Anda di halaman 1dari 20

Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil UNILAKI

DIKTAT STRUKTUR JEMBATAN

Disusun oleh : MUH YUSRI, ST

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 PENGERTIAN JEMBATAN

Jembatan adalah bagian dari jalan yang merupakan bangunan layanan lalu lintas (untuk
melewatkan lalu lintas), dan keberadaannya sangat diperlukan untuk menghubungkan ruas
jalan yang terputus oleh suatu rintangan seperti sungai, lembah, gorong-gorong, saluran-
saluran (air, pipa, kabel, dll.), jalan atau lalu lintas lainnya. Adapun fungsinya adalah sama
dengan jalan yang melintasinya yakni merupakan prasarana penghubung atau meneruskan
pergerakan lalu lintas barang dan jasa, secara langsung dan ekonomis sehingga akan
menambah nilai efisiensi produksi barang dan jasa tersebut, di samping itu jalan dan jembatan
mempunyai arti yang cukup penting dalam pertahanan dan keamanan untuk menjaga teritorial
wilayah negara dan juga kesatuan bangsa serta keadilan sosial. Bangunan jalan dan jembatan
(sebagai bangunan untuk layanan lalulintas ) sangat vital keberadaannya karena keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, baik kelas bawah hingga atas, yang
berekonomi lemah hingga konglomerat.

Jembatan sebagai salah satu prasarana penting untuk melewatkan kendaraan lalu lintas,
memiliki peran yang sangat penting untuk melanjutkan program pembangunan ekonomi
Indonesia dan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Namum demikian dalam
pelayanannya kadang-kandang terganggu karena umur pelayanannya dan tidak sesuai dengan
yang direncanakan. Umur pelayanan yang berkurang tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor
:

1) Desain jembatan yang dibangun tahun 80-an tidak dapat mengakomodasi perkembangan
beban lalu lintas untuk tahun 2000-an sampai sekarang.

2) Kondisi pelaksanaan pekerjaan yang jauh dari spesifikasi yang disyaratkan karena lemahnya
pengawasan dan atau kondisi lapangan yang tidak memungkinkan.

3) Adanya kelebihan beban yang terjadi akibat model-model kendaraan berat baru dengan
konfigurasi sumbu dan bak pengangkut barang yang melebihi standar pembebanan jembatan
yang ada atau tidak sesuai tekanan gandar kendaraan antara muatan (yang melebihi) dengan
standar perhitungan yang telah ditentukan karena lemahnya pengawasan lalulintas angkutan
dari pihak terkait.

II.2 KLASIFIKASI JEMBATAN

A. Menurut Keberadaannya jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jembatan Tetap : yakni jembatan permanen yang keberadaannya dapat dimanfaatkan terus
(sesuai umur perencanaan) atau tidak terikat waktu dan jembatan ini dapat berupa :

a) Jembatan kayu

b) Jembatan baja

c) Jembatan beton bertulang batok T.

d) Jembatan prategang

e) Jembatan pelat beton

f) Jembatan komposite

g) Jembatan bata

2. Jembatan Gerak : yakni jembatan yang dapat digerakkan biasanya karena adanya lalu lintas
lain yang melintasi jembatan tersebut dan jembatan ini (umumnya dari Baja, dan Komposite
karena sifat dan karakteristiknya, mudah didalam operasionalnya) jembatan ini dibagi menurut
cara kerjanya sebagai berikut :

a) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar seperti :

x Jembatan Angkat

x Jembatan Baskul

x Jembatan Lipat Stross

b) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan yang dapat berpindah sejajar
mendatar.

c) Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar.
d) Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar seperti:

x Jembatan Angkat

x Jembatan Beroda

x Jembatan Goyah

B. Menurut Fungsinya jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jembatan jalan raya

2) Jembatan jalan rel

3) Jembatan untuk talang air / waduk

4) Jembatan untuk penyeberangan pipa-pipa (air, minyak, gas, dll.)

C. Menurut Materialnya ( Material yang dipakai ) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jembatan Bambu

2) Jembatan Kayu

3) Jembatan Beton Bertulang (Konvensional maupun Prategang)

4) Jembatan Baja (Gelagar maupun Rangka)

5) Jembatan Komposite

6) Jembatan Pasangan Batu Kali / Bata.

D. Menurut Bentuk Struktur Atas yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

1) Jembatan Balok / Gelagar

2) Jembatan Pelat

3) Jembatan Pelengkung / Busur

4) Jembatan Rangka

5) Jembatan Gantung

6) Jembatan Cable Stayed


E. Menurut Daktilitasnya jembatan dapat diklasifikasikan menurut perilaku seismik
daktilitasnya (tidak termasuk pangkal jembatan) dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

1) Jembatan Jenis A : yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan monolit.

2) Jembatan Jenis B : yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan terpisah.

3) Jembatan Jenis C : yaitu jembatan yang tidak daktail

4) Jembatan Jenis selain A, B, C, yaitu jembatan yang tidak menghasilkan mekanisme


plastis yang pasti, dan akan memerlukan analisis dinamik oleh ahli teknis khusus,

misalnya :

a) Jembatan dengan jenis struktural khusus (kabel, lengkung, dll.)

b) Jembatan dengan geometri khusus ( L > 200 M, lengkung horizontal, dll. )

c) Jembatan pada lokasi rumit

d) Jembatan yang sangat penting (ekonomis, konstruksi mahal, dll.)

F. Menurut Lantai Kendaraan yang ada jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jembatan lantai atas

2) Jembatan lantai bawah

3) Jembatan lantai ganda

4) Jembatan lantai tengah

5) Jembatan laying

G. Menurut Lama waktu digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jembatan sementara / darurat : Jembatan yang penggunaannya hanya bersifat sementara


yakni menunggu hingga selesainya pekerjaan pembangunan jembatan permanen diresmikan
/digunakan. Jembatan darurat ini dapat berupa:

a) Jembatan Kayu

b) Jembatan Balley Acrow Transpanel (Australia)

2) Jembatan semi permanen : Jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan
permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan bahan / material yang
lebih baik (kuat) dan awet, sehingga kapasitas serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
misalnya jembatan semi permanen Australia, dll.

3) Jembatan permanen : jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta mempunyai


umur rencana, misalnya :

a) Jembatan Baja : Tipe Australia, Belanda, Austria, Callender Hamilton, dll.

b) Jembatan Beton Bertulang : Konvensional, Prategang, Pelat Beton, dll.

c) Jembatan Komposite

II.3 STRUKTUR JEMBATAN

Struktur jembatan adalah kesatuan di antara elemen-elemen konstruksi yang dirancang dari
bahan-bahan konstruksi yang bertujuan serta mempunyai fungsi

menerima beban-beban diatasnya baik berupa beban primer, sekunder, khusus dll., dan
diteruskan / dilimpahkan hingga ke tanah dasar. Secara umum konstruksi jembatan dibagi
menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

A. Struktur Atas

B. Struktur Bawah

C. Jalan Pendekat

D. Bangunan Pengaman

A. Struktur Atas

Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen konstruksi yang dirancang untuk
memindahkan beban-beban yang diterima oleh lantai jembatan hingga ke perletakan,
sedangkan lantai jembatan adalah bagian jembatan yang langsung menerima beban lalu lintas
kendaraan dan pejalan kaki.

Jenis bangunan atas jembatan pada umumnya ditentukan berdasarkan:

a) Bentang yang sesuai dengan perlintasan jalan, sungai atau keadaan lokasi jembatan.

b) Panjang bentang optimum untuk menekan biaya konstruksi total.

c) Pertimbangan yang terkait pada pelaksanaan bangunan-bangunan bawah dan pemasangan


bangunan atas untuk mencapai nilai yang ekonomis.
d) Pertimbangan segi pandang estetika.

Struktur atas terdiri atas :

1) Gelagar-gelagar induk

2) Struktur tumpuan atau perletakan

3) Struktur lantai jembatan / kendaraan

4) Pertambatan arah melintang dan memanjang

B. Struktur Bawah

Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen struktur yang dirancang
untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan dilimpahkan langsung (berdiri langsung) pada
tanah dasar atau bagian-bagian konstruksi jembatan yang menyangga jenis-jenis yang sama dan
memberikan jenis reaksi yang sama pula.

Struktur bawah terdiri atas :

1) Pondasi

Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban-beban langsung ke tanah
dasar / lapisan tanah keras.

2) Bangunan bawah (pangkul jembatan / abutmen, pilar)

Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang memindahkan beban-beban dari perletakan ke
pondasi dan biasanya juga difungsikan sebagai bangunan penahan tanah.

Analisa struktur bawah ini harus dipertimbangkan mampu menahan semua gaya-gaya yang
bekerja, begitu pula tinjauan terhadap stabilitas sehingga aman terhadap penggulingan dan
penggeseran dengan angka keamanan yang cukup serta daya dukung tanahnya masih dalam
batas yang diijinkan.

Pemilihan jenis pondasi pada struktur jembatan, umumnya tergantung letak kedalaman lapisan
tanah keras sebagai dasar perkiraan sebagai berikut :

a) Pondasi langsung digunakan bila kedalaman tanah keras < 5 m

b) Pondasi sumuran digunakan bila kedalaman tanah keras antara 5 V 12 m

c) Pondasi tiang digunakan bila kedalaman tanah keras > 12 m


C. Jalan Pendekat (Oprit)

Yaitu jalan yang menghubungkan antara ruas jalan dengan struktur jembatan, atau jalan yang
akan masuk ke jembatan.

D. Bangunan Pengaman

Yaitu bangunan yang diperlukan untuk mengamankan jembatan terhadap lalu lintas darat, lalu
lintas air, penggerusan, dll.

BAB II

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

II.1 PENDAHULUAN

Maksud perencanaan antara lain adalah untuk menentukan fungsi struktur secara tepat,
effisien, dan bentuk yang sesuai dengan lingkungan atau mempunyai nilai estetika atau bentuk
sesuai keinginan pemilik proyek.

Pada tahap perencanaan seringkali terdapat perbedaan akibat persepsi pandang yang tidak
sama namun apabila kita mampu menjelaskan dan mencari relevansi antara parameter-
parameter yang berbeda terebut serta membatasi permasalahan agar mendapatkan efisiensi
kemudian menyusun integritas batasan yang sesuai, maka akan segera mendapatkan titik temu.

II.2 PRAPERENCANAAN

Setelah dilakukan studi kelayakan tahap berikutnya adalah praperencanaan, ini dimaksud agar
didapatkan hasil yang maksimal, adapun proses praperencanaan hingga menjadi perencanaan
akhir yaitu :

A. Data pendahuluan ( Prelimanary Data )

Disampping sebagai pelengkap pada pengumpulan akhir data ( Final Data ), data pendahuluan
diperlukan pula untuk mengestimasi perencanaan ( design ) dan cost.

Pada umumnya data pendahuluan ini terdiri dari data V data terdahulu dan data V data visual,
meliputi :

1) Kondisi Banjir

2) Gejala erosi dan perpindahan aliran sungai

3) Saran relokasi jembatan


4) Kondisi Trafik

5) Kemampuan pengadaan material

6) Kemampuan teknis dan pelaksanaan

7) Kondisi jembatan yang ada

8) Seketsa penampang kali ( sungai) atau jembatan

9) Data V data teknis lainnya yang perlu

Data Pendahuluan

( Prelimanary Data )

Perencanaan pendahuluan

( Prelimanary Design )

Data Akhir

( Final Data )

Akhir Perencanaan

( Final Design )

B. perencanaan Pendahuluan ( Prelimanary design )

Bila data pendahuluan sudah terkumpul, maka dapat dilakukan pembahasan perencanaan (
design Inxestigation )

pembahasan berupa ketentuan V ketentuan secara pendekatan terhadap :

1) Lokasi Jembatan

2) Statiska konstruksi dan dimensi pendahuluan

3) Material yang digunakan

4) Lokasi bangunan bawah

5) Macam dan bentuk pondasi

6) Taksiran biaya
C. Data Akhir ( Final Data )

Data akhir diperlukan untuk melengkapi perencanaan menjadi akhir perencanaan untuk
pelaksanaan dan akhir, dasar penyeledikan yang diambil, diperoleh dari perencanaan
pendahuluan misalnya pada perencanaan pendahuluan direncanakan sistem pondasi
penyelidikan tanah ( soil Investigation ) dilakukan pada temoat pondasi tersebut.

Pada umumnya data akhir terdiri dari hal V hal sebagai berikut

1) Pengukuran topografi : situasi, penampang, garis ketinggian dan lain V lain.

2) Penyelidikan geoteknik : sondir dan lain V lain

3) Penyelidikan air : Hidrolika, hidrologis dan lain V lain

4) Penyelidikan batuan : penentuan daerah stabil penentuan arah retak dari batuan dan lain V
lain

5) Foto udara : hanya diperlukan umumnya lokasi proyek cukup besar.

D. Perencanaan Akhir ( Final Design )

Perencanaan akhir dihasilkan dari perencanaan pendahuliuan dan data akhir, serta mencakup
seluruh bagian perencanaan sampai kepada detail Vdetailnya

Bagian V bagian utama yang harus dicakup yaitu pada :

1. Bangunan Atas

2. Landasan

3. Bangunan Bawah

4. Pondasi

5. Bangunan Pengaman

6. Jalan Penghubung / Oprit

II.3 TAHAPAN PERENCANAAN

Sebelum tahapan pelaksanaan konstruksi, seorang perencana harus mempunyai data-data baik
data Primer maupun Sekunder yang berkaitan dengan pembangunan jembatan semakin
komplit data yang dimiliki maka akan semakin mudah dan baik hasil rancangannya.
II.4 SURVEI DATA

Data adalah unsure yang sangat penting dalam sebuah desain, maka keputusan dalam
pengambilan dan pengumpulan data merupakan hal yang harus diperhatikan dan memerlukan
kejelian dan ketelitian agar mendapatkan data yang akurat.

Suvey Data

Kompilasi

Evaluasi

Data ?

Prelimanary Design/Desain Awal

Menentukan :

1) Type Struktur

2) Bahan Struktur

3) Model Struktur

4) Dimensi model Struktur

5) Hitungan Awal

Evaluasi Desain Awal

Final Design/Desain Akhir :

Modifikasi Akhir

Model Struktur Akhir

Hitungan Akhir

No

Yes

Modifikasi

. Gambar

. RKS
. RAB

Di dalam kegiatan awal ini banyak yang harus dipersiapkan diantaranya :

A. Penyusunan Rencana Kerja

Penyusunan rencana kerja ini dibuat untuk memberikan input sebelum dibuat final design atau
tahap pekerjaan perencanaan teknis, untuk memberikan input yang akurat maka perlu disusun
lebih rinci (rencana kerja terinci) yaitu meliputi tiga kegiatan utama :

1) Kegiatan Lapangan

Kegiatan ini sangat penting mengingat ketergantungan yang sangat tinggi antara pekerjaan
lapangan dan kemajuan pekerjaan konstruksi maupun perancangan, pekerjaan lapangan
seringkali mengandung resiko tinggi yang kadang-kadang sulit diperkirakan sebelumnya, karena
data yang tidak akurat akan menghasilkan perancangan tidak sempurna dan mengakibatkan
kefatalan pada pekerjaan konstruksi atau sesudahnya. Adapun kegiatan ini dimulai dari surevi
lapangan, tujuannya adalah meninjau ke lokasi / lapangan di mana jembatan akan dibangun
atau ditingkatkan guna mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
proses perencanaan teknis jembatan secara lengkap. Hal-hal pokok yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan survei ini adalah :

a) Pemilihan Lokasi

Yaitu menetapkan lokasi di mana jembatan baru akan dibangun dengan pertimbangan-
pertimbangan ekonomi sosial, estetika yang mencakup aligement jalan, kecepatan rencana dan
konstruksinya sehingga lokasi jembatan baru sedapat mungkin terletak pada lokasi ideal.

Jika diadakan relokasi harus ditinjau masalah-masalah yang berkaitan dengan pembebasan
tanah, keadaan lingkungan dan apakah ada timbunan atau galian dari kondisi tanah dasar yang
ada serta masalah-masalah lainnya.

b) Menentukan Bentang, Lebar dan Tipe Jembatan

Yaitu menetapkan panjang bentang, lebar, kelas dan tipe jembatan baru dengan
memperhatikan stabilitas tebing, frofil sungai, arah aliran, sifat-sifat sungai, bahan-bahan
bawaan sungai, scouring vertikal dan horizontal, kepadatan dan pembebanan lalu lintas.

Untuk perencanaan oprit jembatan yang terletak pada daerah rawa-rawa, di atas tanah lembek
dan kompresibel akan menimbulkan persoalan stabilitas dan penurunan, maka diantaranya
dapat disarankan penambahan panjang bentang jembatan, perbaikan tanah atau kemungkinan
lain.
c) Survey Hidrolika dan Hidrologi

Melakukan pemeriksaan data-data mengenai morfologi sungai yang telah ada dengan kondisi
lapangan pada saat ini.

Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan langsung untuk perencanaan dan mencatat
keadaan yang dapat mempengaruhi rencana letak pondasi.

Memperkirakan kondisi hidrologi dan hidrolika serta sifat-sifat morfologi sungai.

Perlu diketahui juga data-data banjir termasuk diantaranya waktu-waktu banjir atau
perkiraan periode banjir yang di dapat dari data curah hujan yang ada guna pembuatan
schedule pekerjaan konstruksi.

Untuk menentukan ketinggian air pada waktu banjir dapat diketahui dari data-data dinas
pekerjaan umum atau dinas yang terkait setempat.

d) Penyelidikan Tanah

Dalam menentukan jenis konstruksi bangunan bawah diperlukan pula suatu penyelidikan
tanah pada lokasi jembatan yang direncanakan untuk mendapatkan suatu perkiraan yang
sebaik V baiknya , dalam menentukan lokasi dan type pondasi yang akan digunakan atau untuk
mengetahui kondisi pondasi jembatan lama (jika berupa peningkatan / perbaikan jembatan)
dalam menentukan nilai keyakannya.

Didalam penyelidikan tanah ada dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu penyelidikan
lapangan ( field ) dan labolatorium ( labolatorium mekanika tanah ) agar diperoleh data-data
tanah yang valid, untuk mendapatkan perencanaan (design ) pondasi yang sesuai (kuat) dan
baik.

Banyak kejadian menunjukan runtuhnya / rusaknya struktur jembatan disebabkan oleh faktor
pondasi jembatan ( seperti : penurunan baik bersamaan atau tidak, guling, ambrol pada daerah
abutment, terjadi pergeseran dll. yang kesemuanya itu menyebabkan rusaknya struktur atas
atau lapisan perkerasan jalan), oleh karena penyelidikan tanah adalah sangat penting untuk
merencanakan suatu pondasi yang kuat dan ekonomis.

Hasil penyelidikan tanah dinyatakan kurang baik (meragukan untuk langsung dapat dibangun)
apabila misalnya :

ada gejala patahan

daerah yang bergerak


retakan V retakan pada batuan dan lain-lain, maka perlu suatu penyelidikan batuan pada
lokasi setempat.

HasilVhasil penyelidikan yang penting (sangat diperlukan) diantaranya sebagai berikut ;

Sifat-sifat tanah pada kedalaman tertentu.

Kedalaman, tebal komposisi dari setiap lapisan tanah tertentu.

Lokasi muka air tanah.

Kedalaman, komposisi tanah keras (rock )

Sifat teknik dari tanah dan rock yang menentukan perencanaan(desain) pondasi.

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan contoh tanah ( soil exploration )

Boring dengan alat bor angger dan lain-lain.

Sondir

Cara geophysic, cara ini mahal, namun mempunyai ketelitian yang tinggi sehingga hanya
digunakan untuk suatu luas pekerjaan yang besar dan diperlukan penyelesaian cepat.

e) Data Jembatan Lama

Jika yang akan direncanakan peningkatan atau penggantian jembatan, maka data dan kondisi
jembatan lama perlu dicatat dalam form pemeriksaan detil jembatan guna menetapkan urutan
prioritas penggantian jembatan, dan jika jembatan tersebut akan diganti, harus diperkirakan
kekuatan jembatan lama yang mungkin akan dipergunakan sebagai jembatan darurat bila
diperlukan. Kondisi jembatan dan sifat sungai dipergunakan sebagai acuan dalam memberikan
saran-saran terhadap jembatan lama (dibongkar/difungsikan/dibiarkan) bila jembatan baru
sudah selesai dibangun.

f) Material

Untuk merencanakan anggaran biayanya, data harga-harga material setempat perlu


dipertimbangkan untuk menghindari biaya tinggi, maka diperlukan adanya data/tempat
pengambilan material (quarry) yang mempunyai nilai ekonomis dan sesuai persyaratan
konstruksi.

Dalam hal ini perlu ditentukan/dicarikan lokasi pengambilan material dengan perkiraan
mutu/kwalitasnya yang sedapat mungkin sesuai dengan kwalitas yang disyaratkan. Biasanya
peta quarry dapat diperoleh di DPUD setempat.
g) Tenaga Kerja

Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan konstruksi yang baik dan ekonomis diperlukan adanya
data-data tentang tenaga kerja, baik tenaga kasar maupun profesional yang berpengalaman
dalam perencanaan teknis jembatan maupun pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

h) Topografi

Di dalam perencanaan struktur jembatan sangat diperlukan foto-foto mengenai keadaan


jembatan lama, sungai, lokasi jembatan baru secara lengkap sehingga foto tersebut dapat
dipergunakan pula sebagai data dalam perencanaan jembatan selanjutnya.

Adapun titik-titik yang perlu diketahui / di foto :

Dari hulu ke arah hilir

Dari hilir ke arah hulu

Dari jalan masuk ke arah jalan keluar (rencana lokasi kepala jembatan).

Dari jalan keluar ke arah jalan masuk (rencana lokasi kepala jembatan).

Foto perspektif rencana lokasi jembatan

Foto-foto lain yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan

Pada foto-foto tersebut perlu dicantumkan tanda-tanda antara lain : arah aliran sungai, rencana
as jembatan, rencana lokasi kepala jembatan dan lain-lain.

2) Perencanaan Pendahuluan

Dari data V data lapangan disusunlah suatu rencana awal / pendahuluan dengan
mempertimbangkan atau pendekatan pendekatan dari data V data yang didapat

B. Metodologi Dan Pengamatan Data

Untuk merencakan konstruksi suatu jembatan sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

Survey data untuk perencanaan jembatan yang meliputi :

1) Pemilihan lokasi jembatan.

Lokasi jembatan biasanya dipengaruhi oleh pertimbanganVpertimbangan :

Teknik ( aliran sungai, keadaan tanah )


Ekonomi ( Biaya yang tersedia )

Sosial ( Biaya kebutuhan lalu lintas )

Estetika ( tidak mengganggu aliran sungai )

Dan lain V lain

2) Alinyemen Jembatan :

Alinyemen jembatan tergantung kepada sudut yang dibuat oleh jembatan dengan sumbu
sungai yang dibedakan 2 type alinyemen yaitu :

Alinyemen tegak : jembatan terhadap sumbu sungai

Alinyemen miring : jembatan membuat sudut (c) tertentu sumbu sungai sejauh mungkin
diusahakan untuk menempatkan jembatan pada posisi menurut alinyemen tengah. Tetapi
kadang-kadang terpaksa tetap memakai posisi miring.

3) Data V data perencanaan Jembatan

x Data Umum

Nama sungai, jalan dan lokasi kemungkinan letak jembatan

Titik tri agulasi terletak dan elevasinya

Volume dan sifat lalu lintas pada saat ini pada jalan yang akan dibangun jembatan.

x Data Geologi

Keadaan tanah dan jembatan untuk menentukan type pondasinya.

Letak kwalitas guarry terdekat untuk bahan beton, batu bata dan lain V lain.

Penyelidikan batuan perlu diadakan, jika pemeriksaan tanah memberikan hasil yang
meragukan misalnya : adanya gejala patahan, daerah bergerak, retak V retak batuan dan lain
V lain.

x Data Sungai

Elevasi banjir tertinggi, banjir biasa, muka air terendah untuk mengetahui clearance jembatan
dari tinggi air rencana

Lokasi, bentuk kemiringan dan keadaan tanah intensitas dan frekuensi hujan dari catchment
area dan lain-lain.
Persyaratan lalu lintas sungai (ada/tidak ada )

x Data V data lainya :

Jalan untuk transport bahan bangunan antara lain, semen. Besi, kayu dan lain-lain.

Tersedianya pekerja/buruh bersifat beserta fasilitas kehidupannya.

Lokasi termasuk daerah gempa atau tidak

Ada atau tidaknya persediaan tenaga listrik.

Jembatan lain yang didekat lokasi sebagai bahan pertimbangan

Kemampuan propinsi setempat untuk membangun jembatan.

4) Penyelidikan lapisan tanah dibawah permukaan ( Sub base )

. Suatu penyelidikan tanah pada lokasi jembatan yang direncanakan adalah sangat penting
untuk mendapatkan suatu perkiraan yang sebaik V baiknya , bagi lokasi dan type pondasi
jembatan.

. Diperlukan suatu penyelidikan lapangan ( field ) dan labolatorium ( labolatorium mekanika


tanah ) untuk mendapatkan data-data tanah yang diperlukan bagi perencanaan (design )
pondasi.

. Banyak kejadian menunjukan runtuhnya suatu pondasi jembatan tersebut oleh karena
penyelidikan tanah adalah sangat penting untuk merencanakan suatu pondasi yang kuat dan
ekonomis.

Apabila hasil penyelidikan tanah meragukan misalnya :

ada gejala patahan

daerah yang bergerak

retakan V retakan pada batuan dan lain-lain, maka perlu suatu penyelidikan batuan pada
lokasi setempat.

x Hasil V hasil penyelidikan yang penting diantaranya sebagai berikut

a. Sifat-sifat tanah kedalam tertentu.

b. Kedalaman, tebal komposisi dari setiap lapisan tanah tertentu.

c. Lokasi muka air tanah.


d. Kedalam, komposisi tanah keras (rock )

e. Sifat teknik dari tanah dan rock yang menentukan perencanaan(desain) pondasi.

x Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan contoh tanah (soil exploration)

a. Boring dengan alat bor angger dan lain-lain.

b Sondir

c Cara geophysic, cara ini mahal, teliti dan hanya digunakan untuk suatu luas pekerjaan yang
besar dan diperlukan penyelesaian cepat.

B. Analisa Hidrologi Untuk Jembatan

a) Penentuan Debit Banjir

Untuk menentukan debit banjir maximum pada sungai dimana suatu jembatan akan dibangun
dapat dihitung dengan metode V metode sebagai berikut :

Analisa empiris : persamaan umum

Debit Banjir

Q = C.A.

Dimana

Q = Debit maximum banjir ( M3 / detik )

A = Catchment area ( Km2 )

C = Kostanta yang bergantung keadaan lokasi catchment area.

. = Kostanata

Metode Rasional :

Rumus :

Q = f . Io . A

Dimana :

Q = Debit Banjir Maximum ( M3 / detik )

A = Catchment Area ( Km2 )


Io = Intensitas Hujan terbesar ( mm / Jam )

f = Fungsi yang tergantung dari karakteristik catchment yang memberikan run-off puncak.

Metode Luas dan Kecepatan

Rumus :

Q=A.V

Dimana :

Q = Debit banjir ( M3 / detik )

A = Luas penampang Basah ( m2 )

V = Kecepatan aliran ( M / detik )

Menghitung Debit Rencana

Debit rencana ini tergantung pada perencanaan dalam hal ini dipergunakan masa banjir
ramalan ( debit ramalan ) yang terjadi sekali dalam interval waktu tertentu. Untuk ini perlu
suatu analisa data yang teliti. Debit rencana untuk jembatan diperhitungkan terhadap periode
ulang (TR) = 50 Tahun. Untuk mencari debit rencana dengan periode ulang tertentu. Bisa
menggunakan data-data debit sungai aatau dapat pula data-data curah hujan. Analisa ini
disebut analisa frekwensi.

a1dan a2 = Kostanta

b) Kedalaman Pengerusan

Kedalaman pengerusan ditentukan dengan rumus rejim lacey sebagai berikut

Q = 0.333

d = 0,473

Dimana :

d = kedalaman pengerusan normal dibawah MBT ( Muka air Banjir Tertinggi ) untuk kondisi
rejim pada alur stabil (m)

Q = Debit rencana ( M3 / detik )


F = Faktor lempung dari lacy yang

c) Lebar Alur

Lebar alur adalah lebar dasar saluran suatu sungai dengan tebing yang teratur atau suatu
saluran buatan untuk irigasi atau lalu lintas pelayaran.

Pada sungai dengan tebing tidak teratur lebar alur dapat ditentukan dengan Rumus Lacy
sebagai berikut :

L = C Q

Dimana :

L = Lebar Alur ( M )

Q = Debit maximum rencana

C = kostanta, biasanya diambil sebesar 4,8 untuk saluran, tetapi dapat juga antara 4,5 V 6,3
tergantung kondisi setempat.

d) Bentang Ekonomis

Penurunan rumus untuk menentukan bentang yang ekonomis didasarkan atas beberapa
anggapan sebagai berikut :

Panjang pembentang dianggap sama

Biaya bangunan atas berubah-ubah menurut kwadrat panjang bentang

Biaya lantai jembatan bervariasi sesuai dengan bentangnya.

Biaya pilar (pier) + pondasi konstant

Biaya total jembatan = biaya bangunan atas + biaya kedua abutment + biaya approachecs +
biaya ( n V 1 ) pilar

Dinyatakan dalam rumus yang sederhana sebagai berikut :

T = n ( a1 . b2 + a2 b ) + 2 A1 +2 . A2 + ( n V 1 ) P

Dimana :

( a1 . b2 + a2 b ) = biaya satu bentang bangunan atas

mewakili keadaan tanah dasar= 1,76 M


M = diameter rata-rata partikel material dasar

e) Kedalaman Pondasi

Dalamnya pondasi jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan daya dukung tanah yang
aman dengan akibat dari pengausan (Scuring)

Semua kasus yang meragukan mengenai daya dukung tanah pondasi, harus dipastikan dengan
suatu percobaan pembebanan yang sebenarnya dilapangan.

Dalamnya pondasi minimum, dapat diperkenankan dengan menggunakan rumus sebagai


berikut :

P - sin Q 2

h=

W 1 + sin Q

Dimana :

H = Dalamnya Pondasi ( M )

P = Daya dukung tanah ( bearing capasity ) ( Kg/M2 )

W = Spesific weight of earth ( Kg/M3 )

Q = sudut geser dalam dari tanah ( Ange of internal friction of soil )

f) Ruang bebas Jembatan

Ruang bebas jembatan adalah lebar dan tinggi jembatan yang dapat dilalui oleh lalu lintas.
dalam peraturan bina marga lebar minimum yang disyaratkan, hanya ada persyaratan
mengenai tinggi minimum jembatan yaitu 4,50 M.

Untuk ruang bebas lainnya yang tidak tercantum, harus disesuaikan dengan syarat bebas untuk
jalan raya yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai