DIVISI 1 UMUM
MOBILISASI
Kegiatan mobilisasi peralatan dan personil yang diperlukan dan semua fasilitas
pendukung selama dalam masa pelaksanaan pekerjaan. Tahapan pelaksanaan Program
Mobilisasi. Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
rapat persiapan pelaksanaan untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun non
teknis dalam kegiatan ini.Dalam waktu 14 hari setelah rapat persiapan pelaksanaan,
kontraktor harus menyerahkan program mobilisasi dan jadwal kemajuan pelaksanaan.
Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang
disyaratkan dan harus mencakup semua informasi mengenai semua pelaksanaan
pekerjaan.
Dalam manajemen dan keselamatan lalu lintas di bahas hal-hal jika ada dalam
pelaksanaan terdapat fasilitas umum yang akan terkena dampak pekerjaan maka terdapat
item relokasi Utilitas Adalah usaha pemindahan lokasi fasilitas umum yang akan dirasa
kena dampak dari pembanguna jembatan ini, sehingga perlu solusi relokasi, meliputi
fasilitas PLN berupa Kabel ataupun PDAM berupa Pipa.
Kontraktor harus membebaskan pemilik/ Kasatker / PPK /Direksi Teknik/ Pengawas dalam
memberikan ganti rugi sehubungan dengan semua permintaan, tuntutan, cara kerja, biaya
dan pengeluaran lain yang timbul atau hal lain yang masih dalam tanggung jawab
kontraktor.
Penempatan Rambu-rambu
Pengendalian Lalulintas Lokasi
PENGENDALIAN MUTU
Mutu yang diharapkan :
1. Volume Sesuai Dengan Gambar Kerja
2. Hasil kerja sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan
3. Dapat diterima baik oleh pihak pengguna jasa
Dapat dipertanggungjawabkan
2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat manfaat
dari proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena dampak,
sehingga tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini dapat juga berupa
pengaturan oleh pemerintah seperti peningkatan pajak atas buangan limbah, iuran
pemakaian air, proses perizinan dan sebagainya.
Disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar lokasi kegiatan, kegiatan
konstruksi tersebut di atas akan dapat menimbulkan dampak terhadap komponen
fisik kimia dan bahkan bila tidak ditanggulangi dengan baik akan dapat menimbulkan
dampak
lanjutan terhadap komponen lingkungan lain seperti komponen biologi maupun
komponen sosial ekonomi dan sosial budaya
DIVISI 2 DRAENASE
Setiap pelaksanaan pekerjaan dimulai pada setiap ruas dari kontrak , harus melakukan
survey total station , melakukan pengikatan pada titik – titik ( bench mark ) pengkuran
sepanjang kedua sisi jalan termasuk lokasi semua lubang penampung (cats Pits ) serta
saluran pembuangan. Jarak maksimum pembacaan setiap ttik ketinggian haruslah 25
Meter.
Menyediakan draenase yang lancar tanpa terjadinya genangan air dengan menjadwalkan
pembuatan selokan yang sedemikian rupa agar draenase dapat berfungsi dengan baik
sebelum pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai. Pemompaan harus
dilakukan selama diperlukan untuk mencegah genangan air didaerah pekerjaan.
Pemeliharaan berkala baik saluran sementara maupun permanen harus dijadwalkan
sehingga aliran air yang lancar dapat dipertahankan secara keseluruhan selama periode
pelaksanaan.
Pada tahap awal saluran harus digali sedikit lebih kecil dari penampang melintang yang
disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan dari setiap kerusakan
yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan
yang berdekatan atau bersebelahan selesai.
Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan pelapisan
selokan pasangan batu dengan mortar harus sesuai dengan yang diisyaratkan.
Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah setiap dampak lingkungan yang mungkin terjadi dilokasi yang ditunjukkan oleh
Direksi Pekerjaan.
Bilamana terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya yang
tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada,
maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu aliran air pada
ketinggian air banjir normal yang melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian
harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan kelandaian dasar
saluran lama dan harus menggambarkan secara detil penampang melintang yang diajukan
untuk keperluan pekerjaan tersebut. Direksi pekerjaan akan menyetujui atau merevisi
sebelum relokasi pekerjaan dimulai.
Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan lubang sulingan ( Weep Holes ), termasuk
penyediaan dan pemasangan cetakan lubang sulingan atau pipa.
Dalam beberapa hal, bila mana mutu batu dan bentuknya cocok serta mutu kerjanya tinggi
, Direksi pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan pasangan batu dengan mortar (
mortared stonework ) sebagai pekerjaan pasangan batu ( Stone Masonry ) untuk struktur
dengan daya dukung yang lebih besar.
Pasangan batu dengan mortar mempunyai sisi muka masing – masing batu dari
permukaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh melebihi 1 Cm dari profil
permukaan rata – rata pasangan batu dengan mortar disekitarnya.
Untuk pelapisan selokan dan saluran air , profil permukaan rata – rata selokan dan saluran
air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda lebih dari 3 Cm
dari profil permukaan lantai saluran yang dicantumkan atau disetujui, juga tidak bergeser
lebih dari 5 Cm dari profil penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai dengan
ketentuan. , Pondasi atau galian parit untuk tumit ( cut of wall ) dari pasangan batu dengan
mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan.
Landasan tembus air dan kantung saringan ( Filter Pocket ) harus disediakan bilamana
diisyaratkan , Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan yang dapat mengurangi kelekatan
dengan adukan.
Setiap Galian Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2 cm atau lebih
rendah 3 cm pada setiap titik , dan 1 cm pada setiap setiap titik untuk galian bahan
perkerasan lama.
Permukaan Galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang
bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
Sebelum melakukan pekerjaan untuk setiap melakukan pekerjaan galian sebelum memulai
kami menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan Gambar detail penampang melintang yang
menunjukkan elevasi Aspal Lama sebelum penggalian dilakukan , memasang patok –
patok batas galian dan penggalian yang akan dilaksanakan
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan harus menyediakan semua bahan,
perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan ( Pemompaan ) ,pengalihan
saluran air dan pembuatan draenase sementara, dinding penahan rembesan ( Cut Of wall
) dan cofferdam . Pompa siap pakai dilapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang
waktu untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan
pompa.
Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada draenase lama atau tempat lain dimana air
tanah rembesan ( Ground water seepage ) mungkin sudah tercemari , maka harus
senantiasa memelihara tempat kerja dengan mamasok air bersih yang akan digunakan
oleh pekerja.
Penggalian harus dilakukan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan
dibawah dan diluar batas galian. Bilamana material /bahan yang terekspos pada garis
formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor dan
menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat , maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknis Pekerjaan.
Bila mana dalam penggalian terdapat lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar
dijumpai pada garis formasi untuk perkerasan maka bahan tersebut harus digali 15 Cm
lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan – tonjolan batu yang
runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu
yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang . Profil galian yang diisyaratkan
harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai
dengan petujuk Direksi Teknis.
TIMBUNAN
- Tanah yang mengandung Organik seperti tanah OL,OH dan Pt dalam sistem
USCS serta tanah yang mengandung daun – daunan , rumput – rumputan ,akar
dan sampah.
- Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan
untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (>kadar air optmum + 1%)
- Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam
klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri – ciri adanya retak memanjang sejajar
tepi perkerasan jalan.
Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang isyaratkan atau disetujui
atau toleransi permukaan permukaan yang diisyaratkan harus diperbaiki dengan
menggamburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana
yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
Timbuanan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas – batas kadar airnya
yang diisyaratkan atauseperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan harus diperbaiki
dengan mennggaru bahan tersebut dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan
dicampur seluruhnya dengan menggunakan Motor Greder.
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan seperti dinyatakan dalam batas – batas
kadar airnya yang diisyaratkan harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan
penggunaan motor greder secara berualng – ulang dengan selang waktu istrhat selama
penanganan , dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana penegringan yang memadai
tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut , Direksi
pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan
diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang diisyratkan dalam
spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain biasanya tidak
memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat – sifat bahan dan kerataan permukaan
masih memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi pepadatan dan ketentuan sifat – sifat bahan
daalam spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis Pekerjaan
dan dapat meliputi pemadatan tambahan. Penggemburan yang diikuti dengan penyusuain
kadar air dan pemadatan kembali , atau pembuangan dan penggantian bahan.
Penghamparan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
diisyratkan , bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan – lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
Tanah timbunan umumnya diangkut langusng dari lokasi sumber galian ke permukaan
yang telah disipkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan penumpukan tanah timbunan
untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, selama musim hujan.
Bila mana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disipkan
dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan harus
dibaut bertangga ( atau dibuat bergerigi ) sehingga timbunan baru akan terkunci pada
timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan
yang diperlebar harus dihampar horisontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah
dasar , yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan
atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang di perlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin , dengan demikian pembangunan dapat
dilanjutkanke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
Pemadatan Timbunan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan , setiap lapis harus dipadatkan
dengan peraalatan pemadat / Vibratory Roller yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang diisyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus di lakukan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimimum.
Kadar air optimum harus disefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum
yang diperoleh dimana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih tebal 20 cm dari
bahan bergrdasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga – rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
diisyaratkan.
Setiap Lapis timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang diisyaratkan , diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju kearah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama. Bilamana memungkinkan , lalu lintas alat – alat konstruksi dapat dilewatkan di
atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat
meneyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
Penghamparan
Lapis Pondasi Agrgat Kelas A harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang diisyartkan ,
Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
Setiap lapis harus dihampar
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode
yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan
halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan
bahan yang bergradasi baik
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm.
Pemadatan
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan
disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana
kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber
"superelevasi", penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan
bergerak
Sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas
harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Contoh Gambar Pekerjaan Lapis Pondasi Kelas B
Bilamana lapis pondasi agrgat kelas A akan dihampar pada pekerasan atau bahu
jalan lama , semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama
harus diperbaiki terlebih dahlu sesuai dengan spesifikasi ini.
Bila mana lapis pondasi pondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama maka lapisan hasrus diselesaikan sepenuhnya sesuai dengan
lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
Bila mana pondasi agregat akan dihampar langsung diatas permukaan perkerasan
aspal lama , yang menurut pendapat direksi pekerjaan dalam kondisi tidak rusak ,
maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan
aspal lama agar meningkatkan tahanan geser yang lebih baik.
Penghamparan
Lapis Pondasi Agrgat Kelas A harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran
yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang diisyartkan ,
Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-
lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Setiap lapis harus dihampar
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode
yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar
dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20
cm.
Pemadatan
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan
disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana
kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber
"superelevasi", penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan
bergerak
Sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas
harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Bahan lapis resap pengikat umumnya dalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau
Pen. 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah, volume yang digunakan berkisar
antara 0,40 sampai dengan 1,3 Ltr/M2 untuk lapis pondasi Agregat Kelas A 0.02
sampai 1 Ltr /M2 untuk pondasi tanah semen.
Setelah pengeringan 4 sampai 6 jam , bahan pengikat harus telah meresap
kedalam lapis pondasi , lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan
pelelehan ( bleeding ) dapat menyebabkan timbulnya bidang geser. Untuk itu pada
daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut
diselimutu aspal.
Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah sebagai berikut :
Memberikan daya ikat antara Lapis Pondasi Ageragat dengan campuran Aspal
Mencegah lepasnya butiran pondasi agregat jika dilewati kendaraan sebelumnya
Menjaga lapis pondasi agregat dari pengarus cuaca khusunya hujan sehingga air
tidak masuk kedalam lapisan pondasi agregat yang bisa merusak struktur jalan.
Lapis Resap pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering.
Lapis Resap pengikat adalah setelah proses pengeringan, bahan aspal harus
sudah meresap kedalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang
dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak
berongga ( Porous ). Tekstur untuk permukaan Lapis Pondasi Agregat harus rapi
dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur
agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan bahan
yang berlebihan , penggunaan bahan penyerap ( blotter material ) atau
penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap
Pengikat harus segera diperbaiki
Pekerjaan harus dilaksnakan sedemikan rupa sehingga masih memungkinkan lalu
lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulakan gangguan minimal pada lalu lintas.
Bangunan – bangunan dan benda – benda lain disamping tempat kerja (Struktur /
Pepohonan Dll ) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal
Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ketempat yang telah
disetujui oleh direksi teknis
Lapis Pengikat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan
yang baru , dan dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering
dan bersih bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap atau
aspal keras 80/100 atau Pen. 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal.
Pemakaiannya berkisar antara 0.15 ltr/M2 sampai 0.50 Ltr/M2 lapis tipis
dibandingkan dengan pamakaian lapis resap pengikat
Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran Aspal
dapat dilakukan , ada yang berpendapat bahwa penghamparan bisa dilakukan
dengan segera meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai , ada
juga yang berpendapat bahwa harus menunggu lapisan perekat ini kering terlebih
dahulu baru bisa dilakukan penghamparan campuran aspal . tapi kenyataannya
dilapangan banyak menggunakan pendapat yang pertaman.
Lapis Perekat harus melekat dengan cukup kuat diatas permukaan yang disemprot.
Untuk penampilan yang kelihatan berbintik – bintik , sebagai akibat dari bahan
aspal yang didistribusikan sebagai butir – butir tersendiri dapat diterima asalkan
penampilannya keliahatan rata dan keseluruhan takaran pemakainannya
memenuhi ketentuan.
Perbaikan dari Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan bahan yang
berlebihan , penggunaan bahan penyerap ( blotter material ) atau penyemprotan
tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Perekat harus segera
diperbaiki
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis Perata
Antara , berupa campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan
aspal Pra Campur secara panas di pusat instalasi pencampuran , serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut diatas permukaan jalan yang
telah disiapkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Semua campuran dirancang dalam spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenan dengan kadar aspal, rongga udara , stabilitas
,kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu lintas rencana.
Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji “inti”
(core) perkerasan yang diambil dan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Tebal aktual hamparan lapis beraspal disetiap segmen didefinisikan sebagai tebal
rata – rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut. Toleransi
tebal untuk Lapis Antara AC-BC Tebal Nomonal Minimum t = 6 Cm
Untuk campuran Panas Asbuton Lapis Permukaan Antara AC-BC berat aktual
campuran beraspal yang dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap
muatan truck yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal . Untuk setiap
ruas pekerjaan yang diukur , bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung
dari timbangan adalah kurang ataupun lebih dari 5% dari berat yang dihitung dari
ketebalan rata – rata benda uji inti ( core ) maka Direksi Pekerjaan harus
mengambil tindakan untuk menyelidiki selisih berat tersebut.
Aspal Pra campur yang di modifikasi adalah jenis asbuton , dan elastomerik latex
atau sintetis , Proses pembuatan aspal modifikasi dilapangan tidak diperbolehkan
kecuali ada lisensi.
Sumber pasokan agregat , aspal da bahan pengisi Filler herus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan
harus diserahkan , seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan , paling sedikit 60
hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
Prosentase aspal yang aktual ditambahkan kedalam campuran ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam
rencana campuran kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang
digunakan.
Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat
menghasilkan komposisi yang optimum . Perhitungan proporsi takaran agregat dari
bahan tumpukan bahan yang optimum harus digunakan untuk penentuan awal
bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus diambil setelah
penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus
diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi
takaran pada pemasok panas dapat ditentukan suatu rumus campuran rancangan (
Design Mix Formuka , DMF ) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur
Marshall. Dalam segala hal DMF harus memenuhi semua sifat – sifat bahan dan
sifat – sifat campuran sebagaimnan yang diisyratkan
DMF, data dan Grafik percobaan campuran di laboratorium harus diserahkan pada
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Direksi pekerjaan akan
menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu tujuh hari . Percobaan
produksi dan penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui.
Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap rumusan
Campuran kerja ( Job Mix Formula ,JMF ). JMF adalah suatu dokumen yang
menyatakan bahwa rancangan campuran laboratorium yang tertera dalam DMF
dapat diproduksi dengan instalasi pencampur aspal ( Asphalt Mixing Plant, AMP ) ,
dihampar dan dipadatkan dilapangan dengan peralatan yang telah ditentukan dan
memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil
pengujian Marshall dari benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMP.
Setelah DMF disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus melakukan penghamparan
percobaan paling sedikit 50 Ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi
dengan AMP, dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang
diusulkan. Dan menunjukkan bahwa setiap alat penghampar ( Paver ) mampu
menghampar bahan sesuai dengan tebal yang diisyaratkan tanpa segregasi,
tergores dan sebagainya. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu
mencapai kepadatan yang diisyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan
sebagaimana yang dipersyaratkan.
Penghamparan
Sebelum memulai penghamparan, Sepatu ( Screed ) alat penghampar
harus dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan
sesuai dengan kelandaian ,Elevasi serta bentuk penampang melintang
yang diisyaratkan.
Penghamparan harus mulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur
Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan
Penampang alat penghampar ( hopper ) tidak boleh dikosongkan , sisa
campuran beraspal dijaga tidak kurang dari temperatur yang diisyaratkan.
Alat penghampar harus dioperasikan dengan satu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui
oleh direksi pekerjaan dan ditaati
Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan , maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
Proses perbaikan lubang – lubang yang timbul karena terlalu kasar atau
bahan yang tersegrasi karena penaburan material yang harus sedapat
mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak
boleh ditebarkan diatas permukaan yang telah padat dan bergradasi rapat.
Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi
– tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengeopersian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang berseblahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
Selama pekerjaan penghamparan fungsi – fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara eletronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang diisyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal.
1. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan , sebelum
diperbolehkannya pemadatan ( diperlukan pemeriksaan secara manual )
2. Kelandaian sepatu (Screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan
3. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya , sebelum dibolehkan pemadatan
4. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan
menggunakan batang perata , kawat baja atau hasil penandaan survey.
Pemadatan
Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan , permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
viscositas aspal yang sesuai depersyaratkan
Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir
Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan
alat pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada didekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan penggilasan awal
Pertama – tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang
yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan.
Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjutnya penggilasan dilakukan sejajar dengan
sumbu jalan berurutan menuju kearah sumbu jalan
Bilamana menggilas sambungan memanjang , alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah
dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 Cm dari lebar roda
pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 Km/Jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih
dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pangabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian memenuhi toleransi yang diisyaratkan
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan sekelompok
pekerja harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi.
Aspal ( Hot Mix ) yang telah di produksi di distribusikan ke lokasi pekerjaan dengan
menggunakan Dump Truck yang di atasnya ditutupi dengan terpal tahan
panas,agar aspal tidak mengalami penurunan suhu yang drastis selama dalam
perjalanan ke lokasi pekerjaan.
Penghamparan Dan Pemadatan
Aspal Hot Mix yang telah sampai di lokasi pekerjaan segera di hampar dengan
menggunakan Aspla Finisher dengan ketebalan gembur yang telah diatur
sedemikian rupa sesuai dengan penghamparan gembur yang telah di dapatkan
pada saat Trial Mix dan menghasilhan ketebalan padat sesuai dengan spesifikasi
yang disyaratkan.
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk perkerasan daerah bahu jalan dan dilaksanakan
setelah pekerjaan pengaspalan ( AC – WC AsbP ) telah selesai di
laksanakan.Kemiringan Lapis Pondasi Kelas S ( LPS ) sebesar 3 % diatur mengikuti
pinggir pekerjaan pengaspalan.
Percobaan Pemadatan (Trial Compaction)
1. Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemadatan seperti yang di
jelaskan dalam spesifikasi teknis pelaksanaan percobaan pemadatan pada spesifikasi
Divisi.4 ( Spesifikasi Teknis Pekerjaan Jalan Dan Jembatan ).
Setelah tim laboratorium melakukan insfeksi dan ternyata lokasi pekerjaan tersebut
telah siap maka material di transport ke lokasi pekerjaan.Sebelum pekerjaan tersebut
dilaksanakan terlebih dahulu diadakan percobaan pemadatan (trial comfaction).
Adapun langkah-langkah untuk pekerjaan pemadatan sebagai berikut:
DIVISI 7 . STRUKTUR
1. Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu digunakan pada struktur seperti dinding penahan, gorong
– gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari pasangan batu yang
digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Volume
Waktu Pelaksanaan
Target waktu pelaksanaan untuk pekerjaan Pasangan Batu berdasarkan usulan
yang tercantum dalam Time Schedule pada dokumen penawaran.
Bahan :
Batu Kali
Semen (PC)
Pasir
Peralatan yang digunakan :
Conc. Mixer
Water Tanker
Alat Bantu
1. Persiapan
• Bahan dan peralatan yang digunakan dipersiapkan sebelum pelaksanaan pekerjaan
• Seluruh bahan yang digunakan telah tersedia di base camp.
• Sebelum bekerja, seluruh peralatan diperiksa kelayakan alat sehingga dapat
digunakan dalam pekerjaan.
2. Pemasangan Bowplank
• Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman galian.
Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan
mempedomani hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak
proyek. Pemasangan bowplank dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui oleh
pihak Konsultan dan direksi Pekerjaan.
3. Pasangan Batu dengan Mortar
• Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk dengan menggunakan alat bantu
• Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang
• Sekelompok perkerja melakukkan penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.
Target waktu pelaksanaan untuk pekerjaan Beton Mutu Sedang Fc’20 Mpa (K-250)
berdasarkan usulan yang tercantum dalam Time Schedule pada dokumen penawaran.
Bahan :
Semen
Pasir beton
Agregat Kasar
Kayu Perancah
Paku
Peralatan yang digunakan :
• Con Pan. Mixer
• Truck Mixer
• Water Tanker
• Alat Bantu
Merupakan baja tulangan Ulir dengan baja mutu sedang yang memiliki tegangan leleh
karekteristik 3.200 kg/cm2. Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan
baja tulangan pada acuan cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar. Volume
Pekerjaan ini : 11 m3
Waktu Pelaksanaan
Target waktu pelaksanaan untuk pekerjaan Baja Tulangan U 24 Polos berdasarkan
usulan yang tercantum dalam Time Schedule pada dokumen penawaran.
Bahan :
Baja Tulangan (Ulir) U32
Kawat Beton
Pemasangan Bronjong
Keranjang yang dipasang adalah keranjang bronjong pabrikasi. Material tersebut
didatangkan
dari pabrik ke lokasi kerja. Proses pengadaan keranjang diuraikan dalam pekerjaan
mobilisasi.
Material pengisi pasangan bronjong didatangkan dari luar lokasi menggunakan dump
truck. Batu yang digunakan merupakan batu pecahan/batu belah yang mempunyai sisi
tajam. Pemasangan batu dimulai dengan memasukkan batu-batu berukuran besar 20 -
30 kg/bh disusun dengan rapih, kemudian dilanjutkan dengan memasang batu-batu kecil
sebagai pengunci. Ukuran batu-batu pengunci tidak lebih kecil dari ukuran lubang kawat
bronjong agar batu tidak keluar dari keranjang.
Setelah keranjang terisi penuh pasangan batu, keranjang ditutup dan dikunci, dan
kemudian
dilanjutkan pasangan bronjong lapis selanjutnya. Antara keranjang yang satu dengan
lainnya
diikatkan dengan kawat satu sama lain agar terjadi satu kesatuan pasangan. Pasangan
lapis ke lapis
berikutnya dibuat zig - zag agar pendistribusian kekuatan pasangan lebih merata.
Batu Pecah dengan bergradasi tertentu dan pasir kasar, sesuai persyaratan spesifikasi.
Peralatan di lapangan :
Tandem Roller 6-8 Ton Tire Roller 6-8 Ton Motor Grader
Water Tanker
Teknis Pelaksanaan :
Pembuatan campuran agregat sesuai rekomendasi laboratorium
Agregat dibawah ke lapangan dengan DumpTruck dan dihampar dengan Motor Grader
pada kadar air dalam rentang secara merata
Penghamparan minimal selebar jalur lalu lintas dengan tebal 20-30 cm dan tidak ada
bekas- bekas yang tidak bisa tertutup pada waktu pemadatan
Setelah rata, lalu dipadatkan secara merata,sampai mencapai 100 % kepadatan kering
Pemadatan dilakukan pada kondisi kadar air berada dalam rentang, tidak boleh kurang
dari
3 % dari kadar air optimum dan tidak boleh lebih dari 10 % dari kadar air optimum.
Penggilasan dimulai dari tepi dan bergerak sedikit demi sedikit kearah sumbuh jalan dan
pada daerah landai, penggilasan dimulai dari daerah rendah, bergerak sedikit demi
sedikit ke tempat yang lebih tinggi, sampai seluruh bekas roda penggilasan tidak
nampak dan agregat terkunci rapat.
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau
`penetrasi
60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4
sapai dengan 1,3 liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2
untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan
pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih
dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang
geser, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir
tersebut diselimuti aspal
Pekerjaan Residu bitumen ini mencampur minyak dan aspal dengan proprsi yang telah
ditentukan , disemprotkan dengan menggunakan asphalt Sprayer , sebelum melukan
penyemprotan , permukaan yang akan disemprot terlebih dahulu dibersikan dari kotoran
dan debu dengan menggunakan kompressor
Pekerjaan jalan termoplastik merupakan pembuatan marka lalu lintas dilaksanakan pada
gari sumbu, garis lajur, garis tepi dan zebra cross dengan menggunakan bahan marka
jalan jenis termoplastik sebagai cat. Cat yang digunakan berwarna putih atau kuning,
yang mengacu pada SNI 06-4826-1998 (jenis padat, bukan serbuk).Sebelum dilakukan
pengecatan permukaan jalan dibersihkan dan dikeringkan. Pengecatan dilakukan paling
cepat 1 bulan setelah pelaksanaan pekerjaan HRS kecuali diperintakan Direksi
pekerjaan.
Selokan dan saluran air lama maupun yang baru dibuat harus dijaga agar bebas
dari semua bahan yang lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan
tanaman yang tidak dikehendaki yang mungkin akan menghalangi aliran
air pennukaan.
Pemeiharaan semacam itu harus dilaksanakan secara teratur berdasarkna rutinitas
dan segera.
Selama periode hujan lebat, Penyedia Jasa harus menyediakan regu
pemeliharaan yang akan berpatroli di lapangan dan mencermaati setiap sistem
drainase yang kurang berfungsi akibat penyumbatan atau karena hal lain.
Setiap kelainan pada drainase dicatat pada saat tersebut, seperti luapan
air, kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen struktur drainase yang kurang tepat
atau rancangan lainnya yang kurang cocok, harus dilaporkan kepada
Direksi Pekerjaan, dan Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah
yang sesuai dengan langkah yang harus diambil.
Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk timbunan dan galian harus mencakup
pemotongan rumput, semak-semak, dan pohon – pohon.
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
Setelah galian disiapkan dan telah dicek serta diketahui oleh Direksi dan pengawas maka
pekerjaan pasangan batu dengan mortar kami laksanakan namun sebelumnya pekerjaan
ini akan kami cakupkan dengan pelapisan sisi atau dasar selokan dan saluran air dan
pebuatan “apron” (lantaigolak) , lubang masuk dan struktur saluran kecil lainya dengan
menggunakan pasangan batu dengan mortar yang di bangun di atas suatu dasar yang
telah di siapkan memenuhi garis, ketinggian , dan dimensi yang ditentukan oleh Direksi
dan Pengawas tentunya sesuai dengan spesifikasi teknik dimana menggunakan tenaga
tukang batu dengan kapasitas atau volume sesuai dengan analisa terlampir, untuk
bahan baku kami angkut dari quary disekitar lokasi terdekat menggunakan dump truck
atau truck bak terbuka dengan kapasitas ±4 m³, dan dilangsir dengan kereta dorong atau
dengan tenaga manusia apabila lokasi hanya dapat dijangkau dengan menggunakan
kereta dorong dan apabila lokasi tidak memungkinkan maka bahan batu diangkut dengan
tenaga manusia, sedangkan batu yang dipakai menggunakan batu putih dan untuk sela-
sela pasangan akan kami padatkan dengan menusuk-nusuk sela antar batu sehingga
tidak ada bagian yang renggang, pekerjaan meliputi pemasangan plester sebagai
penutup bidang muka pasangan, sebelum pelaksanaan pekerjaan mengajukan ijin kerja
pelaksanaan.
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau
`penetrasi
60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4
sapai dengan 1,3 liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2
untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan
pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih
dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang
geser, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir
tersebut diselimuti aspal.
5. Residu Bitumen
Pekerjaan Residu bitumen ini mencampur minyak dan aspal dengan proprsi yang telah
ditentukan , disemprotkan dengan menggunakan asphalt Sprayer , sebelum melukan
penyemprotan , permukaan yang akan disemprot terlebih dahulu dibersikan dari kotoran
dan debu dengan menggunakan kompressor
6. Pasangan Batu
Setelah galian disiapkan dan telah dicek serta diketahui oleh Direksi dan pengawas maka
pekerjaan pasangan batu dengan mortar kami laksanakan namun sebelumnya telah
kami pasang profil bentuk kepala bangunan per jarak yang ditentukan oleh Direksi dan
Pengawas tentunya sesuai dengan spesifikasi teknik dimana menggunakan tenaga
tukang batu dengan kapasitas atau volume sesuai dengan analisa terlampir, untuk bahan
baku kami angkut dari quary disekitar lokasi terdekat menggunakan dump truck atau
truck bak terbuka dengan kapasitas ±4 m³, dan dilangsir dengan kereta dorong atau
dengan tenaga manusia apabila lokasi hanya dapat dijangkau dengan menggunakan
kereta dorong dan apabila lokasi tidak memungkinkan maka bahan batu diangkut
dengan tenaga manusia, sedangkan batu yang dipakai menggunakan batu belah
hitam dan untuk sela-sela pasangan akan kami padatkan dengan menusuk-nusuk sela
antar batu sehingga tidak ada bagian yang renggang, pekerjaan meliputi pemasangan
plester dan siar sebagai penutup bidang muka pasangan, sebelum pelaksanaan
pekerjaan mengajukan ijin kerja pelaksanaan
Mengembalikan kondisi semula dengan melakukan pemeliharaan rutin pada daerah milik
jalan ( RUMIJA ) tanaman yang di tanam dan tumbuh secara liar dibersihkan dengan
baenar sehingga pengguna jalan merasa nyaman
PEMELIHARAAN RUTIN JEMBATAN
1.Pembersihan Jembatan
2.Pengecetan Sederhana
Bahan cat yang digunakan untuk perlindungan permukaan dalam pemeliharaan rutin
harus disesuaikan dengan rencana umur ketahanan cat, kondisi elemen serta jenis
lapisan pelindung elemen eksisting, agar cat akan melekat dengan baik pada
permukaan baja atau beton yang diberi lapisan pelindung tersebut.
a. Cat untuk elemen jembatan yang bergalvanis Jenis bahan cat yang digunakan
untuk perbaikan permukaan harus sesuai dengan bahan dasar struktur baja yang
akan diberi lapisan pelindung kembali. Jenis cat harus sesuai dengan persyaratan
dan harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dari pabrik pembuat
berdasarkan spesifikasi serta sertifikat yang menjamin keaslian bahan cat yang
digunakan dan disetujui oleh Direksi Pekejaan.
Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan menggunakan
alat pengukur ketebalan cat.
Cat dasar yang digunakan adalah jenis Aluminium Epoxy Mastic Dengan sifat- sifat
sebagai berikut:
terdiri atas 2 komponen
mempunyai kandungan pigmen aluminium
mempunyai sifat mengikat (mastic) pada lapisan galvanis
solid content 90 ± 2% (berdasarkan volume)
Cat akhir yang digunakan adalah jenis Polyurethane alkyd copolymer dengan sifat-
sifat sebagai berikut:
terdiri atas 1 komponen
tahan terhadap gesekan (abrasion resistance)
mempunyai variasi warna dan mengkilat
solid content 49 ± 2% (berdasarkan volume)
lapisan pertama dengan berat jenis sekitar 1,27 kg/liter. c. Cat anti korosi untuk elemen
jembatan
Bahan cat merupakan jenis cat yang digunakan untuk mengatasi korosi pada
elemen jembatan seperti pada tiang pancang baja, fender tiang atau elemen-
elemen sekunder lainnya yang mudah terkorosi dan berhubungan dengan air disyaratkan
sebagai berikut:
Bahan cat harus dapat melekat pada pelaksanaan pengecatan kondisi elemen bawah air
serta terdiri atas satu komponen untuk kemudahan pelaksanaan.
Harus dapat tahan dan mematikan karat yang terjadi dengan tingkat persiapan
permukaan yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan yang kompleks
Kelekatan dibuktikan dengan pengujian pull-off test. Persyaratan bahan untuk cat anti
korosi adalah sebagai berikut:
Abrasion Resistance (ASTM D4060) - 123 mg loss
Adhesion (ASTM D4541) - 750 psi
Direct Impact Resistance (ASTM G14) - 26 in.lb
Dry Heat Resistance (ASTM D2475 – 92 (2013)) - 1210 C
Pencil Hardness (ASTM D3363) - 4H
Pelaksanaan
Cara pelaksanaan dapat menggunakan kuas atau alat semprot.
Cat yang sudah disiapkan (2 komponen) sesuai dengan pasal SKh-
1.10.b.2.4).a) dan harus dicampur sesuai dengan persyaratan dari pabrik
pembuat dan teknis yang disyaratkan.
Pelaksanaan dilaksanakan dalam 2 lapis sesuai yaitu cat dasar dan cat akhir
(top coat).
Pekerjaan pengecatan harus sudah dilaksanakan dalam kurun waktu 3 jam setelah
selesainya pekerjaan persiapan atau pembersihan permukaan.
b. Pelaksanaan
Cara pelaksanaan dapat menggunakan kuas.
Jenis cat yang digunakan dapat menggunakan jenis cat yang diperuntukkan beton
atau adukan semen.
a. Persiapan permukaan
Bersihkan bagian baja yang berkarat sampai bagian baja bersih dengan
menggunakan ultra high pressure water.
Apabila diperlukan gunakan juga sikat kawat, gurinda untuk bagian dimana
korosi tidak mudah lepas. Kemudian bersihkan kembali dari debu yang menempel
pada permukaan baja.
b. Pelaksanaan
Setelah permukaan bersih dan tidak lebih dari 30 menit, cat harus sudah
dilekatkan.