AUDITING LANJUTAN
4
PASCA SARJANA MAGISTER Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA,
AKUNTANSI CPAI
Abstract Kompetensi
Pada pokok bahasan ini akan Mahasiswa diharapkan mampu:
dijelaskan : 1. .
MATERIALITAS
Bagian tanggung jawab auditor dalam laporan audit mencakup dua frase penting yang
berkaitan dengan materialitas dan risiko yaitu:
1. Untuk memperoleh kepastian yang layak;
Dimaksudkan untuk memberi tahu bahwa auditor tidak menjamin atau memastikan
kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun tetap ada risiko bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar meskipun pendapat auditor adalah wajar tanpa
pengecualian.
2. Laporan keuangan telah bebas dari salah saji material.
Dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa tanggung jawab auditor terbatas
pada informasi keuangan yang material saja.
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji tersebut.
Sementara itu, berdasarkan Standar Audit 450 IAPI, materialitas didefinisikan
sebagai kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan
penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan
keuangan tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan jika ada
salah saji material maka menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan
koreksi.
Jika definisi materialitas tersebut dibaca dengan cermat, akan terungkap kesulitan
yang dihadapi auditor dalam menerapkan konsep materialitas dalam praktik. Meskipun
definisi tersebut menekankan pada pemakai yang bijaksana yang mengandalkan laporan
keuangan untuk membuat keputusan, auditor harus memiliki pengetahuan mengenai siapa
saja pemakai laporan keuangan klien serta keputusan apa yang akan dibuat.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan profesional auditor. Dalam menerapkan
materialitas, auditor mengikuti lima langkah yaitu:
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Pedoman Ilustratif
Standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus tentang
materialitas bagi praktisi. Pertimbangannya adalah bahwa pedoman semacam itu mungkin
diterapkan tanpa mempertimbangkan semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi
keputusan akhir auditor. Penerapan pedoman ini, membutuhkan pertimbangan profesional
yang matang.
Materialitas Kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada
angka yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agrerat dari
salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.
Penentuan materialita kinerja perlu dilakukan oleh auditor karena auditor mengumpulkan
bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat
materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang
harus dikumpulkan.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialtias pada akun –
akun neraca :
Dibawah ini terdapat Gambar 9-3 mengilustrasikan pendekatan alokasi oleh auditor senior,
Fran Moore, dalam audit atas Hillsburg Hardware CO.
1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji sebesar jumlah
materialitas kinerja
2. Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun – akun lainnya
mungkin kurang saji
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat
kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan
dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mangaudit property, pabrik,
dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasikan lease peralatan yang dikapitalisasi,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.
2. Salah saji yang mungkin terjadi (likely misstatement) terbagi menjadi dua jenis:
a. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah estimasi penyisihan untuk
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi
b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi ,
Dengan menggunakan sampel dapat diketahui total kemungkinan salah saji yang
Dapat dicontohkan:
Total Sampel
$ 50.000
Tabel 9 – 1 Menunjukan bahwa total estimasi salah saji yang mungkin sebesar $ 62.300
melebihi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas sebesar $ 50.000. Bidang utama
yang sulit adalah persediaan , dimana estimasi salah saji sebesar $ 47.250 jauh lebih besar
dari materialitas kinerja sebesar $ 36.000. Karena estimasi salah saji gabungan melebihi
pertimbangan pendahuluan, laporan keuangan tidak dapat diterima, Dengan itu Auditor
dapat menentukan apakah estimasi salah saji yang mungkin benar – benar melebihi $
50.000 dengan melaksanakan prosedur audit tambahan, atau mewajibkan klien untuk
menyesuaikan estimasi salah saji tersebut, jika iya auditor akan berkonsentrasi pada bidang
akun persediaan.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 8
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
RISIKO
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan klien.
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagai
contoh, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketepatan bukti,
ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketikak audit selesai dilakukan.
Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko
tersebut dengan tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi auditor sulit diukur serta
membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.
Merespons risiko-risiko ini dengan baik sangat menentukan dalam mencapai audit yang
bermutu tinggi.
Model risiko audit
PDR =
Model risiko audit serta pemahaman atas bisnis dan industri klien
(risiko inheren)
(risiko
pengendalian )
D Perencanaan Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
luas bukti yang
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
akan
dikumpulan
auditor (risiko
deteksi yang
direncanakan)
JENIS-JENIS RISIKO
Terdapat empat jenis risiko, yaitu:
1. Planned Detection Risk (PDR: Risiko Deteksi Terencana)
Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Ada dua hal
penting yang harus diketahui tentang risiko deteksi yang terencana, yaitu:
Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko
audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari faktor-
faktor model risiko.
Risiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko
deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana pengurangan
risiko ini.
2. Inheren Risk (IR: Risiko Inheren)
Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan
pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi.
Pengendalian internal diabaikan dalam penetapan risiko inheren karena pengendalian
internal ini diperhitungkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko
pengendalian.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 11
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Hubungan antara IR – PDR – Bukti audit yang direncanakan : IR saling berlawanan
dengan PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit. Selain
meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit
tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang
itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh. Sebagai
contoh, jika risiko inheren untuk keusangan persediaan sangat tinggi, wajar bila kantor
akuntan publik menugaskan staf yang berpengalaman untuk melakukan pengujian yang
lebih ekstensif atas keusangan persediaan dan mereview secara lebih cermat hasil-hasil
audit tersebut.
3. Control Risk (CR: Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah
salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas
segmen tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR
memperlihatkan:
Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah
atau mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang
dibuatnya.
Standar audit menyebut bahwa kombinasi antara risiko inheren dan risiko
pengendalian ini risiko salah saji yang material (risk of material misstatement). Auditor
dapat menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat juga
menilai risiko inheren dan risiko pengendalian secara terpisah.
4. Acceptable Audit Risk (AAR: Risiko Akseptibilitas Audit)
Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah,
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa
laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Keyakinan penuh (risiko
nol) mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis. Selain itu,
auditor juga tidak dapat menjamin bahwa sama sekali tidak ada salah saji yang material.
Sering kali, auditor menyebut istilah audit assurance (yang juga disebut assurance
keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit
assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang
dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima.
2). Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah Laporan Audit
Diterbitkan. Sulit bagi Auditor memprediksi kegagalan keuangan dan ada faktor yang
merupakan indikator yang baik bahwa probalitas meningkat, yaitu:
• Posisi likuiditas, jika klient mengalami kekurangan kas serta modal kerja.
Jika klient terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja hal ini
menngindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan dimasa depan. Auditor
harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang terus menurun.
• Integritas manajemen
• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T
GAMBAR 9-5
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta dari tujuan ke tujuan. Sebagai
contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk eksistensi kas ketimbang yang
berhubungan dengan akurasi aset tetap atau tujuan.
Baik pengendalian risiko atau risiko inheren dinilai untuk audit secara keseluruhan.
Sebaliknya,kedua kontrol risiko dan risiko yang melekat dinilai untuk setiap siklus, masing-
Risiko audit yang dapat diterima adalah biasanya dinilai oleh auditor selama perencanaan
dan diadakan konstan untuk setiap siklus utama dan akun. Auditor biasanya menggunakan
yang sama risiko audit yang dapat diterima untuk setiap segmen karena faktor yang
mempengaruhi audit yang dapat diterima risiko yang terkait dengan seluruh audit, bukan
rekening individu. Misalnya, sejauh yang keputusan pengguna eksternal 'mengandalkan
laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua account.
Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, risiko audit yang dapat diterima lebih rendah
mungkin lebih tepat untuk satu account dari orang lain. Jika auditor memutuskan untuk
menggunakan audit media diterima risiko audit secara keseluruhan, auditor mungkin
memutuskan untuk mengurangi risiko audit diterima rendah untuk persediaan jika
persediaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka pendek.
Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang sama dapat diterima untuk semua
segmen berdasarkan mereka keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan
keuangan harus memiliki tingkat yang sama jaminan untuk setiap segmen dari laporan
keuangan. auditor lain menggunakan yang berbeda tingkat jaminan untuk segmen yang
berbeda berdasarkan keyakinan mereka bahwa laporan keuangan pengguna mungkin lebih
peduli tentang saldo rekening tertentu dibandingkan dengan akun lain dalam audit yang
diberikan. Untuk ilustrasi dalam hal ini dan bab-bab berikutnya, kita menggunakan yang
sama risiko audit yang dapat diterima untuk semua segmen di audit. Namun, perlu diketahui
bahwa mengubah risiko untuk segmen yang berbeda juga diterima.
Seperti pengendalian risiko dan risiko yang melekat, risiko deteksi yang direncanakan
dan audit yang diperlukan bukti akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun untuk
memperhitungkan, atau tujuan untuk tujuan. Kesimpulan ini seharusnya tidak mengejutkan.
Sebagai kondisi masing-masing keterlibatan berbeda, tingkat dan sifat dari bukti yang
dibutuhkan akan tergantung pada situasi unik. Misalnya, persediaan mungkin memerlukan
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 19
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
pengujian ekstensif pada keterlibatan karena kontrol internal yang lemah dan kekhawatiran
auditor tentang keusangan akibat perubahan logis techno di industri. Pada keterlibatan yang
sama, account piutang mungkin memerlukan sedikit pengujian karena kontrol internal yang
efektif, koleksi cepat piutang, hubungan baik antara klien dan pelanggan, dan audit yang
baik
hasil tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula, untuk audit yang diberikan persediaan,
auditor dapat menetapkan risiko yang melekat lebih tinggi dari nilai salah saji realisasi
karena potensi tinggi keusangan tapi risiko yang melekat rendah dari salah saji klasifikasi
karena ada hanya dibeli persediaan.
Menghubungkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo
Walaupun secara umum dalam praktek untuk menilai risiko inhern dan risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik
yang umum, mengalokasikan materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang
umum. Para Auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda
secara efektif, dan relatif mudah menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.
Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya
mengukur komponen model. Meskipun upaya auditor terbaik dalam perencanaan,
pengkajian risiko yang dapat diterima audit, risiko inheren, dan pengendalian risiko, dan oleh
karena itu Risiko deteksi yang direncanakan, sangat subjektif dan hanya perkiraan realitas.
Bayangkan, misalnya, mencoba untuk secara tepat menilai risiko yang melekat dengan
menentukan dampak dari faktor-faktor seperti salah saji ditemukan pada tahun sebelumnya
audit dan teknologi perubahan dalam industri klien.
Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan luas dan
subjektif istilah pengukuran, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Seperti Tabel 9-4
menunjukkan, auditor dapat menggunakan informasi ini untuk memutuskan jumlah yang
tepat dan jenis bukti untuk mengumpulkan. Misalnya, dalam situasi 1, auditor telah
memutuskan pada diterima tinggi risiko audit untuk account atau tujuan. auditor telah
menyimpulkan risiko rendah dari salah saji dalam laporan keuangan ada dan pengendalian
internal yang efektif. Karena itu, risiko deteksi yang direncanakan tinggi adalah tepat.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 20
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Akibatnya, tingkat rendah bukti adalah diperlukan. Situasi 3 berada di ekstrim yang
berlawanan. Jika kedua bawaan dan risiko pengendalian yang tinggi dan auditor ingin risiko
audit yang dapat diterima rendah, bukti yang cukup adalah wajib. Tiga situasi lain berada di
antara dua ekstrem.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing. Sebagian besar auditor lebih mengkhawatirkan
underauditing karena membuat KAP rentan terhadap kewajiban hukum serta hilangnya
reputasi profesional
Hal ini sama sulit untuk mengukur jumlah bukti tersirat oleh mengingat direncanakan
risiko deteksi. Sebuah program audit khas dimaksudkan untuk mengurangi risiko deteksi ke
direncanakan Tingkat adalah kombinasi dari beberapa prosedur audit, masing-masing
menggunakan berbagai jenis bukti yang diterapkan untuk tujuan audit yang berbeda.
metode pengukuran auditor terlalu tepat untuk mengizinkan ukuran kuantitatif yang akurat
dari bukti gabungan. Sebagai gantinya, auditor objektif mengevaluasi apakah bukti yang
cukup dan tepat telah direncanakan untuk memenuhi risiko deteksi yang direncanakan
rendah, sedang, atau tinggi. Agaknya, pengukuran metode yang memadai untuk
mengizinkan auditor untuk menentukan apakah lebih atau berbeda jenis bukti yang
diperlukan untuk memenuhi risiko deteksi rendah direncanakan daripada menengah atau
tinggi. penilaian profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak lagi.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor prihatin tentang kedua over-audit dan di
bawah-audit. Kebanyakan auditor lebih peduli tentang yang terakhir, terbelah audit
menghadapkan perusahaan BPA untuk tanggung jawab hukum dan hilangnya reputasi
profesional. Karena keprihatinan untuk menghindari under-audit, auditor biasanya menilai
Risiko deteksi yang direncanakan kira-kira akan sama untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dalam audit atas piutang usaha Hillsburg Hardware Co jika auditor
hanya perlu mempertimbangkan 3 faktor saja yaitu risiko audit yang dapat diterima, risiko
inheren, dan materialitas kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-
faktor lain harus juga harus dipertimbangkan sebelum mengambilan keputusan akhir tentang
bukti.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
• Integritas manajemen
• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T
1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit. Riset di bidang auditing menunjukkan bahwa,
jika risiko yang sudah direvisi digunakan dalam model risiko sudit untuk menentukan
risiko deteksi yang direncanakan yang baru, ada bahaya penambahan bukti yang tidak
akan mencukupi. Sebaliknya, auditor harus mengevaluasi secara cermat implikasi revisi
risiko serta memodifikasi bukti dengan tepat, tanpa menggunakan model risiko audit.
Bagian tanggung jawab auditor dalam laporan audit mencakup dua frase penting yang
berkaitan dengan materialitas dan risiko yaitu:
3. Untuk memperoleh kepastian yang layak;
Dimaksudkan untuk memberi tahu bahwa auditor tidak menjamin atau memastikan
kewajaran penyajian laporan keuangan. Namun tetap ada risiko bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar meskipun pendapat auditor adalah wajar tanpa
pengecualian.
4. Laporan keuangan telah bebas dari salah saji material.
Dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai bahwa tanggung jawab auditor terbatas
pada informasi keuangan yang material saja.
MATERIALITAS
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan
Langkah 1
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Materialitas Kinerja didefinisikan sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka
yang lebih kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi
menguranginya ke tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agrerat dari
salah saji yang belum dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.
Penentuan materialita kinerja perlu dilakukan oleh auditor karena auditor mengumpulkan
bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 28
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang
harus dikumpulkan.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialtias pada akun –
akun neraca:
Dibawah ini terdapat Gambar 9-3 mengilustrasikan pendekatan alokasi oleh auditor senior,
Fran Moore, dalam audit atas Hillsburg Hardware CO.
1. Tidak mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji sebesar jumlah
materialitas kinerja
2. Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun – akun lainnya
mungkin kurang saji
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam
suatu akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mangaudit property, pabrik,
dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasikan lease peralatan yang dikapitalisasi,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi.
2. Salah saji yang mungkin terjadi (likely misstatement) terbagi menjadi dua jenis:
a. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah estimasi penyisihan untuk
piutang tak tertagih atau kewajiban garansi
b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi,
Dengan menggunakan sampel dapat diketahui total kemungkinan salah saji yang
terjadi terhadap akun tersebut, total kemungkinan salah saji ini disebut Estimasi atau
“proyeksi“ atau “ekstrapolasi“ Estimasi salah saji ini disyaratkan oleh SAS 111 (AU)
Dapat dicontohkan:
Total Sampel
$ 50.000
PDR =
Model risiko audit serta pemahaman atas bisnis dan industri klien
(risiko inheren)
( risiko
pengendalian )
D Perencanaan Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
luas bukti yang
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
akan
dikumpulan
auditor (risiko
deteksi yang
direncanakan)
2). Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah Laporan Audit
Diterbitkan. Sulit bagi Auditor memprediksi kegagalan keuangan dan ada faktor yang
merupakan indikator yang baik bahwa probalitas meningkat, yaitu:
• Posisi likuiditas, jika klient mengalami kekurangan kas serta modal kerja.
Jika klient terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja hal ini
menngindikasikan ada masalah dalam membayar tagihan dimasa depan. Auditor
harus menilai kemungkinan dan signifikansi posisi likuiditas yang terus menurun.
• Integritas manajemen
• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T
• Rencana pengandalan
Risiko
pengendalian
• L = hubungan langsung ;
• T = hubungan terbalik
GAMBAR 9-5
Sebagai contoh : Kenaikan risiko audit yang dapat diterima menghasilkan kenaikan risiko
deteksi yang direncanakn (L) dan penurunan bukti audit yang direncanakan (T).
Bandingkan gambar 9-5 dengan Tabel 9-2 dan perhatikan bahwa kedua ilustrasi ini
melibatkan konsep yang sama.
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dpat dipakai auditor untuk
mengubah audit guna merespon risiko :
Risiko salah saji yang material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun ke akun, serta dari tujuan ke tujuan. Sebagai
contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk eksistensi kas ketimbang yang
berhubungan dengan akurasi aset tetap atau tujuan.
Baik pengendalian risiko atau risiko inheren dinilai untuk audit secara keseluruhan.
Sebaliknya,kedua kontrol risiko dan risiko yang melekat dinilai untuk setiap siklus, masing-
masing akun dalam siklus, dan beberapa kali bahkan setiap tujuan audit untuk account.
Pengkajian cenderung bervariasi pada Audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke akun,
dan tujuan untuk tujuan. Sebagai contoh, pengendalian internal mungkin lebih efektif untuk
akun terkait persediaan dibandingkan mereka terkait dengan aset tetap. pengendalian risiko
karena itu akan lebih rendah untuk persediaan daripada tetap aktiva. Faktor yang
mempengaruhi risiko yang melekat, seperti rentan terhadap penyalahgunaan aset
dan kerutinan dari transaksi, juga cenderung berbeda dari rekening ke rekening. Untuk
alasan itu, itu adalah normal untuk memiliki risiko yang melekat bervariasi untuk account
yang berbeda dalam audit yang sama.
Risiko audit yang dapat diterima adalah biasanya dinilai oleh auditor selama perencanaan
dan diadakan konstan untuk setiap siklus utama dan akun. Auditor biasanya menggunakan
yang sama risiko audit yang dapat diterima untuk setiap segmen karena faktor yang
mempengaruhi audit yang dapat diterima risiko yang terkait dengan seluruh audit, bukan
rekening individu. Misalnya, sejauh yang keputusan pengguna eksternal 'mengandalkan
laporan keuangan biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua account.
Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, risiko audit yang dapat diterima lebih rendah
mungkin lebih tepat untuk satu account dari orang lain. Jika auditor memutuskan untuk
menggunakan audit media diterima risiko audit secara keseluruhan, auditor mungkin
memutuskan untuk mengurangi risiko audit diterima rendah untuk persediaan jika
persediaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka pendek.
Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang sama dapat diterima untuk semua
segmen berdasarkan mereka keyakinan bahwa pada akhir audit, pengguna laporan
keuangan harus memiliki tingkat yang sama jaminan untuk setiap segmen dari laporan
keuangan. auditor lain menggunakan yang berbeda tingkat jaminan untuk segmen yang
berbeda berdasarkan keyakinan mereka bahwa laporan keuangan pengguna mungkin lebih
peduli tentang saldo rekening tertentu dibandingkan dengan akun lain dalam audit yang
diberikan. Untuk ilustrasi dalam hal ini dan bab-bab berikutnya, kita menggunakan yang
sama risiko audit yang dapat diterima untuk semua segmen di audit. Namun, perlu diketahui
bahwa mengubah risiko untuk segmen yang berbeda juga diterima.
Seperti pengendalian risiko dan risiko yang melekat, risiko deteksi yang direncanakan
dan audit yang diperlukan bukti akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun untuk
memperhitungkan, atau tujuan untuk tujuan. Kesimpulan ini seharusnya tidak mengejutkan.
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai kondisi masing-masing keterlibatan berbeda, tingkat dan sifat dari bukti yang
dibutuhkan akan tergantung pada situasi unik. Misalnya, persediaan mungkin memerlukan
pengujian ekstensif pada keterlibatan karena kontrol internal yang lemah dan kekhawatiran
auditor tentang keusangan akibat perubahan logis techno di industri. Pada keterlibatan yang
sama, account piutang mungkin memerlukan sedikit pengujian karena kontrol internal yang
efektif, koleksi cepat piutang, hubungan baik antara klien dan pelanggan, dan audit yang
baik
hasil tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula, untuk audit yang diberikan persediaan,
auditor dapat menetapkan risiko yang melekat lebih tinggi dari nilai salah saji realisasi
karena potensi tinggi keusangan tapi risiko yang melekat rendah dari salah saji klasifikasi
karena ada hanya dibeli persediaan.
Menghubungkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo
Walaupun secara umum dalam praktek untuk menilai risiko inhern dan risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo merupakan praktik
yang umum, mengalokasikan materialitas ke tujuan tersebut bukan merupakan hal yang
umum. Para Auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda
secara efektif, dan relatif mudah menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.
Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya
mengukur komponen model. Meskipun upaya auditor terbaik dalam perencanaan,
pengkajian risiko yang dapat diterima audit, risiko inheren, dan pengendalian risiko, dan oleh
karena itu Risiko deteksi yang direncanakan, sangat subjektif dan hanya perkiraan realitas.
Bayangkan, misalnya, mencoba untuk secara tepat menilai risiko yang melekat dengan
menentukan dampak dari faktor-faktor seperti salah saji ditemukan pada tahun sebelumnya
audit dan teknologi perubahan dalam industri klien.
Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan luas dan
subjektif istilah pengukuran, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Seperti Tabel 9-4
menunjukkan, auditor dapat menggunakan informasi ini untuk memutuskan jumlah yang
tepat dan jenis bukti untuk mengumpulkan. Misalnya, dalam situasi 1, auditor telah
memutuskan pada diterima tinggi risiko audit untuk account atau tujuan. auditor telah
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 3
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
menyimpulkan risiko rendah dari salah saji dalam laporan keuangan ada dan pengendalian
internal yang efektif. Karena itu, risiko deteksi yang direncanakan tinggi adalah tepat.
Akibatnya, tingkat rendah bukti adalah diperlukan. Situasi 3 berada di ekstrim yang
berlawanan. Jika kedua bawaan dan risiko pengendalian yang tinggi dan auditor ingin risiko
audit yang dapat diterima rendah, bukti yang cukup adalah wajib. Tiga situasi lain berada di
antara dua ekstrem.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing. Sebagian besar auditor lebih mengkhawatirkan
underauditing karena membuat KAP rentan terhadap kewajiban hukum serta hilangnya
reputasi profesional
Hal ini sama sulit untuk mengukur jumlah bukti tersirat oleh mengingat direncanakan
risiko deteksi. Sebuah program audit khas dimaksudkan untuk mengurangi risiko deteksi ke
direncanakan Tingkat adalah kombinasi dari beberapa prosedur audit, masing-masing
menggunakan berbagai jenis bukti yang diterapkan untuk tujuan audit yang berbeda.
metode pengukuran auditor terlalu tepat untuk mengizinkan ukuran kuantitatif yang akurat
dari bukti gabungan. Sebagai gantinya, auditor objektif mengevaluasi apakah bukti yang
cukup dan tepat telah direncanakan untuk memenuhi risiko deteksi yang direncanakan
rendah, sedang, atau tinggi. Agaknya, pengukuran metode yang memadai untuk
mengizinkan auditor untuk menentukan apakah lebih atau berbeda jenis bukti yang
diperlukan untuk memenuhi risiko deteksi rendah direncanakan daripada menengah atau
tinggi. penilaian profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak lagi.
Dalam menerapkan model risiko audit, auditor prihatin tentang kedua over-audit dan di
bawah-audit. Kebanyakan auditor lebih peduli tentang yang terakhir, terbelah audit
Risiko deteksi yang direncanakan kira-kira akan sama untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dalam audit atas piutang usaha Hillsburg Hardware Co jika auditor
hanya perlu mempertimbangkan 3 faktor saja yaitu risiko audit yang dapat diterima, risiko
inheren, dan materialitas kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut:
• Integritas manajemen
• Sifat bisnis
L
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang L T
Materialitas kinerja tidak mempengaruhi keempat risiko tersebut, dan risiko-risiko itu tidak
mempengaruhi materialitas kinerja.
Materialitas kerja bukan merupakan bagian dari model risiko audit, tetapi kombinasi
materialitas kinerja dan faktor-faktor model risiko audit menentukan bukti audit yang di
rencanakan.
MEREVISI RISIKO DAN BUKTI
Sewaktu mengambil keputusan yang berdasarkan bukti yang telah di kumpulkan, auditor
harus berhati-hati bahwa penelitian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren di
tetapkan terlalu rendah atau risiko audit yang dapat di terima ditetapkan terlalu tinggi.
Dalam keadaan seperti ini, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah:
3. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat. Jika auditor
mengetahui bahwa penilaian awalnya tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah, itu
melanggar standar kemahiran.
4. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit. Riset di bidang auditing menunjukkan bahwa,
jika risiko yang sudah direvisi digunakan dalam model risiko sudit untuk menentukan
risiko deteksi yang direncanakan yang baru, ada bahaya penambahan bukti yang tidak
akan mencukupi. Sebaliknya, auditor harus mengevaluasi secara cermat implikasi revisi
risiko serta memodifikasi bukti dengan tepat, tanpa menggunakan model risiko audit.
200.5 Asurans yang Layak Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
200.A34 Risiko yang terjadi Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di
pada Dua Tingkat dua tingkat :
200.A45 Risiko audit tidak Auditor tidak diharapkan untuk dan tidak dapat,
dapat dikurangi mengurangi risiko audit hingga tidak ada sama sekali
menjadi nol dan oleh karena itu auditor tidak dapat memperoleh
keyakinan absolut bahwa laporan keuangan bebas dari
kesalahan penyajian material karena kecurangan atau
Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
(sufficient appropriate audit evidence) untuk menekan risiko audit. Risiko audit adalah risiko
dimana auditor memberikan opini yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara
material. Auditor ingin menekan risiko audit ini ketingkat rendah yang dapat diterima (to an
acceptably low level).
Dengan bukti udit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko audit. Namun, tidak
mungkin sampai ke tingkat nol, karena adanya kendala bawaan dalam setiap audit. Auditor
menekan risiko auditnya sampai ke tingkat yang disebut “an acceptable low level”, atau
tingkat rendah yang dapat diterima oleh auditor.
Auditor tidak dapat memberikan absolute assurance (asurans mutlak). Auditor menarik
kesimpulan auditnya dan mendasarkan opini atau pendapatnya kepada bukti-bukti audit.
Padahal, kebanyakan bukti audit lebih bersifat persuasive (menguatkan) dan bukan
conclusive (meyakinkan secara mutlak.
KENDALA ALASAN
Lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada pertanyaan : apakah
laporan keuangan dibuat dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi atau opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya bertahan entitas itu di
masa mendatang. WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen mengelola entitas
secara efektif dan efisien.
Contoh, asersi bahwa sesuatu (unsur laporan keuangan) sudah lengkap (completeness
assertion) berkaitan dengan semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dibukukan,
memang sudah dibukukan. Asersi-asersi ini digunakan oleh auditor untuk
mempertimbangkan berbagai jenis kemungkinan salah saji yang bisa saja terjadi.
Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan
yang disalah sajikan secara material. Tujuan audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima
auditor. Risiko audit terdiri atas dua unsur utama, seperti berikut :
Inherent Risk (Risiko Laporan keuangan mungkin Tujuan atau operasi entitas
Bawaan dan Control Risk atau berpotensi dan rancangan atau
(Risiko Pengendalian) mengandung salah saji implementasi pengendalian
yang material. internal oleh manajemen.
Detection Risk (Risiko Auditor mungkin gagal Sifat dan luasnya prosedur
Pendeteksian) mendeteksi salah saji yang audit yang dilaksanakan
material dalam laporan auditor.
keuangan.
Dalam definisi ISAs, risiko salah saji material ditingkat asersi, terdiri atas dua komponen,
yakni inherent risk dan control risk. ISAs umumnya tidak menyebut inherent risk dan control
risk secara terpisah. ISAs menggunakan istilah combined assessment terhadap “risk of
material misstatement” (risiko salah saji material).
Rangkuman
Berikut ini menampilkan konsep dasar dari audit berbasis resiko dari dua sisi.
Risiko
Risiko bisnis atau fraud yang menghalangi tujuan
Bawaan
Pengendalian
Risiko
Resiko residual
Salah saji material
Pada gambar 1 diatas, baris risiko bawaan (inherent risk) berisi semua faktor risiko bisnis
dan kecurangan (bussiness and fraud risk factors) yang dapat menyebabkan laporan
keuangan disalah sajikan secara material (tanpa mempertimbangkan mitigasi oleh
pengendalian internal). Sedangkan, baris yang menunjukkan risiko pengendalian (control
risk) mencerminkan prosedur pengendalian yang pervasif dan spesifik yang dibuat
manajemen untuk memitigasi risiko laporan keuangan disalah sajikan. Risiko pengendalian
(control risk) tidak sepenuhnya memitigasi risiko bawaan (inherent risk) disebut
management’s residual risk. Management’s residual risk adalah risiko yang tersisa setelah
manajemen mengupayakan segala pengendalian.
Risiko
Dimana salah saji material bisa terjadi?
Bawaan
Pengendalian
Risiko Prosedur audit yang dirancang untuk menanggapi risiko salah saji
Dalam menilai risiko bawaan (inherent risk), auditor ingin mengetahui : Dimana salah saji
material mungkin terjadi dalam laporan keuangan? Dalam menilai risiko pengendalian
(control risk), auditor ingin mengetahui : Apakah pengendalian intern yang dibangun
menangkal risiko bawaan yang diidentifikasi? Hasilnya auditor menilai risiko salah saji dalam
laporan keuangan.
TAHAP PENJELASAN
Peristiwa apa yang jika terjadi, berpotensi mengakibatkan salah saji yang material dalam
laporan keuangan
Apakah peristiwa yang di identifikasi pada tahap 1 memang terjadi dan mengakibatkan salah
saji yang material dalam laporan keuangan.
Opini Audit apa yang tepat (berdasarkan bukti audit yang diperoleh) yang harus diberikan
atas laporan keuangan.
Sejak awal libatkan Auditor Partner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti tim
senior audit harus terlibat aktif dalam merencanakan audit, serta
dalam merencanakan dan berpatisipasi dalam diskusi
diantara anggota tim audit. Keterlibatan mereka sejak awal
Focus kepada identifikasi Langkah yang terpenting dalam proses penilaian risiko ialah
Risiko mengidentifikasi semua risiko yang relevan.
Evaluasi secara cerdas Langkah penting lainnya dalam proses penilaian risiko ialah
tanggapan manajemen mengevaluasi efektifnya tanggapan manajemen. Bagaimana
2018 Auditing Lanjutan Pusat Bahan Ajar dan eLearning 17
Dr. Yudhi Herliansyah, Ak, MSi, CA, CSRA, CPAI http://www.mercubuana.ac.id
mengenai risiko manajemen merancang pengendalian untuk memiltigasi
risiko (salah saji material dalam laporan keuangan) yang
sudah diidentifikasi oleh manajemen sendiri dan atau
auditor.