para operator
telekomunikasi oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk dapat dikatakan bersifat
unik dan bertujuan untuk memperoleh margin yang cukup tinggi namun dengan
pangsa pasar yang tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan memiliki keunggulan yang
kompetitif dengan perusahaan lain sejenis yang bergerak di bidang usaha serupa.
Keunggulan kompetitif tersebut antara lain kontrak sewa jangka panjang antara
perusahaan dengan pelanggan, hubungan erat dengan berbagai operator
telekomunikasi besar di Indonesia, pengalaman yang ekstensif untuk melakukan
build-to-suit dan menjalankan kegiatan operasional, dan reputasi yang baik dari para
pemegang saham disertai tim manajemen yang berpengalaman.
b. Integration within Value Chain
Untuk proses manufaktur berupa pembangunan & konstruksi menara Base
Transceiver Station (BTS), seluruh proses disubkontrakkan kepada pihak ketiga
namun tetap disupervisi oleh tim CME dari perusahaan. Sementara untuk proses
distribusi, perusahaan tidak melakukannya dalam rantai bisnis yang dijalankan.
c. Geographical Diversification
Produk perusahaan berupa menara Base Transceiver Station (BTS) dan jasa
penyewaan menara Base Transceiver Station (BTS) mayoritas ditargetkan pada pasar
domestik di seluruh wilayah Indonesia. Namun, perusahaan tidak menutup mata untuk
memperluasnya ke pasar international terutama kawasan ASEAN yang ditandai
dengan kepemilikan 100% pada anak perusahaan TBG Global Pte Ltd dan entitas
anaknya yang berdomisili di Singapura.
d. Industry Diversification
Pada dasarnya perusahaan memfokuskan beroperasi dalam bidang jasa penunjang
telekomunikasi meliputi jasa persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver
Station (BTS) serta jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi. Namun pada saat
ini, perusahaan melakukan kegiatan utama berupa investasi atau penyertaan pada
entitas anak.

Anda mungkin juga menyukai