Anda di halaman 1dari 3

TARIF PPh WAJIB PAJAK BADAN

1. Besar Tarif Pph Wp Badan


 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) bagian b
menyatakan bahwa tarif pajak yang dikenakan secara umum kepada WP Badan
adalah sebesar 28% sejak 2009.
Kemudian tarif PPh Badan turun menjadi 25%. Tarif ini mulai diberlakukan untuk
tahun pajak 2010.
 Selanjutnya tarif pajak badan kembali direvisi pada Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan Nomor 7 Tahun 2021 Melalui UU HPP, terkait tarif PPh Badan
berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022.
 Sehingga, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh Badan versi
peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar 20%.

2. Cara Perhitungan PPh WP Badan

Penghasilan Kotor (Bruto) (RP) Tarif Pajak


Kurang dari Rp4,8 miliar 50% x *22% x Penghasilan Kena Pajak
[(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang
Lebih dari Rp4.8 miliar s/d Rp50 Miliar Memperoleh Fasilitas] + (25% x Penghasilan Kena
Pajak Tidak Memperoleh Fasilitas
Dihitung berdasarkan ketentuan umum atau tanpa
Lebih dari Rp50 Miliar
fasilitas pengurangan tarif.

Peredaran Bruto   Rp6.000.000.000


Biaya terkait penghasilan usaha   Rp5.400.000.000 (-)
Penghasilan Neto Usaha   Rp600.000.000
Penghasilan lain Rp50.000.000  
Biaya terkait penghasilan lain Rp30.000.000 (-)  
Penghasilan lainnya neto   Rp20.000.000 (+)
Total Penghasilan Neto   Rp620.000.000
Kompensasi Kerugian   Rp10.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak (PKP)   Rp610.000.000
PPh Terutang: Rp610.000.000 x 22% Rp134.200.000
Kredit Pajak:    
PPh Pasal 25 Rp90.000.000  
PPhPasal 22 dipungut pihak ketiga Rp12.000.000  
PPh Pasal 23 dipotong pihak ketiga Rp15.000.000 (+)  
Total Kredit Pajak   Rp117.000.000 (-)
Pajak yang masih harus dibayar   Rp17.500.000
3. Jelaskan Terkait Tarif Pph Badan Bagi Emiten Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2020 pasal 3 ayat 1
menjelaskan bahwa Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri berbentuk Perseroan Terbuka
dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa efek di
Indonesia paling sedikit 40% dan memenuhi persyaratan tertentu dapat memperoleh
tarif lebih rendah sebesar 3%. Artinya yang tarif 22% menjadi 19%, dan yang tarif
20% menjadi 17%. Namun karena pemerintah batal menerapkan tarif 20% pada tahun
2022 dan tetap memakai tarif sebesar 22%, maka jika Wajib Pajak memperoleh
pengurangan tarif sebesarr 3% maka tarifnya akan menjadi 19%
4. Norma Penghitungan Khusus Bagi WP Tertentu
Norma penghitungan khusus ini mirip dengan PPh Final, perbedaannya,
norma penghitungan khusus untuk menghitung penghasilan neto. Hal ini sesuai
dengan bunyi Pasal 15 Undang-undang PPh yang menyatakan bahwa Norma
Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu
yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3)
ditetapkan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak tertentu yang dikenakan pajak dengan Norma Penghitungan Khusus :

a) Perusahaan Pelayaran atau Penerbangan Internasional


(Keputusan Menteri Keuangan nomor 417/KMK.04/1996)

 Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan


Luar Negeri ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto.
 Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan
luar negeri adalah sebesar 2,64% (dua koma enam puluh empat persen) dari
peredaran bruto.
 Karena sudah ada tarif PPh terutang, maka Menteri Keuangan menetapkan bahwa
tarif PPh ini bersifat Final.

b) Perusahaan yang Melakukan Investasi dalam Bentuk Bangun-Guna-Serah /


Build Operate and Transfer (BOT)
(Keputusan Menteri Keuangan nomor 248/KMK.04/1995)
Atas penghasilan diatas, terutang Pajak Penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari
jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak
(NJOP) bangunan yang bersangkutan. Bagi orang pribadi bersifat final, sedangkan
bagi Wajib Pajak badan merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang
dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan.

c) Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Dalam Negeri


(Keputusan Menteri Keuangan nomor 416/KMK.04/1996)
 Penghasilan neto bagi Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri
ditetapkan sebesar 4% (empat Persen) dari peredaran bruto.
 Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang
bagi Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar 1,2% (satu
koma dua persen) dari peredaran bruto.
 Karena sudah ada tarif PPh terutang, maka Menteri Keuangan menetapkan
bahwa tarif PPh 1,2% bersifat Final.

d) Wajib Pajak Luar Negeri Yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di


Indonesia
(Keputusan Menteri Keuangan nomor 634/KMK.04/1994)

 Penghasilan neto dari Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor


perwakilan dagang di Indonesia ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai
ekspor bruto.
 Pajak Penghasilan adalah sebesar 0,44% (empat puluh empat per
seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.

Nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada
atau bertempat kedudukan di Indonesia. Walaupun dasar pengenaannya disebut
nilai ekspor bruto, tetapi maksudnya bukan ekspor dalam pengertian penjualan
barang dari Indonesia ke luar negeri. Maksud ekspor bruto disini dari sisi Wajib
Pajak luar negeri, yaitu penjualan di Indonesia

REFERENSI
https://aguspajak.com/2018/10/24/pph-dengan-norma-perhitungan-khusus/
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-badan-jenis-tarif-hitung-dan-lapor-pajak/
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/139577/pp-no-30-tahun-2020#:~:text=PP%20No.
%2030%20Tahun%202020,Perseroan%20Terbuka%20%5BJDIH%20BPK%20RI
%5D&text=LN.2020%2FNO.152,GO.ID%20%3A%207%20HLM.

Anda mungkin juga menyukai