Anda di halaman 1dari 15

REVIEW MATERI

AUDIT BERBASIS ISA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing 1

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ranti Melani Syafitri 185154023
Siti Asri Septiani 185154026
Yelza Diasca 185154032
2 AC A

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
PETA KONSEP
RISK ASSESSMENT (MENILAI RESIKO)

Dalam tahap I yang dilakukan auditor dalam mengaudit laporan keuangan yaitu
melaksanakan prosedur penilaian risiko yang bertujuan untuk menentukan ada/tidaknya risiko
salah saji yang material. Langkah-langkah utama dalam tahap audit pertama (tahap risk
assessment) terdiri atas berikut ini:

PRA PENUGASAN

Pada langkah ini auditor memutuskan apakah akan menerima (jika merupakan penugasan
pertama) atau melanjutkan (jika merupakan penugasan ulangan) atau menolak penugasan.
Sebelum membuat keputusan untuk menerima/melanjutkan/menolak penugasan, langkah
pertama yang dilakukan yaitu menilai kemampuan KAP untuk melaksanan penugasan dan risiko
terkait dengan cara mengumpulkan informasi yang dapat menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakah KAP mempunyai SDM, waktu, kompetensi yang memadai untuk menangani
penugasan tsb?
2. Apakah KAP independed? Ada benturan kepentingan?
3. Jika menerima penugasan, apakah risikonya acceptable?

Lalu langkah selanjutnya yaitu melakukan pengecekan latar belakang klien dengan cara
memvalidasi aspek penting dalam penilaian resiko kepada pihak ketiga untuk memastikan bahwa
informasi yang diperoleh dari entitas memang akurat.

Jawaban atas pertanyaan dan langkah diatas merupakan dasar dari keputusan menerima
atau menolak penugasan. Jika keputusannya adalah menerima penugasan, maka kondisi-kondisi
berikut harus diperhatikan :

1. Apakah syarat-syarat (pra kondisi) yang harus dipenuhi entitas sebelum penugasan
diterima sudah ada?
2. Apakah ada pembatasan lingkup penugasan?
3. Apakah kedua pihak menyepakati syarat-syarat penugasan?

Jika semua kondisi dia atas memuaskan adanya, siapkan surat atau akta perikatan dan
ditandatangani.

PERENCANAAN
Pada langkah ini berkaitan dengan perencanaan audit dengan tujuan menghasilkan strategi
audit dan rencana audit secara menyeluruh yang diikuti dengan dokumentasi. Berikut ini
kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan
1. Menentukan materialitas
Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalam proses
perencanaan. Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya
menggunakan suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark. Sifat dari acuan ini dan
besarnya persentase didasarkan pada kearifan profesional. Penggunaan materialitas dalam
perencanaan dan pernilai resiko
1) Perencanaan (Strategi Menyeluruh dan Rencana Audit)
a) Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit;
b) Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh.
c) Merencanakan sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit tertentu;
d) Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall materiality atau
performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;
e) Menemukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality,
sesuai dengan kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu, tergantung tingkat risiko yang dikehendaki untuk masing-masing item
tersebut;
f) Menevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustments atau
revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan merevisi
sifat, waktu pelaksanaan dan luas prosedur sesuai keadaan.
2) Prosedur penilaian risiko
a) Mengidentifikasi prosedur penilaian risiko (risk assessment procedure) apa saja
yang diperlukan.
b) Menetapkan konteks atau rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang
diperoleh.
c) Menilai besar dan dampak dari risiko yang di/teridentifikasi
d) Menilai hasil dari prosedur penilaian risiko.
3) Pertemuan tim penugasan
a) Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan keuangan
diidentifikasi dan apa yang layaknya menjadi ekspektasi mereka dalam membuat
keputusan ekonomis.
b) Menyusun strategi audit menyeluruh (overall audit strategy)
c) Menentukan luasnya pengujian
d) Mengidentifikasi masalah audit yang gawat (critical audit issues ) dan area yang
memerlukan perhatian atau penekanan audit.

2. Melakukan pertemuan dengan tim audit untuk perencanaan


Dalam penugasan yang lebih besar, pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh
sebelum dimulainya pekerjaan lapangan. Untuk penugasan yang sangat kecil, perencaan
justru melalui diskusi singkat pada awal penugasan dan selama audit berjalan. Pertemuan
mengenai perencanaan ini membahas :
1) Materialitas
2) Insight mengenai entitas
3) Potensi risiko bisnis dan risiko kecurangan
4) Dimana/bagaiman laporan keuangan rentan salah saji yang material
5) Rencana audit yang mencakup apa, siapa, di mana, kapan
6) Supervise dan review

3. Merumuskan strategi audit yang menyeluruh


Strategi audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan yang berasal dari langkah-
langkah dasar berikut ini :
1) Cara memulainya
 Lakukan kegiatan pra penugasan
 Kumpulkan informasi yang relevan tentang enitas seperti hasil usaha tahun
berjalan, hasil audit tahun lalu, dan perubahan penting dalam tahun ini
 Tunjuk staf, pengendali mutu dan ahli yang diperlukan
 Jadwalkan pertemuan tim audit dan partner penugasannya untuk membahas
kemungkinan salah saji yang material
 Tentukan tanggal penting dari dari pekerjaan audit harus dilakukan
2) Menilai resiko dan memberikan tanggapan
 Tentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dan
performance materiality
 Tentukan sifat dan luasnya prosedur penilaian resiko yang harus dilakukan dan
siapa yang akan melaksanakannya
 Sesudah risiko dinilai pada tingkat laporan keuangan, buat tanggapan secara
keseluruhan yang tepat
 Komunikasikan garis besar lingkup dan waktu yang direncanakan untuk audit itu
kepada TCWG
 Mutakhirkan dan ubah strategi dan rencana audit jika ada perubahan situasi.

PENILAIAN RESIKO

1. Menentukan dan menilai resiko bawaan


1) Menentukan atau mengidentifikasi resiko bawaan
Tiga langkah mengidentifikasi risiko :
a. Langkah 1 – kumpulkan informasi dasar entitas
Informasi dasar ini yaitu informasi yang relevan tentang entitas, tujuan entitas,
budaya perusahaan, operasi, pegawai, eksekutif kunci, struktur organisasi dan
pengendalian intern.

b. Langkah 2 – Rancang, laksanakan, dan dokumentasikan prosedur penilaian resiko


 Rancang dan laksanakan prosedur penilaian resiko dengan pemahaman dasar
tentang entitas
 Lakukan pertemuan dengan anggota tim audit mengenai kerentanan laporan
keuangan terhadap salah saji yang material
 Tanyakan kepada manajemen bagaimana mereka mengidentifikasi dan
mengelola faktor risiko dan faktor risiko apa yang sudah mereka identifikasi
dan kelola. Juga tanyakan apakah keselahan atau kecurangan betul-betul
terjadi.

c. Langkah 3 – hubungkan resiko yang diidentifikasi dengan area dalam laporan


keuagan
 Tentukan dampak salah saji yang spesifik untuk setiap faktor risiko yang bisa
terjadi pada laporan keuangan
 Hubungkan atau petakan risiko yang diidentifikasi ke area tertentu dalam
laporan keuangan. Jika risiko yang diidentifikasi bersifat pervasive, hubungkan
dengan laporan keuagan secara keseluruhan. Identifikasi dampak risiko
menurut area dalam laporan keuangan
 Identifikasi dampak risiko pervasive
2) Menilai resiko bawaan
Langkah berikutnya adalah menilai resiko yang diidentifikasi dan menentukan berapa
pentingnya risiko tersebut untuk mengaudit laporan keuangan. Langkah dalam menilai
risiko bawaan dapat dilakukan dengan menjawb pertanyaan berikut
a. Berapa besarnya peluang terjadinya salah saji dalam laporan keuangan akibat resiko
tersebut? Auditor dapat mengevaluasi probabilitas ini dengan sederhana yakni
apakah probabilitasnya tinggi, sedang rendah. Atau dapat dengan memberi skor
antara 1 sampai dengan 5, dimana skor yang lebih tinggi peluang terjadinya lebih
besar
b. Berapa besar dampak moneternya jika risiko itu menjadi kenyataan? Dalam menilai
dampak ini dapat dikelompokkan menjadi tinggi, sedang, atau rendah. Atau dengan
memberi skor dimana skor yang lebih tinggi berarti besaran resiko yang lebih tinggi
pula.
2. Menentukan dan menilai resiko pengendalian
3. Mengomunikasikan kelemahan dan kekurangan yang di temukan
 Auditor wajib menentukan apakah auditor telah mengidentifikasi satu atau beberapa
kelemahan dalam pengendalian internal.
 Jika auditor telah mengidentifikasi satu atau beberapa kelemahan dalam pengendalian
internal, auditor wajib menentukan apakah kelemahan pengendalian internal tersebut
signifikan.
 Auditor wajib mengomunikasikan secara lisan kepada manajemen pada tingkat
tanggung jawab yang tepat secara tepat waktu
 Auditor wajib mengomunikasikan secara tertulis kelemahan pengendalian internal yang
signifikan kepada TCWG secara tepat waktu
 Tidak ada pembatasan mengenai kelemahan pengendalian internal apa yang dapat
dikomunikasikan kepada TCWG dan manajemen. Namun ketika kelemahan
pengendalian internal dinilai signifikan, auditor pertama-tama perlu membahasnya
dengan manajemen, dan ia kemudian harus mengomunikasikannya secara tertulis
kepada TCWG.
 Manajemen dan TCWG bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan yang tepat
terhadap komunikasi auditor tentang kelemahan pengendalian intern dan rekomendasi
mengenai tindakan perbaikan. Tanggapan ini dapat berupa pelaksanaan perbaikan,
keputusan tidak melaksanakan perbaikan, dan tidak bertindak sama sekali
 Apa pun tanggapan manajemen auditor wajib mengomunikasikan semua kelemahan
pengendalian internal yang signifikan secara tertulis kepada TCWG.
 Komunikasi tertulis mengenai kelemahan pengendalian internal secara yang signifikan
biasanya meliputi :
i. Penjelasan mengenai setiap kelemahan yang signifikan dan dampak yang
mungkin terjadi
ii. Usulan untuk memperbaiki kelemahan tersebut
iii. Tanggapan manajemen
iv. Pernyataan apakan auditor mengambil langkah untuk memverifikasi apakah
tanggapan manajemen memang diimplementasikan

RISK RESPONSE (MENANGGAPI RISIKO)

Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah
saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi. Berikut kutipan dari ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 2 :
“Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko yang dinilai,
dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.”

RENCANA AUDIT YANG TANGGAP (RESPONSIVE AUDIT PLAN)


Dalam Tahapan ini auditor:
1. Auditor menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat keuangan dan pada
tingkat asersi.
2. Mengembangkan prosedur audit responsive, yakni prosedur audit yang menanggapi risiko
yang dinilai.
Kearifan profesional (professional judgment) dan pemikiran yang cermat diperlukan untuk
menyusun rencana audit dalam memberi tanggapan yang tepat pada risiko yang dinilai (assessed
risks). Waktu untuk menyusun rencana yang tepat hampir dapat dipastikan akan menghasilkan
audit yang efektif dan efisien, dan penghematan waktu audit. Ada tiga langkah umum yang
dijalankan auditor dalam menyusun rencana:
• Tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan (atau tanggal menyeluruh,
overall response)
• Identifikasi prosedur tertentu yang diperlukan untuk area laporan keuangan yang
material, dan
• Tentukan prosedur audit dan luasnya.
Tanggapan auditor terhadap risiko yang dinilai untuk riiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang :
1. Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laproan
keuangan;
2. Menangani area laporan keuangan yang material; dan
3. Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi risiko
salah saji material, pada tingkat asersi.

PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA


Prosedur substantif berdasarkan ISA
ISA 330.18 : Apapun hasil penilaian risiko atas salah saji material, auditor wajib
merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan
disclosure (alinea A42-A47).
Berikut ada dua jenis prosedur substantive:
 Test of details (uji rinci) : Prosedur yang melihat substansi dengan menganalisis rincian
atau detailnya. Dipakai untuk mengumpulkan bukti audit yang memastikan angka dalam
laporan keuangan berkenaan dengan asersi seperti existence, accuracy, dan valuation.
 Substantive analytical procedures : prosedur ini menggunakan hubungan antara data
keuangan dan data non keuangan yang dapat diprakirakan, umumnya diterapkan pada
transaksi yang besar volumenya karena dalam kurun waktu yang cukup panjang.

Uji pengendalian
ISA 330.11 : Auditor wajib menguji pengendalian untuk jangka waktu tertentu, atau untuk
suatu periode, di mana auditor berniat memanfaatkan pengendalian tersebut, dengan
memperhatikan alinea 12 dan 15 di bawah, untuk memberikan dasar / alasan yang tepat
mengenai niat tersebut (auditor's intended reliance). (lihat alinea A32).
Uji pengendalian atau tests of controls dirancang untuk memperoleh bukti mengenai
berfungsinya pengendalian di dalam setiap unsur dari kelima unsur pengendalian internal.

Konfirmasi eksternal
ISA 330.19 : Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal
dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif (alinea A48-A51).
Konfirmasi eksternal sering digunakan untuk membuktikan lengkapnya suatu utang atau
kewajiban dan eksistensi/adanya suatu aset. Konfirmasi eksternal juga dapat memberikan bukti
apakah angka-angka telah dicatat dengan akurat dan dalam periode yang benar (asersi mengenai
pisah batas atau cut-Off).
Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib mengendalikan
seluruh proses permintaan konfirmasi, termasuk:
 Menentukan informasi yang harus dikonfirmasi atau akan diminta;
 Memilih siapa yang akan dimintakan konfirmasinya;
 Merancang permintaan konfirmasi, termasuk menentukan siapa/pada tingkat apa yang
dituju dan informasi yang langsung disampaikan kepada auditor;
 Mengirimkan formulir konfirmasi, termasuk permintaan informasi tindak lanjut, jika
diperlukan, kepada pihak yang dimintakan konfirmasinya.

MENENTUKAN LUASNYA PENGUJIAN


Luasnya prosedur substantif
Makin besar risiko salah saji material, makin luas prosedur substantive yang diperlukan.
Luasnya prosedur substantive dapat dikurangi dengan menguji berfungsinya pengendalian
internal. Namun, jika hasil uji pengendalian tidak memuaskan, luasnya prosedur substantive
mungkin harus ditambah

Luasnya prosedur analitikal substantif


Dalam merancang prosedur analitikal substantive auditor :
 Menetapkan selisih antara angka yang dicatat dan angka ekspetasi, yang tidak
memerlukan penyelidikam lebih lanjut. Angka (selisih) ini terutama dipengaruhi oleh
angka materialitas dan konsiten dengan tingkat pengurangan risiko yang diinginkan
(desired level of risk reduction).
 Memperhitungkan kemungkinan bahwa gabungan salah saji dalam saldo akun,
transaksi, atau disclosure tertentu, bisa mencapai angka agregat salah saji yang tidak
dapat diterima.
 Meningkatkan tingkat pengurangan risiko yang diinginkan (desired level of risk
reduction) ketika risiko salah saji material meningkat.

Mengevaluasi Penyimpangan
 Identifikasi adanya penyimpangan (deviations).
 Pertimbangan dengan saksama sifat dan sebab dari setiap penyimpangan.
 Perhatikan kemungkinan sampling risk.

MENDOKUMENTASIKAN PEKERJAAN AUDIT


Butir Pertimbangan :
Dokumentasi yang tepat waktu : Membantu meningkatkan mutu audit, dan memfasilitasi
reviu dan evaluasi bukti audit secara efektif dan memperlancar kesimpulan yang diambill
sebelum laporan audit difinalkan.
Apakah file audit merupakan sesuatu yang utuh? : Dokumentasi audit harus jelas dan dapat
dipahami tanpa penjelasan tambahan secara lisan.
Tidak konsisten : Pastikan ada dokumentasi yang menjelaskan bagaimana auditor
menyelesaikan ketidakkonsistenan tersebut.

REPRESENTASI TERTULIS
Surat representasi diperoleh menjelang akhir/mendekati (dan tidak sesudah) tanggal
laporan auditor atas laporan keuangan. Auditor harus meminta kepada manajemen untuk
memberikan representasi tertulis bahwa:
 Manajemen sudah memenuhi tanggung jawabnya atas pembuatan laporan keuangan
sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Manajemen sudah memberikan kepada auditor semua informasi yang relevan dan akses
sebagai disepakati dalam persyaratan penugasan audit.
 Semua transaksi sudah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan.
 Representasi manajemen mendukung bukti audit lainnya yang relevan untuk laporan
keuangan atau satu atau lebih asersi tertentu dalam laporan keuangan.
REPORTING (PELAPORAN)
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit dan assurance
karena mengomunikasikan temuan temuan auditor. Para pemakai laporan keuangan
mengandalkan laporan auditor untuk memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan.
Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit dimana menyatakan
pendapat auditor mengenai kelayakan laporan keuangan perusahaan yang sudah sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Penyusunan laporan audit harus
berdasarkan empat standar pelaporan yang ada dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP).

Standar Pelaporan Laporan Audit


 Laporan audit harus membuat laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
 Laporan audit harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode terkini, dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai, kecuali jika
dinyatakan lain dalam laporan audit.
 Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa terdapat pernyataan yang tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Fungsi Laporan Audit


Laporan audit menurut Modul Manajemen Audit BPK-RI berfungsi untuk:
 Mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah yang berwenang, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Membuat hasil audit agar terhindar dari kesalahpahaman.
 Membuat hasil audit sebagai bahan untuk perbaikan institusi terkait.
 Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan jika ada tindakan perbaikan yang perlu
dilakukan terhadap perusahaan.

Adapun kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 3 tentang
reporting adalah:
 Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasakan evaluasi yang ditarik atas
bukti audit yg diperoleh.
ISA 700.11 menyatakan bahwa untuk merumuskan opini, auditor wajib
menyimpulkan mengenai apakah auditor telah memperoleh jaminan yang memadai dan
wajar tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang
material dan apakah karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan
memperhitungkan: a) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit cukup dan
tepat telah diperoleh b) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 450, apakah salah saji yang
belum dikoreksi, secara terpisah atau tergabung, adalah material c) Evaluasi yang
diwajibkan oleh alinea 12-15 Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan
dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan ketentuan/ persyaratan yang
berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan mengenai aspek kualitatif dari praktik
akuntansi entitas itu, termasuk indikator mengenai kemungkinan bias dalam pandangan
dan pemikiran manajemen (ISA 700.12).
Adapun auditor dapat mengumpulkan bukti audit berupa:
- Pemeriksaan fisik: inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau
asset yang berwujud
- Konfirmasi : penerimaan respons tertulis langsung dari pihak ketiga yang independen
yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor
- Inspeksi : pemeriksaan oleh auditor atas dokumen atau catatan klien untuk mendukung
informasi yang tersaji arau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan
- Prosedur analitis : analisisis atas hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan
non keuangan
-Tanya jawab/Wawancara : upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai respon atas pertanyaan yang diajukan
-Rekalkulasi : pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien
-Pelaksanaan Ulang : pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau
pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan pengendalian internal klien
-Observasi : Mengamati proses atau prosedur yang dilaksanakan orang lain
 Memberikan opini yang jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar
pendapat tersebut
Opini yang terdapat dalam laporan tertulis audit, dibagi menjadi empat kategori,
diantaranya
-Wajar Tanpa Pengecualian, bisa terjadi karena semua laporan termasuk ke dalam
laporan keuangan, bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, laporan keuangan
telah disajikan sesuai prinsip berlaku umum atau kerangka kerja akuntansi lain yang
sesuai, tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf.
-Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan, bisa terjadi karena laporan
keuangan memenuhi kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan, disajikan
secara wajar, tetapi auditor merasa penting menambahkan paragraf penjelasan
-Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), bisa dikarenakan kesalahan penyajian
(baik secara kolektif atau individual) adalah material tetapi tidak perpasif terhadap
laporan keuangan, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari auditor, laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai GAAP.
-Tidak Wajar (Adverse Opinion), bisa terjadi karena auditor yakin bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas
sesuai dengan GAAP
-Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion), bisa terjadi karena auditor tidak
dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan wajar,
ruang lingkup audit dibatasi, dan tidak independen

Tahap ini terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yang diperlukan dan
menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah. Dalam tahap ini sangat penting menentukan :
 Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang dinilai

 Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit sudah tepat

 Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami

 Risiko tambahan sudah dinilai dengan tepat dan prosedur audit selanjutnya, sudah
dilaksanakan sebagamana diwajibkan (ISAa)

Anda mungkin juga menyukai