Anda di halaman 1dari 3

A.

Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak Kendaraan Bermotor yang kita sebut PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda
dua lebih beserta gandengannya, yang dipergunakan di semua jenis jalan darat, dan
digerakkan oleh peralatan tehnik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah sesuatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak Kendaraan Bermotor
yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.
Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum
yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar
hukum pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor sebagai berikut :
1. Pasal 5 ayat 9 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah Provinsi yang mengatur tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
Peraturan daerah ini dapat menyatu, yaitu satu peraturan daerah umtuk Pajak
Kendaraan Bermotor, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah misalnya Peraturan
Daerah tentang Pajak Kendaraan Bermotor
4. Peraturan Mendagri Nomor 1 tahun 2021 mengenai Perhitungan Dasar Pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama kendaraan bermotor 2021.
5. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan
(Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 146);
6. Keputusan Gubernur yang mengatur tentang Pajak Kendaraan Bermotor sebagai aturan
pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Kendaraan pada provinsi dimaksud.
Soal Kasus

Pak Kelik memiliki 5 buah kendaraan bermotor, terdiri dari 3 mobil 2400 cc dan 2 motor 250 cc.
Kepemilikan dari kelima kendaraan tersebut berbeda-beda, untuk mobil kepemilikan pertama
ada 1, kepemilikan kedua ada 1 dan kepemilikan ketiga ada 1. Artinya, ketiga mobil tersebut
tarif pajaknya berbeda-beda pula, yakni 2%, 2,5%, dan 3%. Sedangkan kepemilikan motor
merupakan motor pertama dan atas nama pribadi Pak Kelik dengan tarif pajaknya 2%. Dari
STNK mobil tertulis PKB mobil sebesar Rp5.000.000. Lalu, SWDKLLJ sebesar Rp140.000.
Untuk motor, PKB yang tertulis di STNK sebesar Rp300.000 dan SWDKLLJ sebesar Rp80.000.

Mobil: NJKB = (PKB/2, 2.5, 3) x 100 = (Rp5.000.000) x 100 = Rp500.000.000

Motor: NJKB = (PKB/2) x 100 = (Rp500.000) x 100 = Rp50.000.000

Maka, pajak progresif tiap kendaraan yang dimiliki Pak Kelik adalah:

Perhitungan Pajak Mobil

Mobil Pertama

PKB: Rp500.000.000 x 2% = Rp10.000.000

SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)

Pajak: = Rp10.140.000

Mobil Kedua

PKB: Rp500.000.000 x 2,5% = Rp12.500.000

SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)

Pajak: Rp12.500.000 + Rp500.000 = Rp12.640.000

Mobil Ketiga

PKB: Rp500.000.000 x 3% = Rp15.000.000

SWDKLLJ: = Rp140.000 (+)

Pajak: Rp15.000.000 + Rp500.000 = Rp15.140.000


Perhitungan Pajak Motor

Motor 1

PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000

SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)

Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000

Motor 2

PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000

SWDKLLJ: = Rp80.000 (+)

Pajak: Rp1.000.000 + Rp80.000 = Rp1.080.000

https://peraturanpajak.com/2021/03/17/peraturan-menteri-dalam-negeri-republik-indonesia-
nomor-1-tahun-2021/

Anda mungkin juga menyukai