Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ranti Melani Syafitri 185154023
Siti Asri Septiani 185154026
Yelza Diasca 185154032
2 AC A
Dalam tahap I yang dilakukan auditor dalam mengaudit laporan keuangan yaitu
melaksanakan prosedur penilaian risiko yang bertujuan untuk menentukan ada/tidaknya risiko
salah saji yang material. Langkah-langkah utama dalam tahap audit pertama (tahap risk
assessment) terdiri atas berikut ini:
PRA PENUGASAN
Pada langkah ini auditor memutuskan apakah akan menerima (jika merupakan penugasan
pertama) atau melanjutkan (jika merupakan penugasan ulangan) atau menolak penugasan.
Sebelum membuat keputusan untuk menerima/melanjutkan/menolak penugasan, langkah
pertama yang dilakukan yaitu menilai kemampuan KAP untuk melaksanan penugasan dan risiko
terkait dengan cara mengumpulkan informasi yang dapat menjawab pertanyaan berikut :
1. Apakah KAP mempunyai SDM, waktu, kompetensi yang memadai untuk menangani
penugasan tsb?
2. Apakah KAP independed? Ada benturan kepentingan?
3. Jika menerima penugasan, apakah risikonya acceptable?
Lalu langkah selanjutnya yaitu melakukan pengecekan latar belakang klien dengan cara
memvalidasi aspek penting dalam penilaian resiko kepada pihak ketiga untuk memastikan bahwa
informasi yang diperoleh dari entitas memang akurat.
Jawaban atas pertanyaan dan langkah diatas merupakan dasar dari keputusan menerima
atau menolak penugasan. Jika keputusannya adalah menerima penugasan, maka kondisi-kondisi
berikut harus diperhatikan :
1. Apakah syarat-syarat (pra kondisi) yang harus dipenuhi entitas sebelum penugasan
diterima sudah ada?
2. Apakah ada pembatasan lingkup penugasan?
3. Apakah kedua pihak menyepakati syarat-syarat penugasan?
Jika semua kondisi dia atas memuaskan adanya, siapkan surat atau akta perikatan dan
ditandatangani.
PERENCANAAN
Pada langkah ini berkaitan dengan perencanaan audit dengan tujuan menghasilkan strategi
audit dan rencana audit secara menyeluruh yang diikuti dengan dokumentasi. Berikut ini
kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan
1. Menentukan materialitas
Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalam proses
perencanaan. Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya
menggunakan suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark. Sifat dari acuan ini dan
besarnya persentase didasarkan pada kearifan profesional. Penggunaan materialitas dalam
perencanaan dan pernilai resiko
1) Perencanaan (Strategi Menyeluruh dan Rencana Audit)
a) Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit;
b) Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh.
c) Merencanakan sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit tertentu;
d) Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall materiality atau
performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;
e) Menemukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality,
sesuai dengan kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu, tergantung tingkat risiko yang dikehendaki untuk masing-masing item
tersebut;
f) Menevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustments atau
revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan merevisi
sifat, waktu pelaksanaan dan luas prosedur sesuai keadaan.
2) Prosedur penilaian risiko
a) Mengidentifikasi prosedur penilaian risiko (risk assessment procedure) apa saja
yang diperlukan.
b) Menetapkan konteks atau rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang
diperoleh.
c) Menilai besar dan dampak dari risiko yang di/teridentifikasi
d) Menilai hasil dari prosedur penilaian risiko.
3) Pertemuan tim penugasan
a) Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan keuangan
diidentifikasi dan apa yang layaknya menjadi ekspektasi mereka dalam membuat
keputusan ekonomis.
b) Menyusun strategi audit menyeluruh (overall audit strategy)
c) Menentukan luasnya pengujian
d) Mengidentifikasi masalah audit yang gawat (critical audit issues ) dan area yang
memerlukan perhatian atau penekanan audit.
PENILAIAN RESIKO
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah
saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan
asersi. Berikut kutipan dari ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 2 :
“Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko yang dinilai,
dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.”
Uji pengendalian
ISA 330.11 : Auditor wajib menguji pengendalian untuk jangka waktu tertentu, atau untuk
suatu periode, di mana auditor berniat memanfaatkan pengendalian tersebut, dengan
memperhatikan alinea 12 dan 15 di bawah, untuk memberikan dasar / alasan yang tepat
mengenai niat tersebut (auditor's intended reliance). (lihat alinea A32).
Uji pengendalian atau tests of controls dirancang untuk memperoleh bukti mengenai
berfungsinya pengendalian di dalam setiap unsur dari kelima unsur pengendalian internal.
Konfirmasi eksternal
ISA 330.19 : Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal
dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif (alinea A48-A51).
Konfirmasi eksternal sering digunakan untuk membuktikan lengkapnya suatu utang atau
kewajiban dan eksistensi/adanya suatu aset. Konfirmasi eksternal juga dapat memberikan bukti
apakah angka-angka telah dicatat dengan akurat dan dalam periode yang benar (asersi mengenai
pisah batas atau cut-Off).
Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib mengendalikan
seluruh proses permintaan konfirmasi, termasuk:
Menentukan informasi yang harus dikonfirmasi atau akan diminta;
Memilih siapa yang akan dimintakan konfirmasinya;
Merancang permintaan konfirmasi, termasuk menentukan siapa/pada tingkat apa yang
dituju dan informasi yang langsung disampaikan kepada auditor;
Mengirimkan formulir konfirmasi, termasuk permintaan informasi tindak lanjut, jika
diperlukan, kepada pihak yang dimintakan konfirmasinya.
Mengevaluasi Penyimpangan
Identifikasi adanya penyimpangan (deviations).
Pertimbangan dengan saksama sifat dan sebab dari setiap penyimpangan.
Perhatikan kemungkinan sampling risk.
REPRESENTASI TERTULIS
Surat representasi diperoleh menjelang akhir/mendekati (dan tidak sesudah) tanggal
laporan auditor atas laporan keuangan. Auditor harus meminta kepada manajemen untuk
memberikan representasi tertulis bahwa:
Manajemen sudah memenuhi tanggung jawabnya atas pembuatan laporan keuangan
sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Manajemen sudah memberikan kepada auditor semua informasi yang relevan dan akses
sebagai disepakati dalam persyaratan penugasan audit.
Semua transaksi sudah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan.
Representasi manajemen mendukung bukti audit lainnya yang relevan untuk laporan
keuangan atau satu atau lebih asersi tertentu dalam laporan keuangan.
REPORTING (PELAPORAN)
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit dan assurance
karena mengomunikasikan temuan temuan auditor. Para pemakai laporan keuangan
mengandalkan laporan auditor untuk memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan.
Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit dimana menyatakan
pendapat auditor mengenai kelayakan laporan keuangan perusahaan yang sudah sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Penyusunan laporan audit harus
berdasarkan empat standar pelaporan yang ada dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP).
Adapun kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 3 tentang
reporting adalah:
Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasakan evaluasi yang ditarik atas
bukti audit yg diperoleh.
ISA 700.11 menyatakan bahwa untuk merumuskan opini, auditor wajib
menyimpulkan mengenai apakah auditor telah memperoleh jaminan yang memadai dan
wajar tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang
material dan apakah karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan
memperhitungkan: a) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit cukup dan
tepat telah diperoleh b) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 450, apakah salah saji yang
belum dikoreksi, secara terpisah atau tergabung, adalah material c) Evaluasi yang
diwajibkan oleh alinea 12-15 Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan
dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan ketentuan/ persyaratan yang
berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan mengenai aspek kualitatif dari praktik
akuntansi entitas itu, termasuk indikator mengenai kemungkinan bias dalam pandangan
dan pemikiran manajemen (ISA 700.12).
Adapun auditor dapat mengumpulkan bukti audit berupa:
- Pemeriksaan fisik: inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau
asset yang berwujud
- Konfirmasi : penerimaan respons tertulis langsung dari pihak ketiga yang independen
yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor
- Inspeksi : pemeriksaan oleh auditor atas dokumen atau catatan klien untuk mendukung
informasi yang tersaji arau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan
- Prosedur analitis : analisisis atas hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan
non keuangan
-Tanya jawab/Wawancara : upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai respon atas pertanyaan yang diajukan
-Rekalkulasi : pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien
-Pelaksanaan Ulang : pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau
pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan pengendalian internal klien
-Observasi : Mengamati proses atau prosedur yang dilaksanakan orang lain
Memberikan opini yang jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar
pendapat tersebut
Opini yang terdapat dalam laporan tertulis audit, dibagi menjadi empat kategori,
diantaranya
-Wajar Tanpa Pengecualian, bisa terjadi karena semua laporan termasuk ke dalam
laporan keuangan, bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, laporan keuangan
telah disajikan sesuai prinsip berlaku umum atau kerangka kerja akuntansi lain yang
sesuai, tidak ada situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf.
-Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan, bisa terjadi karena laporan
keuangan memenuhi kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan, disajikan
secara wajar, tetapi auditor merasa penting menambahkan paragraf penjelasan
-Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), bisa dikarenakan kesalahan penyajian
(baik secara kolektif atau individual) adalah material tetapi tidak perpasif terhadap
laporan keuangan, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari auditor, laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai GAAP.
-Tidak Wajar (Adverse Opinion), bisa terjadi karena auditor yakin bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas
sesuai dengan GAAP
-Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion), bisa terjadi karena auditor tidak
dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan wajar,
ruang lingkup audit dibatasi, dan tidak independen
Tahap ini terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yang diperlukan dan
menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah. Dalam tahap ini sangat penting menentukan :
Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang dinilai
Risiko tambahan sudah dinilai dengan tepat dan prosedur audit selanjutnya, sudah
dilaksanakan sebagamana diwajibkan (ISAa)