Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI REKAYASA SIPIL


Jl. K.H Ahmad Dahlan, No. 1 Pagesangan, Mataram Kode Pos:83232

TUGAS

MANAJEMEN KONSTRUKSI

DIBUAT OLEH:

NAMA : RINA FITRIANI

NIM : 2019D1B162

KELAS : 5F

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MATARAM


PERTEMUAN KE – 3
1. Dalam system Manajemen Terpadu, dikenal istilah Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dan
Auditor, beri penjelasan detail tentang hal tersebut.
2. Dalam Proses kontruksi salah satu indicator keberhasilan suatu Manajemen Kontruksi
adalah pengelolaan 5M yang tepat (Man, Material, Methode, Machinee dan Money) beri
penjelasan detail tentang hal tersebut..

1. Penjelasan Detail Tentang istilah Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dan Auditor sebagai
Berikut :

A. Pengguna Jasa
Ada beberapa definisi tentang pengguna jasa antara lain :
Pengguna Jasa (1) adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa
angkutan kereta api baik untuk angkutan orang maupun barang.” (Pasal 1 Angka 9 UU
Nomor 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian).

Pengguna Jasa (2) adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa
angkutan, baik untuk angkutan orang maupun barang.” (Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 14
Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).

Pengguna Jasa (3) adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.” (Pasal 1 Angka 3
UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi).

Pengguna Jasa (4) adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa
angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang.” (Pasal 1 Angka 12 UU
Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian).

Pengguna Jasa (5) adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa
Perusahaan Angkutan Umum.” (Pasal 1 Angka 22 UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan).
Pengguna Jasa (6) adalah pihak yang menggunakan jasa Pihak Pelapor.” (Pasal 1 Angka
12 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang).
Dalam PPh final atas usaha jasa konstruksi tentang peraturan pemerintah (PP) Nomor 51 tahun
2008 “pajak atas penghasilan dari kegiatan usaha jasa konstruksi” juga di jelaskan definisi
pengguna jasa.

a. Dalam PP ini, yang dimaksud dengan :

 Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi;


layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.
 Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup ekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
 Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
 Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yangmampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan dan pembangunan (enggineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build)
 Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal sampai selesai dan diserahterimakan.
 Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang
memerlukan layanan jasa konstruksi.
 Penyedia Jasa adalah Orang Pribadi atau badang termasuk bentuk usaha tetap yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana
konstruksi, pelaksanan konstruksi dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya.
 Nilai Kontrak Jasa konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa
konstruksi secara keseluruhan.

b. Atas Penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat Final

c. Tarif PPh untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sbb :

2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil;
4% (empat persen) untuk pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh penyedia Jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha;
3% (tiga persen) untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain
penyedia jasa dimaksud dalam point 1 dan 2 di atas [atau dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi menengah atau kualifikasi usaha besar];
4% (empat persen) untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
6% (enam persen) untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

d. Dalam hal penyedia jasa adalah Bentuk Usaha Tetap (BUT), maka tarif tersebut tidak
termasuk Branch Profit Tax(PPh pasal 26 ayat 4).

e. Sisa laba dari BUT setelah PPh yang bersifat final, dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan pasal
26 (4) UU PPh atau sesuai Tax Treaty

f. Tatacara pembayaran PPh yang bersifat final tersebut :

 Dipotong oleh pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan
pemotong pajak
 Disetor sendiri oleh penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong
Pajak.

g. Besarnya PPh yang dipotong atau disetor sendiri adalah :

 Jumlah pembayaran, tidak termasuk PPN dikalikan tarif PPh sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (1) PP 51 tahun 2008; atau
 Jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk PPN, dikalikan tarif PPh sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) PP 51 tahun 2008 dalam hal PPh disetor sendiri oleh
Penyedia Jasa

h. Masa Peralihan
Terhadap kontrak yang ditandatangani sebelum tanggal 1 Januari 2008 diatur :

 Untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak sampai dengan anggal 31 Desember
2008, pengenaan PPh diatur berdasarkan PP No 140 tahun 2000 tentang PPh atas
penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;
 Untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak setelah tanggal 31 Desember 2008,
pengenaan PPh berdasarkan PP 51 tahun 2008

Dalam PP ini dijelaskan bahwa :


Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang memerlukan
layanan jasa konstruksi.
B. Penyedia Jasa
Definisi penyedia barang jasa :
Penyedia barang jasa adalah istilah untuk badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain.

Subjek Pajak :

 Subjek pajak dalam hal ini adalah Kontraktor atas Pelaksanaan Konstruksi tersebut yaitu
orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya
pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and
construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and
build).

Objek Pajak :

Kontraktor yang meliputi orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli dan profesional tersebut
diatas, akan dikenakan Pajak Penghasilan dari kegiatan yang meliputi :
 Jasa Perencanaan Konstruksi, yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
 Jasa Pelaksanaan Konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan,
pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
 Jasa Pengawasan Konstruksi, pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan.

Dalam pelaksanaan pengadaan barang/ jasa pemerintah di Indonesia Penyedia Barang Jasa wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha


2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan
Barang/Jasa;
3. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang Jasa dalam kurun
waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk
pengalaman subkontrak;
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, dikecualikan bagi Penyedia Barang
Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
5. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam
Pengadaan Barang Jasa;
6. Dalam hal Penyedia Barang Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang Jasa harus
mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat presentase kemitraan
dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
7. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk Pengadaan
Barang dan Jasa Konsultansi;
8. Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Kontsruksi
memiliki dukungan keuangan dari bank;
9. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan jasa Lainnya harus memperhitungan
Sisa Kemampuan paket (SKP) sebagai berikut: SKP = KP – P; KP = nilai Kemampuan
Paket, dengan ketentuan: untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan
sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan, untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP)
ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
10. jumlah paket yang sedang dikerjakan.
11. jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir.
12. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan dan atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang
ditandatangani Penyedia Barang/Jasa;
13. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan
bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN
(bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan;
14. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;
15. Tidak masuk dalam Daftar Hitam
16. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan
17. menandatangani Pakta Integritas.

C. Auditor
Audit secara umum merupakan suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan mengkaji
secara objektif bahan bukti (evidence) perihal pernyataan ekonomi dan kegiatan lain. Hal ini
bertujuan mencocokan atau membandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil
langkah itu, disimpulkan suatu pendapat atau opini dan mengkomunikasikannya kepada pihak
yang berkepentingan (D.R. Carmichael dan J.J. Wilingham, 1987). Sedangkan audit proyek
didefinisikan oleh Leo Herbert (1979) sebagai

 Merencanakan, mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup jumlahnya,


relevan, dan kompeten
 Dilakukan oleh auditor yang bebas (independent)
 Dengan tujuan audit yaitu untuk menjawab beberapa pertanyaan :

· Auditor mengambil keputusan atau pendapat dari bahan pembuktian, dan melaporkannya kepada
pihak ketiga serta melengkapi bahan bukti untuk meyakinkan kebenaran isi laporan, dan usulan
perbaikan untuk meningkatkan efektifitas proyek.

Arti dan proses audit secara umum mencakup :


 Kegiatan audit terdiri dari langkah-langkah sistematis mengikuti urutan yang logis
 Pengkajian secara objektif; dilakukan oleh orang bebas, dalam arti tidak berperan dalam objek
yang akan diaudit.
 Diperlukan bahan bukti (evidence) yaitu fakta atau data dan informasi yang mendukung yang
harus dikumpulkan oleh auditor
 Ada kriteria sebagai patokan pertimbangan atau perbandingan. Kriteria merupakan standar
yang telah ditentukan dimana organisasi, manajemen, atau pelaksana harus mengikutinya
dalam usaha mencapai tujuan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Kriteria
digunakan auditor untuk menilai apakah suatu kegiatan telah dilakukan dengan benar atau
menyimpang
 Ada kesimpulan berupa pendapat atau opini auditor

Tahap Audit Proyek adalah :

 Survey pendahuluan
 Mengkaji dan menguji sistem pengendalian manajemen
 Pemeriksaan terinci
 Penyusunan laporan

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan diluar aspek utama :

 Organisasi, otorisasi, dll


 Perencanaan dan jadwal
 Kemajuan pelaksanaan pekerjaan
 Mutu barang dan pekerjaan
 Administrasi, pembelian dan jasa
 Engineering
 Konstruksi
 Anggaran, pendanaan, akuntansi, dll
 Perundang-undangan dan peraturan pemerintah

Faktor keberhasilan proyek :

 Misi proyek harus memiliki definisi awal tentang tujuan yang jelas mengenai diadakannya
proyek, serta garis besar petunjuk cara atau strategi mencapainya
 Dukungan dari pimpinan teras
 Perencanaan dan jadwal
 Konsultasi dengan pemilik proyek
 Personil
 Kemampuan teknis
 Acceptance dari pihak pemilik dalam hal ini pemilik ikut melakukan inspeksi, uji coba dan
sertifikasi pada tahap implementasi dan terminasi
 Pemantauan, pengendalian, dan umpan balik
 Komunikasi untuk mencegah duplikasi kegiatan, salah paham atau salah pengertian diantara
para peserta proyek
 Troble shooting; akan membantu memperkirakan persoalan yang akan terjadi jauh sebelum
permasalah terjadi.

Prosedur Auditor :

 Tahapan Perencanaan. Sebagai suatu pendahuluan mutlak perlu dilakukan agar auditor
mengenal benar obyek yang akan diperiksa sehingga menghasilkan suatu program audit
yang didesain sedemikian rupa agar pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien.
Mengidentifikasikan resiko dan kendali.
 Tahap ini untuk memastikan bahwa qualified resource sudah dimiliki, dalam hal ini aspek
SDM yang berpengalaman dan juga referensi praktik-praktik terbaik.
 Mengevaluasi kendali dan mengumpulkan bukti-bukti melalui berbagai teknik termasuk
survei, interview, observasi, dan review dokumentasi.
 Mendokumentasikan dan mengumpulkan temuan-temuan dan mengidentifikasikan dengan
audit.
 Menyusun laporan. Hal ini mencakup tujuan pemeriksaan, sifat, dan kedalaman
pemeriksaan yang dilakukan.
2. Penjelasan Detail tentang 5M (Man, Methode, Machine, Matherial, Money)
adalah sebagai Berikut :

Man (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya manusia adalah faktor yang paling vital dan menentukan dalam manajemen. Pada
unsur sumber daya manusia ini harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:

 Jumlahnya, harus sesuai dengan kebutuhan dan formasi


 Persyaratan, seperti keahlian, kemampuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman
 Komposisi, seperti pimpinan, pelaksana, bagian teknis, administrasi, dll

Methods (Metode)

Dalam manajemen diperlukan adanya beberapa metode untuk menentukan bagaimana suatu
pekerjaan dapat dilakukan. Serangkaian prosedur dan instruksi ditetapkan dengan
mempertimbangkan pada tujuan yang hendak dicapai, fasilitas yang tersedia, waktu, uang, dan
kegiatan bisnis. Metode-metode tersebut ditetapkan sebagai Standar Operasional yang baku
(SOP), yang berperan untuk meningkatkan penggunaan semua sumber daya dan faktor-
faktor produksi, sehingga semua pekerjaan bisa berjalan secara Efektif dan Efisien. metode adalah
suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan
waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang
melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan.

Machines (Mesin)

Mesin adalah Proses Pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Mesin dan peralatan kerja
lainnya sangat dibutuhkan untuk memudahkan pekerjaan yang sulit menjadi lebih cepat dan
efisien, serta berperan dalam meningkatkan hasil dan keuntungan. Dengan perkembangan
teknologi, penggunaan mesin semakin canggih dan modern, sehingga bisa meminimalisir
kesalahan dalam proses produksi dan pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif dengan hasil lebih
banyak. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

Materials (Bahan Baku)

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk
mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Untuk memproduksi suatu barang, perusahaan membutuhkan bahan baku. Ketersediaan bahan
baku sangat vital dalam proses produksi, baik berupa bahan setengah jadi (raw material) maupun
bahan jadi.

Money (Uang)

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Untuk menjalankan
aktivitasnya, manajemen membutuhkan biaya, baik untuk pembelian dan perawatan alat-
alat, pembelian bahan baku/material, pembayaran gaji tenaga kerja dan lain sebagainya. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja,
alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai