TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Jembatan
Berdasarkan UU No 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai bagian
dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Jembatan secara
umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian
jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam,
alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang dan lain-lain.
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang
sungai/saluran air, lembah atau jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya.
1. Menurut Kegunaannya
Jembatan Jalan Raya
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang terputus oleh
rintangan seperti sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain untuk
dilewati lalu lintas kendaraan
1
Gambar 2.1 Jembatan Jalan Raya. Sumber : id.wikipedia.org
2
Gambar 2.3 Jembatan Kereta Api. Sumber : id.wikipedia.org
3
b. Jembatan Pasangan Batu / Bata
Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur bawah dan struktur atas
dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah yang kekuatannya
mengandalkan dari berat struktur.
c. Jembatan beton
Jembatan dengan material beton banyak digunakan dalam perkembangan
teknologi, jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan cara
pengecoran ditempat atau dengan beton pracetak.
d. Jembatan Baja
Jembatan dengan material baja merupakan jembatan yang juga banyak
digunakan disamping jembatan dengan material beton.
4
Gambar 2.7 Jembatan Baja. Sumber : hesa.co.id
b. Jembatan lengkung
Jembatan lengkung adalah non struktur dengan bentuk jembatan lengkung
dan hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil.
5
Gambar 2.9 Jembatan Lengkung. Sumber : hesa.co.id
c. Jembatan rangka
Struktur jembatan rangka batang merupakan rangkaian profil baja yang
disusun membentuk rangka jembatan.
d. Jembatan gantung
Jembatan gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur
penopang yang berupa tiang untuk menahan kabel pengantung.
6
e. Jembatan kabel
Jembatan kabel menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lalu lintas dan
ditumpu oleh tower.
7
c. Lantai kendaraan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta
melimpahkan beban melalui gelagar.
d. Balok diafragma
Balok diafragma merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang.
e. Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan
maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut.
2. Bangunan Bawah Jembatan
Banguanan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas
dan berfungsi untuk menerima atau memikul beban-beban yang diberikan
bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi (Agus Iqbal Manu,
1995:5). Bangunan bawah yang terdiri dari:
a. Kepala jembatan (abutmen)
Karena letak abutmen yang berada di ujung jembatan maka abutment ini
berfungsi juga sebagai penahan tanah, umumnya abutment dilengkapi
dengan konstruksi sayap yang berfungsi untuk menahan tanah.
b. Fondasi
Fondasi adalah bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakan
dan meneruskan beban dari bangunan atas ke tanah dasar yang cukup kuat
untuk mendukungnya.
c. Plat injak
Plat injak adalah bagian jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan beban
yang diterima diatasnya secara merata ke tanah dibawahnya.
d. Oprit
Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada,
perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design oprit
yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet sesuai dengan umur rencana
yang telah ditentukan
8
D. Metode Sistem Manajemen Jembatan (BMS)
Sistem Manajemen Jembatan adalah manajemen jembatan mulai dari
pemeriksaan dan rencana dengan sistem ini kegiatan-kegiatan tersebut dapat
diatur secara sistematis dengan melakukan pemeriksaan kondisi jembatan
dengan sistem informasi manajemen jembatan sehingga kondisi jembatan dapat
dipantau dan dilakukan tindakan yang diperlukan untuk menyakinkan bahwa
jembatan berada dalam keadaan aman dan nyaman.
Tujuan rencana dan program dalam BMS adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi jembatan-jembatan yang tidak memenuhi
standar kondisi dan lalu lintas.
b. Menentukan strategi penanganan jangka panjang yang dapat
menghasilkan nilai ekonomi yang tebaik.
c. Menjamin semuah penanganan dapat terpantau dan database
jembatan selalu dalam keadaan mutakhir.
1. Pemeriksaan Jembatan
Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen BMS yang
terpenting, hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara
keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan
dalam waktu mendatang.
Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk menyakinkan bahwa jembatan
masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna
pemeliharaan dan perbaikan secara berkala.
Data yang dikumpulkan pada saat pemeriksaan jembatan adalah :
2. Data administrasi jembatan yang meliputi : nama jembatan,
cabang dinas, nomor jembatan, tahun pembangunan.
3. Dimensi jembatan yang meliputi : panjang total dan jumlah
bentang.
4. Jenis konstruksi yang merupakan komponen utama setiap bentang
jembatan yang meliputi bangunan atas dan bangunan bawah
9
Pemeriksaan Inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, material,
data geometri, data kondisi secara umum dan kapasitas lalu lintas. Pemeriksaan
inventarisasi dilakukan sekali seumur jembatan kecuali ada perubahan
konstruksi.
Tabel 2.1 Kode untuk komponen bangunan atas dan bangunanbawah
10
beton, pondasi yang tekikis, kerangka beton yang memiliki
tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran pengaman yang tidak
ada.
Nilai 5 Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi
Contoh : bangunan atas runtuh, timbunan tanah yang hanyut.
Sumber : Sistem Manajemen Jembatan Catatan Kursus BMS-2T
a. Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan
elemennya guna mempersiapkan strategis penanganan untuk setiap individual
jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis
penanganannya. Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima
tahun atau dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi
jembatan.
1. Hierarki Dan Kode Elemen
Dalam prosedur pemeriksaan elemen-elemen jembatan dibagi dalam
level hirarkinya. Menurut BMS terdapat lima (5) level dalam hirarki
jembatan masing-masing level mengandung sejumlah elemen yang
masing-masing memiliki kode elemen dengan empat angka.
Tabel 2.3 Hierarki dan kode elemen
Level Kode Elemen Keterangan
1 1.000 Jembatan.
Alran sungai
2.200 Bangunan bawah yang meliputi pondasi,
2 2.300
abudment.
2.400 Struktur rangka, lantai dan permukaannya.
3.310 Pondasi
3.320 Kepala jembatan atau pilar
3 3.410 Sistem gelagar
3.450 Rangka
3.600 Sambungan lantai
4.212 Aliran Air Utama
4.224 Pasangan Batu Kosong
4.321 Tiang Pancang
4.322 Dinding/ Kolom Pilar
4 Dinding Kepala Jembatan
4.323
4.324 Dinding Sayap
4.326 Penahanan Gempa Bumi
4.455 Surclip
11
4.469 Pelat Gusset
4.502 Pelat Lantai
4.507 Pipa cucuran
4.611 Perletakan Baja
4.624 Parapet
untuk menilai elemen kecil secara
5 5.000
individual
Sumber : Panduan Pemeriksaan Jembatan (1993)
2. Kode Kerusakan
Untuk tujuan mencatat kerusakan diberi suatu kode kerusakan dengan tiga (3)
angka, kerusakan biasanya berkaitan dengan material atau dengan elemennya.
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan material adalah :
a. Pecahnya pasangan batau (kode 103)
b. Kerontokan pada beton (kode 201)
c. Retak (kode 202)
d. Perlindungan permukaan (kode 301)
e. Pengaratan dalam baja (kode 302)
f. Perubahan bentuk (kode 303)
g. Pipa terlalu pendek (kode 306)
h. Pembusukan pada kayu (kode 401)
i. Runtuh (kode 402)
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah :
a. Scour dalam aliran sungai (kode 503)
b. Scour dalam timbunan tanah (kode 515)
c. Penurunan (kode 551)
d. Hilang (kode 561)
e. Rintangan pada pipa cucuran (kode 711)
f. Aspal retak (kode 806)
b. Sistem Penilaian Elemen
Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian
pertanyaan yang berjumlah lima (5) mengenai kerusakan yang ada. Suatu nilai
sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang
ada seperti pada tabel dibawah ini.
12
Tabel 2.4 Penentuan nilai kondisi
Nilai Kriteria Nilai
Berbahaya 1
Struktur (S)
tidak Berbahaya 0
dicapai sampai kerusakan
1
parah
Kerusakan (R)
dicapai sampai kerusakan
0
ringan
meluas > 50 % atau lebih
1
mempengaruhi kerusakan
Perkembangan (K)
tidak meluas < 50 %
0
mempengaruhi kerusakan
elemen tidak berfungsi 1
Fungsi (F)
elemen berfungsi 0
dipengaruhi elemen lain 1
Pengaruh (P) tidak dipengaruhi elemen
0
lain
Nilai Kondisi (NK) NK = S + R + K + F + P 0–5
Sumber : Panduan Pemeriksaan Jembatan (1993)
Nilai suatu kondisi jembatan didapatkan dengan cara menjumlahkan beberapa
penilaian, yaitu dari segi struktur, segi kerusakan, segi perkembangan, segi
elemen menjalankan fungsinya, dan segi pengaruh bagi pengguna jalan.
c. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah
pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus
dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya
tetap dalam kondisi aman dan layak.
d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan karena merasa masih kurangnya kelengkapan
data, pengalaman dan keahlian untuk menentukan kondisi jembatan.
2) Pembobotan Komponen
Untuk mengidentifikasi penanganan jembatan dari data yang tersedia didalam data
base maka dilakukan suatu skrining. Skrining teknis adalah penyaringan dari data
base terhadap jembatan yang memerlukan suatu penanganan karena kurangnya
kapasitas lalu lintas, kurangnya kekuatan atau kondisinya yang buruk.
13
Tabel 2.5 Bobot komponen jembatan
No Komponen Bobot
1. Gelagar utama 10
2. Abutmen 8
3. Pilar 8
4. Lantai 8
5. Dudukan jembatan 6
6. Tumpuan 6
7. Dinding sayap 5
8. Dinding belakang 5
9. Gelagar sekunder 5
10. Sambungan 4
11. Lapis permukaan 4
12. Trotoar 2
13. Kurb 1
Sumber : NYSDOT (1997)
3) Sistem Penilaian Akhir
Sistem Penilaian jembatan secara visual dihasilkan nilai kondisi akhir
jembatan, hasil akhir digunakan tiga (3) angka dibelakang koma agar hasilnya
lebih teliti.
Tabel 2.6 Nilai kondisi jembatan
BCR Kondisi Jembatan Usulan Penaganan
1,000 – 3,000 Buruk Pergantian
3,001 – 4,999 Sedang Rehabilitasi
5,000 – 6,000 Baik Pemeliharaan rutin
6,001 – 7,000 Sangat baik -
Sumber : NYSDOT (1997)
E. Konsep Perhitungan Biaya
Penentuan Base Case capaian umur rencana jembatan dengan nilai kondisi (NK)
yang spesifik untuk menentukan Base Case maka perlu dilakukan perkiraan kapan
jembatan akan dianalisis menjadi rusak berat, kritis, runtuh atau tidak berfungsi.
Untuk keperluan analisa suatu jembatan diasumsikan memiliki umur rencana
selama (N) tahun dan mengalami kerusakan dari NK = 0 hingga NK = 5 pada
akhir umur rencana (UR).
14
a. Menghitung Karakter Umur Rencana
(tahun survey – tahun pembangunan jembatan )x 100
UR =
……...............(2.1)
( 100-a x (5-NK)ᵇ)
Dengan :
a = 4,66
b = 1,905
b. Hitung lama tahun jembatan tersebut mencapai NK yang dipredisikan
( 100-a x (5-NK)ᵇ)
Capaian umur rencana = x UR………………………..(2.2)
100
Sumber : Sumber : Panduan sistem manajemen jembatan, 1993
1. Estimasi Biaya
Estimasi biaya didefinisikan sebagai perkiraan biaya proyek yang dilakukan
sebelum sejumlah informasi yang signifikan terkumpul dari detail desain dengan
lingkup pekerjaan yang masih belum lengkap.
Pada tahap awal dari sebuah proyek konstruksi perlu dilakukan perencanaan yang
baik, semua keputusan yang diambil dalam proses awal ini akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap kinerja proyek selanjutnya.
a. Pesyaratan
Harga satuan pekerjaan (HSP) terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung terdiri atas upah, alat dan bahan masing-masing perlu
ditetapkan harganya sebagai harga satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan
pengukuran standar sehingga hasil rumusan analisis yang diperoleh
mencerminkan harga aktual di lapangan, sedangkan untuk biaya tidak langsung
terdiri atas biaya umum dan keuntungan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan mempertimbangkan harga pasar setempat.
b. Harga satuan dasar (HSD) Tenaga Kerja
Umum Komponen tenaga kerja berupa upah yang digunakan dalam mata
pembayaran tergantung pada jenis pekerjaannya, faktor yang mempengaruhi harga
satuan dasar tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan tingkat keahlian
tenaga kerja.
15
Suatu produksi jenis pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia pada
umumnya dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok kerja dilengkapi dengan
peralatan yang diperlukan berdasarkan metode kerja.
16
satuan tenaga kuda atau horsepower (HP)
3. Kapasitas Alat
Kapasitas peralatan (Cp) dihitung sesuai dengan cara yang tercantum
dalam rumus umum yaitu rumus perhitungan produksi peralatan per jam, atau
berdasarkan hasil produksi di samping itu ada peralatan yang bisa berdiri sendiri
dalam operasinya tapi ada peralatan yang bergantung pada peralatan lain seperti
misalnya dump truck yang tidak bisa mengisi muatannya sendiri harus diisi
memakai loader atau excavator jadi isi muatan bak dump truck tergantung pada
berapa banyak yang bisa di tumpahkan oleh pengisinya (loader atau excavator).
4. Jam Kerja Alat Per Tahun
Pada peralatan yang bermesin maka jam kerja peralatan atau jam
pemakaian peralatan akan dihitung dan di catat sejak mesin di hidupkan sampai
mesin dimatikan selama waktu (jam).
Catatan :
a. Untuk peralatan yang bertugas berat dianggap bekerja terus menerus
dalam setahun selama 8 jam/hari dan 250 hari/tahun maka :
W = 8 x 250 = 2000 jam/tahun
b. Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang
dianggap bekerja 200 hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari maka :
17
6. Tingkat Suku Bunga, Faktor Angsuran Modal
Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku
pada waktu pembelian peralatan yang bersangkutan dengan mengambil nilai rata-
rata dari beberapa bank komersial terutama di wilayah tempat kegiatan pekerjaan
berada.
Faktor angsuran modal ( D ) = ……………………………………………….(2.5)
Biaya p.engembalian modal ( E ) = .......………………………… (2.6)
Dengan :
A : Umur ekonomis alat (Tahun)
i : Tingkat suku bunga (% / Tahun)
B : Harga pokok alat (Rupiah)
C : Nilai sisa alat (%)
W : Jumlah jam kerja dalam satu tahun (Jam)
Asuransi ( F ) ……………………………………………………..(2.7)
Dengan :
Ins : Asuraansi (%)
B : Harga pokok alat (Rupiah)
W : Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun (Jam)
18
e. Proses Perhitungan Harga Satuan Dasar Alat
Komponen dasar proses harga satuan dasar alat terdiri atas :
Biaya Pasti adalah biaya pengembalian modal dan bunga setiap tahun, dihitung
sebagai berikut:
...............................................................................................................(2.8)
19
S=G + P……………………………………………………………...(2.15)
Keluaran harga satuan dasar alat ini selanjutnya merupakan
masukan (input) untuk proses analisis harga satuan pekerjaan
(HSP).
g. Koofisien alat
Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat
untuk menyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu satuan volume
jenis pekerjaan, data utama yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi alat ini
adalah jenis alat, kapasitas produksi, faktor efisiensi alat, waktu siklus dan
kapasitas produksi alat.
Satuan koofisien alat/m³ = 1 / Q (Jam)…………………………………..(2.16)
Kapasitas produksi alat yang digunakan :
1. Asphalt Mixing Plant (E01)
Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat
a. Kapasitas alat (CP) = V = 60 Ton/Jam
b. Tenaga penggerak (PW) = 294 HP
c. Kapasitas tangki aspal (CA) = (30.000 x 2) Liter
d. Kapasitas pugmil (MP) = 1000 Kg
Kapasitas produksi / jam (Q) = V x Fa (Ton)……………………….(2.17)
Tabel 2.7 Faktor efisiensi alat
Dengan :
V : Kapasitas produksi
Fa : Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)
2. Asphalt Finisher (E02)
Data sesuai dengan spesifikasi alat
a. Kapasitas hopper (CP) = 10 Ton
20
b. Tenaga penggerak (PW) = 72,4 HP
c. Kapasitas lebar penghamparan (b) = 3,15 meter
d. Kapasitas tebal penghamparan (t) = 0,25 (maksimum)
e. Kecepatan menghampar (v) = 5,00 m/menit
Kapasitas produksi / jam (Q) = V x b x 60 x Fa x t x D1 (Ton)
………………………………………………………………...…(2.18)
3. Concrete Mixer (E06)
Data sesuai dengan spesifikasi teknis alat :
Kapasitas mencampur (V) = CP = 500 Liter
Kapasitas produksi / jam (Q) = ……….......................................(2.19)
Dengan :
Q : Kapasitas produksi (m³/jam)
V : Kapasitas mencampur diambil 0,5
21
Tabel 2.8 Faktor efisiensi alat dump truck
Kondisi Kerja Efisiensi Kerja
Baik 0,83
Sedang 0,80
Kurang baik 0,75
Buruk 0,70
Sumber : Lampiran PAHS No. 008/BM/2010
22
Dengan :
Q : Kapasitas produksi (m³/jam)
23
Dengan :
Q : Kapasitas produksi (m³/jam)
V : Kapasitas listrik
Fa : Faktor efisiensi alat
7. Wheel Loader (E15) Data spesifikasi alat :
a. Kapasitas bucket (V) = 1,50 m³
b. Tenaga mesin penggerak Pw = 96 HP
A. Untuk memuat agregat ke atas Dump Truck
Kapasitas produksi / jam (Q) = .......................................................................(2.26)
Dengan :
V : Kapasitas bucket (m³)
Fb : Faktor bucket (tabel 2.12)
Fa : Faktor efisiensi alat
Ts : Waktu siklus diambil 0,45 (menit)
B. Untuk mengambil agregat dari stock pile kedalam Cold Bin AMP
Kapasitas produksi / jam (Q) = .................................(2.27)
Dengan :
V : Kapasitas bucket (m³)
Fb : Faktor bucket (tabel 2.12)
Fa : Faktor efisiensi alat (tabel 2.6)
V1 : Kecepatan rata-rata bermuatan lihat (tabel 2.9)
V2 : Kecepatan rata-rata kosong lihat (tabel 2.9)
L : Jarak dari stock pile ke cold bin (meter)
T1 : Waktu tempuh isi = (L / V1) x 60 (menit)…………………..(2.28)
24
C. Untuk mengisi batu kedalam Stone Crusher sama dengan dari Stock
Pile kedalam Cold Bin AMP
8. Pneumatic Tire Roller (E18)
Data sesuai dengan spesifikasi teknis
a. Berat = 9,0 Ton
b. Lebar total roda pemadat (b) = 2,290 meter
……………………………………………
Kapasitas produksi / jam (Q) = …
(2.30) Dengan :
Be : Lebar efektif pemadat = (b-bo) meter
b : Lebar efektif pemadatan
bo : Lebar overlap
t : Tebal pemadatan
v : Kecepatan rata-rata diambil (2,5 km/jam)
n : Jumlah lintasan diambil (4 lintasan)
Fa : Faktor efisiensi alat
9. Water Tank Truck (E23)
Data sesuai dengan spesifikasi teknis
a. Kapasitas tangki air (V) = 4000 (liter)
b. Kapasitas pompa air maksimum = 100 (liter/menit)
c. Kapasitas produksi / jam (Q) = ……..………………….(2.31)
Dengan :
Q : Kapasitas produksi (m³/jam)
V : Volume tangki air(m³)
Wc : Kebutuhan air (m³)
Pa : Kapasitas pompa air (liter/menit)
Fa : Faktor efisiensi alat
25
h. Koofisien Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam
satuan jam orang per satuan pengukuran (m1, m2, m3, ton, dll.).
Berikut ini rumus yang umu digunakan untuk menentukan koefisien tenaga.
1. Produksi / hari (Qt) = Tk x Q1 (m³)........................................(2.32)
2. Koofisien tenaga / (m³)
a. (L01) Pekerja : (Tk x P) / Qt (jam)........................(2.33)
b. (L02) Tukang batu : (Tk x Tb) / Qt (jam)......................(2.34)
c. (L03) Mandor : (Tk x M) / Qt (jam) ......................(2.35)
26