Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan judul “PENILAIAN NILAI KONDISI
JEMBATAN PADA RUAS JALAN LIKUPANG – WORI MENGGUNAKAN METODE BRIDGE
(BMS; MANAJEMEN SYSTEM)
STUDI KASUS : JEMBATAN MINAESA
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan saran dari
berbagai pihak, maka penulis ingin sampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Maryke Alelo, MBA selaku direktur Politeknik Negeri Manado
2. Ibu Seska Nicolas, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

3. Bapak Dr. Reiner Wilsen Tampi, SST.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik Konstruksi
Jalan dan Jembatan.

4. Panitia Skripsi Teknik Jalan Jembatan 2023.

5. Dosen Pembimbing dan dosen-dosen Teknik Sipil yang sudah memberikan masukan dan
saran dalam menulis proposal skripsi.

6. Orang Tua tercinta dan teman-teman yang selalu mendoakan, mendukung serta memotivasi
dan memperhatikan penulis.

Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis dengan tulus dan
terbuka menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dengan harapan agar Proposal
Skripsi ini bisa bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Manado, 21 Februari 2023

Esye I. Batmanlusi

DAFTAR ISI
COVER

1
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
Latar Belakang..................................................................................................
1.1 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.2 Tujuan penelitian........................................................................................
1.3 Ruang Lingkup...........................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan.................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Jembatan.......................................................................................
2.1.1 Jenis – Jenis Jembatan.............................................................................
2.1.2 Bagian – Bagian konstruksi Jembatan.....................................................
2.1.3 Metode Sistem Manajemen Jembatan (BMS).........................................
2.1.4 Konsep Perhitungan Biaya......................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian........................................................................................
3.2.1 Jenis Data.................................................................................................
3.2.2 Teknis Pengumpulan Data.......................................................................
3.2.3 Sumber Data............................................................................................
3.2.4 Variabel Penelitian...................................................................................
3.2.5 Metode Analisa........................................................................................
3.2.6 Bagan Alir Penelitian...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kode untuk komponen bangunan atas dan bagunan bawah...........18

2
Tabel 2.2 Pedoman Pemberian.......................................................................19
Tabel 2.3 Hierarki dan kode elemen...............................................................21
Tabel 2.4 Penentuan Nilai Kondisi.................................................................23
Tabel 2.5 Bobot Komponen Jembatan............................................................24
Tabel 2.6 Nilai Kondisi Jembatan..................................................................24
Tabel 2.7 Faktor Efisiensi Alat.......................................................................32
Tabel 2.8 Faktor Efisiensi Alat Dump Truck.................................................34
Tabel 2.9 Kecepatan Dump Truck Dan Kondisi Lapangan............................35
Tabel 2.10 Faktor Bucket.................................................................................36
Tabel 2.11 Faktor Konversi Galian (FV)..........................................................36
Tabel 2.12 Faktor Bucket.................................................................................38

DAFTAR GAMBAR

3
Gambar 2.1 Jembatan Jalan Raya.................................................................9
Gambar 2.2 Jembatan Penyebarangan Orang...............................................9
Gambar 2.3 Jembatan Kereta Api................................................................10
Gambar 2.4 Jembatan Kayu.........................................................................11
Gamabr 2.5 Jembatan Pasangan Batu..........................................................11
Gambar 2.6 Jembatan Baja...........................................................................12
Gambar 2.7 Jembatan Gelagar.....................................................................12
Gambar 2.8 Jembatan Lengkung..................................................................13
Gambar 2.10 Jembatan Rangka ...................................................................13
Gambar 2.11 Jembatan Gantung..................................................................14
Gambar 2.12 Jembatan Kabel.......................................................................14
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ...........................................................32
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian..........................................................35

BAB 1

4
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jembatan merupakan salah satu elemen penting dalam mendukung


jaringan transportasi darat. Jaringan jalan raya yang terputus oleh kondisi
eksisting, akibat perbedaan elevasi yang signifikan atau dilalui sungai,
akan terhubung Kembali dengan adanya konstruksi jembatan.
Sehubungan dengan ini, jembatan memiliki peranan yang sangat penting
dalam mendukung kelancaran perekonomian disuatu wilayah.

Dengan ditetapkannya daerah Likupang sebagai Kawasan Ekonomi


Khusus (KEK), maka trase jalan penghubung menuju lokasi wisata perlu
menjadi prioritas utama. Pembangunan sarana infrastruktur jalan yang
baik akan sangat menunjang pertumbuhan daerah wisata dan ekonomi
masayarakat sekitarnya. Jembatan Minaesa yang merupakan salah satu
sarana penghubung jalur Likupang – Wori. Dengan makin bertambahnya
volume pengguna jalan raya, maka kondisi jembatan perlu ditinjau secara
teknis terkait kemampuan layannya .

Maka dari itu, dalam penyusunan tugas akhir ini, peneliti akan
melakukan kajian, tinjauan dan analisis berbasis data eksisting mengenai
tingkat kerusakan jembatan serta memberikan usulan penanganan dalam
rangka meningkatkan kemampuan layan jembatan.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dari pedoman
Sistem Menajemen Jembatan (BMS; Bridge Menagement System). Untuk
memperoleh nilai kondisi tiap tiap komponen dari jembatan serta solusi
penanganannya, maka terlebih dahulu perlu dikorelasikan parameter dari
BMS terhadap Jembatan miaya sebagai objek penelitian.

Rumusan Masalah

5
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di kaji
sebagai berikut.
1. Bagaimana Kondisi eksisting Jembatan Minaesa pada ruas jalan
Likupang-Wori?
2. Mengacu pada Parameter penilaian BMS, bagaimana tingkat
kerusakan yang dialami jemabatan minaesa ?
3. Apa solusi dalam meningkatan kemampuan layan jembatan
miaya ?
4. Menghitung Asumsi Rencana Anggaran Biaya untuk penanganan
dan peningkatan kondisi jembatan?

Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari kajian ini antara lain.


1. Untuk mengetahui tingkat kerusakan Jembatan Minaesa
2. Untuk mengetahui solusi penanganan dan peningkatan Jembatan
Minaesa
3. Untuk mengetahui penerapan Parameter BMS di Indonesia
4. Untuk mengetahui Alokasi anggaran yang diperlukan dalam
penanganan dan peningkatan kemampuan jembatan.

Ruang Lingkup

Pada pelaksanaan kajian ini, peneliti memberikan Batasan kajian agar


dapat memberikan hasil yang focus pada nilai-nilai yang diinginkan,
sebagai berikut.
1. Pemeriksaan kondisi eksisting jembatan akan dilakukan secara
Dokumentasi Visual lapangan beserta pemeriksaan detail
komponen-komponen jembatan.
2. Dalam menghitung RAB, hanya akan dilakukan pada komponen
yang mengalami kerusakan saja dengan mengacu pada Analisa
Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 2021.

6
Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

BAB 1 Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, maksud dan
tujuan penelitian, ruang lingkup dan sistematika penelitian, mengenai
tingkat kerusakan jembatan miaya di ruas Jalan Likupang-Mori

BAB 2 Tinjauan Pustaka


Bab ini membahas tentang teori teori yang berhubungan dengan kajian ini.
Konsep jembatan, komponen jembatan, Penerapan Parameter BMS dan
Konsep perhitungan Biaya.

BAB 3 Metode Penelitian


Bab ini akan membahas tentang Lokasi penelitian, Waktu penelitian, jenis
data, Teknik pengumpulan data, Sumber data, Variabel penelitian,
Diagram Alir dan Metode Analisis.

BAB 4 hasil dan Pembahasan


Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian mecakup, tingkat
kerusakan jembatan, Penerapan Parameter BMS pada jembatan miaya dan
Alokasi anggaran yang dibutukan dalam menangani dan memperbaiki
jembatan.
Bab ini akan memberikan kesimpulan dan solusi peningkatan kemampuan
layan jembatan.

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Jembatan


Berdasarkan UU No 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai
bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya
serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar daerah. Jembatan secara umum adalah suatu
konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang
terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur
sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalankereta api, jalan raya yang
melintang
tidak sebidang dan lain-lain.
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang

sungai/saluran air, lembah atau jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya

2.2 Jenis - jenis Jembatan


Berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini
telah
mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan zaman dan
teknologi
mulai dari sederhana sampaipadakonstruksi yang mutakhir.
Klasifikasijembatanterbagi atas 3 yaitu :

1. Menurut Kegunaannya

Jembatan Jalan Raya

Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang terputus


oleh rintangan seperti sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan
lain untuk dilewati lalu lintas kendaraan

8
Gambar 2.1 Jembatan Jalan Raya. Sumber : id.wikipedia.org

a. Jembatan Penyebrangan Orang

Jembatan yang digunakan untuk penyebrangan orang pejalan kaki yang


melintasi jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya.

Gambar 2.2 Jembatan Penyebrangan orang.


Sumber :id.wikipedia.org

b. Jembatan Kereta Api

Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan kereta api yang


berbentuk rel yang melintasi rintangan seperti sungai atau jalan lain untuk
dilewati kereta api.

9
Gambar 2.3 Jembatan Kereta Api. Sumber : id.wikipedia.org

c. Jembatan Jalan Air

Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan saluran air, pipa gas, pipa
minyak, kabel aliran listrik dan sebagainya yang melintasi rintangan dan
biasanya jembatan ini didekatkan dengan jembatan lalu lintas agar mudah
dalam perawatan.

2. Menurut Jenis Material Jembatan

Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang
dominan dipergunakan terutama bahan sebagai struktur utama bangunan atas
sebagai berikut :
a. Jembatan Kayu

Jembatan kayu merupakan jembatan yang berbahan kayu sebagai gelagar


jembatan dan sebagai struktur lantai kendraan, jembatan ini biasanya
mempuyai panjang relatif pendek.

10
Gambar 2.4 Jembatan Kayu.
Sumber : id.wikipedia.or

b. Jembatan Pasangan Batu / Bata

Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur bawah dan struktur atas
dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah yang kekuatannya
mengandalkan dari berat struktur.

Gambar 2.5 Jembatan Pasangan Batu / Bata


Sumber :id.wikipedia.org

c. Jembatan beton

Jembatan dengan material beton banyak digunakan dalam perkembangan


teknologi, jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan cara
pengecoran ditempat atau dengan beton pracetak.

11
c. Jembatan beton

Jembatan dengan material beton banyak digunakan dalam perkembangan


teknologi, jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan cara
pengecoran ditempat atau dengan beton pracetak.

Gambar 2.6 Jembatan Beton.


Sumber : hesa.co.id
d. Jembatan Baja

Jembatan dengan material baja merupakan jembatan yang juga banyak


digunakan disamping jembatan dengan material beton.

Gambar 2.7 Jembatan Baja.


Sumber : hesa.co.id

12
3. Menurut sistem struktur

a. Jembatan gelagar

Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat
dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan ini digunakan untuk variasi
panjang bentang 5 – 40 meter.

Gambar 2.8 Jembatan Gelagar.


Sumber : hesa.co.id
b. Jembatan lengkung

Jembatan lengkung adalah non struktur dengan bentuk jembatan lengkung


dan hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil.

Gambar 2.9 Jembatan Lengkung.


Sumber : hesa.co.id

13
c. Jembatan rangka
Struktur jembatan rangka batang merupakan rangkaian profil baja yang
disusun membentuk rangka jembatan.

Gambar 2.10 Jembatan Rangka.


Sumber : hesa.co.id
d. Jembatan gantung

Jembatan gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur


penopang yang berupa tiang untuk menahan kabel pengantung.

Gambar 2.11 Jembatan Gantung. Sumber : hesa.co.i

14
e. Jembatan kabel

Jembatan kabel menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lalu lintas dan
ditumpu oleh tower.

Gambar 2.12 Jembatan Kabel.


Sumber : solusikonstruksi.com

2.3 Bagian-Bagian Dari Konstruksi Jembatan

Secara umum konstruksi jembatatan memiliki dua bagian yaitu bangunan atas
dan bangunan bawah, bangunan atas adalah konstruksi yang berhubungan
langsung dengan beban-beban lalu lintas yang bekerja sedangkan bangunan
bawah adalah konstruksi yang menerima beban-beban dari bangunan atas dan
meneruskan ke lapisan pendukung (tanah keras) dibawahnya.
1. Bangunan atas jembatan

Bangunan atas terletak pada bagian atas konstruksi yang menopang beban-
beban lalu lintas kendaraan, orang, barang atau berat sendiri dari konstruksi.
Bangunan atas terdiri dari:
a. Tiang sandaran

Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa
aman bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya.

15
b. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton bentuknya lebih
tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal dan dipasang pada bagian
kanan serta kiri jembata

c. Lantai kendaraan

Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta
melimpahkan beban melalui gelagar.
d. Balok diafragma

Balok diafragma merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang.


e. Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan
maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut.

2. Bangunan Bawah Jembatan

Banguanan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas


dan berfungsi untuk menerima atau memikul beban-beban yang diberikan
bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi (Agus Iqbal Manu,
1995:5). Bangunan bawah yang terdiri dari:

a. Kepala jembatan (abutmen)

Karena letak abutmen yang berada di ujung jembatan maka abutment ini
berfungsi juga sebagai penahan tanah, umumnya abutment dilengkapi
dengan konstruksi sayap yang berfungsi untuk menahan tanah.
b. Fondasi

Fondasi adalah bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakan


dan meneruskan beban dari bangunan atas ke tanah dasar yang cukup kuat
untuk mendukungnya.
c. Plat injak

Plat injak adalah bagian jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan beban
yang diterima diatasnya secara merata ke tanah dibawahnya.
16
d. Oprit

Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada,
perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design oprit
yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet sesuai dengan umur rencana
yang telah ditentukan
2.4 Metode Sistem Manajemen Jembatan (BMS)

Sistem Manajemen Jembatan adalah manajemen jembatan mulai dari


pemeriksaan dan rencana dengan sistem ini kegiatan-kegiatan tersebut dapat
diatur secara sistematis dengan melakukan pemeriksaan kondisi jembatan
dengan sistem informasi manajemen jembatan sehingga kondisi jembatan dapat
dipantau dan dilakukan tindakan yang diperlukan untuk menyakinkan bahwa
jembatan berada dalam keadaan aman dan nyaman.
Tujuan rencana dan program dalam BMS adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi jembatan-jembatan yang tidak memenuhi


standar kondisi dan lalu lintas.
b. Menentukan strategi penanganan jangka panjang yang dapat
menghasilkan nilai ekonomi yang tebaik.
c. Menjamin semuah penanganan dapat terpantau dan database
jembatan selalu dalam keadaan mutakhir.
1. Pemeriksaan Jembatan

Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen BMS yang


terpenting, hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara
keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan
dalam waktu mendatang.
Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk menyakinkan bahwa jembatan
masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna
pemeliharaan dan perbaikan secara berkala.

17
Data yang dikumpulkan pada saat pemeriksaan jembatan adalah :

2. Data administrasi jembatan yang meliputi : nama jembatan,


cabang dinas, nomor jembatan, tahun pembangunan.
3. Dimensi jembatan yang meliputi : panjang total dan jumlah
bentang.
4. Jenis konstruksi yang merupakan komponen utama setiap bentang
jembatan yang meliputi bangunan atas dan bangunan bawah

Jenis pemeriksaan yang utama dalam BMS adalah sebagai berikut:


Pemeriksaan

Pemeriksaan Inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, material,


data geometri, data kondisi secara umum dan kapasitas lalu lintas. Pemeriksaan
inventarisasi dilakukan sekali seumur jembatan kecuali ada perubahan
konstruksi.
Tabel 2.1 Kode untuk komponen bangunan atas dan bangunanbawah

Sumber : Sistem Manajemen Jembatan Catatan Kursus BMS-2T

18
Tabel 2.2 Pedoman pemberian nilai kondisi

Nilai 0 Jembatan dalam keadaan baru tanpa kerusakan cukup jelas,


elemen jembatan berada dalam kondisi baik.
Nilai 1 Kerusakan sangat sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui
pemeliharaan rutin dan tidak berdampak pada keamanan atau
fungsi jembatan.
Contoh : karat pada permukaan, papan kayu yang longgar.
Nilai 2 Kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan pada
massa yang datang.
Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu
pada elemen pasangan batu, penumpukan sampah atau tanah
disekitar perletakan.
Nilai 3 Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang
mungkin menjadi serius dalam 12 bulan).
Contoh : struktur beton yang sedikit retak, rangka kayu yang
membusuk, lubang ada lantai kendaraan, rangka baja berkarat.
Nilai 4 Kondisi kritis (kondisi serius yang membutuhkan perhatian segera)
Contoh : kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai

19
beton, pondasi yang tekikis, kerangka beton yang memiliki
tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran pengaman yang tidak
Nilai 5 ada.
Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi
Contoh : bangunan atas runtuh, timbunan tanah yang hanyut.
Sumber : Sistem Manajemen Jembatan Catatan Kursus BMS-2T

a. Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan


elemennya guna mempersiapkan strategis penanganan untuk setiap individual
jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis
penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima
tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi
jembatan.

1. Hierarki Dan Kode Elemen

Dalam prosedur pemeriksaan elemen-elemen jembatan dibagi dalam


level hirarkinya. Menurut BMS terdapat lima (5) level dalam hirarki
jembatan masing-masing level mengandung sejumlah elemen yang
masing-masing memiliki kode elemen dengan empat angka.

20
Tabel 2.3 Hierarki dan kode elemen
Level Kode Keterangan
Elemen

1 1.000 Jembatan.

Alran sungai
2.200
2 Bangunanbawah yang meliputi
2.300
pondasi, abudment.
2.400
Struktur rangka, lantai dan
permukaannya.

3.310 Pondasi

3.320 Kepala jembatan atau pilar


3
3.410 Sistem gelagar

3.450 Rangka

3.600 Sambungan lantai

4.212 Aliran Air Utama

4.224 Pasangan Batu Kosong

4.321 Tiang Pancang


4
4.322 Dinding/ Kolom Pilar

4.323 Dinding Kepala Jembatan

4.324 Dinding Sayap

4.326 Penahanan Gempa Bumi

4.455 Surclip

21
4.469 Pelat Gusset
4.502 Pelat Lantai
4.507 Pipa cucuran
4.611 Perletakan Baja
4.624 Parapet
untuk menilai Elemen kecil secara
5 5.000 individual
Sumber : Panduan Pemeriksaan Jembatan (1993)

2. Kode Kerusakan

Untuk tujuan mencatat kerusakan diberi suatu kode kerusakan dengan tiga (3)
angka, kerusakan biasanya berkaitan dengan material atau dengan elemennya.
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan material adalah :
a. Pecahnya pasangan batau (kode 103)
b. Kerontokan pada beton (kode 201)
c. Retak (kode 202)
d. Perlindungan permukaan (kode 301)
e. Pengaratan dalam baja (kode 302)
f. Perubahan bentuk (kode 303)
g. Pipa terlalu pendek (kode 306)
h. Pembusukan pada kayu (kode 401)
i. Runtuh (kode 402)
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah :

a. Scour dalam aliran sungai (kode 503)


b. Scour dalam timbunan tanah (kode 515)
c. Penurunan (kode 551)
d. Hilang (kode 561)
e. Rintangan pada pipa cucuran (kode 711)
f. Aspal retak (kode 806)

22
b. Sistem Penilaian Elemen

Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian
pertanyaan yang berjumlah lima (5) mengenai kerusakan yang ada. Suatu nilai
sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang
ada seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Penentuan nilai kondisi
Nilai Kriteria Nilai
Berbahaya 1
Struktur (S) tidak Berbahaya 0
dicapai sampai kerusakan
1
parah
dicapai sampai kerusakan
Kerusakan (R) 0
ringan
meluas > 50 % atau lebih
1
mempengaruhi kerusakan
tidak meluas < 50 %
Perkembangan (K) 0
mempengaruhi kerusakan
elemen tidak berfungsi 1
Fungsi (F) elemen berfungsi 0
dipengaruhi elemen lain 1
tidak dipengaruhi elemen
Pengaruh (P) 0
lain
Nilai Kondisi (NK) NK = S + R + K + F + P 0–5
Sumber : Panduan Pemeriksaan Jembatan (1993)

Nilai suatu kondisi jembatan didapatkan dengan cara menjumlahkan beberapa


penilaian, yaitu dari segi struktur, segi kerusakan, segi perkembangan, segi
elemen menjalankan fungsinya, dan segi pengaruh bagi pengguna jalan.
c. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah
pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus
dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya
tetap dalam kondisi aman dan layak.
d. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan karena merasa masih kurangnya kelengkapan


data, pengalaman dan keahlian untuk menentukan kondisi jembatan.

23
2) Pembobotan Komponen
Untuk mengidentifikasi penanganan jembatan dari data yang tersedia didalam data
base maka dilakukan suatu skrining. Skrining teknis adalah penyaringan dari data
base terhadap jembatan yang memerlukan suatu penanganan karena kurangnya
kapasitas lalu lintas, kurangnya kekuatan atau kondisinya yang buruk

Tabel 2.5 Bobot komponen jembatan


No Komponen Bobot
1. Gelagar utama 10
2. Abutmen 8
3. Pilar 8
4. Lantai 8
5. Dudukan jembatan 6
6. Tumpuan 6
7. Dinding sayap 5
8. Dinding belakang 5
9. Gelagar sekunder 5
10. Sambungan 4
11. Lapis permukaan 4
12. Trotoar 2
13. Kurb 1
Sumber : NYSDOT (1997)

3) Sistem Penilaian Akhir

Sistem Penilaian jembatan secara visual dihasilkan nilai kondisi akhir


jembatan, hasil akhir digunakan tiga (3) angka dibelakang koma agar hasilnya
lebih teliti.
Tabel 2.6 Nilai kondisi jembatan
BCR Kondisi Jembatan Usulan Penaganan
1,000 – 3,000 Buruk Pergantian
3,001 – 4,999 Sedang Rehabilitasi
5,000 – 6,000 Baik Pemeliharaan rutin
6,001 – 7,000 Sangat baik -
Sumber : NYSDOT (1997)

24
2.5 Konsep Perhitungan Biaya

Penentuan Base Case capaian umur rencana jembatan dengan nilai kondisi (NK)
yang spesifik untuk menentukan Base Case maka perlu dilakukan perkiraan kapan
jembatan akan dianalisis menjadi rusak berat, kritis, runtuh atau tidak berfungsi.
Untuk keperluan analisa suatu jembatan diasumsikan memiliki umur rencana
selama (N) tahun dan mengalami kerusakan dari NK = 0 hingga NK = 5 pada
akhir umur rencana (UR)

a. Menghitung Karakter Umur Rencana


(tahun survey – tahun pembangunan jembatan )x 100
UR =
( 100-a x (5-NK)ᵇ) ..................... (2.1)

Dengan :
a = 4,66
b = 1,905
b . Hitung lamatahun jembatan tersebut mencapai NK yang dipredisikan
( 100-a x (5-NK)ᵇ)
Capaian umurrencana = x UR………………………..(2.2)
100
Sumber : Sumber : Panduan sistem manajemen jembatan, 1993

1. Estimasi Biaya

Estimasi biaya didefinisikan sebagai perkiraan biaya proyek yang dilakukan


sebelum sejumlah informasi yang signifikan terkumpul dari detail desain dengan
lingkup pekerjaan yang masih belum lengkap.
Pada tahap awal dari sebuah proyek konstruksi perlu dilakukan perencanaan yang
baik, semua keputusan yang diambil dalam proses awal ini akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap kinerja proyek selanjutnya.

a. Pesyaratan

Harga satuan pekerjaan (HSP) terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung terdiri atas upah, alat dan bahan masing-masing perlu
ditetapkan harganya sebagai harga satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan
pengukuran standar sehingga hasil rumusan analisis yang diperoleh
mencerminkan harga aktual di lapangan, sedangkan untuk biaya tidak langsung
terdiri atas biaya umum dan keuntungan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan mempertimbangkan harga pasar setempat. 25
b. Harga satuan dasar (HSD) Tenaga Kerja

Umum Komponen tenaga kerja berupa upah yang digunakan dalam mata
pembayaran tergantung pada jenis pekerjaannya, faktor yang mempengaruhi harga
satuan dasar tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan tingkat keahlian
tenaga kerja.
Suatu produksi jenis pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia pada
umumnya dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok kerja dilengkapi dengan
peralatan yang diperlukan berdasarkan metode kerja.

c. Kualifikasi Tenaga Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan diperlukan ketrampilan yang


memadai untuk dapat melaksanakan suatu jenis pekerjaan, tenaga kerja yang
terlibat dalam suatu jenis pekerjaan jalan dan jembatan umumnya terdiri dari,
Pekerja, tukang, mandor, operator, pembantu operator, sopir, pembantu sopir,
mekanik, pembantu mekanik.
d. Hari Orang Standar (Standard Man Day)

Yang dimaksud dengan pekerja standar di sini adalah pekerja yang bisa
mengerjakan satu macam pekerjaan seperti pekerja galian, pekerja pengaspalan,
pekerja pasangan batu, pekerja las dan lain sebagainya. Dalam sistem pengupahan
digunakan satu satuan upah berupa orang hari standar (Standar Man Day) yang
disingkat orang hari (OH) atau MD (man day) yaitu sama dengan upah pekerjaan
dalam 1 hari kerja 8 jam kerja yang terdiri atas 7 jam kerja (efektif) dan 1 jam
istrirahat.
Upah orang per jam = Upah orang per hari…………………………………………(2.3)
7 jam kerja

26
a. HSD Alat

Komponen alat digunakan dalam mata pembayaran tergantung pada jenis


pekerjaannya, faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar alat antara lain jenis
peralatan, efisiensi kerja, kondisi cuaca, kondisi medan, dan jenis material/bahan
yang dikerjakan

1. Jenis Alat

Jenis peralatan yang dipergunakan misalnya Wheel Loader, Backhoe-


Excavator, Asphalt Mixing Plant (AMP), dan lain-lain, jenis alat yang diperlukan
dalam suatu mata pembayaran disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi.

2. Tenaga Mesin

Tenaga mesin (Pw) merupakan kapasitas tenaga mesin penggerak dalam


satuan tenaga kuda atau horsepower (HP)

3. Kapasitas Alat

Kapasitas peralatan (Cp) dihitung sesuai dengan cara yang tercantum


dalam rumus umum yaitu rumus perhitungan produksi peralatan per jam, atau
berdasarkan hasil produksi di samping itu ada peralatan yang bisa berdiri sendiri
dalam operasinya tapi ada peralatan yang bergantung pada peralatan lain seperti
misalnya dump truck yang tidak bisa mengisi muatannya sendiri harus diisi
memakai loader atau excavator jadi isi muatan bak dump truck tergantung pada
berapa banyak yang bisa di tumpahkan oleh pengisinya (loader atau excavator).

27
4. Jam Kerja Alat Per Tahun

Pada peralatan yang bermesin maka jam kerja peralatan atau jam
pemakaian peralatan akan dihitung dan di catat sejak mesin di hidupkan sampai
mesin dimatikan selama waktu (jam).
Catatan :

a. Untuk peralatan yang bertugas berat dianggap bekerja terus menerus


dalam setahun selama 8 jam/hari dan 250 hari/tahun maka :
W = 8 x 250 = 2000 jam/tahun

b. Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang


dianggap bekerja 200 hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari maka :

W = 8 x 200 = 1600 jam/tahun

c. Untuk peralatan yang bertugas ringan dianggap bekerja selama 150


hari/tahun dan 8 jam/hari maka :
W = 8 x 150 = 1200 jam/tahun

5. Nilai Sisa Alat

Nilai sisa peralatan (C) atau bisa disebut nilai jual kembali (Resale Value)
adalah perkiraan harga peralatan yang bersangkutan pada akhir umur
ekonomisnya, untuk perhitungan analisis harga satuan ini nilai sisa alat dapat
diambil rata-rata 10% dari pada harga pokok alat tergantung pada karakteristik
(dari pabrik pembuat) dan kemudahan pemeliharaan alat.
Nilai sisa alat ( C ) = 10 % x Harga alat……………………………………….(2.4)

28
6. Tingkat Suku Bunga, Faktor Angsuran Modal

Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku
pada waktu pembelian peralatan yang bersangkutan dengan mengambil nilai rata-
rata dari beberapa bank komersial terutama di wilayah tempat kegiatan pekerjaan
berada.

Faktor angsuran modal ( D ) = ……………………………………………….(2.5)


Biaya p.engembalian modal ( E ) =

Dengan :

A : Umur ekonomis alat (Tahun)

i : Tingkat suku bunga (% / Tahun)


B : Harga pokok alat (Rupiah)
C : Nilai sisa alat (%)

W : Jumlah jam kerja dalam satu tahun (Jam)

7. Asuransi Dan Pajak

Besarnya nilai asuransi (Ins) dan pajak kepemilikan peralatan ini


umumnya diambil rata-rata per tahun sebesar 0,1% untuk asuransi dan 0,1% untuk
pajak atau dijumlahkan sebesar 0,2% dari harga pokok alat atau 2% dari nilai sisa
alat (apabila nilai sisa alat = 10% dari harga pokok alat).

Asuransi ( F ) ……………………………………………………..(2.7)
Dengan :

Ins : Asuraansi (%)

B : Harga pokok alat (Rupiah)

W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (Jam)…………………………(2.6)

29
Dengan :

A : Umur ekonomis alat (Tahun)

i : Tingkat suku bunga (% / Tahun)


B : Harga pokok alat (Rupiah)
C : Nilai sisa alat (%)

W : Jumlah jam kerja dalam satu tahun (Jam)

7. Asuransi Dan Pajak

Besarnya nilai asuransi (Ins) dan pajak kepemilikan peralatan ini


umumnya diambil rata-rata per tahun sebesar 0,1% untuk asuransi dan 0,1% untuk
pajak atau dijumlahkan sebesar 0,2% dari harga pokok alat atau 2% dari nilai sisa
alat (apabila nilai sisa alat = 10% dari harga pokok alat).

Asuransi ( F ) ……………………………………………………..(2.7)
Dengan :

Ins : Asuraansi (%)

B : Harga pokok alat (Rupiah)

W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (Jam)

30
e. Proses Perhitungan Harga Satuan Dasar Alat

Komponen dasar proses harga satuan dasar alat terdiri atas :


Biaya Pasti adalah biaya pengembalian modal dan bunga setiap tahun, dihitung
sebagai berikut:

...............................................................................................................(2.8)

F : Biaya asuransi, pajak dan lian-lain per tahun

: 0,002 x B

: 0,02 x C

W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun


f. Biaya tidak pasti atau biaya operasi
Komponen biaya operasi tiap unit peralatan dihitung berdasarkan bahan yang
diperlukan sebagai berikut :
1. Biaya bahan bakar (H) = (12,00 – 15,00) % x HP……………………...(2.9)

2. Biaya minyak pelumas (I) = (2,5 – 3)% x Hp…………………………(2.10)

3. Biaya bengkel (J) = (6,25 – 8,75) % x B / W………………………….(2.11)

4. Biaya perawatan atau perbaikan (K) = (12,5 – 17,5) x B / W………..(2.12)

5. Upah operator (L) dan pembantu operator (M)

a. Operator (L) = 1 orang/Jam x U1………………………………..(2.13)

b. Pembantu operator (M) = 1 Orang/jam x U2……………………(2.14)

4. Biaya operasi (P) = H + I + J + K +L + M


31
6. Keluaran HSD Alat

Keluaran harga satuan dasar alat (S) adalah harga satuan dasar alat yang
meliputi biaya pasti (G) dan biaya tidak pasti atau biaya operasi (P) harga
satuan dasar alat adalah :
S=G+P……………………………………………………………...(2.15)
Keluaran harga satuan dasar alat ini selanjutnya merupakan
masukan (input) untuk proses analisis harga satuan pekerjaan
(HSP).
g. Koofisien alat

Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat
untuk menyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu satuan volume
jenis pekerjaan, data utama yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi alat ini
adalah jenis alat, kapasitas produksi, faktor efisiensi alat, waktu siklus dan
kapasitas produksi alat.
Satuan koofisien alat/m³ = 1 / Q (Jam)…………………………………..(2.16)
Kapasitas produksi alat yang digunakan :
1. Asphalt Mixing Plant (E01)

Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat


a. Kapasitas alat (CP) = V = 60 Ton/Jam
b. Tenaga penggerak (PW) = 294 HP
c. Kapasitas tangki aspal (CA) = (30.000 x 2) Liter
d. Kapasitas pugmil (MP) = 1000 Kg
Kapasitas produksi / jam (Q) = V x Fa (Ton)……………………….(2.17)
Tabel 2.7 Faktor efisiensi alat

32
Dengan :

V : Kapasitas produksi

Fa : Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)

2. Asphalt Finisher (E02)

Data sesuai dengan spesifikasi alat

a. Kapasitas hopper (CP) = 10 Ton

b. Tenaga penggerak (PW) = 72,4 HP

c. Kapasitas lebar penghamparan (b) = 3,15 meter

d. Kapasitas tebal penghamparan (t) = 0,25 (maksimum)

e. Kecepatan menghampar (v) = 5,00 m/menit

Kapasitas produksi / jam (Q) = V x b x 60 x Fa x t x D1 (Ton)


………………………………………………………………...…(2.18)

3. Concrete Mixer (E06)


Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat :
Kapasitas mencampur (V) = CP = 500 Liter

Kapasitas produksi / jam (Q) = ……….......................................(2.19)

Dengan :
Q : Kapasitas produksi (m³/jam)

V : Kapasitas mencampur diambil 0,5

Fa. Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)


Ts :Waktu siklus, ∑(menit)
T1 : Waktu mengisi diambil 0,50 (menit)
T2 :Waktu mencampur diambil 1,0 (menit)

33
T3 :Waktu menuang diambil 0,30 (menit)
T4 :Waktu menunggu diambil 0,20 (menit)
4. Dump Truck (E08)

Data sesuai spesifikasi teknis alat :


Dump truck CP = 10 Ton

Kapasitas produksi / jam (Q) = ………………………………(2.20)

Tabel 2.8 Faktor efisiensi alat dump truck


Kondisi Kerja Efisiensi Kerja
Baik 0,83
Sedang 0,80
Kurang baik 0,75
Buruk 0,70
Sumber : Lampiran PAHS No. 008/BM/2010

34
Tabel 2.9 Kecepatan dump truck dan kondisi lapangan
Kondisi Lapangan Kondisi Beban Kecepatan
Datar Isi 40
Kosong 60
Menanjak Isi 20
Kosong 40
`Menurun Isi 20
Kosong 40
Sumber : Lampiran PAHS No. 008/BM/2010

5. Excavator Backhoe (E10)

Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat

Kapasitas produksi / jam (Q) = ............................................(2.24)

35
Dengan :

Q : Kapasitas produksi (m³/jam)

Fb : Faktor bucket (tabel 2.10)

Fa : Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)


Fv : Faktor konversi (tabel 2.11)
Ts : Waktu siklus (menit)

T1 : Lama menggali, memuat dan lain-lain, standar maksimum 0,32 (menit)


T2 : lain-lain, standar maksimum 0,10 (menit)
Tabel 2.10 Faktor bucket
Kondisi Operasi Kondisi Lapangan Faktor Bucket
Mudah Tanah biasa, lempung, 1,1 – 1,2
tanah lembut
Sedang Tanah biasa berpasir, 1,0 – 1,1
Kering
Agak sulit Tanah biasa berbatu 1,0 – 0,9
Sulit Batu pecah hasil 0,9 – 0,8
Sumber : Specification and application hand book. Contoh-contoh
perhitungan kapasitas produksi. (2005) Komatsu Edition 26

Tabel 2.11 Faktor konversi galian (Fv)


Kondisi Galian (Kedalaman Kondisi Membuang, Menumpahkan
Mudah Normal Agak Sulit Sulit
galian / kedalaman galian
maksimum)
< 40 0,7 0,9 1,1 1,4

(40 – 0,8 1,0 1,3 1,6

> 75 0,9 1,1 1,5 1,8

Sumber : Specification and application hand book. Contoh-contoh


perhitungan kapasitas produksi (2005) Komatsu Edition 26.

36
6. Generating Set (E12)

Data sesuai spesifikasi alat

Kapasitas produksi / Jam (Q) = …………………………………….(2.25)

Dengan :

Q : Kapasitas produksi (m³/jam)


V : Kapasitas listrik
Fa : Faktor efisiensi alat

7. Wheel Loader (E15) Data spesifikasi alat :

a. Kapasitas bucket (V) = 1,50 m³

b. Tenaga mesin penggerak Pw = 96 HP

B. Untuk memuat agregat ke atas Dump Truck

37
Kapasitas produksi / jam (Q) = .......................................................................(2.26)
Dengan :
V : Kapasitas bucket (m³)
Fb : Faktor bucket (tabel 2.12)
Fa : Faktor efisiensi alat

Ts : Waktu siklus diambil 0,45 (menit)

Tabel 2.12 Faktor bucket


Kondisi Penumpahan Wheel Loader Track Loader
Mudah 1,0 – 1,1 1,0 – 1,1
Sedang 0,85 – 0,95 0,95 – 1,1
Agak sulit 0,80 – 0,85 1,0 – 0,9
Sulit 0,75 – 0,80 0,9 – 0,8
Sumber : Specification and application hand book. Contoh-contoh
perhitungan kapasitas produksi. (2005) Komatsu Edition 26.

B. Untuk mengambil agregat dari stock pile kedalam Cold Bin AMP

Kapasitas produksi / jam (Q) =


.................................(2.27)
Dengan :
V : Kapasitas bucket (m³)

Fb : Faktor bucket (tabel 2.12)

Fa : Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)

V1 : Kecepatan rata-rata bermuatan lihat (tabel 2.9)


V2 : Kecepatan rata-rata kosong lihat (tabel 2.9)
L : Jarak dari stock pile ke cold bin (meter)

T1 : Waktu tempuh isi = (L / V1) x 60 (menit)…………………..(2.28)

38
C. Untuk mengisi batu kedalam Stone Crusher sama dengan dari Stock

Pile kedalam Cold Bin AMP

8. Pneumatic Tire Roller (E18)

Data sesuai dengan spesifikasi teknis


a. Berat = 9,0 Ton
b. Lebar total roda pemadat (b) = 2,290 meter

……………………………………………
Kapasitas produksi / jam (Q) = …
(2.30) Dengan :

Be : Lebar efektif pemadat = (b-bo) meter

b : Lebar efektif pemadatan


bo : Lebar overlap
t : Tebal pemadatan

v : Kecepatan rata-rata diambil (2,5 km/jam)

n : Jumlah lintasan diambil (4 lintasan)


Fa : Faktor efisiensi alat

39
7. Water Tank Truck (E23)

Data sesuai dengan spesifikasi teknis

a. Kapasitas tangki air (V) = 4000 (liter)

b. Kapasitas pompa air maksimum = 100 (liter/menit)

c. Kapasitas produksi / jam (Q) = ……..………………….(2.31)

Dengan :

Q : Kapasitas produksi (m³/jam)


V : Volume tangki air(m³)
Wc : Kebutuhan air (m³)

Pa : Kapasitas pompa air (liter/menit)


F : Faktor efisiensi alat

40
h. Koofisien Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam


satuan jam orang per satuan pengukuran (m1, m2, m3, ton, dll.).
Berikut ini rumus yang umu digunakan untuk menentukan koefisien tenaga.

1. Produksi / hari (Qt) = Tk x Q1 (m³)........................................(2.32)


2. Koofisien tenaga / (m³)

a. (L01) Pekerja : (Tk x P) / Qt (jam)........................(2.33)


b. (L02) Tukang batu :(Tk x Tb) / Qt (jam)......................(2.34)
c. (L03) Mandor : (Tk x M) / Qt (jam) ......................(2.35)

31
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Bantik Kecamatan Likupang


Barat sebagai jalan penghubung antara Desa L a n s a - L a n t u n g . Jembatan ini
merupakan salah satu sarana penting masyarakat untuk melakukan berbagai
aktifitas barang dan jasa serta sebagai sarana rekreasi.

Gambar Lokasi Penelitian


3.2 Jenis Data

Penelitian untuk menganalisis Jembatan pada ruas Jalan Likupang -


Wori termasuk jenis penelitian Kuantitatif karena dalam penelitian ini
mengumpulkan data-data yang telah didapatkan.

32
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data untuk melakukan pemeriksaan jebatan yang


berada pada Desa Morela Kabupaten Maluku Tengah yang digunakan sebagai
objek penelitian ini yaitu :
1. Data Primer

Bertujuan untuk menghasilkan data-data tidak tertulis yang hanya di dapat dengan
pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh kondisi phisik di lokasi
yang meliputi, data dimensi (Panjang, lebar ), foto dokumentasi, data survey lalu
lintas harian rata-rata (LHR).
2. Data Sekunder

Merupakan kegiatan pencarian data melalui kajian literatur, peta-peta yang


dibutuhkan dengan tujuan untuk mendapatkan data dari Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Maluku serta Buku Pedoman Bridge Manajemen System (BMS)

3.4 Sumber Data

Adapun data yang diperoleh untuk penulisan ini sumber dari observasi dimana
penulis meneliti langsung ke lokasi penelitian dan metode kepustakaan dari
beberapa sumber buku.

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas ( Independen )

Variabel yang menunjukan adanya gejala atau peristiwa sehingga diketahui


pengaruhnya terhadap variable terkait yaitu : Kerusakan Oprit jembatan,
kerusakan tiang sandaran jembatan, saluran drainase jembatan yang tidak
berfungsi, kerusakan diafragma jembatan.

33
2. Variabel Terkait (Dependen)

Variabel terkait yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variable
bebas yaitu: Kualitas umur jembatan yang menurun, terjadinya longsor pada oprit
jembatan.

3.6 Metode Analisa

Untuk menujnjang Analisa data sangatlah penting dalam melakukan


suatu penelitian dengan menggunakan sistematika sebagai berikut:
1. Metode Analisa Data Dengan Menggunakan Bridge Manajemen System
(BMS) dilakukan dengan melakukan pemeriksaan inventarisasi jembatan dan
pemeriksaan detail jembatan untuk kondisi kerusakan jembata di Desa Bantik
Kecamatan Likupang Barat
2. Analisa Data dengan menghitung estimasi biaya kerusakan untuk
mengetahui biaya perbaikan jembatan Minaesa dengan menghitung volume,
daftar harga bahan, Analisa koofisien, perhitungan biaya kerja peralatan dan
rekapitulasi biaya perbaikan jembata

34
3.7 Bagan Alir Penelitian

MULAI

Identifikasi Masalah

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Analisa Data

Bridge Management
System (BMS)

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

SELES AI

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

BAB IV
35
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan


1. Gambaran Umum
Pemeriksaan Inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi,
dimensi, material, dan kondisi setiap struktur utama dan komponen
jembatan dalam sistem informasi manajemen jembatan. Analisis data dan
penilaian suatu komponen jembatan Minaesa yang terdapat di Desa
Morella Kabupaten Maluku Tengah dilakukan untuk mengetahui
kerusakan serta penanganan atau pemeliharaan yang sesuai terhadap kondisi
jembatan tersebut
dengan menggunakan program Bridge Management System (BMS).
2. Pengelompokan Kerusakan Jembatan
Jembatan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah jembatan
Minaesa yang berada pada Desa Kimabajo kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara dengan panjang bentangan 50.50 meter.

Pemeriksaan kondisi jembatan dengan melakukan survey inventarisasi


jembatan untuk menghasilkan komponen kerusakan jembatan yang
ditinjau dari segi nilai
struktur, kerusakan,perkembangan, fungsi, dan pengaruh.
3. Prosedur Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan
a. Data Administrasi jembatan
Berikut ini data administrasi jembatanyang dijadikan salah satu tinjauan.
1. Nama jembatan : Jembatan Minaesa
2. Lokasi jembatan : Desa Minaesa Tawalan
Bajo
3. Hari dan tanggal pemeriksaan : 23 Maret 2023
4. Tahun pembangunan : 1995
b. Jenis Lintasan Dan Data Geometris
1. Jenis lintasan : Sungai
2. Jumlah bentang : 1 bentang
3. Panjang total : 50.5 Meter

35
c. Data Struktur Utama Jembatan Aliran Sungai
Data struktur utama dibagi menjadi :
1. Data strukturbangunan atas
a. Nomor jembatan : 50.053.0020
b. Panjang bentang : 50.5 Meter
c. Lebar lantaikendaraan : 4.5 meter

d. Lebar Trotoar : 2 x 0,75 meter


e. Tinggi ruang bebas : -
f. Struktur bangunan atas
1. Tipe : Gelagar (G)
2. Bahan : Rangka Baja Austria (T)
3. Asal : Indonesia (I)
4. Kondisi : 3 yaitu kerusakan yang membutuhkan
perhatian (kerusakan yang mungkin menjadi serius dalam 12
bulan)

Gambar 4.1 Struktur Utama Jembatan Minaesa


g. Lantai permukaan
1. Bahan : Balok gelagar
2. Bahan : A (Aspal)
3. Kondisi : 3 yaitu kerusakan yang
membutuhkan penanganan (kerusakan yang mungkin menjadi
serius dalam 12 bulan)

36
Gambar 4.2 Lapisan Permukaan Jembatan Minaesa
h. Sandaran
1. Bahan : T (Beton bertulang)
2. Bahan : L (Pipa galvanis)
3. Kondisi : 3 yaitu kerusakan yang
membutuhkan penanganan (kerusakan yang mungkin menjadi
serius dalam 12 bulan)

Gambar 4.3 Tiang Sandaran Jembatan Minaesa


2. Data bangunanbawah
jembatan a. Fondasi
1. Bahan : SU (Sumuran)
2. Bahan : T (Beton bertulang)
3. Kondisi : 4 (Kondisi kritis) yaitu kerusakan
yang membutuhkan penanganan segera)

37
Gambar 4.4 Fondasi Sumuran Jembatan Minaesa
b. Kepala jembatan / abutmen
1. Bahan : B (Dinding penuh)
2. Bahan : T (Beton bertulang)
3. Kondisi : 2 (kerusakan yang memerlukan
pemantauan ataupemeliharaan padamasayang akan datang)

Gambar 4.5 Kepala Jembatan Minaesa


c. Data Pelengkap
Data pelengkap dalam formulir pemeriksaan Inventarisasi
digunakan untuk memberikan informasi umum mengenai pembatasan
fungsional, lalu lintas jembatan, jalan memutar dan jalan alternatif,
data banjir tertinggi, tipe jembatan untuk membantu persiapan strategis
penanganan
jembatan.

38
3. Pembatasan fungsional
Tabel 4.1 Pembatasan Fungsional
Batasan muatan gadar (ton) 8 Ton
Batasan lebar jalan (m) 6,35 Cm

4. Lalu lintas
Penilaian dari dampak lebar jembatan terhadap arus lalu lintas
sepertiterterapadatabel 4.2
Tabel 4.2 Lalu Lintas
Dampak Lebar Jembatan terhadap lalu lintas
( lingkariyang sesuai dengan kondisi jembatan)
1
1. Longgar - kendaraan bebas melintas di atas jembatan
2. Cukup lebar - kendaraan melaju perlahan di atas jembatan 2
3. Sempit - kendaraanharus sering berhenti dan antri 3

5. Jalan memutar dan jalan alternatif


Bagian ini mencatatrute altenatif atau jalan sampingyang tersedia
bila jembatan ditutupuntuk lalu lintas umum, sepertipadatabel 4.3
Tabel 4.3 Jalan Memutar Dan Jalan Alternatif
Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas apakah ada Ya/Tidak
jalan alternatif
Jika ya, berapa jaraktambahanyang harus ditempuh (km) Tidak

6. Data banjir tertinggi


Ketinggian muka air tertinggi yang diketahui berhubungan dengan
elevasi permukaan komponen paling bawah dari bangunan atas
jembatan, sedangkan untuk muka air banjir diukur dari permukaan lantai.
Data bajir
tertinggi terterapadatabel 4.4
Tabel 4.4 Data Banjir Tertinggi
Muka air banjir terbesar yang diketahui Diatas Dibawah
lantai lantai
Tanggalterjadinya banjir terbesar (bulan, - -
banjir)

39
B. Pemeriksaan Detail Jembatan
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen
dan elemen menurut tingkat kerusakannya, pemeriksaan detail bertujuan
untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh dari level terendah
(level 5) yaitu elemenkecil secara individual sampai level tertinggi (level 1) yaitu
jembatan itu sendiri. Dalam melakukan suatu pemeriksaan detail hanya
elemen yang mengalami kerusakan saja yang dicatat berdasarkan nilai
struktur, kerusakan,
perkembangan, fungsi, dan pengaruh.
1. Kode elemen yang rusak pada jembatan Minaesa
a) Aliran air utama ( 4.212 )
Sampah yang menumpuk danterjadinyahambatan aliran sungai ( 502 )

Gambar 4.7 Sampah yang menumpuk danterjadinyahambatan aliran sungai

Pada aliran air jembatan Minaesa terdapat penumpukan sampah


hal ini menyebabkan kecepatan aliran air menurun, jika hal ini tidak diperhatikan
maka dapat menyebabkan pondasi dalam keadaan berbahaya.
b) Talud beton ( 4.223 )
Pada jembatan Minaesa kerusakan pada daerah talud diakibatkan oleh adanya
rembesan kedalam beton ( 201 ) sehingga timbulnya lumut pada dinding
talud.

40
Gambar 4.8 Rembesan betonpadataludjembatan Minaesa

c) Timbunan oprit ( 4.231 )


Pada jembatan Minaesa terjadi kerusakan pada oprit jembatan yang
diakibatkan oleh sistem drainase yang buruk serta adanya tumpukan sampah
hal ini menyebabkan terjadi retak (522). Retak dan penurunan pada daerah
daerah oprit jembatan akan menyebabkan tidak stabilnya timbunan
sehingga
menyebabkanterjadinya gerusan dan lubang

Gambar 4.9 Retak ataupenurunan pada oprit jembatan Minaesa

d) Lapisan perkerasan ( 4.233 )


Pada jembatan Minaesa menggunakan perkerasan lentur dengan lebar
jalan 6,35 meter kerusakanyaitu :

41
1) Permukaan kasar ataubergelombang (722)
Permukaan yang kasar atau berlubang akan menimbulkan beban kejut
tambahan pada jembatan, hal ini terjadi pada bagian sebelum masuk ke jembatan
sedangkan untuk retak biasanya disebabkan oleh adanya pergerakan pada
bagian- bagian
elemen jembatan.

Gambar 4.10 Permukaan kasar ataubergelombang

2) Retak Pada Lapisan Permukaan

Gambar 4.11 Retak pada lapisan permukaan


3) Fondasi ( 4.312 )
Fondasi yang terdapat pada jembatan Minaesa adalah pondasi sumuran ( 4.312 )
, pondasi mempuyai tugas yang meneruskan beban bangunan atas ke
tanah yang cukup kuat untuk mendukungnya.

42
4) Rembesankedalambeton ( 201 )

Gambar 4 . 1 2 Rembesankedalambeton
5) Pengikisan ( 503 )

Gambar 4.13 Pengikisan pada pondasi


Rembesan air dalam pondasi jembatan Minaesa dapat mengakibatkan
air akan merembes masuk kedalam pondasi, rembesan dapat dikenali dengan
adanya lumutpada beton serta adanya pengikisan pada daerah pondasi
e) Kepala Jembatan ( 3.320 )
Pada jembatan Minaesa terdapat kerusakanyaitu :
1) Rembesankedalambeton ( 201 )
Rembesan air dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi
kerusakan, hal ini mengakibatkan air akan merembes masukkedalam komponen.

43
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada beton yaitu, warna
hijaukarena ditumbuhi lumut.

Gambar 4 . 1 4 Rembesankedalambeton
f) Gelagar ( 4.411 )
Pada jembatan Minaesa terdapat kerusakan pada gelagar yaitu :
1) Beton keropos ( 201 )
Beton yang keropos akan terjadi apabila material yang halus tidak
mengisi rongga-rongga antara agregat yang besar akibatnya beton akan
kehilangan ketahanannya sehingga udara dan uap air akan merembes masuk
kedalam beton
dan mengakibatkankarat padatulangan.

Gambar 4.15 Beton keropos pada gelagar


g) Pipa cucuran ( 4.507 )
Pada jembatan Minaesa terdapat permasalahanyaitu :

44
1) Pipa cucuran atau drainase lantai yang tersumbat ( 711 )
Pipa cucuran atau drainase lantai yang tersumbat pada jembatan Minaesa ini
tertutup oleh adanya tanah dan tumbuhan hal ini dapat mengakibatkan genangan
air dan tidak teraturnya aliran air yang akan menyebabkan erosi
disekitar kepala jembatan.

Gambar 4.17 Pipa cucuran atau drainase lantai yang tersumbat


2) Tidakterdapat atau hilangnya pipa drainase air ( 712 )
Hilangnya elemen/bagian dari lubang drainase akan mengakibatkan
kerusakan pada gelagarkarena air akan selalumembasahi gelagar.

Gambar 4.18 Tidakterdapat atau hilangnya pipa drainase air


h) Tiang sandaran ( 4.621 )
Pada jembatan Minaesa terjadi kerusakan yaitu pecah atau
hilangnya sebagian dari beton ( 205 ).

45
Gambar 4.19 Tiang sandaranyang pecah atau hilang
Setelah melakukan survei dan analisa kerusakan elemen jembatan yang ada
pada jembatan Minaesa, lokasi elemen yang rusak tertera pada table
dibawah ini.
Tabel 4.5 Lokasi Elemen Yang Rusak
Kerusakan Elemen Kerusakan Loka
si
Kod Uraian Ko Uraian A/P/B
e de

4.21 Aliran Air Utama 502 Sampah yang menumpuk A1


2
4.22 Talud Beton 201 Rembesankedalambeton P1
3
4.23 Timbunan Oprit 522 Retak P1
1
Permukaan kasar
Lapisan dan
4.23 722 B1
3 Perkerasan bergelombang
Retak pada
lapisan
permukaan
201 Rembesankedalambeton
4.31 Pondasi A1
2 503 Pengikisan
3.32 Kepala Jembatan 201 Rembesankedalambeton A1
0
4.41 Gelagar 201 Beton keropos B1
1
Draina lanta yan
711 g B1
4.50 Pipa Drainase se i
7 tersum
bat
712 pipa cucuranyang hilang B1
Pecah atau
4.62 Tiang Sandaran 205
46
hilangnya sebagian dari
1 beton
Nilai Kondisi Jembatan Minaesa

46
Tabel 4.6 Nilai Kondisi Jembatan Minaesa
Nama Bobot Indeks
No Ratin
Komponen NYSDO g NYSDO
T T
1 2 3 4 5
1 Gelagar Utama 10 3 30

2 Abutmen 8 2 16

3 Pondasi 6 8 48
4 Dinding 5 4 20
Belakang
Lapisan
5 4 6 24
Permukaan
6 Sandaran 1 1 1

Jumlah 34 24 139

Total Bobot 34

Total Bobotx CR 139

Bridge Condition 4,08


Rating
Kondisi Fair (Sedang)

Usulan Rehabilitas

C. Konsep Perhitungan Biaya


Penentuan Base Case capaian umur rencana jembatan Minaesa dengan nilai
kondisi (NK) yang spesifik untuk menentukan Base Case maka perlu
dilakukan perkiraan kapan jembatan akan dianalisis menjadi rusak berat, kritis,
runtuh atau tidak berfungsi. Untuk keperluan analisa suatu jembatan
diasumsikan memiliki umur rencana selama (N) tahun dan mengalami kerusakan
dari NK = 0
hingga NK = 5 pada akhirumurrencana (UR).
1. Menghitung Umur Jembatan Berdasarkan Nilai
Kondisi A. Menghitung Karakter Umur Rencana
Jembatan Wai Lubang Buaya ini dibuat pada tahun 2009 dengan panjang
bentangan 25 meter dan lebar 6,35 meter, nilai kondisi jembatanpadatahun survei
47
2020 telah mecapai NK = 4 yang berarti kondisi jembatan tersebut kritis.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung karakterumur jembatanyaitu :

( 2020 - 2009 ) x
UR =
( 1 0 0 - a x ( 5 - NK) ᵇ )
( 2020 - 2009 ) x
= ( 100 - 4,66 x (5 - 4 )1,905
)
= 11 Tahun

a. Menghitung Lamanya Jembatan Wai Lubang Buaya Mencapai Nilai


Kondisi. Hitung lama tahun jembatan tersebut mencapai NK yang dipredisikan
u:
yait
NK Prediksi x UR

( 100 - 4,66 x (5 - 4 ) 1,905 )


= x 9
100

= 11 Tahun
b. Menghitung tahun capaian NK yang diinginkan NK = 4, Maka akan
dicapaipadatahun 2009 + 11 = 2020

2. Perhitungan Estimasi Biaya Kerusakan


a. Perhitungan Volume Pekerjaan Jembatan Perhitungan Oprit jembatan

1 2

A B

Diketahui :
a = 0,35 meter
b = 1,40 meter
c = 0,80 meter
d = 1,70 meter

48
Jawaban :
Bidang 1 = Panjangx Lebar
= 1,40 x 0,35
= 0,49 m 2
Bidang 2 = Panjangx Lebar
= 1,70 x 0,80
= 1,36 m2
Total = (Bidang 1 + Bidang 2) / 2 x Panjang
= (0,49 + 1,36) / 2 x 10
= 9,25 m 3
b. Perhitungan Volume Pekerjaan Jembatan Perhitungan PerkerasanAspal

A
Diketahui :
A = 25,00 meter
B = 6,35 meter
Jawab :
= Panjangx Lebar x Tinggi
= 25,00 x 6,35 x 0,05
3
v = 7,94 m
c. Perhitungan Volume Timbunan
Fondasi = Panjangx Lebar x Tinggi
= 3,00 x 8,87 x 2,00
3
v1 = 53,22 m
Oprit = Panjangx Lebar x Tinggi
= 3,00 x 2,00 x 1,65
v2 = 9,90 m3
Total = v1 + v2

49
= 53,22 + 9,90
Total v = 63,12 m 3

d. Perhitungan Volume Pekerjaan Gelagar

= Panjangx Lebar
= 1,00 x 0,8
v = 0,8 m2

e. Harga satuan upah


1. Pekerja (L1) = Harga satuan x Jam Kerja
= 12,857,14 x 7
= RP. 90,000,12 /hari

2. Tukang (L2) = Harga satuan x Jam Kerja


= 15,000,00 x 7
= RP. 105,000 /hari

3. Kepala tukang (L3) = Harga satuan x Jam Kerja


= 117,142,86 x 7
= RP. 120,000 / hari

4. Mandor (L4) = Harga satuan x Jam Kerja


= 19,285,71 x 7
= RP. 135,000 / hari

50
CONTRACT CHANGE ORDER
No. Mata (CCO)04
Pembay U R A I A N PEKERJAAN Satua
n harga total harga
ara n Kuantita satuan
s ( Rp. ) ( Rp. )
a b c d e f = dx e
DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi LS 1. 27,192,870. 27,192,87
00 90 1

1.8 (1) Manajemen dan Keselamatan Lalulintas LS 1. 31,410,678. 31,410,67


00 58 9

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH


DAN GEOSINTETIK
3.1.(1) Galian Biasa M3 63. 62,345. 3,935,21
12 00 6

3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian M3 10. 302,320. 3,023,20


00 00
0

DIVISI 6. PEKERJAAN ASPAL


6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi Liter 158. 2,091. 330,378
00 00

6.1 (2a) Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi Liter 158. 13,004. 2,054,689
00 36

6.5(1) Laston Lapis Aus Asbututon (AC- WC Asb) Ton 7. 1,897,739. 15,068,05
94 81 4

DIVISI 7. STRUKTUR
7.9.(1) Pasangan Batu M3 9. 924,126. 8,548,16
25 00 6

DIVISI 8. REHABILITASI JEMBATAN


8.2.(4) PerkuatanStruktur dengan Bahan FRP M2
Jenis Carbon perlapis Daerah 0 981,426. 785,14
. 11 1
8

DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN


9.2.(6a) Patok KiloMetter Buah 1. 747,586. 747,58
00 00 6

9.2.(6c) Patok Damija Buah 2. 237,332. 474,66


00 00 4

DIVISI 10. PEKERJAAN


PEMELIHARAAN
7.1.(8) Galian Tanah Pada Saluran Air dan M3 16. 302,320.
Lereng Untuk Pemeliharaan 00 00 4,837,12
0

10.1.(21) Pembersihan Drainase M1 17. 6161. 104,74


00 72 9

JUMLAH TOTAL PEKERJAAN REKONSTRUKSI 98,512,51


2
52
Hasil Perhitungan Volume Pekerjaan Rehabilitas
Jembatan Minaesa Ruas Jalan Morella - Liang
KabupatenMalukuTengah

Dimensi
Volum
Item Panja Lebar Tinggi Bany e
ng ak
m' m' m' Bida m3
ng
Perhitungan
Oprit Jembatan
Bidang 1
10.0 0.35 1.4 1 2.45
0

Dimensi
Volum
Item Panja Lebar Tinggi Bany e
ng ak
m' m' m' Bida m3
ng
Perhitungan
Oprit Jembatan
Bidang 2
10.0 0.8 1.7 1 6.80
0
Total = Bidang 1 + bidang
2 9.25

Dimensi
Volum
Item Panja Lebar Tinggi Bany e
ng ak
m' m' m' Bida m3
ng
Perhitungan
Perkerasan Aspal
25.0 6.35 0.5 1 79.38
0

Dimensi
Volum
Item Panjan Lebar Tinggi Bany e
g ak
m' m' m' Bida m3
ng
Perhitungan
Volume
Timbunan
Fondasi
8.87 3 2 1 53.22

Dimensi
Volum
Item Panja Lebar Tinggi Bany e
ng ak
m' m' m' Bida m3
ng

52
Perhitungan
Volume
Timbunan Oprit
3.00 2 1.65 1 9.90
Total = Bidang T1
+ bidang T2 63.12

Total 151.75

52
HARGA DASAR SATUAN UPAH

HARGA
No. URAIAN KOD SATUAN SATUAN KETERANGA
E ( Rp.) N

1 Pekerja (L01 Jam 12,857.1 90000/hari


. ) 4
2 Tukang (L02 Jam 15,000.0 105000/hari
. ) 0
3 M a ndor (L03 Jam 19,285.7 135000/hari
. ) 1
4 Operator (L04 Jam 15,757.1 110300/hari
. ) 4
5 Pembantu Operator (L05 Jam 12,857.1 90000/hari
. ) 4
6 Sopir / Driver (L06 Jam 15,000.0 105000/hari
. ) 0
7 Pembantu Sopir / Driver (L07 Jam 12,857.1 90000/hari
. ) 4
8 Mekanik (L08 Jam 15,000.0 105000/hari
. ) 0
9 Pembantu Mekanik (L09 Jam 12,857.1 90000/hari
. ) 4
1 Kepala Tukang (L10 Jam 17,142.8 120000/hari
0. ) 6

53
Rekapitulasi biaya estimasi untuk merehabilitasi jembatan Wai
Lubang Buaya.

REKAPITULASI
PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN

KEGIATAN : REHABILITASI JEMBATAN WAI LUBANG BUAYA


PROVINSI : MALUKU
KOTA/KABUPATEN : MALUKU TENGAH (MORELLA)
BENTANG : 25 METER

Jumlah Harga
No. Divisi Uraian Pekerjaan
(Rupiah)
1 Umum 58.603.549,0
0
2 Drainase
3 Pekerjaan Tanah Dan Geosintetik 6.958.416,0
0
4 Pelebaran Perkerasandan Bahu Jalan
5 Pekerasan Berbutir Dan Perkerasan Beton Semen
6 Perkerasan Aspal 17.453.121,0
0
7 Struktur 8.548.166,0
0
8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 785.141,0
0
9 Pekerjaan Harian 1.222.250,0
0
10 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin 4.941.869,0
0
SK.10.1 Pekerjaan Layanan Pemeliharaan Rutin ( Lump Sum )

(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 98.512.512,0
0
(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 9.851.251,2
0
(C) Jumlah Total Harga Pekerjaan = (A) + (B) 108.363.763,2
0
(D) Jumlah Dibulatkan 108.363.000,0
0

Terbilang : Seratus Delapan Juta Tiga RatusEnamPuluh Tiga Rupiah

54
Pekerjaan devisi 1 untuk umum sebesar Rp. 58.603.549,00 devisi
3 pekerjaan tanah untuk galian biasa sebesar Rp. 6.958.416,00 devisi 6
pekerjaan aspal sebesar Rp. 17.453.121 untuk devisi 7 pekerjaan struktur
pasangan batu sebesar Rp. 8.548.166,00 dan untuk devisi 8 pengendalian
kondisi dan pekerjaan minor sebesar 785.141,00 devisi 9 dan
pemeliharaan harian sebesar Rp. 1.222.250,00 untuk pekerjaan pemeliharaan
rutin sebesar Rp. 4.941.869,00 dengan
jumlah biaya yang dihitung dari devisi I sampai dengan devisi X adalah Rp.
98.512.512,00.
PPN ( 10% x Rp 98512.512,00) = Rp. 9.851.251,20
Total hargapekerjaan = Rp. 98512.512,00 + Rp. 9.851.251,20
= Rp. 108.363.000,00 dengan dibulatkan menjadi Rp. 108.363.000,00 jadi
total biaya untuk merehabilitasi jembatan adalah serratus delapan juta tiga
ratus enam
puluh tiga rupiah ( Rp. Rp. 108.363.000 ).
Hasil perhitungan dapat dilihat padabagian lampiran.

54

Anda mungkin juga menyukai