Anda di halaman 1dari 19

Sesi 5 Perpajakan atas Transaksi Industri tertentu

Industri Jasa Konstruksi

DADANG ABDUL MUTI


Be an active
learner
Pendahuluan
Sebagaimana kita tahu, pajak merupakan pungutan wajib yang
dibayarkan kepada negara atas Barang Kena Pajak (BKP) maupun
Jasa Kena Pajak (JKP). Salah satu bidang usaha yang dikategorikan
sebagai Jasa Kena Pajak adalah usaha di bidang konstruksi. Pajak
yang dikenakan pada perusahaan konstruksi adalah Pajak
Penghasilan (PPh).
USAHA jasa konstruksi merupakan objek pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dalam kegiatan
usaha jasa konstruksi, kontraktor atau pengusaha jasa konstruksi
menjadi subjek pajak.
Hal ini berlaku baik bagi yang sudah maupun yang belum memiliki
sertifikasi dan kualifikasi sebagai profesional dalam bidang
konstruksi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun
2006.
Sumber Hukum

1.UU No. 7 tahun 1983 sttd UU No. 36/2008 tentang


pajak penghasilan pada pasal 4 ayat (2).

2.Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pajak


atas usaha jasa konstruksi tercantum dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2008
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 40
tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi (selanjutnya
disebut PP 51/2008 stdd PP 40/2009).
3. Jenis-jenis Jasa Konstruksi
Jasa konstruksi dibagi menjadi empat jenis, yaitu pekerjaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan konstruksi. Berikut pemahaman lebih lanjut
mengenai keempat jenis jasa konstruksi berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2008.

1. Pekerjaan Konstruksi, merupakan rangkaian kegiatan perencanaan,


pelaksanaan, serta pengawasan yang meliputi pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, serta tata lingkungan berikut kelengkapannya.
Pekerjaan konstruksi bertujuan mewujudkan suatu bangunan maupun bentuk
fisik lain.

2. Perencanaan Konstruksi, adalah jasa yang diberikan oleh orang maupun


badan yang dianggap ahli pada bidang tersebut. Berbeda dengan pekerjaan
konstruksi yang memiliki hasil akhir berwujud bangunan atau fisik,
perencanaan konstruksi sekadar menghasilkan perencanaan dalam bentuk
dokumen.
Jenis-jenis Jasa Konstruksi
3. Pelaksanaan Konstruksi, merupakan jasa yang dilakukan oleh pribadi
maupun badan yang telah dinyatakan sebagai ahli di bidang pelaksanaan
konstruksi. Hasil dari pelaksanaan konstruksi adalah berupa bentuk bangunan
atau bentuk fisik lainnya. Dalam Pelaksanaan Konstruksi, termasuk juga
pekerjaan konstruksi yang terintegrasi, yaitu penggabungan fungsi layanan
dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, serta
pembangunan (engineering, procurement, and construction) dan model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

4. Pengawasan Konstruksi, adalah jasa yang diberikan oleh orang maupun


pribadi yang merupakan ahli atau profesional di bidang tersebut. Penyedia jasa
memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan sejak awal kegiatan
konstruksi dilaksanakan hingga selesai dan diserahterimakan.
Tarip 2%, 3%, 4%
atau 4%, 6% ?
Jakon ??
Siapakah Subyek Pajak Jasa
Konstruksi ?

Dengan demikian, Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi


perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi.

4. Subyek Pajak :
Adapun subjek pajak jasa konstruksi itu sendiri antara lain orang
pribadi, badan, atau bentuk usaha tetap (BUT) yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai
perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas
konstruksi maupun sub-nya. Penghasilan terkait usaha jasa
konstruksi ini tentunya dikenakan Pajak. Pajak yang dikenakan adalah
Penghasilan yang bersifat Final yaitu PPh pasal 4 ayat 2 UU PPh.
5. Pengguna dan penyedia jasa :

Pengguna jasa adalah orang pribadi atau


badan yang membutuhkan layanan jasa
konstruksi. Pengguna Jasa Konstruksi adalah
Pemberi Penghasilan.

Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau


badan yang aktivitas usahanya menyediakan
layanan jasa konstruksi. Dengan demikian
Penyedia Jasa Konstruksi adalah Penerima
Penghasilan.
6. Tarif PPh Jasa Konstruksi *)
(PP No. 51 Tahun 2008)
No. Jenis Kegiatan Kualifikasi Tarif **)

1. Pelaksanaan Konstruksi Kualifikasi usaha kecil 2%

2. Pelaksanaan Konstruksi Tidak memiliki kualifikasi 4%


usaha
3. Pelaksanaan konstruksi di Kualifikasi usaha menengah 3%
luar angka 1 dan 2 dan besar
4. Perencanaan dan Memiliki kualifikasi 4%
pengawasan konstruksi
5. Perencanaan dan Tidak memiliki kualifikasi 6%
pengawasan konstruksi

*] Bersifat final.
**) dari jumlah kontrak tidak termasuk PPN
Khusus untuk jasa pelaksanaan konstruksi, kualifikasi usaha itu dibagi
kedalam tiga kelompok yakni: kecil, menengah dan besar.

Menurut Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 pengelompokkan tersebut


didasarkan pada apa yang disebut grade yaitu tingkat kemampuan atau
kompetensi dari si kontraktor, seperti tampak pada tabel berikut:

Kualifikasi Kelompok Grade Kompetensi Peruntukan

Kecil K3 1 Rp0 - Rp100 Juta Pengusaha perorangan dan badan usaha

Kecil K2 2 Rp100 Juta – Rp300 Juta Pengusaha perorangan dan badan usaha

Kecil K1 3 Rp300 Juta – Rp600 Juta Pengusaha perorangan dan badan usaha

Kecil 4 Rp600 Juta – Rp1 Miliar Pengusaha perorangan dan badan usaha

Menengah M 5 Rp1 Miliar – Rp10 Miliar Badan usaha

Besar B2 6 Rp1 Miliar – Rp25 Miliar Badan usaha

Besar B1 7 Rp1 Miliar – tidak dibatasi Badan usaha (termasuk asing)


7. NILAI KONTRAK dan DPP :
Nilai kontrak jasa konstruksi :

Nilai yang tertera dalam suatu kontrak jasa konstruksi secara


keseluruhan. Sedangkan yang menjadi subjek dan objek pajak
adalah wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT)
yang memperoleh pendapatan dari usaha dalam bidang jasa
konstruksi.

Sedang Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Kontrak sebelum


dikenakan PPN.
8. Ketentuan Pembayaran dan Pelaporan
Peraturan mengenai PPh atas usaha jasa konstruksi bersumber pada
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008. Peraturan ini
merupakan pembaruan dari Peraturan serupa yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000. Dengan demikian, pembayaran
kontrak hingga 31 Desember 2008 masih mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi.
Apabila PPh yang terutang melalui proses pemotongan, pajak
disetorkan ke bank persepsi atau kantor pos maksimal tanggal 10
bulan berikutnya usai masa pajak berakhir. Sementara jika penyedia
jasa wajib menyetor sendiri PPh, pembayaran ke bank persepsi
maupun kantor pos dapat dilakukan maksimal pada tanggal 15 bulan
berikutnya usai masa pajak berakhir. Laporan pemotongan maupun
penyetoran pajak yang disampaikan melalui Surat Pemberitahuan
Masa ke Kantor Pelayanan Pajak maupun KP2KP dilakukan
maksimal 20 hari usai masa pajak berakhir. Apabila jatuh tempo
penyetoran adalah hari libur, penyetoran atau pelaporan bisa
dilakukan pada hari kerja sesudahnya.
Pajak penghasilan dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran,
dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak. Apabila pengguna
jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk
usaha tetap atau wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Pajak, maka akan dipotong oleh pengguna jasa
pada saat pembayaran uang muka dan termin.
Sementara itu, apabila pengguna jasa bukan merupakan pemotong PPh,
maka kontraktor selaku pemberi jasa dan penerima penghasilan wajib
menyetorkan sendiri PPh Final yang terutang tersebut.

Pembayaran PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan paling


lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan
terutangnya PPh oleh pengguna jasa atau tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh pemberi
jasa.
Sementara, pelaporan PPh Final bagi pengguna dan pemberi
jasa harus dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan terutangnya PPh atau bulan diterimanya
pembayaran atas jasa konstruksi.
Latihan 1 ( Tarif Konstruksi sesuai kualifikasi)
1. Pada 2 Januari tahun 2017, PT WilIis berencana membangun gudang di
kawasan Cikarang, untuk rencana tersebut perusahaan menggunakan jasa
konsultan perencana konstruksi dari PT Graha Design (tidak
berkualifikasi), PT Graha Selaras (kualifikasi besar) sebagai pelaksana
konstruksi, dan PT Gapura Menteng (berkualifikasi) sebagai konsultan
pengawasan konstruksi. Untuk rencana tersebut telah disepakati
perjanjian kerja dengan nilai :
- perencanaan konstruksi sebesar Rp 150.000.000
- pelaksanaan konstruksi sebesar Rp 25.000.000.000
- pengawasan konstruksi Rp 200.000.000,00.
Hitunglah kewajiban pemotongan / pemungutan atas transaksi di atas jika :
1. Pembayaran 10% pada saat dilakukan penandatanganan kontrak untuk
semua kontraktor (2 Januari 2017).
2. Pembayaran kedua jika pekerjaan jasa telah selesai 50%, atau jika telah
selesai pekerjaan sesuai kontrak. Utk perencanaan selesai 100% pada 10
Juni 2017. Untuk pelaksana dan pengawasan nilai pekerjaan 50 % terjadi
pada 30 September 2017.

Ingat pada setiap pembayaran Jika Kontraktornya PKP maka harus memungut PPN.
Latihan 2 :

Jika perusahaan Jakon tidak mempunyai


pendapatan lain selain Jasa Konstruksi,
apakah dikenakan PPh badan?

Jelaskan jawaban sdr ?


Soal Latihan 3 :
PT. MERTA KARYA (MEKAR) merupakan perusahaan jasa konstruksi, namun demikian
perusahaan juga dalam kegiatannya memperoleh pendapatan lain terutama dari anak perusahaan.
PT. MEKAR merupakan perusahaan jakon menengah (KUALIFIKASI) yg dikenakan PPh 3 % Final
Dibawah ini disajikan Laporan Laba Rugi PT MEKAR untuk tahun buku 2016.

PT. MERTA KARYA (MEKAR)


Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir per 31 Desember 2016
Rp
PENDAPATAN PROYEK 35,000,000,000
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN POKOK PENDAPATAN Proyek
Beban Pokok Pendapatan 33,526,500,000
LABA KOTOR PENDAPATAN 1,473,500,000

BIAYA USAHA
-Biaya Pemasaran 554,115,115
-Biaya Adm. & Umum 2,495,774,032
Jumlah Biaya Usaha 3,049,889,147
LABA (RUGI) USAHA (1,576,389,147)
Pendapatan (Biaya) dari luar Usaha
1. Bagian Laba dari anak perusahaan (60 % saham) 1,600,000,000
2. Bunga Deposito Bank BCA (before tax 15%) 41,666,667
3. Pendapatan Sewa (Bangunan ktr) 50,000,000
5. Keuntungan Penjualan kendaraan dinas 560,000,000
6. Keuntungan Penjualan Tanah 150,000,000
8. Laba/Rugi selisih Kurs 162,500,000
Total Pendapatan lain-lain 2,564,166,667
LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM PPh 987,777,520

TTd
MARPAUNG 670
Direktur
Data tambahan :

1. Penyusutan aktiva tetap menurut fiskal lebih besar Rp 225.000.000,-


2. Terdapat kompensasi rugi tahun lalu yg belum dikompensasikan Rp 150.000.000
3. Pada tahun ini perusahaan mengerjakan proyek Pemda senilai Rp 12 Milyar.
4. Perusahaan mengangsur PPh psl 25 sebesar Rp 2.000.000,- per bulan.

Sdr Diminta :
1. Berapa Laba Fiskal thn 2016
2. Hitung PPh yg terhutang utk thn 2016
3. Hitung PPh kurang atau lebih bayar utk thn 2016

Anda mungkin juga menyukai