NIM : 2015654016
Absen : 07
Kelas : 5B D4 Akuntansi Perpajakan
POST-TEST
Pasal 2 ayat 2
Dalam PP 23 / 2018 terjadi perubahan tarif PPh Final dari 1% menjadi 0,5% dari
peredaran bruto atau omset
Pasal 3 ayat 2
Wajib Pajak dapat memilih apakah ingin dikenakan PPh Final tariff 0,5% dari
Omset ataukah dikenakan PPh dengan tariff sesuai Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal
17 ayat (2a), atau Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008
Pasal 5 ayat 1
Bagi Wajib Pajak yang memilih dikenakan Pajak Final dengan tariff 0,5% ini
tetapkan batas waktu dalam pengenaan pajaknya. Adapun jangka waktu yang
diberikan yaitu:
a. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
b. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi,
persekutuan komanditer, atau firma; dan
c. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan
terbatas.
Apabila batas waktu tersebut telah berakhir, maka Wajib Pajak dalam
menghitung pajaknya harus menggunakan tarif sesuai dengan Pasal 17
dan/atau Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Pasal 3 ayat 1
Wajib Pajak yang dapat memanfaatkan tariff pph final 0,5% ini adalah wajib
pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak yaitu
a. Wajib Pajak orang pribadi
b. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma,
atau perseroan terbatas
Pasal 2 ayat 3
Wajib Pajak yang tidak dapat memenfaatkan PPh Final 0,5% ini adalah :
a. Wajib Pajak yang penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, baik Wajib
Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.
b. Wajib Pajak yang penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri
yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri;
c. Wajib Pajak yang penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tersendiri
d. Wajib Pajak yang penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Pasal 4 ayat 1
Omset yang dilaporkan berdasarkan keseluruhan omset dari USAHA termasuk
omset dari cabang-cabang
Pasal 6 ayat 2
Dasar Pengenaan Pajak adalah dari Omset sebelum dikurangi potongan penjualan,
potongan tunai, dan/atau potongan sejenis
2. Jelaskan apa yang anda pahami terkait pertimbangan menggunakan PP23 atau PPh
Pasal 17!
JAWABAN
Dalam PP 23 tahun 2018, diberikan opsi kepada Wajib Pajak untuk memilih tariff yang
akan dikenakan untuk memberikan rasa keadilan bagi Wajib Pajak yaitu:
a. Bagi wajib pajak pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan
dengan tertib, pengenaan tarif PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Perhitungan pajak menjadi sederhana
yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh Final memiliki
konsekuensi yakni Wajib Pajak tetap harus membayar pajak meski sedang dalam
perusahaannya mengalami kerugian.
b. Sementara Wajib Pajak yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih
untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17
ayat (2a), atau Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008 Konsekuensinya, pajak yang harus
disetorkan lebih besar dibandingkan penyetoran pajak menggunakan tariff 0,5%.
Keuntungannya adalah apabila Perusahaan mengalami kerugian, maka wajib pajak
tidak membayar pajak atau Nihil
Apabila Wajib Pajak memilih untuk dikenakan pajak menggunakan tarif umum UU
PPh, wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak dan untuk
Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
3. Jelaskan perbedaan terkait perlakuan perpajakan penghasilan dari jasa konstruksi
berdasarkan PP 51 tahun 2008 & PP 9 tahun 2022!
JAWABAN :
Terdapat beberapa perbedaan perlakuan terhadap PPh atas usaha jasa konstruksi,
beberapa diantaranya yaitu terkait klasifikasi usaha jasa konstruksi dan perubahan
tarifnya. Pada pasal 2 ayat (2) PP9/2022, klasifikasi usaha jasa konstruksi yang awalnya
dibagi menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan berubah menjadi Konsultasi
Konstruksi, Pekerjaan Konstruksi dan Pekerjaan Konstruksi Integrasi.
Menyelenggarakan
Memiliki kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil Sifat
1 kualifikasi 1
perencanaan menjadi Umum
usaha
bentuk bangunan fisik
Pembangunan,
lain, termasuk di
pengoperasian,
dalamnya pekerjaan
pemeliharaan,
konstruksi terintegrasi Pekerjaan
Pelaksanaan pembongkaran, dan
yaitu penggabungan konstruksi
Tidak pembangunan
fungsi lainnya dalam Sifat
memiliki kembali suatu
2 model penggabungan 2 Spesiali
kualifikasi bangunan
perencanaan, pengadaan s
usaha , dan pembangunan serta
model penggabungan
perencanaan dan
pembangunan.
Memiliki Gabungan pekerjaan
1 kualifikasi konstruksi dan jasa
usaha konsultasi konstruksi,
termasuk di dalamnya
Melaksanakan pekerjaan
penggabungan fungsi
pengawasan sejak awal
Pekerjaan layanan dalam model
pelaksanaan pekerjaan
Pengawasan Tidak Konstruksi penggabungan
konstruksi sampai
memiliki Integrasi perencanaan,
2 kualifikasi selesai dan pengadaan, dan
diserahterimakan
usaha pembangunan serta
model penggabungan
perencanaan dan
pembangunan
Selain itu, pada Pasal 3 ayat (1) PP 9/2022 terdapat perubahan tarif PPh untuk usaha jassa
konstruksi
Memiliki /
Menengah & Pekerjaan
Pelaksanaan 3% Menengah, besar, 2,65%
Besar Konstruksi
Spesialis
Tidak Tidak
4% Tidak Memiliki 4,00%
memiliki Memiliki
Perencanaan Memiliki 4% Pekerjaan Memiliki 2,65%
& Tidak Konstruksi
Pengawasan 6% Integrasi Tidak Memiliki 4,00%
memiliki
Memiliki Memiliki 3,50%
Konsultasi
Tidak
Konstruksi Tidak Memiliki 6,00%
Memiliki