TUGAS 1
No. Soal
1 Setiap Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Sebagai contoh, pengenaan tarif pajak penghasilan bagi wajib pajak diatur
dalam ketentuan perpajakan tersebut. Tarif pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia menerapkan skema tarif
progresif.
Anda diminta:
a. Jelaskan Dasar hukum atau aturan yang mendasari penerapan skema progresif menurut aturan lama (sesuai
BMP) dan aturan terbaru!
b. Jelaskan pengertian Tarif Progresif dan beberapa tarif progresif!
c. Berikan contoh pengenaan tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam negeri berdasarkan dasar hukum atau aturan pada poin a tersebut (menurut aturan
lama/sesuai BMP dan aturan terbaru).
2 Tahun 2020, Arman mendapatkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan total pajak yangkurang dibayar
sebesar Rp15.000.000,00 dari Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak).
Anda diminta:
a. Jelaskan beberapa hal atau kondisi yang menyebabkan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak KurangBayar
(SKPKB)!
b. Jelaskan perbedaan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan Surat Ketetapan PajakKurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)!
3 Peredaran bruto PT Baruna dalam Tahun Pajak 2021 sebesar Rp32.000.000.000,00 dengan PenghasilanKena Pajak
sebesar Rp4.000.000.000,00.
Anda diminta:
a. Jelaskan bagaimana cara perhitungan Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagiWajib Pajak
Dalam Negeri!
b. Dari soal tersebut, hitunglah jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas!
c. Dari soal tersebut, hitunglah jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas!
JAWABAN No. 1A.
Contoh: Anda memiliki satu mobil, satu motor, dan satu truk dalam satu
rumah. Semua kendaraan tersebut atas nama pribadi. Masing-masing
kendaraan ditetapkan menjadi kepemilikan pertama karena berbeda jenis.
Otomatis, Anda hanya dikenakan pajak progresif pertama.
Tarif pajak progresif merupakan tarif pemungutan pajak dengan persentase yang akan bertambah
bersamaan dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan
kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
Dalam tarif pajak progresif ini, tarif pajak akan sebanding dengan kewajiban pajak. Apabila Wajib Pajak
memiliki kekayaan yang semakin besar, maka tarif pajak yang dikenakan juga akan meningkat.
Tujuan dari tarif pajak progresif ini adalah untuk mempengaruhi orang-orang atau Wajib Pajak yang
memiliki penghasilan tinggi atau menengah, agar menyadari bahwa mereka disanggupkan untuk
membayar pungutan kepada negara dengan jumlah yang lebih besar.
Contoh dari tarif pajak progresif ini, yaitu salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Berikut ini
merupakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi:
(Sumber : Tarif Pajak Proporsional dan Pajak Progresif: Kenali Perbedaannya (pajakku.com) )
Ini biasanya dinyatakan dalam koefisien yang nilainya satu atau lebih. Untuk
menghitung pajak progresif, dimulai dengan cara mencari NJKB kendaraan.
NJKB diperoleh dengan rumus: (PKB/2) x 100. Nilai PKB (Pajak Kendaraan
Bermotor) bisa Anda temukan di lembar STNK bagian belakang.
Mobil Pertama
PKB: Rp 75.000.000 x 2% = Rp 1.500.000
SWDKLLJ: Rp 150.000
Pajak: Rp 1.500.000 + Rp 150.000 = Rp 1.650.000
Mobil Kedua
PKB: Rp 75.000.000 x 2,5% = Rp 1.875.000
SWDKLLJ: Rp 150.000
Pajak: Rp 150.000 + Rp 1.875.000 = Rp 2.025.000
Mobil Ketiga
PKB: Rp 75.000.000 x 3% = Rp 2.250.000
SWDKLLJ: Rp 150.000
Pajak: Rp 150.000 + Rp 2.250.000 = Rp 2.400.000
Mobil Keempat
PKB: Rp 75.000.000 x 3,5% = Rp 2.625.000
SWDKLLJ: Rp 150.000
Pajak: Rp 150.000 + Rp 2.625.000 = Rp 2.775.000
Cara ini berlaku untuk menghitung pajak mobil kelima, keenam, dan
seterusnya sampai nilai persentase 10%. Dengan perhitungan ini, bisa
diketahui bahwa nilai pajak semakin besar seiring pertambahan jumlah
kendaraan bermotor. Tak hanya itu, NJKB dan SWDKLLJ pun menentukan
biaya yang harus dibayarkan.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) biasanya akan diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) apabila Wajib Pajak sebelumnya telah diberikan keputusan melalui Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB) pada saat setelah dilakukan penelitian atau pengecekan lebih lanjut, ternyata
masih ada pajak yang kurang dibayarkan Wajib Pajak diluar dari jumlah pajak kurang bayar yang telah
tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebelumnya (SKPKB).
Setelah mengetahui definisi dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), maka harus
mengetahui juga definisi dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) agar mengetahui perbedaan
antara keduanya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) merupakan surat yang juga dirilis oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) untuk menginformasikan besaran jumlah pokok pajak, jumlah nilai kredit pajak, jumlah
kekurangan bayar pokok pajak, nominal sanksi denda, serta jumlah total nilai pajak yang harus dilunasi
oleh Wajib Pajak terutang.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) diterbitkan dalam rentang 10 tahun sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku, sedangkan Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Ketentuan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah sebagai berikut:
1. Apabila terdapat hasil pemeriksaan pajak yang nilainya masih tidak dibayarkan atau terutang
2. Surat tidak diberikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan juga sudah diberi
teguran secara tertulis
3. Apabila dari hasil pemeriksaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) ditemukan selisih lebih pajak atau dikenakan tarif 0%
4. Apabila Wajib Pajak menghindari kewajiban pemeriksaan pajak atau tidak membuat pembukuan
sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku
Sedangkan ketentuan penerbitan dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah
sebagai berikut:
1. Apabila dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) menetapkan
bahwa nilainya lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan sebenarnya
2. Apabila terdapat proses pengembalian pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB) yang notabenenya tidak sewajarnya untuk dilakukan.
3. Apabila terdapat hutang pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) yang lebih rendah
4. Penerbitan dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dilaksanakan Ketika
data awal belum tersedia atau terdapat data baru yang terungkap. Dan dapat mengakibatkan
timbulnya pajak yang belum dibayarkan
Sanksi administrasi yang dikenakan adalah berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut dan ditambah dengan jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Namun, sanksi berupa kenaikan tersebut tidak
dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) diterbitkan berdasarkan
dengan keterangan tertulis yang dibuat oleh Wajib Pajak atas kehendaknya sendiri, melalui syarat Direktur
Jenderal Pajak belum mulai untuk melakukan Tindakan pemeriksaan dalam rangka menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
Penerbitan dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah dalam jangka waktu 5
tahun, apabila dalam jangka waktu 5 tahun telah lewat, maka Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT) tetap dapat diterbitkan dengan penambahan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak/kurang dibayarkan, dan dalam hal
Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipidana karena telah melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana karena hal lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara sesuai dengan putusan pengadilan dengan hukum yang tetap.
• Data perpajakan terkait dengan wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 Ayat 3 Undang-Undang KUP. Juga setelah menerima surat teguran, wajib
pajak tidak menyampaikan SPT pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
surat teguran.
• Bukti transaksi atau data yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban
perpajakan wajib pajak.
• 50% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun
pajak
• 100% dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor
• 100% dari pajak pertambahan nilai yang tidak atau kurang dibayar.
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang
Tidak Seharusnya Dikompensasi atau
Dikenai Tarif 0%
Berdasarkan hasil pemeriksaan pajak atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif pajak 0% (nol persen)
atau ekspor. Penerbitan SKPKB dengan alasan ini berdasarkan hasil pemeriksaan pajak, baik
pemeriksaan biasa maupun pemeriksaan data konkret. Pada saat menghitung pajak yang
kurang bayar, pemeriksa menambahkan sanksi administrasi sebesar 100% dari Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang tidak atau
kurang dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) biasanya akan diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) apabila Wajib Pajak sebelumnya telah diberikan keputusan melalui Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB) pada saat setelah dilakukan penelitian atau pengecekan lebih lanjut, ternyata
masih ada pajak yang kurang dibayarkan Wajib Pajak diluar dari jumlah pajak kurang bayar yang telah
tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebelumnya (SKPKB).
Setelah mengetahui definisi dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), maka harus
mengetahui juga definisi dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) agar mengetahui perbedaan
antara keduanya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) merupakan surat yang juga dirilis oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) untuk menginformasikan besaran jumlah pokok pajak, jumlah nilai kredit pajak, jumlah
kekurangan bayar pokok pajak, nominal sanksi denda, serta jumlah total nilai pajak yang harus dilunasi
oleh Wajib Pajak terutang.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) diterbitkan dalam rentang 10 tahun sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku, sedangkan Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Ketentuan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah sebagai berikut:
1. Apabila terdapat hasil pemeriksaan pajak yang nilainya masih tidak dibayarkan atau terutang
2. Surat tidak diberikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan juga sudah diberi
teguran secara tertulis
3. Apabila dari hasil pemeriksaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atau Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) ditemukan selisih lebih pajak atau dikenakan tarif 0%
4. Apabila Wajib Pajak menghindari kewajiban pemeriksaan pajak atau tidak membuat pembukuan
sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku
Sedangkan ketentuan penerbitan dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah
sebagai berikut:
1. Apabila dalam penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) menetapkan
bahwa nilainya lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan sebenarnya
2. Apabila terdapat proses pengembalian pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB) yang notabenenya tidak sewajarnya untuk dilakukan.
3. Apabila terdapat hutang pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) yang lebih rendah
4. Penerbitan dari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dilaksanakan Ketika
data awal belum tersedia atau terdapat data baru yang terungkap. Dan dapat mengakibatkan
timbulnya pajak yang belum dibayarkan