Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MATERIALITAS & PROSEDUR PENILAIAN RISIKO”

Dosen Pengampu:

Dr. Cornelius Rante Langi, SE., MM., Ak., CA., CTA., CPA., CSRS., BKP

Disusun Oleh Kelonpok 2:

1. Azyza Rama Sumady 2101036001


2. Dita Amelia Ananta 2101036023
3. Ira Choiri 2101036030
4. Yunissa Angggraini 2101036136
5. Endang 2101036179

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Proses Penentuan Materialitas.......................................................................5
2.2 Prosedur Penilaian Risiko..............................................................................5
2.3 Konsep Materialitas Pada Dua Tingkat Dalam Merencanakan Suatu Audit. 8
2.4 Konsep Materialitas Dalam Audit Laporan Keuangan..................................9
2.5 Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit....................................11
2.6 Risiko Audit.................................................................................................11
2.7 Prosedur Penilaian Risiko.......................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materialitas dan prosedur penilaian risiko dalam auditing adalah konsep


dasar yang sangat penting dalam praktik audit keuangan, karena kedua hal
tersebut membantu auditor dalam mengevaluasi dam memahami tingkat risiko
yang terkait dengan entitas yang diaudit, serta menentukan apakah kesalahan
material mungkin ada dalam laporan keuangan atau tidak.
Auditor harus mempertimbangkan materialitas saat merencanakan dan
melaksanakan audit. Dalam proses penentuan materialitas, auditor
mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk ukuran dan sifat entitas yang
diaudit, serta siapa yang akan menggunakan laporan keuangan. Auditor juga
harus memperhitungkan risiko yang terkait dengan kesalahan mateerial. Jika
auditor menemukan kesalahan yang dianggap material, maka harus
melaporkannya dalam laporan audit. Sedangkan dalam prosedur penilaian
risiko auditor menggunakan beberapa metode untuk menilai risiko, termasuk
analisis industri , pemahaman bisnis entitas, serta identifikasi faktor internal
dan eksternal yang dapat mempengaruhi penyusunan laporan keuangan.
Berdasarkan penilaian risiko auditor akan menentukan tingkat pengujian yang
diperlukan agar risiko audit dapat berkurang sehingga tingkat risiko yang
diterima adalah tingkat yang wajar.
Kombinasi antara penentuan materialitas dan prosedur penilaian risiko
membantu auditor dalam merencanakan dan melaksanakan audit yang efisien
dan efektif. Dengan demikian, auditor dapat memberikan keyakinan yang
memadai kepada pengguna laporan keuangan mengenai keandalan laporan
serta dapat mengidentifikasi kesalahan material yang perlu dicatat dan
dilaporkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan menjadi dasar pembahasan pada makalah ini
antara lain:
1. Bagaimana proses penentuan materialitas?
2. Apa-apa saja prosedur dalam penilaian risiko?
3. Bagaimana konsep materialitas pada dua tingkat dalam
merencanakan suatu audit?
4. Apa saja konsep materialitas dalam audit laporan keuangan?
5. Apa hubungan materialitas dan bukti audit?

1.3 Tujuan

Tujuan dari isi pembahasan pada makalah ini antara lain:

1. Memahami terkait proses penentuan materialitas.


2. Mengetahui isi prosedur dalam penilaian risiko.
3. Mengetahui konsep materialitas pada dua tingkat dalam
merencanakan suatu audit.
4. Mengetahui konsep materialitas dalam audit laporan keuangan.
5. Mengetahui hubungan materialitas dan bukti audit.

.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Penentuan Materialitas

Dalam auditing proses menentukan materialitas disebut juga proses


berpikir kritis. Berikut proses penentuan materialitas dalam auditing:

1. Risk Assessment (Penilaian Risiko)


 Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas untuk laporan
keuangan secara menyeluruh dan performance materiality (materialitas
pelaksanaan).
 Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus dilaksanakan.
 Mengidentifikasikan dan menilai risiko salah saji yang material.

2. Risk Response (Menanggapi Risiko)


 Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extend)
prosedur audit selanjutnya (further audit procedures).
 Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan situasi (change
in circumstances) selama audit berlangsung.
3. Reporting (Pelaporan)
 Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas itu.
 Merumuskan pendapat auditor.

2.2 Prosedur Penilaian Risiko

Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi


serta menilai risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak memberikan
bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini audit.

Berikut prosedur penilaian risiko:

1. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries


of management and others) : ISA 240
 ISA 240.17
a. Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji yang material
dalam laporan keuangan karena kecurangan, termasuk tentang
sifat, luas dan berapa seringnya penilaian tersebut dilakukan.
b. Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menanggapi risiko kecurangan dalam suatu entitas, termasuk risiko
kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen atau yang
dilaporkan kepada manajemen, atau risiko kecurangan mungkin
terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan.
c. Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang
dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi
risiko kecurangan dalam entitas itu.
d. Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang
pandangan manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan
perilaku etis.
 ISA 240.18

Auditor wajib menanyakan kepada manajamen, dan pihak lain di


dalam entitas, untuk menentukan apakah mereka mengetahui
kecurangan yang terjadi, yang disangka terjadi, atau yang dituduhkan,
yang mempunyai dampak pada entitas.

 ISA 240.20

Auditor wajib memperoleh pemahaman tentang bagaimana TCWG


melaksanakan pengawasan terhadap proses yang dilakukan manajemen
untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
entitas itu dan pengendalian intern yang dibangun manajemen untuk
menanggulangi risiko tersebut, kecuali jika TCWG terlibat dalam
mengelola entitas,

 ISA 240.21
Auditor wajib menanyakan kepada TCWG untuk menentukan
apakah TCWG mengetahui tentang kecurangan yang terjadi, yang
dicurigai, atau yaqng dituduhkan, yang berdampak pada entitas,
kecuali jika TCWG terlibat dalam mengelola entitas. Pertanyaan
tersebut diajukan untuk memperkuat tanggapan atas pertanyaan serupa
kepada manajemen.

2. Pengamatan dan inspeksi


 Pengamatan/observasi

Pertimbangkan untuk mengamati:

a.) Bagaimana entitas beroperasi dan dikelola.


b.) Bangunan, pabrik, dan fasilitas lainnya yang digunakan atau
dimiliki entitas.
c.) Gaya kepepimpinan manajemen dalam bidang operasional dan
sikapnya terhadap pengendalian intern.
d.) Pelaksanaan berbagaii prosedur pengendalian intern
e.) Kepatuhan terhadap kebijakan utama

 Inspeksi

Pertimbangkan untuk menginspeksi dokumen seperti:

a.) Rencana bisnis, strategi, dan proposal bisnis.


b.) Kajian industri dan laporan media mengenai entitas.
c.) Kontrak dan komitmen besar.
d.) Ketentuan perundangan dan korespondensi dengan regulator.
e.) Korespondensi dengan pengacara, bankir, dan pemangku
kepentingan lainnya.
f.) Kebijakan dan catatan akuntansi.
g.) Buku pedoman pengendalian intern.
h.) Laporan yang dibuat manajemen.
i.) Laporan lain seperti risalah rapat TCWG dan laporan konsultan,
dan lain-lain.
3. Prosedur analitikal
 Tentukan hubungan antardata
a.) Laporan keuangan dengan pembanding tahun-tahun yang lalu.
b.) Budget, prakiraan, dan ekstrapolasi.
c.) Informasi tentang inndustri di mana entitas beroperasi dan kondisi
ekonomi pada saat ini.
 Bandingkan, bandingkan ekspektasi dengan jumlah yang dicatat atau
rasio berdasarkan jumlah yang dicatat.
 Evaluasi hasil, jika ditemukan hubungan luar biasa atau tak terduga,
pertimbangkan potensi salah saji yang material.

2.3 Konsep Materialitas Pada Dua Tingkat Dalam Merencanakan Suatu


Audit

Istilah “overall” dan “specific” yang digunakan dalam pembahasan yang


lain digunakan semata-mata untuk pembahasan dalam buku ini, dan bukan
merupakan istilah yang digunakan ISA. Dalam pembahasan ini “overall”
materiality adalah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.
Sedangkan “specific” materiality adalah materialitas untuk jenistransaksi,
saldo akun atau pengungkapan (disclosures) tertentu.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada


dua tingkat berikut:

 Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai


kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan.
 Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam
memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan
keuangan.

1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan


Materialitas laporan keuangan (financial statement materiality) adalah
salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup
penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam membuat suatu
pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas, auditor mula-mula
menentukan tingkat agreat (keseluruhan) materialitas untuk setiap laporan.
Sebagai contoh,diperkirakan bahwa kekliruan berjumlah $100.000 untuk
laporan laba-rugi dan $200.000 untuk neraca akan materialitas. Dalam
kasus ini tidak tepat bagi auditor untuk menggunakan materialitas neraca
dalam merencanakan audit karena jika salah saji dalam neraca yang
berjumlahhingga $200.000 juga mempengaruhi laporan laba-rugi, laporan
labar-rugi akan mengandung salah saji yang material. Untuk tujuan
perencanaan, auditor harus menggunakaan tingkat agregat terkecil
darisalah saji yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap laporan
keuangan. Peraturan keputusan ini tepat karena :

(1) laporan keuangan saling berkaitan dan

(2) banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan
keuangan.

2. Materialitas pada tingkat saldo akun

Materialitas saldo akun (account balance materiality) adalah saji


minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap
mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal
sebagai salah saji yang dapat ditolerir (torerable misstatement). Dalam
membuat pertimbangan mengenai materialitas pada tingkat saldo akun,
auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada
tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan.
Pertimbangan ini harus mengarahkan auditor untuk merencanakan audit
guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material secara individual,
tetapi apabila diagregasi dengan salah saji pada saldo akun lainnya,
mngkin akan material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
2.4 Konsep Materialitas Dalam Audit Laporan Keuangan

Terdapat empat konsep materialitas dalam auidit laporan keuangan,


diantaranya :
1. “Overall” materiality
Didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak
terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika
auditor memperoleh informasi yang menyebabkan ia menentukan
angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkannya semula,angka
materialitas semuala seharusnyadirevisi
2. “Overall” performance materiality
DIitetapkan lebih rendah dari overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko
tertentu (tanpa mengubah overall materiality), dan menurunkan ke
tingkatrendah yang tepat (appropriately low level) probabilitas salah
saji yang tidak dikoreksidan salah saji yang tidak terdeteksi
secaraagregat (aggregate of uncorrected andundetected misstatements)
melampui overall materiality. Performance materiality perlu diubah
berdasarkan temuan audit.

3. “Specific”materiality
Ada beberapa situasi di mana salah saji yang lebih kecil dari angka
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat
diperkirakan secara layak, akan memengaruhi pengambilan keputusan
oleh pemakai laporan keuangan. Untuk jenis transaksi,saldo akun atau
disclosure tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari
overall materiality.
4. “Specific” performance materiality
Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas
sebelumnya, kecuali dalam hal ini performance materiality
berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik.
Ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal ini memungkin
auditor menanggapi penilaian resiko tertentu, dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak dan salah saji yang tidak
material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality.

2.5 Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit

Materialitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap


pertimbangan auditor tentang kecukupan (jumlah yang dibutuhkan) bukti audit.
Dalam melakukan generalitas tentang hubungan ini, perbedaan antara pengertian
materialitas dengan saldo Akun material.

2.6 Risiko Audit

Risiko Audit merupakan kemungkinan seorang auditor akan memberikan


pendapat yang keliru ( inappropriate audit opinion ) atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji yang material dapat pelaporannya. Adapun komponen
risiko audit ada dua, yaitu :

1. RMM ( Risiko salah saji yang material ).

RMM adalah sebuah risiko dimana laporan keuangan yang di salah sajikan
secara material sebelum kegiatan audit di mulai. Risiko-risiko ini yang
kemudian akan diperhitungkan atau menjadi pertimbangan di tingkat laporan
keuangan ( Financial Statemen level ) dan tingkat asersi ( Assertion level ).
Pada tingkat laporan keuangan, yang menjadi tinjauannya adalah secara
menyeluruh, yang menyangkut risiko yang pervasive ( dengan dampak
bermacam-macam asersi. RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis
transaksi ( Classes of transaction ), saldo akun ( Account Balances ) dan
pengungkapan ( disclosure ). RMM merupakan kombinasi dari risiko bawaan
atau inherent risk ( IR ) dan risiko pengendalian atau control risk ( CR ), yang
kemudian di rumuskan sebagai IR x CR = RMM.
1. Detection Risk

Detection Risk merupakan risiko dimana auditor telah gagal dalam


menditeksi sebuah salah saji dalam asersi yang kemudian bisa berdampak
material. Direction Risk di tangani melalui :

 Perencanaan audit dengan baik ( Sound audit planning )


 Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM
yang di identifikasi
 Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit
 Supervise dan review atas pekerjaan audit

Ditection risk tidak pernah dapat di turunkan hingga angka nol karena
adanya kendala bawaan ( Inherent liminations ) yang terdapat dalam prosedur
audit, kemudian masih diperlukannya tenaga professional judgments ( yang di
buat oleh manusia, yang secara alamiah dapat berbuat kesalahan atau
kekeliruan ) dna sifat dari bukti yang diperiksi.

2.7 Prosedur Penilaian Risiko

Terdapat tiga prosedur dalam penilaian risiko, diantaranya :

 Prosedur menanyakan kepada manajemen atau pihak lain


( inquiries of management and others )
 Pengamatan dan inspeksi ( observation and inspection )
 Prosedur analytical ( analytical procedures )

ketiga prosedur penilaian risiko ini akan di lakukan bersamaan atau


dilakukan selama kegiatan audit di langsungkan. Dalam banyak situasi, hasil dari
prosedur diatas akan membawa pada prosedur lainnya. Sebagai contoh, dalam
sebuah wawancara dengan manajer penjualan, terungkap bahwa adanya kontrak
penjual yang tidak biasa. Wawancara ini diikuti dengan prosedur inspeksi atau
kontrak penjualan yang kemudian dilanjutkan dengan analisis mengenai dampak
nya terhadap margin penjualan atau adanya temuan dari pelaksanaan analytical
procedures atau Langkah-langkah dalam draf laporan laba rugi yang kemudian
akan memicu pertanyaan bagi seorang manajemen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Materialitas dan prosedur penilaian risiko dalam auditing adalah konsep


dasar yang sangat penting dalam praktik audit keuangan, karena kedua hal
tersebut membantu auditor dalam mengevaluasi dam memahami tingkat risiko
yang terkait dengan entitas yang diaudit, serta menentukan apakah kesalahan
material mungkin ada dalam laporan keuangan atau tidak.
Auditor juga harus memperhitungkan risiko yang terkait dengan kesalahan
mateerial. Jika auditor menemukan kesalahan yang dianggap material, maka harus
melaporkannya dalam laporan audit. Berdasarkan penilaian risiko auditor akan
menentukan tingkat pengujian yang diperlukan agar risiko audit dapat berkurang
sehingga tingkat risiko yang diterima adalah tingkat yang wajar.
Kombinasi antara penentuan materialitas dan prosedur penilaian risiko membantu
auditor dalam merencanakan dan melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing, Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Akuntan oleh Akuntan Publik. (4thed). Jakarta : Salemba Empat.

Bahari, K. S. (2021, Maret 29). Diambil kembali dari Materiality and Risk:
https://www.kja-sandibahari.com/materialitas-dan-risiko-audit-materiality-
and-audit-risk/

Rosma, A. A., Alhaq, A., Rahmawati, D., Imaroh, A. N., Afifah, N., Saputri, A.,
& Shani, A. S. (2014, November 25). Diambil kembali dari Materialitas
dan risiko audit:
https://www.academia.edu/9666250/MAKALAH_MATERIALITAS_DA
N_RISIKO_AUDIT

UPI, D. (2018). Materialitas dan Risiko Audit.

Anda mungkin juga menyukai