Anda di halaman 1dari 6

AKUNTANSI PAJAK

UNDANG UNDANG TARIF PAJAK

OLEH KELOMPOK 4 :

NI KADEK TARI MAYA PERTIWI (2102022689)

IDA AYU RATIH AGUSTIAWATI (2102022690)

PUTU ASTI ADISWARI (2102022691)

I KOMANG PASEK SANDIASA (2102022721)

NI LUH PUTU WIDIANTARI (2102022751)

VB AKUNTANSI PAGI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

DENPASAR

2023/2024
Peraturan Perajakan Terbatu 2023

Jakarta, 1 Agustus 2023-Pemerintah menerbitkan aturan pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) melalui pengundangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72 Tahun 2023 tentang Penyusutan Harta Berwujud dan/atau
Amortisasi Harta Tak Berwujud pada 17 Juli 2023. Aturan ini memberikan kepastian hukum sesuai
UU HPP dan melakukan simplifikasi peraturan perundang-undangan terkait penyusutan dan
amortisasi yang sebelumnya tersebar di beberapa peraturan. Beberapa pokok pengaturan dalam
PMK-72 Tahun 2023 adalah sebagai berikut:

 Penyusutan dilakukan atas harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, atau memelihara (3M)
penghasilan dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun (khusus selain bangunan).
 Masa manfaat harta berwujud tetap sama dengan pengaturan sebelumnya, yakni
kelompok 1 selama 4 tahun, kelompok 2 selama 8 tahun, kelompok 3 selama 16 tahun,
dan kelompok 4 selama 20 tahun. Sementara untuk bangunan yaitu bangunan permanen
selama 20 tahun dan tidak permanen selama 10 tahun.
 Pengaturan baru terdapat pada masa manfaat harta berupa bangunan permanen. Wajib
Pajak (WP) kini dapat memilih melakukan penyusutan bangunan permanen selama 20
tahun atau sesuai masa manfaat sebenarnya berdasarkan pembukuan WP.
 Ada pengaturan terkait biaya perbaikan. Biaya perbaikan harta berwujud yang memiliki
masa manfaat lebih dari satu tahun dikapitalisasi pada nilai sisa buku fiskal harta
berwujud dan dibebankan melalui penyusutan.
 Ada pengaturan terkait penggantian asuransi. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan
harta yang mendapatkan penggantian asuransi, jumlah nilai sisa buku fiskal harta yang
dialihkan atau ditarik dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransi dibukukan atau diakui sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penarikan tersebut.
 Aturan Tarif PPh 21 Terbaru 2023
Aturan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah
pengeluaran minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar Wajib Pajak dalam satu tahun. Besar
PTKP bergantung pada status dan jumlah tanggungan Wajib Pajak.

Status PTKP PTKP Tahunan

TK/0 54.000.000

TK/1 58.500.000

TK/2 63.000.000

TK/3 67.500.000

K/0 58.500.000

K/1 63.000.000

K/2 67.500.000

K/3 72.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP).


Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015, Penghasilan Kena Pajak
(PKP) adalah penghasilan netto karyawan tetap atau penerima pensiun berkala yang sudah
dikurangi PTKP dan biaya jabatan 5%.
Di sisi lain, PKP karyawan kontrak (PKWT) adalah penghasilan bruto yang dikurangi PTKP.

Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai dengan 60 juta 5%

60 juta – 250 juta 15%

250 juta – 500j uta 25%

500 juta – 5 milyar 30%

Diatas 5 milyar 35%


 Tarif PPh Pasal 22
Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut:
 Atas impor:
1. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
2. non-API = 7,5% x nilai impor;
3. yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
 Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
 Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, yaitu:
1. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
2. Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
3. Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
 Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
1. Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final
 Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
 Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API = 0,5% x nilai impor.
 Atas penjualan
1. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
2. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
3. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
4. Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya
lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
5. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv),
minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima
miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari
harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
 Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Rekanan sehubungan dengan
transaksi:
a. penjualan barang;
b. penyerahan jasa; dan/ atau
c. persewaan dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
yang dilakukan melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi Pengadaan sebesar
0,5% (nol koma lima persen) dari seluruh nilai pembayaran yang tercantum
dalam dokumen tagihan, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PMK-58/PMK.03/2022).
 Pihak Lain untuk melakukan pemungutan, penyetoran, dan/ atau pelaporan Pajak
Penghasilan atas penjualan:
a. Emas Perhiasan; dan/ atau
b. emas Batangan
Dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 yaitu sebesar 0,25% (nol koma dua lima
persen) dari Harga Jual Emas Perhiasan dan/atau HargaJual emas Batangan
(PMK-48/PMK.03/2023).

Dasar hukum tarif pajak yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan(UU PPh) dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022
tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak
Penghasilan

UU PPh mengatur secara umum mengenai pajak penghasilan, termasuk tarif pajak. UU PPh
telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir adalah perubahan yang dilakukan
oleh UU HPP.

UU HPP menurunkan tarif pajak penghasilan badan dari 22% menjadi 17%. Perubahan ini
mulai berlaku pada tahun pajak 2023.

Tarif pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi juga mengalami perubahan dengan
adanya UU HPP. Tarif pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi yang
berpenghasilan di atas Rp 500 juta menjadi 35%, naik dari sebelumnya 30%.

Perubahan tarif pajak penghasilan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
investasi di Indonesia.
Daftar Sumber

https://indopajak.id/tarif-pph-21-2023/

https://www.pajak.go.id/id/siaran-pers/pmk-72-tahun-2023-terbit-berikut-pokok-aturannya

https://www.pajak.go.id/index.php/id/pph-pasal-22

Anda mungkin juga menyukai