Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : M. Tegar Juliansyah

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044451023

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI4310/Auditing II

Kode/Nama UPBJJ : 15/Pangkalpinang

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER:
2022/23.2 (2023.1)
Fakultas : FE/Fakultas Ekonomi
Kode/Nama MK : EKSI4310/Auditing II
Tugas :1

No. Soal
1 Uji pengendalian dilakukan auditor dalam rangka menentukan apakah pengendalian
internal yang efektif telah diberlakukan untuk mencegah dan mengoreksi salah saji
laporan keuangan. Penaksiran risiko pengendalian dapat membantu auditor dalam
membuat penilaian tentang karakteristik, pemilihan, dan luasan prosedur audit. Pada
akhirnya, uji pengendalian memberikan bukti yang dapat digunakan sebagai dasar
opini auditor.

Pertanyaan
a. Langkah-langkah apa saja yang perlu di lakukan oleh seorang auditor dalam
menaksir risiko pengendalian?
b. Apa saja perbedaan penaksiran risiko audit berdasarkan dua strategi audit
utama/awal!
c. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus dipastikan oleh seorang auditor dalam
mengindentifikasi pengendalian yang diperlukan dalam rangka mencegah atau
mendeteksi serta mengoreksi potensi salah saji untuk asersi!
d. Ketika perusahaan menggunakan beberapa tenaga IT untuk membantu
perusahaan baik dalam proses penginputan transaksi, manajemen data, hingga
pemeliharaan IT maka akan menimbulkan adanya potensi risiko salah saji oleh
personel IT. Pengendalian apa yang diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut?
2 Salah satu fase audit adalah melakukan prosedur penaksiran risiko dan salah saji
material kemudian dilanjutkan dengan melakukan prosedur analitis pendahuluan.
Faktor-faktor risiko memengaruhi potensi salah saji dalam laporan keuangan. Dua
aspek penting pelaksanaan prosedur audit lanjutan dalam rangka pengumpulan bukti
audit adalah mengenai pembuatan keputusan antara uji pengendalian dan uji
substantif. Prosedur analitis dapat digunakan pada fase pengujian sebagai uji
substantif untuk mendapatkan bukti tentang asersi tertentu jika risiko bawaan
berlevel moderat atau rendah.

Pertanyaan
a. Sebut dan jelaskan langkah-langkah dalam menaksir risiko salah saji material!
b. Jika terdapat faktor risiko prosedur analitis pada perusahaan jasa menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada profit margin dan penjualan serta penginput
penjualan merupakan orang yang sama dengan akuntan perusahaan maka jenis
potensi salah saji apa yang mungkin terjadi?
c. Apa perbedaan uji pengendalian dan uji substantif dilihat dari sisi tujuan dan
tipenya?
d. Jelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan auditor ketika merancang prsedur
analitis substantif!

3 Penyampelan audit merupakan penerapan prosedur audit pada kurang dari 100%
populasi yang tujuannya untuk mengevaluasi beberapa karakteristik populasi
tersebut. Penyampelan audit dapat diterapkan baik pada uji pengendalian maupun
uji substantif dengan cara yang berbeda. Penggunaan penyampelan mengandung
adanya ketidakpastian yang disebut juga risiko audit. Risiko penyampelan
berhubungan dengan kemungkinan pengambilan sampel yang tidak representatif.
Terdapat dua jenis penyampelan audit yaitu penyampelan statistik dan nonstatistik.

Pertanyaan
a. Apa saja risiko penyampelan yang ada ketika auditor melakukan uji pengendalian
dan uji substantif?
b. Apakah menurut standar audit, auditor diharuskan memilih salah satu jenis
penyampelan? Apapersamaan dan perbedaan antara penyampelan statistik dan
non statistik?
c. Bagaimana cara untuk memilih sampel yang representatif dan apa langkah-
langkah yang harusdilakukan untuk memilih sampel?
JAWABAN ;

1 Pertanyaan
a. Langkah-langkah apa saja yang perlu di lakukan oleh seorang auditor dalam menaksir
risiko pengendalian?
Jawaban :
Seorang auditor perlu melakukan beberapa langkah dalam menaksir risiko pengendalian, antara lain:
1. Memahami sistem pengendalian internal: Auditor harus memahami sistem pengendalian
internal yang diterapkan oleh entitas yang akan diaudit. Hal ini meliputi pemahaman terhadap
struktur organisasi, kebijakan dan prosedur, serta sistem informasi yang digunakan oleh
entitas tersebut.

2. Menentukan tujuan pengendalian: Auditor harus menentukan tujuan pengendalian internal


yang diterapkan oleh entitas tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami risiko yang
dihadapi oleh entitas, serta mengevaluasi bagaimana pengendalian internal tersebut dapat
membantu dalam mengurangi risiko tersebut.

3. Menentukan karakteristik pengendalian: Auditor harus menentukan karakteristik dari


pengendalian internal yang diterapkan oleh entitas. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengevaluasi apakah pengendalian internal tersebut bersifat preventif atau detektif, serta
apakah pengendalian tersebut bersifat manual atau otomatis.

4. Menentukan pemilihan dan luasan prosedur audit: Auditor harus menentukan pemilihan dan
luasan prosedur audit yang akan dilakukan berdasarkan risiko pengendalian yang telah
ditaksir. Semakin tinggi risiko pengendalian, maka semakin besar pula pemilihan dan luasan
prosedur audit yang diperlukan.

5. Mengevaluasi hasil uji pengendalian: Auditor harus mengevaluasi hasil uji pengendalian yang
telah dilakukan untuk menentukan apakah pengendalian internal yang diterapkan oleh entitas
tersebut efektif atau tidak. Hasil dari uji pengendalian ini dapat digunakan sebagai dasar opini
auditor terhadap laporan keuangan entitas tersebut.

b. Apa saja perbedaan penaksiran risiko audit berdasarkan dua strategi audit utama/awal!
Jawaban :
Dalam strategi audit utama atau substantive testing, penaksiran risiko audit didasarkan pada risiko
audit inheren dan risiko pengendalian. Sedangkan dalam strategi audit awal atau test of control,
penaksiran risiko audit didasarkan pada risiko pengendalian dan materialitas tolerable.
Perbedaan utama antara kedua strategi tersebut adalah fokus dan tujuan dari penaksiran risiko audit.
Dalam strategi audit utama, auditor fokus pada penilaian risiko audit inheren dan risiko pengendalian
yang dapat mempengaruhi jumlah materialitas kesalahan yang mungkin terjadi dalam laporan
keuangan. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah substansi kesalahan sudah mencapai tingkat
materialitas atau tidak.
Sementara itu, dalam strategi audit awal, auditor fokus pada penilaian risiko pengendalian dan
materialitas tolerable dalam rangka menentukan apakah pengendalian internal yang diterapkan
perusahaan sudah cukup efektif untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan material pada transaksi
keuangan. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan menentukan
jenis dan luas prosedur pengujian yang perlu dilakukan oleh auditor.

c. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus dipastikan oleh seorang auditor dalam
mengindentifikasi pengendalian yang diperlukan dalam rangka mencegah atau mendeteksi
serta mengoreksi potensi salah saji untuk asersi!
Jawaban :
Dalam mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan dalam rangka mencegah atau mendeteksi serta
mengoreksi potensi salah saji untuk asersi, seorang auditor harus memastikan hal-hal berikut:
1. Memahami proses bisnis: Auditor harus memahami proses bisnis perusahaan dan bagaimana
proses tersebut mempengaruhi pengendalian dan transaksi keuangan.

2. Mengidentifikasi asersi yang relevan: Auditor harus mengidentifikasi asersi yang relevan
dengan posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas perusahaan.

3. Mengidentifikasi potensi risiko: Auditor harus mengidentifikasi potensi risiko yang dapat
mempengaruhi asersi yang relevan dan menentukan apakah pengendalian yang ada efektif
untuk mencegah atau mendeteksi risiko tersebut.

4. Memahami pengendalian yang ada: Auditor harus memahami pengendalian yang ada dan
bagaimana pengendalian tersebut bekerja untuk mencegah atau mendeteksi potensi risiko.

5. Menentukan apakah pengendalian yang ada efektif: Auditor harus menentukan apakah
pengendalian yang ada efektif dalam mencegah atau mendeteksi potensi risiko.
6. Menentukan pengendalian tambahan yang diperlukan: Jika auditor menentukan bahwa
pengendalian yang ada tidak efektif, auditor harus menentukan pengendalian tambahan yang
diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi potensi risiko.

7. Mengevaluasi hasil pengendalian: Auditor harus mengevaluasi hasil dari pengendalian yang
diterapkan dan menentukan apakah hasil tersebut mendukung penilaian auditor terhadap
efektivitas pengendalian.

d. Ketika perusahaan menggunakan beberapa tenaga IT untuk membantu perusahaan baik


dalam proses penginputan transaksi, manajemen data, hingga pemeliharaan IT maka akan
menimbulkan adanya potensi risiko salah saji oleh personel IT. Pengendalian apa yang
diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut?
Jawaban :
Untuk mengurangi risiko salah saji oleh personel IT, beberapa pengendalian yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Implementasi kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pengelolaan sistem informasi,
termasuk pembatasan akses, kode etik, pelaporan insiden keamanan, dan pengawasan ketat.

2. Pelatihan karyawan tentang pentingnya pengelolaan keamanan informasi dan pentingnya


menjaga kerahasiaan data perusahaan.

3. Menerapkan pemisahan tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam pengelolaan sistem
informasi. Misalnya, tim IT hanya dapat mengakses sistem informasi yang mereka kelola dan
tidak memiliki akses ke sistem informasi lainnya.

4. Pemantauan dan pemeriksaan rutin oleh auditor internal atau eksternal untuk mengevaluasi
efektivitas sistem pengendalian yang telah diterapkan dan menemukan celah-celah keamanan
yang mungkin terlewatkan.

5. Penerapan teknologi keamanan informasi seperti firewall, antivirus, enkripsi data, dan
mekanisme otentikasi yang kuat seperti penggunaan kata sandi yang kompleks dan verifikasi
dua faktor.
6. Melakukan uji penetrasi secara berkala untuk menguji kekuatan keamanan sistem informasi
dan menemukan celah-celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak
berwenang.

7. Melakukan pemantauan aktivitas pengguna untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau


aneh yang dapat menjadi tanda adanya upaya untuk melakukan penyerangan atau manipulasi
data.

8. Mengadopsi teknologi blockchain untuk menghindari manipulasi data dan meningkatkan


keamanan dan integritas data.

2 Pertanyaan
a. Sebut dan jelaskan langkah-langkah dalam menaksir risiko salah saji material!
Jawaban :
Berikut adalah langkah-langkah dalam menaksir risiko salah saji material:
1. Memahami Bisnis dan Industri Auditor harus memahami bisnis dan industri klien untuk dapat
mengevaluasi risiko atas kesalahan material dalam laporan keuangan. Auditor harus
memahami operasi klien, produk atau jasa yang dihasilkan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi industri tersebut.

2. Mengidentifikasi Asersi Auditor harus mengidentifikasi asersi dalam laporan keuangan dan
menentukan risiko kesalahan material yang terkait dengan asersi tersebut. Asersi meliputi
kelengkapan, validitas, akurasi, hak kepemilikan, dan presentasi.

3. Mengidentifikasi Faktor Risiko Auditor harus mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat
memengaruhi potensi kesalahan material dalam laporan keuangan. Faktor-faktor risiko
meliputi pengendalian internal, lingkungan bisnis, dan kondisi ekonomi.

4. Mengukur Risiko Bawaan Auditor harus mengukur risiko bawaan, yaitu risiko kesalahan
material yang ada sebelum pengendalian internal dipertimbangkan. Risiko bawaan bergantung
pada faktor-faktor seperti kompleksitas bisnis, pengalaman manajemen, dan kompleksitas
akuntansi.
5. Mengukur Risiko Pengendalian Auditor harus mengukur risiko pengendalian, yaitu risiko
kesalahan material yang tersisa setelah pengendalian internal diterapkan. Risiko pengendalian
tergantung pada efektivitas pengendalian internal.

6. Mengkombinasikan Risiko Bawaan dan Pengendalian Auditor harus mengkombinasikan


risiko bawaan dan risiko pengendalian untuk menentukan risiko kesalahan material yang
disesuaikan. Risiko kesalahan material yang disesuaikan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan strategi audit yang tepat.

b. Jika terdapat faktor risiko prosedur analitis pada perusahaan jasa menunjukkan
peningkatan yang signifikan pada profit margin dan penjualan serta penginput penjualan
merupakan orang yang sama dengan akuntan perusahaan maka jenis potensi salah saji apa
yang mungkin terjadi?
Jawaban :
Berdasarkan faktor risiko yang disebutkan, potensi salah saji yang mungkin terjadi adalah
overstatement pendapatan. Penjualan yang diinput oleh orang yang sama dengan akuntan perusahaan
dan adanya peningkatan yang signifikan pada profit margin dan penjualan dapat menunjukkan bahwa
terdapat kesempatan untuk melakukan manipulasi data keuangan dengan meningkatkan penjualan
secara fiktif. Prosedur analitis yang dilakukan sebaiknya difokuskan pada analisis konsistensi dan
rasionalitas profit margin dan penjualan untuk mengidentifikasi apakah terdapat peningkatan yang
tidak wajar yang mungkin mengindikasikan adanya overstatement pendapatan. Selain itu, auditor
juga harus melakukan pengujian substantif untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendukung
kesahihan pendapatan yang dilaporkan.

c. Apa perbedaan uji pengendalian dan uji substantif dilihat dari sisi tujuan dan tipenya?
Jawaban :
Uji pengendalian dan uji substantif merupakan dua jenis pengujian yang dilakukan dalam audit untuk
mengumpulkan bukti atas asersi keuangan dalam laporan keuangan. Perbedaan utama antara
keduanya terletak pada tujuan dan tipe pengujian yang dilakukan.
Tujuan dari uji pengendalian adalah untuk mengevaluasi apakah pengendalian internal perusahaan
dapat berfungsi dengan efektif dalam mencegah atau mendeteksi kesalahan atau penyelewengan
dalam pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan. Uji pengendalian dilakukan pada awal audit
sebagai langkah pertama untuk menilai efektivitas pengendalian internal, yang kemudian akan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan sifat, jangkauan, dan kedalaman pengujian substantif
selanjutnya.
Sementara itu, tujuan dari uji substantif adalah untuk mengumpulkan bukti konkret mengenai jumlah
dan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam laporan keuangan. Uji substantif dapat dilakukan
dengan melakukan pengujian detail pada transaksi, saldo, dan pengungkapan dalam laporan
keuangan, atau dengan menggunakan teknik pengujian analitis untuk mengevaluasi hubungan antara
berbagai unsur laporan keuangan. Uji substantif biasanya dilakukan setelah uji pengendalian untuk
mengidentifikasi kesalahan atau penyelewengan dalam laporan keuangan.
Dalam hal tipe pengujian, uji pengendalian dilakukan dengan cara menilai desain pengendalian
internal dan melaksanakan pengujian atas efektivitas operasi pengendalian internal. Uji pengendalian
umumnya bersifat prospektif, artinya auditor menilai apakah pengendalian internal yang diterapkan
oleh perusahaan akan berfungsi dengan baik di masa depan.
Sementara itu, uji substantif dilakukan dengan cara melakukan pengujian langsung atas transaksi atau
menggunakan teknik pengujian analitis untuk mengumpulkan bukti konkret terkait jumlah dan
kelengkapan transaksi dalam laporan keuangan. Uji substantif umumnya bersifat retrospektif, artinya
auditor menilai apakah transaksi telah dicatat dan dilaporkan dengan benar pada periode yang sudah
lalu.

d. Jelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan auditor ketika merancang prsedur analitis
substantif!
Jawaban :
Auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal saat merancang prosedur analitis substantif, di
antaranya:
1. Memahami asersi yang akan diuji: Auditor perlu memahami asersi yang ingin diuji dengan
menggunakan prosedur analitis substantif. Misalnya, jika auditor ingin menguji asersi
penghasilan, ia harus memahami bagaimana penghasilan dihasilkan dan dicatat dalam sistem
akuntansi perusahaan.

2. Menentukan sumber data: Auditor harus menentukan sumber data yang akan digunakan untuk
melakukan analisis. Sumber data bisa berasal dari laporan keuangan perusahaan atau sumber
data eksternal seperti industri yang sama atau perusahaan sejenis.
EKSI4310

3. Menentukan jenis analisis: Auditor harus menentukan jenis analisis yang akan digunakan
untuk menguji asersi yang telah ditentukan. Jenis analisis yang dapat digunakan antara lain
rasio keuangan, tren, perbandingan dengan norma industri, dan lain sebagainya.

4. Menentukan toleransi kesalahan: Auditor harus menentukan toleransi kesalahan atau


materialitas yang dapat diterima dalam prosedur analitis substantif. Toleransi kesalahan ini
akan membantu auditor menentukan apakah ada kejanggalan yang signifikan dalam data yang
dianalisis.

5. Memahami faktor lingkungan: Auditor juga harus mempertimbangkan faktor lingkungan yang
dapat memengaruhi data yang dianalisis. Misalnya, perubahan dalam industri atau kondisi
ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

6. Memperhitungkan kekuatan bukti analitis: Auditor perlu memperhitungkan kekuatan bukti


analitis dalam menguji asersi. Jika kekuatan bukti analitis tidak cukup, auditor harus
mempertimbangkan menggunakan prosedur audit lanjutan untuk mendapatkan bukti yang
lebih kuat.

3 Pertanyaan
a. Apa saja risiko penyampelan yang ada ketika auditor melakukan uji pengendalian dan uji
substantif?
Jawaban :
Risiko penyampelan yang terkait dengan penggunaan penyampelan audit dalam melakukan uji
pengendalian dan uji substantif adalah sebagai berikut:
1. Risiko penolakan nol (risk of incorrect rejection) atau risiko type I: risiko ini terjadi ketika
auditor menolak suatu populasi yang sebenarnya benar. Artinya, auditor menganggap ada
kesalahan padahal sebenarnya tidak ada kesalahan. Risiko ini dapat terjadi karena
pengambilan sampel yang tidak memadai atau karena auditor terlalu ketat dalam menetapkan
batasan toleransi kesalahan.

2. Risiko penerimaan nol (risk of incorrect acceptance) atau risiko type II: risiko ini terjadi
ketika auditor menerima suatu populasi yang sebenarnya salah. Artinya, auditor menganggap
tidak ada kesalahan padahal sebenarnya ada kesalahan. Risiko ini dapat terjadi karena auditor
10 dari
EKSI4310

terlalu longgar dalam menetapkan batasan toleransi kesalahan atau karena pengambilan
sampel yang tidak memadai.

3. Risiko pengambilan sampel (sampling risk): risiko ini terjadi karena pengambilan sampel
tidak mewakili populasi secara keseluruhan. Risiko ini dapat terjadi jika auditor tidak
menggunakan teknik sampling yang tepat, tidak memperhatikan ukuran sampel yang cukup,
atau jika sampel diambil secara tidak acak.

4. Risiko kesalahan non-sampling (non-sampling risk): risiko ini terjadi karena kesalahan yang
bukan disebabkan oleh pengambilan sampel, seperti kesalahan dalam proses pengolahan data,
kesalahan dalam prosedur audit, atau kesalahan dalam penilaian auditor.

Ketiga risiko tersebut harus dikelola secara efektif oleh auditor untuk meminimalkan kesalahan dan
memastikan keakuratan hasil audit.

b. Apakah menurut standar audit, auditor diharuskan memilih salah satu jenis penyampelan?
Apa persamaan dan perbedaan antara penyampelan statistik dan non statistik?
Jawaban :
Menurut standar audit, auditor tidak diharuskan memilih jenis penyampelan tertentu. Auditor
diberikan kebebasan untuk memilih jenis penyampelan yang sesuai dengan kebutuhan audit.
Perbedaan antara penyampelan statistik dan nonstatistik adalah sebagai berikut:
1. Metode pengambilan sampel: Penyampelan statistik menggunakan metode pengambilan
sampel yang telah diatur sedemikian rupa sehingga sampel yang diambil dapat mewakili
populasi secara akurat. Sedangkan penyampelan nonstatistik menggunakan metode
pengambilan sampel yang tidak diatur secara statistik.

2. Penghitungan ukuran sampel: Penyampelan statistik memerlukan perhitungan ukuran sampel


yang matematis berdasarkan karakteristik populasi dan tingkat kepercayaan yang diinginkan.
Sedangkan penyampelan nonstatistik tidak memerlukan perhitungan ukuran sampel yang
matematis.

3. Representasi populasi: Penyampelan statistik memiliki kemampuan untuk mewakili populasi


secara akurat karena pengambilan sampel yang dilakukan telah diatur secara matematis.
Sedangkan penyampelan nonstatistik dapat menghasilkan sampel yang tidak mewakili
populasi secara akurat.
11 dari
EKSI4310

Persamaan antara penyampelan statistik dan nonstatistik adalah keduanya dapat digunakan untuk
tujuan uji pengendalian dan uji substantif. Keduanya juga memiliki risiko kesalahan yang dapat
terjadi karena ketidakpastian dalam pengambilan sampel.

c. Bagaimana cara untuk memilih sampel yang representatif dan apa langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk memilih sampel?
Jawaban :
Untuk memilih sampel yang representatif, auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti
tujuan pengambilan sampel, sifat populasi yang akan diuji, dan risiko audit yang dapat ditoleransi.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memilih sampel yang representatif:
1. Definisikan populasi: Auditor harus menentukan populasi yang akan diambil sampel. Populasi
dapat berupa data transaksi, dokumen, atau entitas lain yang akan diuji.

2. Tentukan ukuran sampel: Ukuran sampel yang dipilih harus cukup besar untuk memberikan
tingkat kepercayaan yang dapat diterima dalam hasil pengujian. Ukuran sampel yang
diperlukan tergantung pada kompleksitas dan homogenitas populasi.

3. Pilih teknik sampel: Auditor harus memilih teknik sampel yang sesuai dengan tujuan
pengambilan sampel, sifat populasi, dan risiko audit yang dapat ditoleransi. Teknik sampel
yang dapat digunakan antara lain adalah penyampelan acak sederhana, penyampelan
stratifikasi, dan penyampelan klaster.

4. Identifikasi unit sampel: Auditor harus mengidentifikasi unit sampel yang akan diambil. Unit
sampel harus dipilih secara acak dari populasi yang telah ditentukan.

5. Lakukan pengambilan sampel: Setelah unit sampel telah diidentifikasi, auditor dapat
melakukan pengambilan sampel dengan teknik yang telah dipilih.

6. Evaluasi hasil sampel: Auditor harus mengevaluasi hasil sampel untuk menentukan apakah
populasi yang diuji terdapat masalah atau tidak. Jika terdapat masalah, auditor harus
mengevaluasi apakah masalah tersebut merupakan kesalahan yang signifikan atau hanya
kesalahan kecil yang dapat diterima.

12 dari
EKSI4310

7. Ekstrapolasi hasil sampel: Jika ditemukan masalah signifikan dalam sampel, auditor dapat
melakukan ekstrapolasi hasil sampel ke seluruh populasi untuk menentukan apakah ada
masalah yang lebih besar atau tidak.

Dalam memilih sampel, auditor juga harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penyampelan audit
yang terdiri dari representativitas, ukuran sampel, seleksi acak, dan pengawasan.

13 dari

Anda mungkin juga menyukai