Kelompok 3:
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya,
makalah yang berjudul “Materialitas dan Resiko Audit” dapat diselesaikan sesuai dengan
yang direncanakan. Tujuan makalah ini dibuat yaitu sebagai salah satu syarat mengikuti
mata kuliah Pengauditan I.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna karena masih terdapat
kekurangannya dari kendala yang penulis hadapi, baik dalam hal menemukan literatur
maupun pemahamannya. Namun, tidak luput dari kendala tersebut, penulis juga
menyampaikan terima kasih atas bantuan berbagai pihak karena makalah ini dapat
diselesaikan, terutama kepada :
1. Drs. Made Martha, M.Si,Ak,CA,CPA sebagai Dosen Pengajar mata kuliah
Pengauditan I Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana atas fasilitas dan motivasi selama menulis makalah ini hingga selesai pada
waktunya.
2. Teman-teman Program Studi Sarjana Akuntansi angkatan 2018 yang menempuh
pendidikan selama perkuliahan. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa pengarahan dari
berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis berharap kepada semua pihak jangan ragu
untuk menyampaikan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kelak di kemudian
hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis
I. Materialitas
A. Materialitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan seringkali membahas konsep materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan
mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda, kerangka
tersebut secara umum menjelaskan bahwa:
Salah saji, termasuk penghilangan, dianggap material bila salah saji tersebut, secara
individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi keputusan ekonomi yang
diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pemakai laporan keuangan tersebut;
Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memerhitungkan berbagai kondisi yang
melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat salah saji, atau kombinasi
keduanya; dan
Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pemakai laporan keuangan didasarkan
pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh
pemakai laporan keuangan sebagai suatu grup.2 Kemungkinan dampak salah saji
terhadap pemakai laporan keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya beragam,
tidak dipertimbangkan.
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan
pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan professional, dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang informasi keuangan oleh para pengguna laporan
keuangan. Dalam konteks ini, adalah masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa
pengguna laporan keuangan:
a. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi yang ada dalam laporan
keuangan dengan cermat.
b. Memahami bahwa laporan keuangan disusun; disajikan dan diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu;
c. Mengakui adanya ketidakpastian bahwa dalam pengukuran suatu jumlah yang
ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan masa
depan;
d. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam laporan
keuangan.
B. Tahapan Dalam Penerapan Materialitas
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan dan pada saat
merumuskan opini dalam laporan auditor.
Auditor biasanya melakukan lima langkah dalam menerapkan materialitas sebagai
berikut:
1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas pelaksanaan
3. Memperkirakan total kesalahan penyajian dalam segmen
4. Memperkirakan keseluruhan kesalahan penyajian
5. Membandingkan taksiran keseluruhan dengan kebijakan awal materialitas
Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
Standar auditing (SA 320.10) menyatakan bahwa “pada saat penetapan strategi audit
secara keseluruhan, auditor harus menentukan materialitas untuk laporan keuangan keuangan
secara keseluruhan”. Hal ini disebut pertimbangan awal materialitas. Disebut demikian
karena meskipun opini ditetapkan secara profesioanl, namun hal itu bisa berubah ketika
pengauditan sedang berlangsung. Alasan penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti audit yang memadai yang
harus dikumpulkan.
Auditor seringkali mengubah kembali pertimbangan awalnya tentnag tingkat materialitas
selama berlangsungnya proses audit. Ketika hal tersebut dilakukan, pertimbangan yang baru
itu disebut revisi atas pertimbangan tentang materialitas. Alasan-alasan dipergunakannya
revisi pertimbangan dapat mencakup karena adanya perubahan salah satu faktor yang
dipergunakan dalam menetukan pertimbangan awal atau karena adanya kebijaksanaan akibat
dari auditor bahwa pertimbangan awal ternyata bernilai terlalu besar atau terlalu rendah.
1. Risiko ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko
deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah
satu dari ketiga faktor lainnya tersebut.
2. Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu
sendiri.
Jika nilai risiko deteksi terencana berkurang, maka auditor harus mengumpulkan lebih
banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.
2. Risiko Inheren
Standar audit {SA 200.13(n)} mendefinisikan risiko inheren sebagai berikut : Risiko
inheren adalah kerentanan suatu aserti tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara
individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya,
sebelum mempertimbangkan pengendalian internal yang terkait.
Dengan kata lain, risiko inheren adalah penilaian auditor mengenai kemungkinan adanya
kesalahan penyajian material yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal. Apabila auditor bekesimpulan bahwa
kemungkinan besar terdapat kesalahan penyajian, maka auditor akan berkesimpulan bahwa
risiko inherennya tinggi. Pada saat mempertimbangkan risiko inheren, pengendalian internal
kita kesampingkan karena dalam model risiko audit, pengendalian internal dipertimbangkan
tersendiri sebagai risiko pengendlaian.
3. Risiko Pengendalian
Standar audit {SA 200.13 (n)} mendefinisikan risiko pengendalian sebagai berikut :
Risiko pengendalian: Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi dalam
suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, ayau pengungkapan yang mungkin
material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan
penyajian lainnya, tidak akan dapat dipecah, atau dideteksi atau dikoreksi, secara tepat waktu
oleh pengendalian internal entitas.
Dengan kata lain, risiko pengendalian mengukur penilaian auditor tentang apakah
kesalahan penyajian yang melebihi jumlah kesalahan penyajian bisa ditoleransi pada suatu
segmen akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh sistem pengendalian
internal klien.
4. Risiko Audit
Standar audit {SA 200.13 (c)} mendefinisikan risiko audit sebagai berikut : Risiko audit:
risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit merupakan suatu fungsi kesalahn
penyajian material dan risiko deteksi.
Dengan perkataan lain, risiko audit adalah ukuran tentang seberapa besar auditor
bersedia meneriman bahwa laporan keuangan mungkin mengandung kesalahan penyajian
material setelah audit selesai dikerjakan dan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Apabila auditor memutuskan untuk menurunkan risiko audit, hal itu berarti bahwa auditor
ingin lebih pasti bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian material.
Perbedaan antara risiko-risiko dalam model risiko audit
Ada perbedaan besar dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko audit
dalam model risiko tunggal. Untuk risiko audit yang bisa diterima, auditor memutuskan nya
sesuai dengan kesediaan kantor akuntan menerima risiko bahwa laporan keuangan
mengandung kesalahan penyajian setelah audit selesai dikerjakan, berdasarkan beberapa
faktor yang menyangkut klien.
Risiko inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada dugaan auditor atau prediksi
tentang kondisi klien. Risiko deteksi sepenuhnya adalan dependen dari ketiga risiko yang
lain, dan karenanya hanya dapat ditentukan setelah auditor menetapkan ketiga risiko lainnya.
Sifat bisnis
Hasil audit tahun lalu
Audit pertama kali atau audit L L
K
ulangan
Hubungan istimewa K K
Risiko Bukti audit
Transaksi non rutin Risiko inheren
deteksi direncanakan
Kebutuhan pertimbangan
direncanakan
Pembentuk populasi
Faktor-faktor kesalahan dari K L
penyajian yang timbul kecurangan
pelaporan keuangan
Kerentan asset untuk di
salahgunakan
Gambar 1. Hubungan antara risiko dengan bukti dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko