Anda di halaman 1dari 7

TUGAS II

ADMINISTRASI PERPAJAKAN

Nama : Febriawan Bagaskoro


NIM : 041703242

SOAL

1. Buatlah contoh dari pajak kendaraan yang berlaku saat ini !


2. Buatlah contoh cara perhitungan dari Pajak Penghasilan, PPh pasal 21, 22 dan 23
yang anda ketahui !
3. Jelaskanlah yang dimaksud dengan pajak berganda, serta kelemahan dan kelebihan
dari pajak berganda tersebut ! 
4. Sistem pemungutan pajak yang dicanangkan pemerintah mulia mununjukkan  hasi
yang cukup baik, walupun target belum tercapai, pihak pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak terus-menerus menggalakan pemungutan pajak yang luar
biasa hebat. Sebutkan perbedaan dari Witholding System dengan Self assesment
sistem yang saudara/i ketahui !

JAWABAN

1. Menurut perda no. 2 tahun 2015 tentang pengenaan pajak kendaraan DKI Jakarta tarif
pajak progresif dikenakan didasarkan atas nama dana tau alamat yang sama.
Provinsi DKI  Jakarta memiliki aturan baru mengenai pajak progresif
kendaraan bermotor, baik untuk motor maupun mobil. Pajak progresif tersebut diatur
dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Perubahan Perda Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
Berikut tarif pajak progresif kendaraan bermotor di wilayah Ibu Kota Jakarta sesuai
Perda No. 2/2015:

No. Urutan Kepemilikan Kendaraan Persentase Tarif Pajak

1. Kendaraan Pertama 2%

2. Kendaraan Kedua 2,5%

3. Kendaraan Ketiga 3%

4. Kendaraan Keempat 3,5%

5. Kendaraan Kelima 4%

6. Kendaraan Keenam 4,5%

7. Kendaraan Ketujuh 5%

8 Kendaraan Kedelapan 5,5%


9. Kendaraan Kesembilan 6%

10. Kendaraan Kesepuluh 6,5%

11. Kendaraan Kesebelas 7%

12. Kendaraan Kedua Belas 7,5%

13. Kendaraan Ketiga Belas 8%

14. Kendaraan Keempat Belas 8,5%

15. Kendaraan Kelima Belas 9%

16. Kendaraan Keenam Belas 9,5%

17. Kendaraan Ketujuh Belas 10%

Selain aturan di atas, ada juga aturan mengenai pengenaan pajak pada pemilik
kendaraan. Disebutkan bahwa pajak progresif tidak lagi berlaku berdasarkan nama dan
alamat di KTP saja, namun dilihat pula nama dan alamat di Kartu Keluarga (KK).
Misalnya, ada seorang anak yang mempunyai kendaraan pribadi dan masih terdaftar
dalam satu KK dengan orangtuanya, maka akan dikenakan pula pajak progresif
tersebut kepada si anak. Lain lagi jika anak sudah memiliki alamat yang berbeda
dengan orangtuanya, maka pajak progresif tidak diberlakukan pada anak tersebut.

Contohnya :

Motor Nmax 155 NJKB (Nilai Jual Kendaraan Bermotor) sebesar Rp. 29.500.000 x 2%
tarif pajak = Rp. 590.000.
Dikarenakan rumus hitung pajak kendaraan adalah PKB + SWDKLLJ. Maka kita wajib
mengetahui nilai dari SWDKLLJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan).
Nilainya:
Mobil = Rp. 143.000,-
Motor = Rp. 35.000,-
Maka, hitung pajak kendaraan Tahunan:
Kendaraan Anda = PKB + SWDKLLJ
menjadi : PKB = Rp. 590.000
SWDKLLJ = Rp. 35.000
Total Bayar = Rp. 625.000.
2. Buat contoh perhitungan dari PPh pasal 21, 22 dan 23 yang anda ketahui

a. PPH 21
Pemasukan
Gaji Pokok: 8 juta x 12 bulan= Rp. 96.000.000
Uang Makan: 630 ribu x 12 bulan= Rp. 7.560.000
Tunjangan: 1 juta x 12 bulan= Rp. 12.000.000
Jika ditotal: Rp. 115.560.000,-

Pengeluaran
PTKP: Rp. 63.000.000 (Sesuai ketentuan)
Biaya Jabatan: Rp. 6.000.000
Iuran Pensiun: Rp. 3.000.000
Jika ditotal: Rp. 72.000.000,-
Penghasilan Bersih: Rp. 43.560.000
Pajak di bawah 50 juta rupiah adalah: 5%.
Jadi, penghitungan pajak adalah Rp. 43.560.000 x 5%= Rp. 2.178.000/tahun Berapa
perbulannya? Rp. 2.178.000/12= Rp. 181.500,-

Kesimpulannya, Sindi harus membayar pajak penghasilan PPh 21 sebesar Rp. 181.500
di setiap bulannya.

b. PPH 23

Penghitungan PPh Pasal 23 menggunakan tarif dikalikan dengan jumlah bruto.

PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan
percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh
Pasal 23 kepada beberapa pihak dengan rincian:

1. Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis: Damayanti dengan NPWP


01.444.888.2.987.000, Nurmadina NPWP 01.888.555.2.456.000, dan Azzahra yang
belum memiliki NPWP. Royalti yang diberikan kepada Damayanti sebesar
Rp25.000.000. Royalti untuk Nurmadina sebesar Rp10.000.000, dan royalti untuk
Azzahra sebesar Rp5.000.000.
2. Pembayaran bunga pinjaman kepada BRI dengan NPWP 03.111.222.2.541.000 untuk
bulan September sebesar Rp1.500.000.

Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk PT Insan Media Print adalah
sebagai berikut:

1. Untuk pembayaran royalti kepada penulis:

Damayanti 15% x Rp25.000.000 =


Rp3.750.000 Nurmadina 15% x
Rp10.000.000 = Rp1.500.000 Azzahra
15% x Rp5.000.000 = Rp750.000
Karena Azzahra masih belum memiliki NPWP, maka dikenakan tambahan PPh sebesar
100% dengan nominal = 100% x Rp750.000 = Rp750.000
Dengan demikian, Azzahra akan terkena pemotongan sebesar Rp750.000 +
Rp750.000 = Rp1.500.000. Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23, penulis
akan mendapatkan hasil bukti pemotongan.

2. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal
23. Sebab termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan
merupakan pengecualian terhadap PPh Pasal 23

c. PPH 22
Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri Tertentu

1. Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada PT Indah
Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
2. Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas menjual hasil
produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar. Harga tersebut sudah
termasuk PPN sebesar 10%.
3. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT Adi Karya
senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.

N PPh Pasal 22 yang Dipungut Nilai (Rp)


o

1 DPP PPN = (100/110) x Rp825.000.000 Rp750.000.000

0,25% x Rp750.000.000 Rp1.875.000

2 DPP PPN = (100/110) x Rp550.000.000 Rp500.000.000

0,25% x Rp500.000.000 Rp500.000

3 DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 Rp1.000.000.000

0,25% x Rp1.000.000.000 Rp3.000.000

• Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha Selain
Pertamina
PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?

Jawaban:
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan
bakar minyak adalah: 0,3% x Rp 300.000.000 = Rp900.000

3. Pajak ganda (internasional) diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua
negara (atau lebih) terhadap subjek pajak dan atas objek pajak yang sama, serta dalam
periode yang identik. Dapat pula diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama
oleh dua negara (atau lebih) terhadap subjek pajak yang berlainan atas objek pajak yang
sama. Jenis pajak ganda menurut pengertian yang pertama merupakan pajak ganda
internasional yuridis (juridical international double taxation), sementara jenis pajak ganda
menurut pengertian yang kedua merupakan pajak ganda internasional ekonomis
(economic international double taxation). Untuk menghindari atau mengurangi adanya
pajak berganda maka Indonesia melakukan tax Treaty atau Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda yang disingkat P3B dengan negara-negara mitra . Tujuan dari tax treaty
selain menghindari pengenaan pajak berganda juga untuk menghindari pengelakan
pajak.

Tujuan diadakannya P3B adalah:


Mencegah terjadinya pemajakan berganda, serta mencegah terjadinya penghindaran
pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion);
Memberikan kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua Negara;
Peningkatan investasi dan Sumber Daya Manusia;
Pertukaran informasi melalui Exchange Of Information (EOI) guna
mencegah penghindaran pajak; dan
Penyelesaian sengketa melalui Mutual Agreement Procedure (MAP), dan bantuan dalam
penagihan pajak.

Kedudukan P3B adalah lex specialist terhadap Undang-Undang domestik (aturan hukum
khusus akan mengesampingkan aturan hukum umum). Artinya jika ada ketentuan dalam
undang-undang domestik yang bertentangan dengan ketentuan dalam P3B maka yang
dimenangkan adalah ketentuan P3B. Dalam menentukan hak pemajakan, azas yang
digunakan adalah sumber penghasilan, status kewarganegaraan, dan status
kependudukan.Pada awalnya tax treaty bertujuan mengurangi double taxation sehingga
aturan yang ada dalam tax treaty mengurangi hak pemajakan both contracting states.
Kelemahan ini kemudian dimanfaatkan tax planner untuk menghindari pajak sehingga
wajib pajak bebas pajak. Negara-negara kemudian sadar adanya double non-taxation.

4. Sistem pemungutan pajak yang dicanangkan pemerintah mulia mununjukkan hasil yang
cukup baik, walaupun target belum tercapai, pihak pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak terus-menerus menggalakkan pemungutan pajak yang luar biasa hebat.
Sebutkan perbedaan dari Witholding System dengan Self assesment sistem yang
saudara/i ketahui
Untuk pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi tiga sistem yang biasa digunakan oleh
negara kepada wajib pajak. Berikut adalah tiga sistem pemungutan pajak di Indonesia
beserta dengan penjelasan yang lebih rinci :

1. Self Assessment System


Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan secara mandiri.

Bisa dikatakan, wajib pajak adalah pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar,
dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib
pajak. Self assessment system biasanya diterapkan pada jenis pajak pusat. Misalnya adalah
jjenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di
Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.

Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekuarangan, yaitu karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan berusaha untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin dengan membuat laporan
palsu atas pelaporan kekayaan

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu secara mandiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak telat
lapor, telat bayar pajak, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan
namun tidak dibayarkan.

2. Official Assessment System


Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai
pemungut pajak kepada seorang wajib pajak.

Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak terutang akan diketahui setelah
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh aparat perpajakan. Sistem pengmabilan pajak ini
biasanya diterapkan dalam pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB).

Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan
pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung
pajak terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

 Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.


 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Besaran pajak terutang akan dketahui setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

3. Withholding System
Pada siistem pemungutan pajak withholding system, besarnya pajak biasanya dihitung oleh
pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding
System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi atau
perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke kantor pajak untuk membayarkan
pajak tersebut.

Jenis pajak yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong atau bukti
pungut biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem
ini.

Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti
potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari
wajib pajak yang bersangkutan.

Sumber :

 BMP Administrasi Perpajakan


 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 02 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2010 tentang Pajak
Kendaraan Bermotor
 https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak

Anda mungkin juga menyukai