Anda di halaman 1dari 61

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING LANJUTAN

Materialitas, Resiko audit & resiko


bisnis

Fakultas Program Studi Modul Kode MK Disusun Oleh

4
PASCA SARJANA MAGISTER Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA,
AKUNTANSI CPAI

Abstract Kompetensi
Pada pokok bahasan ini akan Mahasiswa diharapkan mampu:
dijelaskan : 1. .
MATERIALITAS
Bagian tanggung jawab auditor dalam laporan audit mencakup dua frase penting yang
berkaitan dengan materialitas dan risiko yaitu:
1. Untuk memperoleh kepastian yang layak;
Dimaksudkan untuk memberi tahu bahwa auditor tidak menjamin atau memastikan
kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun tetap ada risiko bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar meskipun pendapat auditor adalah wajar tanpa
pengecualian.
2. Laporan keuangan telah bebas dari salah saji material.
Dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa tanggung jawab auditor terbatas
pada informasi keuangan yang material saja.
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji tersebut.
Sementara itu, berdasarkan Standar Audit 450 IAPI, materialitas didefinisikan
sebagai kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan
keuangan tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan jika ada
salah saji material maka menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan
koreksi.
Jika definisi materialitas tersebut dibaca dengan cermat, akan terungkap kesulitan
yang dihadapi auditor dalam menerapkan konsep materialitas dalam praktik. Meskipun
definisi tersebut menekankan pada pemakai yang bijaksana yang mengandalkan laporan
keuangan untuk membuat keputusan, auditor harus memiliki pengetahuan mengenai siapa
saja pemakai laporan keuangan klien serta keputusan apa yang akan dibuat.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan profesional auditor. Dalam menerapkan
materialitas, auditor mengikuti lima langkah yaitu:

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas


2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Langkah 1

Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara


keseluruhan
Merencanakan luas
Langkah 2 pengujian
Menentukan materialitas kinerja

Langkah 3

Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4

Mengestimasi salah saji gabungan Mengevaluasi hasil-hasil

Langkah 5

Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan


pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang
materialitas

MATERIALITAS UNTUK LAP


KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut disebut sebagai
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas (preliminary judgement about materiality)
karena meskipun merupakan pendapat profesional, hal itu mungki saja berubah selama
penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat
auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan
para pemakai yang bijaksana.

Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk


membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 3
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas. Hal tersebut disebut sebagai pertimbangan tentang materialitas yang
direvisi (revised judgment about materiality). Auditor mungkin akan melakukan revisi karena
adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan
terlalu besar atau terlalu kecil.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Materialitas


Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi
dapat saja tidak material bagi perusahaan besar. Jadi tidak mungkin menetapkan
pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat
diterapkan pada semua klien audit.
2. Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas bersifat relatif, diperlukan tolak ukur untuk menentukan apakah
salah saji itu material. Tolak ukur utama yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Laba bersih sebelum pajak
Sering kali menjadi tolak ukur utama untuk menentukan berapa jumlah yang material
bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item
informasi yang penting bagi para pemakai.
b. Penjualan bersih;
c. Laba kotor;
d. Total aset; atau
e. Aset Bersih.
Setelah menetapkan tolak ukur utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah
saji itu dapat mempengaruhi secara material kelayakan tolak ukur lainnya seperti aset
lancar, total aset, kewajiban lancar, dan ekuitas pemiliki. Standar auditing mengharuskan
auditor mendokumentasikan dalam file audit dasar yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah
saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama. Sebagai contoh:

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 4


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
a. Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting dari pada
kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama, karena kecurangan itu
mencerminkan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau personel lain yang
terlibat.
Contoh: Salah saji persediaan yang disengaja lebih penting dari pada kesalahan
klerikal dalam persediaan.
b. Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
c. Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika
mempengaruhi tren laba.

Pedoman Ilustratif
Standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus tentang
materialitas bagi praktisi. Pertimbangannya adalah bahwa pedoman semacam itu mungkin
diterapkan tanpa mempertimbangkan semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi
keputusan akhir auditor. Penerapan pedoman ini, membutuhkan pertimbangan profesional
yang matang.

Menentukan Materialitas Kinerja

Materialitas Kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada
angka yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agrerat dari
salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.

Penentuan materialita kinerja perlu dilakukan oleh auditor karena auditor mengumpulkan
bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat
materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang
harus dikumpulkan.

Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas ke akun – akun neraca, dibandingkan


dengan akun – akun laporan rugi, karena kebanyakan salah saji laporan laba – rugi memiliki
pengaruh yang sama terhadap neraca.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialtias pada akun –
akun neraca :

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 5


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
1. Auditor memperkirakan akun – akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibandingkan akun – akun lainnya
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini

Dibawah ini terdapat Gambar 9-3 mengilustrasikan pendekatan alokasi oleh auditor senior,
Fran Moore, dalam audit atas Hillsburg Hardware CO.

Gambar tersebut mengikhtisarkan neraca, dengan menggabungkan akun – akun tertentu,


serta memperlihatkan pengalokasian total materialitas sebesar $ 442.000 (6% dari laba
operasi). Pendekatan alokasi yang dilakukan Moore menggunakan pertimbangan
pengalokasian, dengan mematuhi dua persyaratan arbitrer berikut ini yang ditetapkan oleh
Berger and Anthony, CPA

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 6


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Dengan adanya Tingkat Materialitas Kinerja yang disajikan persegmen akun dapat
mencegah auditor untuk mengalokasikan semua total materialitas ke satu akun saja.
Sebagai contoh jika semua perrtimbangan pendahuluan sebesar $ 442.000 itu dialokasikan
ke piutang usaha, salah saji sebesar $ 442.000 dalam akun tersebut masih dapat diterima.
Namun, mungkin tidak dapat diterima jika satu salah saji yang bernilai besar terdapat dalam
satu akun saja, dan meskipun dapat diterima , tidak diperkenankan ada salah saji apapun
dalam akun –akun lainnya.

Boleh saja penjumlahan materialitas kinerja melebihi materialitas secara keseluruhan


dikarenakan:

1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji sebesar jumlah
materialitas kinerja
2. Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun – akun lainnya
mungkin kurang saji

Singkatnya, tujuan mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun


– akun neraca adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus
dikumpulkan bagi setiap akun dalam neraca maupun laporan laba – rugi.

Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan Pendahuluan

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat
kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan
dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis:

1. Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mangaudit property, pabrik,
dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasikan lease peralatan yang dikapitalisasi,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.

2. Salah saji yang mungkin terjadi (likely misstatement) terbagi menjadi dua jenis:

a. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah estimasi penyisihan untuk
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi

b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi ,
Dengan menggunakan sampel dapat diketahui total kemungkinan salah saji yang

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 7


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
terjadi terhadap akun tersebut, total kemungkinan salah saji ini disebut Estimasi atau
“proyeksi“ atau “ekstrapolasi“ Estimasi salah saji ini disyaratkan oleh SAS 111 (AU)

Dapat dicontohkan:

- Salah saji dalam sampel persediaan $ 3.500


- Total Sampel persediaan $ 50.000
- Total nilai persediaan yang tercatat $ 450.000

Berapa estimasi kemungkinan salah saji persediaan?

Auditor dapat menghitung estimasi dengan cara:

Salah saji x Total nilai populasi = Estimasi salah saji

Total Sampel

$ 3.500 x $ 450.000 = $. 31.500

$ 50.000

Tabel 9 – 1 Menunjukan bahwa total estimasi salah saji yang mungkin sebesar $ 62.300
melebihi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas sebesar $ 50.000. Bidang utama
yang sulit adalah persediaan , dimana estimasi salah saji sebesar $ 47.250 jauh lebih besar
dari materialitas kinerja sebesar $ 36.000. Karena estimasi salah saji gabungan melebihi
pertimbangan pendahuluan, laporan keuangan tidak dapat diterima, Dengan itu Auditor
dapat menentukan apakah estimasi salah saji yang mungkin benar – benar melebihi $
50.000 dengan melaksanakan prosedur audit tambahan, atau mewajibkan klien untuk
menyesuaikan estimasi salah saji tersebut, jika iya auditor akan berkonsentrasi pada bidang
akun persediaan.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 8
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
RISIKO
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan klien.
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagai
contoh, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketepatan bukti,
ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketikak audit selesai dilakukan.
Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
tersebut dengan tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta
membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.
Merespons risiko-risiko ini dengan baik sangat menentukan dalam mencapai audit yang
bermutu tinggi.
Model risiko audit

PDR =

PDR : risiko diteksi yang direncanakan IR : risiko inheren

AAR : risiko audit yang dapat diterima CR : risiko pengendalian

Model risiko audit serta pemahaman atas bisnis dan industri klien

Industri dan Lingkungan Eksternal


Memahami Bisnis dan Industri Klien
Operasi dan Proses Bisnis

Menilai Risiko Bisnis Klien Manajemen dan Tata Kelola

Tujuan dan Strategi


Menilai Risiko Salah Saji Material

Pengukuran dan Kinerja

Risiko Inheren (IR) Risiko Pengendalian (CR)

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 9


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


penjualan dan pembelian penggajian persediaan dan perolehan
penagihan dan dan pergudangan dan
pembanyaran personalia pembayaran
kembali
modal

A Penilaian auditor Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran


atas ekspektasi beberapa banyak salah sedikit salah banyak salah sedikit salah
salah saji yang salah saji saji saji saji saji
material
(sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
sebelum
pengendalian
internal

(risiko inheren)

B Penilaian auditor Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan


atas keefektifan sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian (rendah) (rendah)
(sedang) (tinggi) (sedang)
internal untuk
mencegah/
mendeteksi
salah saji yang
material

(risiko
pengendalian )

C Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan


auditor untuk rendah rendah rendah rendah rendah
membiarkan
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
salah saji yang
material tetap
ada setelah
menyelesaikan
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 10
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
audit (resiko
audit yang dapat
diterima)

D Perencanaan Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
luas bukti yang
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
akan
dikumpulan
auditor (risiko
deteksi yang
direncanakan)

JENIS-JENIS RISIKO
Terdapat empat jenis risiko, yaitu:
1. Planned Detection Risk (PDR: Risiko Deteksi Terencana)
Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Ada dua hal
penting yang harus diketahui tentang risiko deteksi yang terencana, yaitu:
Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko
audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-
faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko
deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan
risiko ini.
2. Inheren Risk (IR: Risiko Inheren)
Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi.
Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian
internal ini diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko
pengendalian.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 11
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Hubungan antara IR – PDR – Bukti audit yang direncanakan : IR saling berlawanan
dengan PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. Selain
meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang
itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh. Sebagai
contoh, jika risiko inheren untuk keusangan persediaan sangat tinggi, wajar bila kantor
akuntan publik menugaskan staf yang berpengalaman untuk melakukan pengujian yang
lebih ekstensif atas keusangan persediaan dan mereview secara lebih cermat hasil-hasil
audit tersebut.
3. Control Risk (CR: Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah
salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas
segmen tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR
memperlihatkan:
Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah
atau mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang
dibuatnya.
Standar audit menyebut bahwa kombinasi antara risiko inheren dan risiko
pengendalian ini risiko salah saji yang material (risk of material misstatement). Auditor
dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat juga
menilai risiko inheren dan risiko pengendalian secara terpisah.
4. Acceptable Audit Risk (AAR: Risiko Akseptibilitas Audit)
Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah,
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa
laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Keyakinan penuh (risiko
nol) mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis. Selain itu,
auditor juga tidak dapat menjamin bahwa sama sekali tidak ada salah saji yang material.
Sering kali, auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga disebut assurance
keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit
assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang
dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 12


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit selama
dalam perencanaan Audit
Keputusan yang diambil Auditor:

1. Memutuskan Risiko Penugasan.


2. Menggunakan Risiko Penugasan untuk memodifikasi risiko Audit yang dapat
diterima.

Engagement Risk (Risiko Penugasan)


Adalah Risiko bahwa Auditor atau KAP akan menderita kerugian walaupun laporan audit
sudah benar atau mutu laporan audit tersebut baik.

Dampak Risiko Penugasan Terhadap Risiko Audit yang dapat diterima

- Auditors Memutuskan risiko keterlibatan dan penggunaan risiko yang memodifikasi


agar risiko audit dapat diterima.
- Engagement risk erat hubungannya dengan klien dengan risiko bisnis klient tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko Audit yang dapat diterima.


1). Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal Pada Laporan Keuangan yang di pengaruhi
oleh beberapa faktor:
- Ukuran klien, sebagai ukuran klient menurut total aktiva atau total pendapatan.
- Distribusi Kepemilikan, Laporan keuangan bersifat terbuka dan banyaknya pihak pemakai.
- Sifat dan Jumlah Kewajiban, Bila dalam LKU terdapat kewajiban berjumlah besar maka
LKU
kemungkinan besar akan digunakan secara luas oleh para creditor

2). Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah Laporan Audit
Diterbitkan. Sulit bagi Auditor memprediksi kegagalan keuangan dan ada faktor yang
merupakan indikator yang baik bahwa probalitas meningkat, yaitu:

• Posisi likuiditas, jika klient mengalami kekurangan kas serta modal kerja.

Jika klient terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja hal ini
menngindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan dimasa depan. Auditor
harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang terus menurun.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 13


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
• Laba Rugi Tahun-tahun sebelumnya, dimana Auditor harus mempertimbangkan
perubahan relatif terhadap saldo laba ditahan yang tersisa.
Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba atau kenaikan kerugian yang
pesat selama beberapa tahun, auditor harus mengetahui masalah solvensi yang
mungkin dihadapi klient di masa depan.
• Metode pembiayaan pertumbuhan.
Jika klienmakin mengandalkan utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar
risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien menurun. Pada tahap ini
Auditor harus mengevaluasi apakah asset tetap klien dibiayai dengan pinjaman
jangka pendek atau janka panjang, karena kebutuhab arus kas keluar yang
berjumlah besar dalam jangka pendek dapat membuat perusahaan pailit.
• Sifat Operasi Klien dimana jenis bisnis tertentu memiliki risiko inharen yang lebih
besar dari yang lainnya.
Jika jenis bisnis klien memiliki risiko inharen yang lebih besar dari yang lainnya,
contoh Perusahaan teknologi canggih yang hanya mengandalkan satu produk
lebih besar kemungkinan akan pailit ketimbang produsen makanan yang
terdiverifikasi.
• Kompetensi Managemen atas kemungkinan terjadinya kapailitan.
Jika Managemen yang kompeten akan selalu waspada pada terhadap potensi
kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasi perusahaan untuk
meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor harus menilai
kemampuan management sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan
terjadinya kepailitan.

3). Evaluasi Auditor atas atas Integritas Management.


Jika Klien memiliki integritas yang meragukan Auditor mungkin akan manilai risiko audit
yang dapat diterima lebih rendah
Membuat Keputusan Risiko Audit Yang dapat Diterima
Dapat Diilustrasikan Auditor bahwa metode yang digunakan untuk menilai risiko audit yang
dapat diterima sbb:
- Ketergantungan kepada pemakai eksternal pada Laporan Keuangan
- Kemungkinan Terjadinya Kesulitan Keuangan
- Integritas Managemen

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 14


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
MENILAI RISIKO INHAREN
Konsep terpenting yang menyisyaratkan Auditor harus berupaya memprediksi dimana salah
saji yang paling besar dan paling kecil yang mungkin terjadi dalam segment-segmen
Laporan Keuangan.
Informasi yang akan mempengaruhi adalah:
- Jumlah Bukti yang harus dikumpulkan Auditor
- Penugasan Staf
- Review atas Dokumentasi Audit

Faktor-faktor ketika menilai Risiko Inharen


• Sifat Bisnis Klien
Risiko inharen untuk akun-akun tertentu yang dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat
bisnis klien harusnya tidak berpengaruh pada atau hanya berpengaruh kecil
terhadap risiko inharen untuk akun-akun seperti: kas wesel tagih dan hutang hipotik.
• Hasil Audit Sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit di tahun sebelumnya dapat saja terjadi
dalam tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersifat sistimatis dan
organisasi lamban sering kali lamban dalam mengadalakan perubahan untuk
menhilangkan salah saji tersebut.
• Penugasan Awal Vs Penugasan Berulang: Kebanyakan Auditor menetapkan risiko
inharen yang tinggi pada tahun pertama audit dan menguranginya pada tahun-tahun
berikutnya setelah memahami klien
• Pihak Terkait: Transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak serta
antara manajemen dan entitas perusahaan adalah contoh transaksi dengan pihak
terkait sebagaimana didefinisikan oleh standar akuntansi. karena transaksi-transaksi
tidak terjadi diantara dua pihak independen yang dlakukan secara ‘armslenght’
kemungkinan-kemungkina bahwa transaksi2 tersebut disalahsajikan jauh lebih besar
sehingga risiko inharen meningkat.
• Transaksi Nonrutin atau kompleks, Transaksi yang tidak biasa bagi klien atau
dengan kontrak yang panjang dan kompleks. Misalnya kerugian akibat kebakaran,
akuisisi property utama, pembelian investasi yang kompleks.
• Pertimbangan yang di Perlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi dengan
Tepat, Banyak saldo akun seperti investasi tertentu dicatat pada nilai wajar,
penyisihan untuk piutan tak tertagih, persediaan yan g using, kewajiban pembayaran
garansi, penggantian aser besar-besaran Vs penggantian parsial, serta cadangan
kerugian pinjaman bank, yang memerlukan estimasi dan butuh banyak pertimbangan
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 15
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
managemen sehingga kemungkinan salah saji besar dan akibatnya auditor harus
memperbesar risiko inharen.
• Unsur-unsur Populasi, item-item yang membentuk total populasi sering kali
mempengaruhi ekspetasi auditor mengenai salah saji yang material.
• Sebagaian auditor menggunaka risiko inharen yang lebih tinggi untuk Piutang Usaha
yang sebagian besar rekeningnya sudah lama jatuh tempo dari pada yang sebagian
besar akunnya lancar.
Contoh: Item denga risiko inharen tinggi: adalah transaksi dengan perusahaan
afiliasi, jumlah piutang kepada pejabat perusahaan, pengeluaran kas yang dibayar
tunai serta piutang usaha yang dibayar selama beberapa bulan, situasi tersebut
membutuhkan investigasi yang lebih mendalam karena kemungkinan terjadinya
salah saji lebih besar ketimbang yang lebih umum.
• Faktor-faktor yang berkaitan dengan Pelaporan Keuangan yang Curang dan
Misapropriasi Aset
Risiko kecurangan dapat dinilai secara keseluruhan audit atau menurut siklus akun
dan tujuan. Contoh: insentif yang kuat bagi mananajemen untuk memenuhi ekspetasi
laba yang terlalu agresif dapat mempengaruhi audit secara keseluruhan sedangkan
kerentanan persediaan terhadap pencurian mungkin hanya mempengaruhi akun
persediaan. Untuk risiko pelaporan keuangan yang curangdan risiko misapropriasi
asset, auditor berfokus pada bidang-bidang tertentu yang risiko kecurangannya lebih
tinggi serta merancang prosedur audit auatu mengubah pelaksanaan audit secara
keseluruhan untuk merespon risiko-risiko (risiko audit yang dapat diterima, risiko
inherent dan risiko pengendalian).

MENGAMBIL KEPUTUSAN RISIKO INHAREN


Auditor harus mengevaluasi informasi apa saja yang mempengaruhi Risiko Inharen untuk
menilai risiko salah saji yang material pada tingkat tujuan Audit bagi siklus, saldo dan
pengungkapan.

MEMPEROLEH INFORMASI UNTUK MENILAI RISIKO INHAREN


• Auditor menilai risiko inharen selama tahap perencanaan dan memperbaharui
penilaian tersebut selama audit berlangsung.
• Informasi tentang bisnis dan industri klien dan mengidentifikasi pihak-pihak yang
terkait dan informasi lainnya tentang entitas serta lingkungannya yang berhubungan
dengan penilaian risiko inharen dan informasi tambahan lainnya yang akan
mempengaruhi penilaian awal.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 16
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
Mengikhtisarkan faktor-faktor yang menentukan setiap risiko, dampak ketiga komponen
risiko terhadap penentuan risiko deteksi yang direncanakan. Huruf “L” dalam gambar
menunjukan hubungan langsung antara risiko komponen dengan risiko deteksi yang
direncanakan atau bukti yang direncanakan. Huruf “T” menunjukkan hubungan terbalik.

Faktor-faktor yang mempengruhi risiko Risiko Bukti audit


Risiko audit
• Ketergantungan pemakai eksternal yang dapat
• Kemungkinan kegagalan keuangan diterima

• Integritas manajemen

• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T

• Pihak-pihak yang terkait T Risiko T Bukti audit


Risiko
• Transaksi nonrutin inheren
deteksi yang
terncana direncanakan
• Pertimbangan yang diperlukan untuk
mencatat saldo akun dan transaksi dengan T L
tepat
• Unsur-unsur populasi
• Faktor yang berkaitan dengan salah saji
yang timbul akibat pelaporan keuangan
yang curang
• Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi

• Efektifitas pengendalian internal


Risiko
• Rencana pengandalan
pengendalian
• L = hubungan langsung ; T = hubungan terbalik

GAMBAR 9-5

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 17


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai contoh: Kenaikan risiko audit yang dapat diterima menghasilkan kenaikan risiko
deteksi yang direncanakn (L) dan penurunan bukti audit yang direncanakan (T).
Bandingkan gambar 9-5 dengan Tabel 9-2 dan perhatikan bahwa kedua ilustrasi ini
melibatkan konsep yang sama.
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dpat dipakai auditor untuk
mengubah audit guna merespon risiko:

1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.


Untuk setiap penugasan, KAP harus menugaskan staf yang berkualifikasi. Untuk klien
dengan risiko audit dapat diteria yang rendah perhatian khusus harus diberikan dalam
memilih staf, dan pentingnya skeptisme profesional harus ditekankan. Demikian pula,
jika bidang audit seperti persediaan memiliki risiko inheren yang tinggi, bidang itu
harus ditugaskan kepada orang yang berpengalaman dalam mengaudit persediaan.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
KAP harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan rencana auditor,
bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit,
direview dengan memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima rendah, seringkali
harus dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil yang tidak
ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salah saji yang material (gabungan risik
inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk akun-akun tertentu, staf yang mereview
mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan bukti sudah tepat
dan sudah dievaluasi dengan benar.

Risiko Audit Untuk Segmen-segmen

Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta dari tujuan ke tujuan. Sebagai
contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk eksistensi kas ketimbang yang
berhubungan dengan akurasi aset tetap atau tujuan.

Baik pengendalian risiko atau risiko inheren dinilai untuk audit secara keseluruhan.
Sebaliknya,kedua kontrol risiko dan risiko yang melekat dinilai untuk setiap siklus, masing-

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 18


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
masing akun dalam siklus, dan beberapa kali bahkan setiap tujuan audit untuk account.
Pengkajian cenderung bervariasi pada Audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke akun,
dan tujuan untuk tujuan. Sebagai contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk
akun terkait persediaan dibandingkan mereka terkait dengan aset tetap. pengendalian risiko
karena itu akan lebih rendah untuk persediaan daripada tetap aktiva. Faktor yang
mempengaruhi risiko yang melekat, seperti rentan terhadap penyalahgunaan aset
dan kerutinan dari transaksi, juga cenderung berbeda dari rekening ke rekening. Untuk
alasan itu, itu adalah normal untuk memiliki risiko yang melekat bervariasi untuk account
yang berbeda dalam audit yang sama.

Risiko audit yang dapat diterima adalah biasanya dinilai oleh auditor selama perencanaan
dan diadakan konstan untuk setiap siklus utama dan akun. Auditor biasanya menggunakan
yang sama risiko audit yang dapat diterima untuk setiap segmen karena faktor yang
mempengaruhi audit yang dapat diterima risiko yang terkait dengan seluruh audit, bukan
rekening individu. Misalnya, sejauh yang keputusan pengguna eksternal 'mengandalkan
laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua account.

Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, risiko audit yang dapat diterima lebih rendah
mungkin lebih tepat untuk satu account dari orang lain. Jika auditor memutuskan untuk
menggunakan audit media diterima risiko audit secara keseluruhan, auditor mungkin
memutuskan untuk mengurangi risiko audit diterima rendah untuk persediaan jika
persediaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka pendek.
Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang sama dapat diterima untuk semua
segmen berdasarkan mereka keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan
keuangan harus memiliki tingkat yang sama jaminan untuk setiap segmen dari laporan
keuangan. auditor lain menggunakan yang berbeda tingkat jaminan untuk segmen yang
berbeda berdasarkan keyakinan mereka bahwa laporan keuangan pengguna mungkin lebih
peduli tentang saldo rekening tertentu dibandingkan dengan akun lain dalam audit yang
diberikan. Untuk ilustrasi dalam hal ini dan bab-bab berikutnya, kita menggunakan yang
sama risiko audit yang dapat diterima untuk semua segmen di audit. Namun, perlu diketahui
bahwa mengubah risiko untuk segmen yang berbeda juga diterima.
Seperti pengendalian risiko dan risiko yang melekat, risiko deteksi yang direncanakan
dan audit yang diperlukan bukti akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun untuk
memperhitungkan, atau tujuan untuk tujuan. Kesimpulan ini seharusnya tidak mengejutkan.
Sebagai kondisi masing-masing keterlibatan berbeda, tingkat dan sifat dari bukti yang
dibutuhkan akan tergantung pada situasi unik. Misalnya, persediaan mungkin memerlukan
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 19
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
pengujian ekstensif pada keterlibatan karena kontrol internal yang lemah dan kekhawatiran
auditor tentang keusangan akibat perubahan logis techno di industri. Pada keterlibatan yang
sama, account piutang mungkin memerlukan sedikit pengujian karena kontrol internal yang
efektif, koleksi cepat piutang, hubungan baik antara klien dan pelanggan, dan audit yang
baik
hasil tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula, untuk audit yang diberikan persediaan,
auditor dapat menetapkan risiko yang melekat lebih tinggi dari nilai salah saji realisasi
karena potensi tinggi keusangan tapi risiko yang melekat rendah dari salah saji klasifikasi
karena ada hanya dibeli persediaan.

Menghubungkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo

Walaupun secara umum dalam praktek untuk menilai risiko inhern dan risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik
yang umum, mengalokasikan materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang
umum. Para Auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda
secara efektif, dan relatif mudah menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.

Keterbatasan Pengukuran

Salah satu keterbatasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya
mengukur komponen model. Meskipun upaya auditor terbaik dalam perencanaan,
pengkajian risiko yang dapat diterima audit, risiko inheren, dan pengendalian risiko, dan oleh
karena itu Risiko deteksi yang direncanakan, sangat subjektif dan hanya perkiraan realitas.
Bayangkan, misalnya, mencoba untuk secara tepat menilai risiko yang melekat dengan
menentukan dampak dari faktor-faktor seperti salah saji ditemukan pada tahun sebelumnya
audit dan teknologi perubahan dalam industri klien.
Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan luas dan
subjektif istilah pengukuran, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Seperti Tabel 9-4
menunjukkan, auditor dapat menggunakan informasi ini untuk memutuskan jumlah yang
tepat dan jenis bukti untuk mengumpulkan. Misalnya, dalam situasi 1, auditor telah
memutuskan pada diterima tinggi risiko audit untuk account atau tujuan. auditor telah
menyimpulkan risiko rendah dari salah saji dalam laporan keuangan ada dan pengendalian
internal yang efektif. Karena itu, risiko deteksi yang direncanakan tinggi adalah tepat.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 20
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Akibatnya, tingkat rendah bukti adalah diperlukan. Situasi 3 berada di ekstrim yang
berlawanan. Jika kedua bawaan dan risiko pengendalian yang tinggi dan auditor ingin risiko
audit yang dapat diterima rendah, bukti yang cukup adalah wajib. Tiga situasi lain berada di
antara dua ekstrem.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing. Sebagian besar auditor lebih mengkhawatirkan
underauditing karena membuat KAP rentan terhadap kewajiban hukum serta hilangnya
reputasi profesional

Hal ini sama sulit untuk mengukur jumlah bukti tersirat oleh mengingat direncanakan
risiko deteksi. Sebuah program audit khas dimaksudkan untuk mengurangi risiko deteksi ke
direncanakan Tingkat adalah kombinasi dari beberapa prosedur audit, masing-masing
menggunakan berbagai jenis bukti yang diterapkan untuk tujuan audit yang berbeda.
metode pengukuran auditor terlalu tepat untuk mengizinkan ukuran kuantitatif yang akurat
dari bukti gabungan. Sebagai gantinya, auditor objektif mengevaluasi apakah bukti yang
cukup dan tepat telah direncanakan untuk memenuhi risiko deteksi yang direncanakan
rendah, sedang, atau tinggi. Agaknya, pengukuran metode yang memadai untuk
mengizinkan auditor untuk menentukan apakah lebih atau berbeda jenis bukti yang
diperlukan untuk memenuhi risiko deteksi rendah direncanakan daripada menengah atau
tinggi. penilaian profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak lagi.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor prihatin tentang kedua over-audit dan di
bawah-audit. Kebanyakan auditor lebih peduli tentang yang terakhir, terbelah audit
menghadapkan perusahaan BPA untuk tanggung jawab hukum dan hilangnya reputasi
profesional. Karena keprihatinan untuk menghindari under-audit, auditor biasanya menilai

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 21


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
risiko konservatif. Sebagai contoh, auditor mungkin tidak menilai baik risiko pengendalian
atau risiko yang melekat di bawah 0,5 bahkan ketika kemungkinan salah saji rendah. Dalam
audit ini, risiko rendah mungkin 0,5, 0,8 menengah, dan tinggi 1,0, jika risiko dikuantifikasi.

Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Pengujian atas Rincian Saldo


Auditor mengembangkan berbagai jenis alat bantu keputusan untuk membantu penilaian
Link mempengaruhi Audit bukti dengan bukti yang tepat untuk menumpuk. Satu lembar kerja
tersebut disertakan pada Gambar 9-6 untuk audit piutang untuk Hillsburg Hardware Co.
Delapan tujuan audit terkait dengan saldo diperkenalkan di Bab 6 termasuk dalam kolom
di bagian atas lembar kerja. Baris satu dan dua adalah risiko audit dapat diterima dan risiko
yang melekat. salah saji ditoleransi disertakan di bagian bawah worksheet. Itu keterlibatan
di-charge, Fran Moore, membuat keputusan berikut di audit Hillsburg Hardware Co .:

• Materialitas kinerja. Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk laporan


keuangan secara keseluruhan ditetapkan sebesar $ 442.000 (sekitar 6 persen dari
pendapatan dari operasi dari $ 7.370.000). Ia mengalokasikan $ 265.000 untuk audit
atas piutang (lihat Gambar 9.3)
• Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai risiko audit yang dapat diterima
pada tingkat yang tinggi karena kondisi keuangan yang baik, dan memiliki tinggi
integritas manajemen. Meskipun Hillsburgh adalah sebuah perusahaan terbuka,
yang sahamnya tidak dimiliki banyak orang atau ketat dipantau para analis
keuangan.
• Risiko Inheren. Fran menilai risiko inheren sebagai media untuk keberadaan dan
pisah batas (cutoff) karena mengkhawatiran atas pengakuan pendapatan. Fran juga
menilai risiko inheren sebagai media untuk nilai realisasi. Dalam beberapa tahun
sebelumnya, telah dilakukan penyesuaian audit untuk penyisihan piutang tak tertagih
karena ternyata kurang saji. Risiko inheren dinilai rendah untuk semua tujuan lain.

Risiko deteksi yang direncanakan kira-kira akan sama untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dalam audit atas piutang usaha Hillsburg Hardware Co jika auditor
hanya perlu mempertimbangkan 3 faktor saja yaitu risiko audit yang dapat diterima, risiko
inheren, dan materialitas kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-
faktor lain harus juga harus dipertimbangkan sebelum mengambilan keputusan akhir tentang
bukti.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 22


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Hubungan antara risiko, materialitas, dan bukti audit.
Konsep-konsep materialtitas dan risiko dalam auditing saling terkait erat dan tak
terpisahkan. Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas
merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama kedua hal
tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 23


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
Faktor-faktor yang mempengruhi risiko Risiko Bukti audit
Risiko audit
• Ketergantungan pemakai eksternal yang dapat
• Kemungkinan kegagalan keuangan diterima

• Integritas manajemen

• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T

• Pihak-pihak yang terkait T Risiko T Bukti audit


Risiko
• Transaksi nonrutin inheren
deteksi yang
terncana direncanakan
• Pertimbangan yang diperlukan untuk
mencatat saldo akun dan transaksi dengan T L
tepat
• Unsur-unsur populasi
• Faktor yang berkaitan dengan salah saji
yang timbul akibat pelaporan keuangan
yang curang
• Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi

• Efektifitas pengendalian internal


Risiko
• Rencana pengandalan
pengendalian

• L = hubungan langsung ; T = hubungan terbalik

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 24


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Materialitas kinerja tidak mempengaruhi keempat risiko tersebut, dan risiko-risiko itu tidak
mempengaruhi materialitas kinerja.
Materialitas kerja bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi
materialitas kinerja dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti audit yang di
rencanakan.
MEREVISI RISIKO DAN BUKTI
Sewaktu mengambil keputusan yang berdasarkan bukti yang telah di kumpulkan, auditor
harus berhati-hati bahwa penelitian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren di
tetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat di terima ditetapkan terlalu tinggi.
Dalam keadaan seperti ini, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah:

1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit. Riset di bidang auditing menunjukkan bahwa,
jika risiko yang sudah direvisi digunakan dalam model risiko sudit untuk menentukan
risiko deteksi yang direncanakan yang baru, ada bahaya penambahan bukti yang tidak
akan mencukupi. Sebaliknya, auditor harus mengevaluasi secara cermat implikasi revisi
risiko serta memodifikasi bukti dengan tepat, tanpa menggunakan model risiko audit.
Bagian tanggung jawab auditor dalam laporan audit mencakup dua frase penting yang
berkaitan dengan materialitas dan risiko yaitu:
3. Untuk memperoleh kepastian yang layak;
Dimaksudkan untuk memberi tahu bahwa auditor tidak menjamin atau memastikan
kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun tetap ada risiko bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar meskipun pendapat auditor adalah wajar tanpa
pengecualian.
4. Laporan keuangan telah bebas dari salah saji material.
Dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa tanggung jawab auditor terbatas
pada informasi keuangan yang material saja.

MATERIALITAS
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 25


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji tersebut.
Sementara itu, berdasarkan Standar Audit 450 IAPI, materialitas didefinisikan
sebagai kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan
keuangan tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan jika ada
salah saji material maka menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan
koreksi.
Jika definisi materialitas tersebut dibaca dengan cermat, akan terungkap kesulitan
yang dihadapi auditor dalam menerapkan konsep materialitas dalam praktik. Meskipun
definisi tersebut menekankan pada pemakai yang bijaksana yang mengandalkan laporan
keuangan untuk membuat keputusan, auditor harus memiliki pengetahuan mengenai siapa
saja pemakai laporan keuangan klien serta keputusan apa yang akan dibuat.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan profesional auditor. Dalam menerapkan
materialitas, auditor mengikuti lima langkah yaitu:
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas

Langkah 1

Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara


keseluruhan
Merencanakan luas
Langkah 2 pengujian
Menentukan materialitas kinerja

Langkah 3

Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4

Mengestimasi salah saji gabungan Mengevaluasi hasil-hasil

Langkah 5

Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan


pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang
materialitas

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 26


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut disebut sebagai
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas (preliminary judgement about materiality)
karena meskipun merupakan pendapat profesional, hal itu mungki saja berubah selama
penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat
auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan
para pemakai yang bijaksana.

Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk


membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas. Hal tersebut disebut sebagai pertimbangan tentang materialitas yang
direvisi (revised judgment about materiality). Auditor mungkin akan melakukan revisi karena
adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan
terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Materialitas
Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
4. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi
dapat saja tidak material bagi perusahaan besar. Jadi tidak mungkin menetapkan
pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat
diterapkan pada semua klien audit.
5. Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas bersifat relatif, diperlukan tolak ukur untuk menentukan apakah
salah saji itu material. Tolak ukur utama yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a) Laba bersih sebelum pajak
a. Sering kali menjadi tolak ukur utama untuk menentukan berapa jumlah yang
material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap
sebagai item informasi yang penting bagi para pemakai.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 27


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
b) Penjualan bersih;
c) Laba kotor;
d) Total aset; atau
e) Aset Bersih.
Setelah menetapkan tolak ukur utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah
saji itu dapat mempengaruhi secara material kelayakan tolak ukur lainnya seperti aset
lancar, total aset, kewajiban lancar, dan ekuitas pemiliki. Standar auditing mengharuskan
auditor mendokumentasikan dalam file audit dasar yang digunakan untuk menentukan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.
6. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah
saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama. Sebagai contoh:
a) Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting dari pada
kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama, karena kecurangan itu
mencerminkan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau personel lain yang
terlibat.
a. Contoh: Salah saji persediaan yang disengaja lebih penting dari pada
kesalahan klerikal dalam persediaan.
b) Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
c) Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika
mempengaruhi tren laba.
Pedoman Ilustratif
Standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus tentang materialitas
bagi praktisi. Pertimbangannya adalah bahwa pedoman semacam itu mungkin diterapkan
tanpa mempertimbangkan semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi keputusan akhir
auditor. Penerapan pedoman ini, membutuhkan pertimbangan profesional yang matang.
Menentukan Materialitas Kinerja

Materialitas Kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka
yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agrerat dari
salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.

Penentuan materialita kinerja perlu dilakukan oleh auditor karena auditor mengumpulkan
bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 28
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang
harus dikumpulkan.

Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas ke akun – akun neraca, dibandingkan


dengan akun – akun laporan rugi, karena kebanyakan salah saji laporan laba – rugi memiliki
pengaruh yang sama terhadap neraca.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialtias pada akun –
akun neraca:

1. Auditor memperkirakan akun – akun tertentu mengandung lebih banyak salah


saji dibandingkan akun – akun lainnya
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini

Dibawah ini terdapat Gambar 9-3 mengilustrasikan pendekatan alokasi oleh auditor senior,
Fran Moore, dalam audit atas Hillsburg Hardware CO.

Gambar tersebut mengikhtisarkan neraca, dengan menggabungkan akun – akun tertentu,


serta memperlihatkan pengalokasian total materialitas sebesar $ 442.000 (6 % dari laba
operasi). Pendekatan alokasi yang dilakukan Moore menggunakan pertimbangan
pengalokasian, dengan mematuhi dua persyaratan arbitrer berikut ini yang ditetapkan oleh
Berger and Anthony, CPA

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 29


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Dengan adanya Tingkat Materialitas Kinerja yang disajikan persegmen akun dapat
mencegah auditor untuk mengalokasikan semua total materialitas ke satu akun saja.
Sebagai contoh jika semua perrtimbangan pendahuluan sebesar $ 442.000 itu dialokasikan
ke piutang usaha, salah saji sebesar $ 442.000 dalam akun tersebut masih dapat diterima.
Namun, mungkin tidak dapat diterima jika satu salah saji yang bernilai besar terdapat dalam
satu akun saja, dan meskipun dapat diterima , tidak diperkenankan ada salah saji apapun
dalam akun –akun lainnya.

Boleh saja penjumlahan materialitas kinerja melebihi materialitas secara keseluruhan


dikarenakan:

1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji sebesar jumlah
materialitas kinerja
2. Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun – akun lainnya
mungkin kurang saji

Singkatnya, tujuan mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke akun


– akun neraca adalah membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus
dikumpulkan bagi setiap akun dalam neraca maupun laporan laba – rugi.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 30


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Mengestimasi Salah Saji dan Membandingkan dengan Pertimbangan Pendahuluan

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam
suatu akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis :

1. Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mangaudit property, pabrik,
dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasikan lease peralatan yang dikapitalisasi,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.

2. Salah saji yang mungkin terjadi (likely misstatement) terbagi menjadi dua jenis:

a. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah estimasi penyisihan untuk
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi

b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi,
Dengan menggunakan sampel dapat diketahui total kemungkinan salah saji yang
terjadi terhadap akun tersebut, total kemungkinan salah saji ini disebut Estimasi atau
“proyeksi“ atau “ekstrapolasi“ Estimasi salah saji ini disyaratkan oleh SAS 111 (AU)

Dapat dicontohkan:

- Salah saji dalam sampel persediaan $ 3.500


- Total Sampel persediaan $ 50.000
- Total nilai persediaan yang tercatat $ 450.000

Berapa estimasi kemungkinan salah saji persediaan?

Auditor dapat menghitung estimasi dengan cara:

Salah saji x Total nilai populasi = Estimasi salah saji

Total Sampel

$ 3.500 x $ 450.000 = $. 31.500

$ 50.000

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 31


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 9 – 1 Menunjukan bahwa total estimasi salah saji yang mungkin sebesar $ 62.300
melebihi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas sebesar $ 50.000. Bidang utama
yang sulit adalah persediaan , dimana estimasi salah saji sebesar $ 47.250 jauh lebih besar
dari materialitas kinerja sebesar $ 36.000. Karena estimasi salah saji gabungan melebihi
pertimbangan pendahuluan, laporan keuangan tidak dapat diterima, Dengan itu Auditor
dapat menentukan apakah estimasi salah saji yang mungkin benar – benar melebihi $
50.000 dengan melaksanakan prosedur audit tambahan, atau mewajibkan klien untuk
menyesuaikan estimasi salah saji tersebut, jika iya auditor akan berkonsentrasi pada bidang
akun persediaan.
RISIKO
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan klien.
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagai
contoh, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketepatan bukti,
ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketikak audit selesai dilakukan.
Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
tersebut dengan tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta
membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.
Merespons risiko-risiko ini dengan baik sangat menentukan dalam mencapai audit yang
bermutu tinggi.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 32


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Model risiko audit

PDR =

PDR : risiko diteksi yang direncanakan IR : risiko inheren

AAR : risiko audit yang dapat diterima CR : risiko pengendalian

Model risiko audit serta pemahaman atas bisnis dan industri klien

Industri dan Lingkungan Eksternal


Memahami Bisnis dan Industri Klien
Operasi dan Proses Bisnis

Menilai Risiko Bisnis Klien Manajemen dan Tata Kelola

Tujuan dan Strategi


Menilai Risiko Salah Saji Material

Pengukuran dan Kinerja

Risiko Inheren (IR) Risiko Pengendalian (CR)

Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 33


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus
penjualan dan pembelian penggajian persediaan dan perolehan
penagihan dan dan pergudangan dan
pembanyaran personalia pembayaran
kembali
modal

A Penilaian auditor Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran


atas ekspektasi beberapa banyak salah sedikit salah banyak salah sedikit salah
salah saji yang salah saji saji saji saji saji
material
(sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
sebelum
pengendalian
internal

(risiko inheren)

B Penilaian auditor Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan


atas keefektifan sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian (rendah) (rendah)
(sedang) (tinggi) (sedang)
internal untuk
mencegah/
mendeteksi
salah saji yang
material

( risiko
pengendalian )

C Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan


auditor untuk rendah rendah rendah rendah rendah
membiarkan
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
salah saji yang
material tetap
ada setelah
menyelesaikan
audit (resiko
audit yang dapat
diterima)

D Perencanaan Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
luas bukti yang
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
akan
dikumpulan
auditor (risiko
deteksi yang
direncanakan)

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
JENIS-JENIS RISIKO
Terdapat empat jenis risiko, yaitu:
5. Planned Detection Risk (PDR: Risiko Deteksi Terencana)
Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Ada dua hal
penting yang harus diketahui tentang risiko deteksi yang terencana, yaitu:
Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko
audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-
faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko
deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan
risiko ini.
6. Inheren Risk (IR: Risiko Inheren)
Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/ kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi.
Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian
internal ini diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko
pengendalian.
Hubungan antara IR – PDR – Bukti audit yang direncanakan: IR saling berlawanan
dengan PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. Selain
meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang
itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh. Sebagai
contoh, jika risiko inheren untuk keusangan persediaan sangat tinggi, wajar bila kantor
akuntan publik menugaskan staf yang berpengalaman untuk melakukan pengujian yang
lebih ekstensif atas keusangan persediaan dan mereview secara lebih cermat hasil-hasil
audit tersebut.
7. Control Risk (CR: Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah
salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas
segmen tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR
memperlihatkan:
Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah
atau mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang
dibuatnya.
Standar audit menyebut bahwa kombinasi antara risiko inheren dan risiko
pengendalian ini risiko salah saji yang material (risk of material misstatement). Auditor
dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat juga
menilai risiko inheren dan risiko pengendalian secara terpisah.
8. Acceptable Audit Risk (AAR: Risiko Akseptibilitas Audit)
Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah,
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa
laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Keyakinan penuh (risiko
nol) mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis. Selain itu,
auditor juga tidak dapat menjamin bahwa sama sekali tidak ada salah saji yang material.
Sering kali, auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga disebut assurance
keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit
assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang
dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit selama
dalam perencanaan Audit
Keputusan yang diambil Auditor:

3. Memutuskan Risiko Penugasan.


4. Menggunakan Risiko Penugasan untuk memodifikasi risiko Audit yang dapat
diterima.

Engagement Risk (Risiko Penugasan)


Adalah Risiko bahwa Auditor atau KAP akan menderita kerugian walaupun laporan audit
sudah benar atau mutu laporan audit tersebut baik.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Dampak Risiko Penugasan Terhadap Risiko Audit yang dapat diterima

- Auditors Memutuskan risiko keterlibatan dan penggunaan risiko yang memodifikasi


agar risiko audit dapat diterima.
- Engagement risk erat hubungannya dengan klien dengan risiko bisnis klient tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko Audit yang dapat diterima.


1). Derajat Ketergantungan Pemakai Eksternal Pada Laporan Keuangan yang di pengaruhi
oleh beberapa faktor:
- Ukuran klien, sebagai ukuran klient menurut total aktiva atau total pendapatan.
- Distribusi Kepemilikan, Laporan keuangan bersifat terbuka dan banyaknya pihak pemakai.
- Sifat dan Jumlah Kewajiban, Bila dalam LKU terdapat kewajiban berjumlah besar maka
LKU
kemungkinan besar akan digunakan secara luas oleh para creditor

2). Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah Laporan Audit
Diterbitkan. Sulit bagi Auditor memprediksi kegagalan keuangan dan ada faktor yang
merupakan indikator yang baik bahwa probalitas meningkat, yaitu:

• Posisi likuiditas, jika klient mengalami kekurangan kas serta modal kerja.

Jika klient terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja hal ini
menngindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan dimasa depan. Auditor
harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang terus menurun.

• Laba Rugi Tahun-tahun sebelumnya, dimana Auditor harus mempertimbangkan


perubahan relatif terhadap saldo laba ditahan yang tersisa.
Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba atau kenaikan kerugian yang
pesat selama beberapa tahun, auditor harus mengetahui masalah solvensi yang
mungkin dihadapi klient di masa depan.
• Metode pembiayaan pertumbuhan.
Jika klienmakin mengandalkan utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar
risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien menurun. Pada tahap ini
Auditor harus mengevaluasi apakah asset tetap klien dibiayai dengan pinjaman
jangka pendek atau janka panjang, karena kebutuhab arus kas keluar yang
berjumlah besar dalam jangka pendek dapat membuat perusahaan pailit.
• Sifat Operasi Klien dimana jenis bisnis tertentu memiliki risiko inharen yang lebih
besar dari yang lainnya.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 3
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Jika jenis bisnis klien memiliki risiko inharen yang lebih besar dari yang lainnya ,
contoh Perusahaan teknologi canggih yang hanya mengandalkan satu produk
lebih besar kemungkinan akan pailit ketimbang produsen makanan yang
terdiverifikasi.
• Kompetensi Managemen atas kemungkinan terjadinya kapailitan.
Jika Managemen yang kompeten akan selalu waspada pada terhadap potensi
kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasi perusahaan untuk
meminimalkan dampak masalah jangka pendek. Auditor harus menilai
kemampuan management sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan
terjadinya kepailitan.

3). Evaluasi Auditor atas atas Integritas Management.


Jika Klien memiliki integritas yang meragukan Auditor mungkin akan manilai risiko audit
yang dapat diterima lebih rendah

Membuat Keputusan Risiko Audit Yang dapat Diterima


Dapat Diilustrasikan Auditor bahwa metode yang digunakan untuk menilai risiko audit yang
dapat diterima sbb:
- Ketergantungan kepada pemakai eksternal pada Laporan Keuangan
- Kemungkinan Terjadinya Kesulitan Keuangan
- Integritas Managemen

MENILAI RISIKO INHAREN


Konsep terpenting yang menyisyaratkan Auditor harus berupaya memprediksi dimana salah
saji yang paling besar dan paling kecil yang mungkin terjadi dalam segment-segmen
Laporan Keuangan.
Informasi yang akan mempengaruhi adalah :
- Jumlah Bukti yang harus dikumpulkan Auditor
- Penugasan Staf
- Review atas Dokumentasi Audit

Faktor-faktor ketika menilai Risiko Inharen


• Sifat Bisnis Klien
Risiko inharen untuk akun-akun tertentu yang dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat
bisnis klien harusnya tidak berpengaruh pada atau hanya berpengaruh kecil
terhadap risiko inharen untuk akun-akun seperti : kas wesel tagih dan hutang hipotik.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 4


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
• Hasil Audit Sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit di tahun sebelumnya dapat saja terjadi
dalam tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersifat sistimatis dan
organisasi lamban sering kali lamban dalam mengadalakan perubahan untuk
menhilangkan salah saji tersebut.
• Penugasan Awal Vs Penugasan Berulang : Kebanyakan Auditor menetapkan risiko
inharen yang tinggi pada tahun pertama audit dan menguranginya pada tahun-tahun
berikutnya setelah memahami klien
• Pihak Terkait : Transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak serta
antara manajemen dan entitas perusahaan adalah contoh transaksi dengan pihak
terkait sebagaimana didefinisikan oleh standar akuntansi . karena transaksi-transaksi
tidak terjadi diantara dua pihak independen yang dlakukan secara ‘armslenght’
kemungkinan-kemungkina bahwa transaksi2 tersebut disalahsajikan jauh lebih besar
sehingga risiko inharen meningkat.
• Transaksi Nonrutin atau kompleks, Transaksi yang tidak biasa bagi klien atau
dengan kontrak yang panjang dan komplleks. Misalnya kerugian akibat kebakaran,
akuisisi property utama, pembelian investasi yang kompleks.
• Pertimbangan yang di Perlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi dengan
Tepat, Banyak saldo akun seperti investasi tertentu dicatat pada nilai wajar,
penyisihan untuk piutan tak tertagih, persediaan yang using, kewajiban pembayaran
garansi, penggantian aser besar-besaran Vs penggantian parsial, serta cadangan
kerugian pinjaman bank, yang memerlukan estimasi dan butuh banyak pertimbangan
managemen sehingga kemungkinan salah saji besar dan akibatnya auditor harus
memperbesar risiko inharen.
• Unsur-unsur Populasi, item-item yang membentuk total populasi sering kali
mempengaruhi ekspetasi auditor mengenai salah saji yang material.
• Sebagaian auditor menggunaka risiko inharen yang lebih tinggi untuk Piutang Usaha
yang sebagian besar rekeningnya sudah lama jatuh tempo dari pada yang sebagian
besar akunnya lancar.
Contoh: Item denga risiko inharen tinggi: adalah transaksi dengan perusahaan
afiliasi, jumlah piutang kepada pejabat perusahaan, pengeluaran kas yang dibayar
tunai serta piutang usaha yang dibayar selama beberapa bulan, situasi tersebut
membutuhkan investigasi yang lebih mendalam karena kemungkinan terjadinya
salah saji lebih besar ketimbang yang lebih umum.
• Faktor-faktor yang berkaitan dengan Pelaporan Keuangan yang Curang dan
Misapropriasi Aset
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 5
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Risiko kecurangan dapat dinilai secara keseluruhan audit atau menurut siklus akun
dan tujuan. Contoh: insentif yang kuat bagi mananajemen untuk memenuhi ekspetasi
laba yang terlalu agresif dapat mempengaruhi audit secara keseluruhan sedangkan
kerentanan persediaan terhadap pencurian mungkin hanya mempengaruhi akun
persediaan. Untuk risiko pelaporan keuangan yang curangdan risiko misapropriasi
asset, auditor berfokus pada bidang-bidang tertentu yang risiko kecurangannya lebih
tinggi serta merancang prosedur audit auatu mengubah pelaksanaan audit secara
keseluruhan untuk merespon risiko-risiko (risiko audit yang dapat diterima, risiko
inherent dan risiko pengendalian).

MENGAMBIL KEPUTUSAN RISIKO INHAREN


Auditor harus mengevaluasi informasi apa saja yang mempengaruhi Risiko Inharen untuk
menilai risiko salah saji yang material pada tingkat tujuan Audit bagi siklus, saldo dan
pengungkapan.

MEMPEROLEH INFORMASI UNTUK MENILAI RISIKO INHAREN


• Auditor menilai risiko inharen selama tahap perencanaan dan memperbaharui
penilaian tersebut selama audit berlangsung.
• Informasi tentang bisnis dan industri klien dan mengidentifikasi pihak-pihak yang
terkait dan informasi lainnya tentang entitas serta lingkungannya yang berhubungan
dengan penilaian risiko inharen dan informasi tambahan lainnya yang akan
mempengaruhi penilaian awal.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI
Mengikhtisarkan faktor-faktor yang menentukan setiap risiko, dampak ketiga komponen
risiko terhadap penentuan risiko deteksi yang direncanakan. Huruf “L” dalam gambar
menunjukan hubungan langsung antara risiko komponen dengan risiko deteksi yang
direncanakan atau bukti yang direncanakan. Huruf “T” menunjukkan hubungan terbalik.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 6


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-faktor yang mempengruhi risiko Risiko Bukti audit
Risiko audit
• Ketergantungan pemakai eksternal yang dapat
• Kemungkinan kegagalan keuangan diterima

• Integritas manajemen

• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T

• Pihak-pihak yang terkait T Risiko T Bukti audit


Risiko
• Transaksi nonrutin inheren
deteksi yang
terncana direncanakan
• Pertimbangan yang diperlukan untuk
mencatat saldo akun dan transaksi dengan T L
tepat
• Unsur-unsur populasi
• Faktor yang berkaitan dengan salah saji
yang timbul akibat pelaporan keuangan
yang curang
• Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi
Efektifitas pengendalian internal

• Rencana pengandalan
Risiko
pengendalian
• L = hubungan langsung ;
• T = hubungan terbalik

GAMBAR 9-5

Sebagai contoh : Kenaikan risiko audit yang dapat diterima menghasilkan kenaikan risiko
deteksi yang direncanakn (L) dan penurunan bukti audit yang direncanakan (T).
Bandingkan gambar 9-5 dengan Tabel 9-2 dan perhatikan bahwa kedua ilustrasi ini
melibatkan konsep yang sama.
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dpat dipakai auditor untuk
mengubah audit guna merespon risiko :

1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.


Untuk setiap penugasan, KAP harus menugaskan staf yang berkualifikasi. Untuk klien
dengan risiko audit dapat diteria yang rendah perhatian khusus harus diberikan dalam
memilih staf, dan pentingnya skeptisme profesional harus ditekankan. Demikian pula,
jika bidang audit seperti persediaan memiliki risiko inheren yang tinggi, bidang itu
harus ditugaskan kepada orang yang berpengalaman dalam mengaudit persediaan.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
KAP harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan rencana auditor,
bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit,
direview dengan memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima rendah, seringkali
harus dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil yang tidak
ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salah saji yang material (gabungan risik
inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk akun-akun tertentu, staf yang mereview
mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan bukti sudah tepat
dan sudah dievaluasi dengan benar.

Risiko Audit Untuk Segmen-segmen

Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta dari tujuan ke tujuan. Sebagai
contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk eksistensi kas ketimbang yang
berhubungan dengan akurasi aset tetap atau tujuan.
Baik pengendalian risiko atau risiko inheren dinilai untuk audit secara keseluruhan.
Sebaliknya,kedua kontrol risiko dan risiko yang melekat dinilai untuk setiap siklus, masing-
masing akun dalam siklus, dan beberapa kali bahkan setiap tujuan audit untuk account.
Pengkajian cenderung bervariasi pada Audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke akun,
dan tujuan untuk tujuan. Sebagai contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk
akun terkait persediaan dibandingkan mereka terkait dengan aset tetap. pengendalian risiko
karena itu akan lebih rendah untuk persediaan daripada tetap aktiva. Faktor yang
mempengaruhi risiko yang melekat, seperti rentan terhadap penyalahgunaan aset
dan kerutinan dari transaksi, juga cenderung berbeda dari rekening ke rekening. Untuk
alasan itu, itu adalah normal untuk memiliki risiko yang melekat bervariasi untuk account
yang berbeda dalam audit yang sama.

Risiko audit yang dapat diterima adalah biasanya dinilai oleh auditor selama perencanaan
dan diadakan konstan untuk setiap siklus utama dan akun. Auditor biasanya menggunakan
yang sama risiko audit yang dapat diterima untuk setiap segmen karena faktor yang
mempengaruhi audit yang dapat diterima risiko yang terkait dengan seluruh audit, bukan
rekening individu. Misalnya, sejauh yang keputusan pengguna eksternal 'mengandalkan
laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua account.

Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, risiko audit yang dapat diterima lebih rendah
mungkin lebih tepat untuk satu account dari orang lain. Jika auditor memutuskan untuk
menggunakan audit media diterima risiko audit secara keseluruhan, auditor mungkin
memutuskan untuk mengurangi risiko audit diterima rendah untuk persediaan jika
persediaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka pendek.
Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang sama dapat diterima untuk semua
segmen berdasarkan mereka keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan
keuangan harus memiliki tingkat yang sama jaminan untuk setiap segmen dari laporan
keuangan. auditor lain menggunakan yang berbeda tingkat jaminan untuk segmen yang
berbeda berdasarkan keyakinan mereka bahwa laporan keuangan pengguna mungkin lebih
peduli tentang saldo rekening tertentu dibandingkan dengan akun lain dalam audit yang
diberikan. Untuk ilustrasi dalam hal ini dan bab-bab berikutnya, kita menggunakan yang
sama risiko audit yang dapat diterima untuk semua segmen di audit. Namun, perlu diketahui
bahwa mengubah risiko untuk segmen yang berbeda juga diterima.
Seperti pengendalian risiko dan risiko yang melekat, risiko deteksi yang direncanakan
dan audit yang diperlukan bukti akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun untuk
memperhitungkan, atau tujuan untuk tujuan. Kesimpulan ini seharusnya tidak mengejutkan.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai kondisi masing-masing keterlibatan berbeda, tingkat dan sifat dari bukti yang
dibutuhkan akan tergantung pada situasi unik. Misalnya, persediaan mungkin memerlukan
pengujian ekstensif pada keterlibatan karena kontrol internal yang lemah dan kekhawatiran
auditor tentang keusangan akibat perubahan logis techno di industri. Pada keterlibatan yang
sama, account piutang mungkin memerlukan sedikit pengujian karena kontrol internal yang
efektif, koleksi cepat piutang, hubungan baik antara klien dan pelanggan, dan audit yang
baik
hasil tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula, untuk audit yang diberikan persediaan,
auditor dapat menetapkan risiko yang melekat lebih tinggi dari nilai salah saji realisasi
karena potensi tinggi keusangan tapi risiko yang melekat rendah dari salah saji klasifikasi
karena ada hanya dibeli persediaan.

Menghubungkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo

Walaupun secara umum dalam praktek untuk menilai risiko inhern dan risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik
yang umum, mengalokasikan materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang
umum. Para Auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda
secara efektif, dan relatif mudah menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.

Keterbatasan Pengukuran

Salah satu keterbatasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya
mengukur komponen model. Meskipun upaya auditor terbaik dalam perencanaan,
pengkajian risiko yang dapat diterima audit, risiko inheren, dan pengendalian risiko, dan oleh
karena itu Risiko deteksi yang direncanakan, sangat subjektif dan hanya perkiraan realitas.
Bayangkan, misalnya, mencoba untuk secara tepat menilai risiko yang melekat dengan
menentukan dampak dari faktor-faktor seperti salah saji ditemukan pada tahun sebelumnya
audit dan teknologi perubahan dalam industri klien.
Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan luas dan
subjektif istilah pengukuran, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Seperti Tabel 9-4
menunjukkan, auditor dapat menggunakan informasi ini untuk memutuskan jumlah yang
tepat dan jenis bukti untuk mengumpulkan. Misalnya, dalam situasi 1, auditor telah
memutuskan pada diterima tinggi risiko audit untuk account atau tujuan. auditor telah
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 3
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
menyimpulkan risiko rendah dari salah saji dalam laporan keuangan ada dan pengendalian
internal yang efektif. Karena itu, risiko deteksi yang direncanakan tinggi adalah tepat.
Akibatnya, tingkat rendah bukti adalah diperlukan. Situasi 3 berada di ekstrim yang
berlawanan. Jika kedua bawaan dan risiko pengendalian yang tinggi dan auditor ingin risiko
audit yang dapat diterima rendah, bukti yang cukup adalah wajib. Tiga situasi lain berada di
antara dua ekstrem.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing. Sebagian besar auditor lebih mengkhawatirkan
underauditing karena membuat KAP rentan terhadap kewajiban hukum serta hilangnya
reputasi profesional

Hal ini sama sulit untuk mengukur jumlah bukti tersirat oleh mengingat direncanakan
risiko deteksi. Sebuah program audit khas dimaksudkan untuk mengurangi risiko deteksi ke
direncanakan Tingkat adalah kombinasi dari beberapa prosedur audit, masing-masing
menggunakan berbagai jenis bukti yang diterapkan untuk tujuan audit yang berbeda.
metode pengukuran auditor terlalu tepat untuk mengizinkan ukuran kuantitatif yang akurat
dari bukti gabungan. Sebagai gantinya, auditor objektif mengevaluasi apakah bukti yang
cukup dan tepat telah direncanakan untuk memenuhi risiko deteksi yang direncanakan
rendah, sedang, atau tinggi. Agaknya, pengukuran metode yang memadai untuk
mengizinkan auditor untuk menentukan apakah lebih atau berbeda jenis bukti yang
diperlukan untuk memenuhi risiko deteksi rendah direncanakan daripada menengah atau
tinggi. penilaian profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak lagi.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor prihatin tentang kedua over-audit dan di
bawah-audit. Kebanyakan auditor lebih peduli tentang yang terakhir, terbelah audit

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 4


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
menghadapkan perusahaan BPA untuk tanggung jawab hukum dan hilangnya reputasi
profesional.Karena keprihatinan untuk menghindari under-audit, auditor biasanya menilai
risiko konservatif. Sebagai contoh, auditor mungkin tidak menilai baik risiko pengendalian
atau risiko yang melekat di bawah 0,5 bahkan ketika kemungkinan salah saji rendah. Dalam
audit ini, risiko rendah mungkin 0,5, 0,8 menengah, dan tinggi 1,0, jika risiko dikuantifikasi.

Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Pengujian atas Rincian Saldo


Auditor mengembangkan berbagai jenis alat bantu keputusan untuk membantu penilaian
Link mempengaruhi Audit bukti dengan bukti yang tepat untuk menumpuk. Satu lembar kerja
tersebut disertakan pada Gambar 9-6 untuk audit piutang untuk Hillsburg Hardware Co.
Delapan tujuan audit terkait dengan saldo diperkenalkan di Bab 6 termasuk dalam kolom
di bagian atas lembar kerja. Baris satu dan dua adalah risiko audit dapat diterima dan risiko
yang melekat. salah saji ditoleransi disertakan di bagian bawah worksheet. Itu keterlibatan
di-charge, Fran Moore, membuat keputusan berikut di audit Hillsburg Hardware Co .:

• Materialitas kinerja. Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk laporan


keuangan secara keseluruhan ditetapkan sebesar $ 442.000 (sekitar 6 persen dari
pendapatan dari operasi dari $ 7.370.000). Ia mengalokasikan $ 265.000 untuk audit
atas piutang (lihat Gambar 9.3)
• Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai risiko audit yang dapat diterima
pada tingkat yang tinggi karena kondisi keuangan yang baik, dan memiliki tinggi
integritas manajemen. Meskipun Hillsburgh adalah sebuah perusahaan terbuka,
yang sahamnya tidak dimiliki banyak orang atau ketat dipantau para analis
keuangan.
• Risiko Inheren. Fran menilai risiko inheren sebagai media untuk keberadaan dan
pisah batas (cutoff) karena mengkhawatiran atas pengakuan pendapatan. Fran juga
menilai risiko inheren sebagai media untuk nilai realisasi. Dalam beberapa tahun
sebelumnya, telah dilakukan penyesuaian audit untuk penyisihan piutang tak tertagih
karena ternyata kurang saji. Risiko inheren dinilai rendah untuk semua tujuan lain.

Risiko deteksi yang direncanakan kira-kira akan sama untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dalam audit atas piutang usaha Hillsburg Hardware Co jika auditor
hanya perlu mempertimbangkan 3 faktor saja yaitu risiko audit yang dapat diterima, risiko
inheren, dan materialitas kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 5


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
faktor lain harus juga harus dipertimbangkan sebelum mengambilan keputusan akhir tentang
bukti.

Hubungan antara risiko, materialitas, dan bukti audit.


Konsep-konsep materialtitas dan risiko dalam auditing saling terkait erat dan tak
terpisahkan. Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas
merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama kedua hal
tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 6


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
4. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
5. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
6. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
d. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
e. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
f. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
Faktor-faktor yang mempengruhi risiko Risiko Bukti audit
Risiko audit
• Ketergantungan pemakai eksternal yang dapat
• Kemungkinan kegagalan keuangan diterima

• Integritas manajemen

• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T

• Pihak-pihak yang terkait T Risiko T Bukti audit


Risiko
• Transaksi nonrutin inheren
deteksi yang
terncana direncanakan
• Pertimbangan yang diperlukan untuk
mencatat saldo akun dan transaksi dengan T L
tepat
• Unsur-unsur populasi
• Faktor yang berkaitan dengan salah saji
yang timbul akibat pelaporan keuangan
yang curang
• Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi

• Efektifitas pengendalian internal


Risiko
• Rencana pengandalan
pengendalian

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 7


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
• L = hubungan langsung ; T = hubungan terbalik

Materialitas kinerja tidak mempengaruhi keempat risiko tersebut, dan risiko-risiko itu tidak
mempengaruhi materialitas kinerja.
Materialitas kerja bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi
materialitas kinerja dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti audit yang di
rencanakan.
MEREVISI RISIKO DAN BUKTI
Sewaktu mengambil keputusan yang berdasarkan bukti yang telah di kumpulkan, auditor
harus berhati-hati bahwa penelitian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren di
tetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat di terima ditetapkan terlalu tinggi.
Dalam keadaan seperti ini, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah:

3. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
4. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit. Riset di bidang auditing menunjukkan bahwa,
jika risiko yang sudah direvisi digunakan dalam model risiko sudit untuk menentukan
risiko deteksi yang direncanakan yang baru, ada bahaya penambahan bukti yang tidak
akan mencukupi. Sebaliknya, auditor harus mengevaluasi secara cermat implikasi revisi
risiko serta memodifikasi bukti dengan tepat, tanpa menggunakan model risiko audit.

AUDIT BERBASIS RISIKO


Audit berbasis resiko saat ini mulai diterapkan di Indonesia yang sesungguhnya
sama dengan audit yang berbasis ISA yang sudah di adopsi oleh IAPI (Institute Akuntan
Publik Indonesia). Definisi dari Audit berbasis Risiko ini ialah pendekatan audit yang dimulai
dengan proses penilaian risiko audit, sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan auditnya lebih difokuskan pada area penting yang berisiko terjadinya
penyimpangan atau kecurangan.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 8


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
SA 200 yang berkaitan dengan risiko dalam proses audit:
SA & POKOK BAHASAN ISI
ALINEA
200.3 Tujuan Audit Tujuan suatu audit ialah untuk meningkatkan tingkat
keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju.
Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh
auditor tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

200.5 Asurans yang Layak Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.

200.A34 Risiko yang terjadi Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di
pada Dua Tingkat dua tingkat :

1. Pada tingkat laporan keuangan secara


menyeluruh, dan

2. Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo


akun dan pengungkapan

200.A40 Memisahkan atau SA biasanya tidak mengacu pada risiko bawaan


tidak risiko bawaan (inheren) dan risiko pengendalian secara terpisah,
dari risiko namun mengacu ke penilaian gabungan dari “risiko
pengendalian kesalahan penyajian material”. Namun, auditor dapat
membuat penilaian risiko bawaan dan risiko
pengendalian secara terpisah atau gabungan,
tergantung pada teknik atau metodologi yang lebih
disukai dan pertimbangan praktis.

200.A45 Risiko audit tidak Auditor tidak diharapkan untuk dan tidak dapat,
dapat dikurangi mengurangi risiko audit hingga tidak ada sama sekali
menjadi nol dan oleh karena itu auditor tidak dapat memperoleh
keyakinan absolut bahwa laporan keuangan bebas dari
kesalahan penyajian material karena kecurangan atau

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 9


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
kesalahan.

Reasonable Assurance (Asurans yang Layak)

Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
(sufficient appropriate audit evidence) untuk menekan risiko audit. Risiko audit adalah risiko
dimana auditor memberikan opini yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara
material. Auditor ingin menekan risiko audit ini ketingkat rendah yang dapat diterima (to an
acceptably low level).

Dengan bukti udit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit. Namun, tidak
mungkin sampai ke tingkat nol, karena adanya kendala bawaan dalam setiap audit. Auditor
menekan risiko auditnya sampai ke tingkat yang disebut “an acceptable low level”, atau
tingkat rendah yang dapat diterima oleh auditor.

Auditor tidak dapat memberikan absolute assurance (asurans mutlak). Auditor menarik
kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau pendapatnya kepada bukti-bukti audit.
Padahal, kebanyakan bukti audit lebih bersifat persuasive (menguatkan) dan bukan
conclusive (meyakinkan secara mutlak.

Inherent Limitations (Kendala Bawaan)


Tabel berikut ini menyajikan secara singkat kendala bawaan (inherent limitations) dalam
penugasan audit:

KENDALA ALASAN

Sifat Pelaporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan memerlukan :

1. Judgment manajemen dalam menerapkan kerangka


pelaporan keuangan
2. Keputusan atau penilaian subjektif (seperti estimasi) oleh
manajemen dalam memilih berbagai tafsiran atau judgment
yang akseptabel
Sifat Bukti Audit yang Kebanyakan pekerjaan auditor dalam merumuskan pendapatnya
Tersedia adalah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti ini
cenderung bersifat persuasif dan tidak konklusif. Bukti audit
terutama diperoleh melalui pelaksanaan prosedur audit. Bukti ini
juga meliputi seperti : audit yang lalu, prosedur kendali mutu dalam

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 10


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
rangka menerima atau melanjutkan hubungan dengan klien,
catatan pembukuan entitas dan bukti audit yang dibuat tenaga ahli
yang digunakan oleh entitas.

Prosedur Audit Bagaimanapun bagusnya rancangan prosedur audit, ia tidak akan


mampu mendeteksi setiap salah saji :

1. Setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung risiko


bahwa salah saji tidak akan terdeteksi
2. Manajemen atau pihak lain mungkin tidak memberikan
informasi yang diminta
3. Kecurangan yang canggih, disembunyikan dengan rapi
4. Prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit mungkin
tidak mendeteksi informasi yang hilang
Pelaporan Keuangan Relevansi atau nilai informasi keuangan cenderung menurun
Tepat Waktu dengan lewatnya waktu. Oleh karena itu, perlu adanya
keseimbangan antara keandalan infromasi dan biayanya. Pemakai
laporan keuangan mempunyai ekspektasi bahwa auditor
memberikan pendapat dalam waktu yang layak dan biaya yang
layak. Oleh karena itu tidaklah praktis meminta semua informasi
yang mungkin ada atau menuntaskan semua masalah sehabis-
habisnya, dengan asumsi bahwa informasi mengandung
kesalahan atau kecurangan sampai terbukti sebaliknya.

Audit Scope (Lingkup Audit)


Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti yang mungkin ditetapkan
dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan auditor untuk melaksanakan pekerjaan
tambahan dan memodifikasi atau memperluas laporan auditor sesuai dengan perluasan
tanggung jawabnya.

Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada pertanyaan : apakah
laporan keuangan dibuat dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi atau opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya bertahan entitas itu di
masa mendatang. WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas
secara efektif dan efisien.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 11


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Material Misstatements (Salah Saji Material)
Salah saji material terjadi jika secara layak dapat diharapkan akan memengaruhi keputusan
ekonomis pemakai laporan keuangan. Salah saji material bisa :

1. Terjadi secara sendiri-sendiri. Contoh, laporan keuangan mencantumkan pabrik


senilai Rp 10 miliar. Pabrik itu tidak pernah dibangun atau dibeli. Laporan keuangan
tersebut mengandung satu salah saji yang material.
2. Berupa salah saji yang tidak dikoreksi, misalnya yang ditemukan oleh auditor dan
dikomunikasikan kepala bagian pembukuan, dan diakui sebagai salah saji, namun
kepala bagian pembukuan tidak bersedia mengoreksinya.
3. Berupa pengungkapan yang menyesatkan dalam laporan keuangan atau
pengungkapan yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan.

Berupa kesalahan (error) atau kecurangan (fraud).


Assertions (Asersi)

Asersi adalah pernyataan (representation) yang diberikan manajemen, secara eksplisit


maupun implisit, yang tertanam di dalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan.
Asersi ini berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran (measurement),
penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai unsur laporan
keuangan.

Contoh, asersi bahwa sesuatu (unsur laporan keuangan) sudah lengkap (completeness
assertion) berkaitan dengan semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dibukukan,
memang sudah dibukukan. Asersi-asersi ini digunakan oleh auditor untuk
mempertimbangkan berbagai jenis kemungkinan salah saji yang bisa saja terjadi.
Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan
yang disalah sajikan secara material. Tujuan audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima
auditor. Risiko audit terdiri atas dua unsur utama, seperti berikut :

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 12


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
RISIKO SIFAT SUMBER

Inherent Risk (Risiko Laporan keuangan mungkin Tujuan atau operasi entitas
Bawaan dan Control Risk atau berpotensi dan rancangan atau
(Risiko Pengendalian) mengandung salah saji implementasi pengendalian
yang material. internal oleh manajemen.

Detection Risk (Risiko Auditor mungkin gagal Sifat dan luasnya prosedur
Pendeteksian) mendeteksi salah saji yang audit yang dilaksanakan
material dalam laporan auditor.
keuangan.

Dalam definisi ISAs, risiko salah saji material ditingkat asersi, terdiri atas dua komponen,
yakni inherent risk dan control risk. ISAs umumnya tidak menyebut inherent risk dan control
risk secara terpisah. ISAs menggunakan istilah combined assessment terhadap “risk of
material misstatement” (risiko salah saji material).

Rangkuman

Berikut ini menampilkan konsep dasar dari audit berbasis resiko dari dua sisi.

1. sisi perspektif dan tujuan entitas

2. sisi perspektif dan tujuan auditor

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 13


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1 : Perspektif dan Tujuan Entitas

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

Risiko
Risiko bisnis atau fraud yang menghalangi tujuan
Bawaan

Risiko Tanggapan Manajemen

Pengendalian

Risiko
Resiko residual
Salah saji material

Rendah Rawan risiko terhadap fraud dan error Tinggi

Pada gambar 1 diatas, baris risiko bawaan (inherent risk) berisi semua faktor risiko bisnis
dan kecurangan (bussiness and fraud risk factors) yang dapat menyebabkan laporan
keuangan disalah sajikan secara material (tanpa mempertimbangkan mitigasi oleh
pengendalian internal). Sedangkan, baris yang menunjukkan risiko pengendalian (control
risk) mencerminkan prosedur pengendalian yang pervasif dan spesifik yang dibuat
manajemen untuk memitigasi risiko laporan keuangan disalah sajikan. Risiko pengendalian
(control risk) tidak sepenuhnya memitigasi risiko bawaan (inherent risk) disebut
management’s residual risk. Management’s residual risk adalah risiko yang tersisa setelah
manajemen mengupayakan segala pengendalian.

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 14


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2 : Perspektif dan Tujuan Auditor

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

Risiko
Dimana salah saji material bisa terjadi?
Bawaan

Risiko Apakah pengendalian internal mencegah risiko bawaan

Pengendalian

Risiko Prosedur audit yang dirancang untuk menanggapi risiko salah saji

Salah saji material

Rendah Rawan risiko terhadap fraud dan error Tinggi

Dalam menilai risiko bawaan (inherent risk), auditor ingin mengetahui : Dimana salah saji
material mungkin terjadi dalam laporan keuangan? Dalam menilai risiko pengendalian
(control risk), auditor ingin mengetahui : Apakah pengendalian intern yang dibangun
menangkal risiko bawaan yang diidentifikasi? Hasilnya auditor menilai risiko salah saji dalam
laporan keuangan.

Melaksanakan Audit Berbasis Risiko

Berikut ini ialah tiga langkah audit berbasis risiko :

TAHAP PENJELASAN

Risk Assessment Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan


(Menilai Risiko) menilai risiko salah saji yang material dalam laporam keuangan

Risk Response Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang


(Menanggapi Risiko) menanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah
diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.

Reporting Tahap melaporkan meliputi dua tahap :


(Pelaporan)

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 15


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
1. merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh

2. membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai


kesimpulan

Pertanyaan Utama dalam Tiga Tahap Audit Berbasis Risiko


Tahap 1- Risk Assesment/ Penilaian Risiko

Peristiwa apa yang jika terjadi, berpotensi mengakibatkan salah saji yang material dalam
laporan keuangan

Tahap 2- Risk Response/ Menanggapi Risiko

Apakah peristiwa yang di identifikasi pada tahap 1 memang terjadi dan mengakibatkan salah
saji yang material dalam laporan keuangan.

Tahap 3- Reporting/ Pelaporan

Opini Audit apa yang tepat (berdasarkan bukti audit yang diperoleh) yang harus diberikan
atas laporan keuangan.

Menilai Risiko/ Risk Assesment.


Kutipan dari SA 315.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit Tahap 1
Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi melalui pemahaman
terhadap entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian intern entitas, yang memberikan
dasar untuk merancang dan mengimplementasikan tanggapan terhadap risiko (salah saji
yang material) yang dinilai

Keharusan dalam Tahap Risk Assesment.


KEHARUSAN PENJELASAN

Sejak awal libatkan Auditor Partner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti tim
senior audit harus terlibat aktif dalam merencanakan audit, serta
dalam merencanakan dan berpatisipasi dalam diskusi
diantara anggota tim audit. Keterlibatan mereka sejak awal

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 16


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
memastikan perencanaan audit memanfaatkan pengalaman
dan insight anggota tim senior.

Tekan kan Skeptisisme Auditor tidak dapat diharapkan mengabaikan pengalaman


(kewaspadaan professional) masa lalunya mengenai kejujuran dan integritas manajemen
dan TCWG (those charged with governance). Namun
kepercayaan bahwa manajemen dan TCWG jujur dan punya
integritas, tidak membebaskan auditor dari keharusan
mempertahankan skeptisisme professional.

Rencanakan Auditnya Waktu yang digunakan dalam perencanaan audit


(mengembangkan startegi audit menyeluruh dan rencana
audit) akan memastikan bahwa tujuan audit dipenuhi dengan
benar, dan pekerjaan staf audit terfokus pada pengumpulan
bukti pada hal-hal yang paling kritikal untuk terjadinya salah
saji.

Laksanakan diskusi tim audit Diskusi/pertemuan perencanaan tim dengan patner


dan komunikasi penugasan merupakan forum yang sangat baik untuk:
berkelanjutan.
Menginformasikan kepada staf tentang klien secara umum,
dan membahas area yang berpotensi mengadung risiko.

Membahas efektinya strategi audit, menyeluruh dan


rencana audit dan jika perlu membuat perubahan.

Menetapkan tanggung jawan audit kepada staf dan


menetapkan waktu penyelesaian tugas mereka.

Focus kepada identifikasi Langkah yang terpenting dalam proses penilaian risiko ialah
Risiko mengidentifikasi semua risiko yang relevan.

Jika factor risiko bisnis dan kecurangan tidak teridentifikasi


oleh auditor, risiko ini tidak akan dinilai ataub
didokumentasikan dan tanggapan audit tidak akan
dirancang.oleh karena itu, prosedur penilaian risiko yang
dirancang baik sangat penting untuk suksesnya audit.

Evaluasi secara cerdas Langkah penting lainnya dalam proses penilaian risiko ialah
tanggapan manajemen mengevaluasi efektifnya tanggapan manajemen. Bagaimana
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 17
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
mengenai risiko manajemen merancang pengendalian untuk memiltigasi
risiko (salah saji material dalam laporan keuangan) yang
sudah diidentifikasi oleh manajemen sendiri dan atau
auditor.

Gunakan kearifan ISA mengharuskan penggunaan dan kemudian


professional. pendokumentasian kaerifan profesional. (professional
judgment) yang penting oleh auditor selama audit. Beberapa
penggunaan kearifan professional dalam proses penilaian
risiko antara lain:

• Penentuan untuk menerima/melanjutkan hubungan


dengan klien.
• Mengembangkan strategi audit menyeluruh (overall
audit strategy)
• Menetapkan materialitas
• Menilai risiko salah saji material,
termasukmengidentifikasi risiko signifikan
• Mengembangkan ekspektasi untuk melaksanakan
prosedur analitikal

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 18


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Tuanakotta Theodorus M, Audit Kontemporer, 2015.
2. Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Auditing and Assurance Service, 15
th Edition, 2013.
3. Institut Akuntan Publik Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, 2015 .
4. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, 2015
5. Undang-undang no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik,

2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 19


Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai