KONSTRUKSI JEMBATAN 2
Disusun Oleh :
1. Ferry Hidayat
(4112010002)
(4112010012)
BAB I
PENDAHULUAN
jembatan
yang
dibangun
tahun 80-an
tidak
dapat mengakomodasi
Tetap
yakni
jembatan
permanen
yang keberadaannya
dapat
dimanfaatkan terus (sesuai umur perencanaan) atau tidak terikat waktu dan
jembatan ini dapat berupa :
a) Jembatan kayu
b) Jembatan baja
c) Jembatan beton bertulang batok T.
d) Jembatan prategang
e) Jembatan pelat beton
f) Jembatan composite
g) Jembatan bata
2. Jembatan Gerak : yakni jembatan yang dapat digerakkan biasanya karena adanya lalu
lintas lain yang melintasi jembatan tersebut dan jembatan ini (umumnya dari Baja,
dan Komposite karena sifat dan karakteristiknya, mudah didalam operasionalnya)
jembatan ini dibagi menurut cara kerjanya sebagai berikut :
a) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar seperti :
Jembatan Angkat
Jembatan Baskul
b) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan yang dapat berpindah
sejajar mendatar.
c) Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar.
d) Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar seperti:
Jembatan Angkat
Jembatan Beroda
Jembatan Goyah
:
1) Jembatan Bambu
2) Jembatan Kayu
3) Jembatan Beton Bertulang (Konvensional maupun Prategang)
4) Jembatan Baja (Gelagar maupun Rangka)
5) Jembatan Komposite
6) Jembatan Pasangan Batu Kali / Bata.
D. Menurut Bentuk Struktur Atas yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Jembatan Balok / Gelagar
2) Jembatan Pelat
3) Jembatan Pelengkung / Busur
4) Jembatan Rangka
5) Jembatan Gantung
6) Jembatan Cable Stayed
E. Menurut Daktilitasnya jembatan dapat diklasifikasikan menurut perilaku seismik
daktilitasnya (tidak termasuk pangkal jembatan) dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis
yaitu :
1)
2)
3)
4)
misalnya :
a) Jembatan dengan jenis struktural khusus (kabel, lengkung, dll.)
b) Jembatan dengan geometri khusus ( L > 200 M, lengkung horizontal, dll. )
c) Jembatan pada lokasi rumit
d) Jembatan yang sangat penting (ekonomis, konstruksi mahal, dll.)
F. Menurut Lantai Kendaraan yang ada jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Jembatan lantai atas
2) Jembatan lantai bawah
3) Jembatan lantai ganda
Prategang,
c) Jembatan Komposite
II.3 STRUKTUR JEMBATAN
Struktur jembatan adalah kesatuan di antara elemen-elemen konstruksi yang
dirancang dari bahan-bahan konstruksi yang bertujuan serta mempunyai fungsi
menerima beban-beban diatasnya baik berupa beban primer, sekunder, khusus dll., dan
diteruskan / dilimpahkan hingga ke tanah dasar. Secara umum konstruksi jembatan
dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :
A. Struktur Atas
B. Struktur Bawah
C. Jalan Pendekat
D. Bangunan Pengaman
A. STRUKTUR ATAS
Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen konstruksi yang
dirancang untuk memindahkan beban-beban yang diterima oleh lantai jembatan
hingga ke perletakan, sedangkan lantai jembatan adalah bagian jembatan yang
langsung menerima beban lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.
Jenis bangunan atas jembatan pada umumnya ditentukan berdasarkan:
a) Bentang yang sesuai dengan perlintasan jalan, sungai atau keadaan lokasi
jembatan.
b) Panjang bentang optimum untuk menekan biaya konstruksi total.
c) Pertimbangan yang terkait pada pelaksanaan bangunan-bangunan bawah dan
pemasangan bangunan atas untuk mencapai nilai yang ekonomis.
d) Pertimbangan segi pandang estetika.
Struktur atas terdiri atas :
1) Gelagar-gelagar induk
2) Struktur tumpuan atau perletakan
3) Struktur lantai jembatan / kendaraan
4) Pertambatan arah melintang dan memanjang
B. STRUKTUR BAWAH
Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen struktur yang
dirancang untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan dilimpahkan langsung
(berdiri langsung) pada tanah dasar atau bagian- bagian konstruksi jembatan yang
menyangga jenis-jenis yang sama dan memberikan jenis reaksi yang sama pula.
Struktur bawah terdiri atas :
1) Pondasi
Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban- beban
langsung ke tanah dasar / lapisan tanah keras.
2) Bangunan bawah (pangkul jembatan / abutmen, pilar)
Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang memindahkan beban- beban
dari perletakan ke pondasi dan biasanya juga difungsikan sebagai bangunan
penahan tanah.
Analisa struktur bawah ini harus dipertimbangkan mampu menahan semua gayagaya yang bekerja, begitu pula tinjauan terhadap stabilitas sehingga aman
terhadap penggulingan dan penggeseran dengan angka keamanan yang cukup serta
daya dukung tanahnya masih dalam batas yang diijinkan.
Pemilihan jenis pondasi pada struktur jembatan, umumnya tergantung letak
kedalaman lapisan tanah keras sebagai dasar perkiraan sebagai berikut :
a) Pondasi langsung digunakan bila kedalaman tanah keras < 5 m
b) Pondasi sumuran digunakan bila kedalaman tanah keras antara 5 12 m
BAB II
PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
II.1 PENDAHULUAN
Maksud perencanaan antara lain adalah untuk menentukan fungsi struktur secara tepat,
effisien, dan bentuk yang sesuai dengan lingkungan atau mempunyai nilai estetika
atau bentuk sesuai keinginan pemilik proyek.
Pada tahap perencanaan seringkali terdapat perbedaan akibat persepsi pandang yang
tidak sama namun apabila kita mampu menjelaskan dan mencari relevansi antara
parameter-parameter yang berbeda terebut serta membatasi permasalahan agar
mendapatkan efisiensi kemudian menyusun integritas batasan yang sesuai, maka akan
segera mendapatkan titik temu.
II.2 PRAPERENCANAAN
Setelah dilakukan studi kelayakan tahap berikutnya adalah praperencanaan, ini
dimaksud agar didapatkan hasil yang maksimal, adapun proses praperencanaan
hingga menjadi perencanaan akhir yaitu :
4. Pondasi
5. Bangunan Pengaman
6. Jalan Penghubung / Oprit
akan
dibangun
atau
ditingkatkan
guna
mendapatkan
dan
ekonomi
sosial,
estetika
yang mencakup
pada
lokasi
hal
ini
perlu
dengan
kwalitas
yang
berpengalaman dalam
perencanaan
teknis
lain
yang
memerlukan
perhatian
khusus
dalam
perencanaan
Pada foto-foto tersebut perlu dicantumkan tanda-tanda antara lain : arah
aliran sungai, rencana as jembatan, rencana lokasi kepala jembatan dan lainlain.
2) Perencanaan Pendahuluan
Dari data data lapangan disusunlah suatu rencana awal / pendahuluan dengan
mempertimbangkan atau pendekatan pendekatan dari data data yang didapat
B. Metodologi Dan Pengamatan Data
Untuk merencakan konstruksi suatu jembatan sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Survey data untuk perencanaan jembatan yang meliputi :
1) Pemilihan lokasi jembatan.
Lokasi jembatan
biasanya
dipengaruhi
oleh
pertimbangan
pertimbangan :
2) Alinyemen Jembatan :
Alinyemen jembatan tergantung kepada sudut yang dibuat oleh jembatan dengan
sumbu sungai yang dibedakan 2 type alinyemen yaitu :
Alinyemen tegak : jembatan terhadap sumbu sungai
Alinyemen miring : jembatan membuat sudut () tertentu sumbu sungai
sejauh mungkin diusahakan untuk menempatkan jembatan pada posisi menurut
alinyemen tengah. Tetapi kadang- kadang terpaksa tetap memakai posisi miring.
3) Data data perencanaan Jembatan
Data Umum
Nama sungai, jalan dan lokasi kemungkinan letak jembatan
Titik tri agulasi terletak dan elevasinya
Volume dan sifat lalu lintas pada saat ini pada jalan yang akan dibangun
jembatan.
Data Geologi
Keadaan tanah dan jembatan untuk menentukan type pondasinya.
Letak kwalitas guarry terdekat untuk bahan beton, batu bata dan lain lain.
Penyelidikan batuan perlu diadakan, jika pemeriksaan tanah memberikan
hasil yang meragukan misalnya : adanya gejala patahan, daerah bergerak,
Data Sungai
Elevasi banjir tertinggi, banjir biasa, muka air terendah untuk mengetahui
clearance jembatan dari tinggi air rencana
Lokasi, bentuk kemiringan dan keadaan tanah intensitas dan frekuensi hujan
dari catchment area dan lain-lain.
Persyaratan lalu lintas sungai (ada/tidak ada )
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan contoh tanah (soil
exploration)
Dimana
Q = Debit maximum banjir ( M / detik )
A = Catchment area ( Km )
C = Kostanta yang bergantung keadaan lokasi catchment area.
= Kostanata
Dimana :
Q = Debit Banjir Maximum ( M / detik )
A = Catchment Area ( Km )
Io = Intensitas Hujan terbesar ( mm / Jam )
= Fungsi yang
Dimana :
Q = Debit banjir ( M / detik )
rencana
ini
tergantung
pada
perencanaan
dalam
hal
ini
dipergunakan masa banjir ramalan ( debit ramalan ) yang terjadi sekali dalam
interval waktu tertentu. Untuk ini perlu suatu analisa data yang teliti. Debit
rencana untuk jembatan diperhitungkan terhadap periode ulang (TR) = 50
Tahun. Untuk mencari debit rencana dengan periode ulang tertentu. Bisa
menggunakan data-data debit sungai aatau dapat pula data-data curah hujan.
Analisa ini disebut analisa frekwensi.
a1dan a2 = Kostanta
b) Kedalaman Pengerusan
Kedalaman pengerusan ditentukan dengan rumus rejim lacey sebagai berikut
Dimana :
d
Q =
F =
a) Lebar Alur
Lebar alur adalah lebar dasar saluran suatu sungai dengan tebing yang teratur
atau suatu saluran buatan untuk irigasi atau lalu lintas pelayaran.
Pada sungai dengan tebing tidak teratur lebar alur dapat ditentukan dengan
Rumus Lacy sebagai berikut :
L = C Q
Dimana :
L = Lebar Alur ( M )
Q=
b) Bentang Ekonomis
Penurunan rumus untuk menentukan
bentang
yang
ekonomis
minimum,
W1 + sin Q
Dimana :
H = Dalamnya Pondasi ( M )
P = Daya dukung tanah ( bearing capasity ) ( Kg/M )
W = Spesific weight of earth ( Kg/M )
Q = sudut geser dalam dari tanah ( Ange of internal friction of
soil )
c) Ruang bebas Jembatan
Ruang bebas jembatan adalah lebar dan tinggi jembatan yang dapat dilalui
oleh lalu lintas. dalam peraturan bina marga lebar minimum yang disyaratkan,
hanya ada persyaratan mengenai tinggi minimum jembatan yaitu 4,50 M. Untuk
ruang bebas lainnya yang tidak tercantum, harus disesuaikan dengan syarat
bebas untuk jalan raya yang bersangkutan.
BAB III
DASAR-DASAR PEMBEBANAN JEMBATAN
3.1.
Pendahuluan
Perhitungan pembebanan jembatan direncanakan dengan menggunakan aturan yang
terdapat pada Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 (BMS/Bridge
Manajemen System). Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan jalan raya
merupakan dasar dalam menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan
tegangan-tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Penggunaan
pedoman ini dimaksudkan untuk mencapai perencanaan ekonomis sesuai kondisi
setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya,
sehingga proses perencanaan menjadi efektif. Beban-beban yang bekerja pada
jembatan berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (BMS/Bridge
Management System), meliputi :
Beban tetap, beban hidup, aksi lingkungan dan aksi lain-lainya.
3.2.
Beban Tetap
Adalah berat dari masing-masing bagian struktural dan elemen-elemennonstruktural.
Masing-masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang tidak dipisahkan
dan tidak boleh menjadi bagian-bagian pada waktu menerapkan faktor beban biasa
dan yang terkurangi. Beban tetap terdiri dari: berat sendiri struktur, beban mati
tambahan, pengaruh susut dan rangkak, pengaruh prategang (jika memakai prestress),
tekanan tanah, pengaruh tetap dan pelaksnaan.
harga dari rangkak dan penyusutan tersebut harus diambil minimum (misalnya pada
waktu transfer dari beton prategang).
3.2.4. Pengaruh Prategang (Jika Memakai Prestress)
Prategang harus diperhitungkan sebelum (selama pelaksanaan) dan sesudah
kehilangan dalam kombinasinya dengan beban lain.
3.2.5. Tekanan Tanah
Bagian bangunan jembatan yang menahan tanah harus direncanakan dapat menahan
tekanan tanah sesuai dengan rumus-rumus yang ada.
3.2.6. Pengaruh Tetap Pelaksanaan
Pengaruh tetap pelaksanaan disebabkan oleh metoda dan urut-urutan pelaksanaan
jembatan, biasanya mempunyai kaitan dengan aksi-aksi lainnya seperti prapenegangan
dan berat sendiri, dan dalam hal ini pengaruh tetap harus dikombinasikan dengan aksiaksi tersebut dengan faktor beban yang sesuai.
3.3.
kPa
Panjang yang dibebani L adalah panjang total UDL yang bekerja pada jembatan. UDL
mungkin harus dipecah menjadi panjang-panjang tertentu untuk mendapatkan
pengaruh maksimum pada jembatan menerus atau bangunan khusus. Beban garis =
KEL / Knife Edge Load dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus dari
arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m.
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50
meter, beban D sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar
jembatan.
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar 5,50 meter, beban D
sepebuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar
selebihnya dibebani hanya separuh beban D (50%).
3.4.
Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan adalah beban-beban akibat pengaruh temperatur,angina ,banjir
,gempa , dan penyebab-penyebab alamiah lainnya. Besarnya beban rencana yang
diberikan dalam tata cara ini didasarkan pada analisa statistic dari kejadian-kejadian
umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal khusus yang mungkin akan
memperbesar pengaruh setempat.
3.4.1. Penurunan
Jembatan harus direncanakan untuk bisa menahan terjadinya penurunan yang
diperkirakan, termasuk perbedaan penurunan, sebagai aksi daya layan. Pengaruh
penurunan mungkin bisa dikurangi dengan adanya rangkak dan interaksi pada struktur
tanah.
Wt
3.5.
Umum
Getaran yang diakibatkan oleh adanya kendaraan yang lewat diatas jembatan dan
akibat pejalan kaki merupakan keadaan batas daya layan apabila tingkat getaran
menimbulKan bahaya dan ketidaknyamanan.
Jembatan
Satu lajur lalu lintas rencana dengan pembebanan beban lajur D, dengan faktor
beban 1,0 harus ditempatkan sepanjang bentang agar diperoleh lendutan statis
maksimum pada trotoar. Walaupun diijinkan terjadi lendutan statis yang relatif
besar akibat beban hidup, perencanaan harus menjamin bahwa syarat-syarat untuk
kelelahan bahan dipenuhi.
3.6.
Kombinasi Beban
3.6.1. Umum
Aksi rencana ditentukan dari aksi nominal yaitu mengalikan aksi nominal dengan
faktor beban yang memadai. Seluruh pengaruh aksi rencana harus mengambil faktor
beban yang sama, apakah itu biasa atau terkurangi. Di sini keadaan paling berbahaya
harus diambil.
3.6.2. Pengaruh Umur Rencana
Faktor beban untuk keadaan batas ultimate didasarkan kepada umur rencana jembatan
50 tahun. Untuk jembatan dengan umur rencana berbeda, faktor beban ultimate harus
diubah dengan menggunakan faktor pengali.
3.6.3. Kombinasi untuk Aksi Tetap
Seluruh aksi tetap untuk jembatan tertentu diharapkan bekerja bersama-sama. Akan
tetapi apabila aksi tetap bekerja mengurangi pengaruh total, kombinasi beban harus
diperhitungkan dengan memperhitungkan adanya pemindahan aksi tersebut, apabila
pemindahan tersebut bisa diterima.
3.6.4. Perubahan Aksi Tetap terhadap Waktu
Beberapa aksi tetap seperti beban mati tambahan, penyusutan dan rangkak, pengaruh
tegangan, dan pengaruh penurunan bisa berubah perlahan-lahan berdasarkan pada
waktu.
3.6.5. Kombinasi pada Keadaan Batas Daya Layan
Terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan batas
daya layan, lebih dari satu aksi transient bisa terjadi secara bersamaan.
3.6.6. Kombinasi Pada Keadaan Batas Ultimate
Terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan batas
ultimate, tidak diadakan aksi transient lain untuk kombinasi dengan aksi gempa.
Hanya satu aksi pada tingkat daya layan yang dimasukkan pada kombinasi
pembebanan.
Keterangan :
x
= untuk kombinasi tertentu adalah memasukkan faktor daya layan dan beban ultimate
secara penuh
BAB IV
ACUAN DASAR PERENCANAAN
4.1.
Pendahuluan
Di dalam perencanaan struktur bangunan jembatan, terdapat tiga metode perencanaan
yang berkembang secara bertahap di dalam sejarahnya (Bowles, 1979), yaitu :
Perencanaan Tegangan Kerja / Allowable Stress Design (ASD)
Perencanaan Faktor Daya Tahan dan Beban (LRFD)
Perencanaan Plastis
Metode-metode perencanaan tersebut terus berkembang dan kini metode-metode
tersebut menjadi banyak acuan dalam pendesainan jembatan di berbagai negara
termasuk di Indonesia.
4.2.
ijin
ini
ditentukan
oleh
peraturan
bangunan
atau
spesifikasi
Syarat-syarat daya layan lainnya seperti lendutan biasanya diperiksa pada kondisi
beban kerja.
4.3.
Perencanaan Plastis
Perencanaan plastis adalah kasus khusus perencanaan keadaan batas yang tercantum
pada bagian 2 dari spesifikasi AISC. Kelakuan inelastis (tak elastis) yang daktail bisa
meningkatkan beban yang mampu dipikul bila dibanding dengan beban yang bisa
ditahan jika struktur tetap berada dalam keadaan elastis. Batas atas dari kekuatan
momen yang disebut kekuatan plastis diperoleh saat seluruh tinggi penampang
meleleh.
Di sini, keadaan batas untuk kekuatan harus berupa pencapaian kekuatan plastis, dan
keadaan batas berdasarkan ketidak-stabilan tekuk (buckling), kelelahan (fatigue), atau
patah getas (brittle fracture) dikesampingkan. Pada perencanaan plastis, sifat daktail
pada baja dimanfaatkan dalam perencanaan struktur statis tak tentu, seperti balok
menerus dan portal kaku. Pencapaian kekuatan plastis di satu lokasi pada struktur
statis tak tentu bukan berarti tercapainya kekuatan maksimum untuk struktur. Setelah
salah satu lokasi mencapai kekuatan plastis, beban tambahan dipikul dengan proporsi
yang berlainan di setiap bagian struktur hingga lokasi kekuatan plastis kedua tercapai.
Pada saat struktur tidak mempunyai kemampuan lebih lanjut untuk memikul beban
tambahan, struktur dikatakan telah mencapai mekanisme keruntuhan.
Setelah syarat kekuatan dipenuhi dengan perencanaan plastis, syarat daya layan
seperti lendutan pada kondisi beban kerja harus diperiksa.
4.4.
untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa struktur dalam menahan beban mati
(dead load), beban hidup (live load), angin (wind), dan gempa (earthquake).
Mu Mn (Persamaan 2)
Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yag lebih
besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini
disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan.
Selain itu, kapasitas cadangan juga ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan
pengurangan kekuatan penampang struktur. Penyimpangan pada dimensi penampang
walaupun masih dalam batas toleransi bisa mengurangi kekuatan. Terkadang
penampang baja mempunyai kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum yang
ditetapkan, sehingga juga mengurangi kekuatan.
Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang direncanakan
untuk struktur, penaksiran pengaruh beban yang terlalu rendah dengan pnyederhanaan
perhitungan yang berlebihan, dan variasi dalam prosedur pemasangan. Biasanya
perubahan pemakaian yang drastis tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak dicakup
oleh faktor keamanan, namun prosedur pemasangan yang diketahui menimbulkan
kondisi tegangan tertentu harus diperhitungkan secara eksplisit.
BAB V
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
5.1.
Pendahuluan
Maksud perencanaan antara lain untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, dan
bentuk yang sesuai, efisien serta mempunyai fungsi estetika.
5.2.
Tahapan Perencanaan
Dalam perencanaan jembatan dimunginkan adanya perbedaan antara ahli satu dengan
yang lainnya, tergantung latara belakang kemampuan dan pengalamannya. Akan
tetapi perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses
perencanaan. Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seorang ahli
atau perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan. Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan
pertimbangan sebelum kita mengambil suatu keputusan akhir. berikut ini ditunjukan
tentang suatu proses tahapan perencanaan yang paling tidak perlu dilaksanakan.
Data yang diperlukan dapat berupa :
1. Lokasi :
a. Topografi
b. Lingkungan : Kota dan luar kota
c. Tanah dasar
2. Keperluan : melintas sungai,melintas jalan lain
3. Bahan Struktur :
a. Karakteristik
b. Ketersediaanya
4. Peraturan
5.3.
terhadap lokasi sangat didasarkan pada kebutuhan. Dalam penentuan lokasi akan
dijumpai suatu permasalahan apakah akan dibangun di daerah perkotaan ataukah
pinggiran kota bahkan di pedesaan. Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah
perkotaan terkadang tidak diperhatikan
5.4.
5.5.
Aspek Teknis
Persiapan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1. Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan vertical, sesuai dengan
lingkungan sekitarnya, Pemilihan system utama jembatan dan posisi dek.
2. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika, arsitektural,
dan biaya konstruksi,
3. Pemilihan elemen elemen utama struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe
pilar dan abutment,
4. Pendetailan struktur atas seperti: sandaran, parapet, penerangan, dan tipe
perkerasan,
5. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan
pertimbangan struktural dan estetika.
5.6.
Aspek Estetika
Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain tidak hanya didasarkan
pada struktural dan pemenuhan tansportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan
artistik. Aspek estetika jembatan di perkotaan merupakan faktor yang penting pula
Layout Jembatan
Setelah lokasi jembatan ditentukan, variabel berikutnya yang penting pula sebagai
pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada awal
perkembangan sistem jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari jembatan. Biaya
investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya jalan raya. Sebagai
kosekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat yang ideal untuk
memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi dapat dibuat sehematnya,
dan melintasi sungai dengan layout berbentuk square layout.
Dalam proses perncanaan terdapat dua sudut pandang yang berbeda antara seorang
ahli jalan dengan ahli jembatan (Troitsky, 1994). Berikut ini diberikan beberapa
ilustrasi, beberapa perbedaan kepentingan antara seorang ahli jalan dan jembatan.
1. Pandangan Ahli Jembatan. Perlintasan yang tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel
lebih sering terpilih, daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring.
Penentuan ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Waddel (1916)
menyatakan bahwa struktur yang dibuat pada alinemen yang miring adalah
abominasi dalam lingkup rekayasa jembatan.
2. Struktur jembatan sederhana. Merupakan suatu kenyataan untuk struktur jembatan
yang relatif sederhana sering diabaikan terhadap alinemen jalan. Para ahli jalan
raya sering menempatkan alinemen jalan sedemikian sehingga struktur jembatan
merupakan bagian penuh dari alinemen jalan tersebut. Sehingga apabila melalui
sungai seringkali kurang memperhatika layout secara cermat.
3. Layout jembatan bentang panjang. Sebagai suatu struktur bertambahnya tingkat
kegunaan jalan dan panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk
menentukan layout. Pada kasus seperti ini, dalam menentukan bagaimana layout
jembatan yang sesuai perlu diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan
biaya konstruksi. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah
sudut yang dibentuk terhadap bidang alinemen.
BAB VI
ANALISA DESAIN JEMBATAN
6.1.
Pendahuluan
Apabila data-data perencanaan telah lengkap dan memenuhi persyaratan dan juga
telah dilakukan pradesain seperti yang telah disinggung di bab sebelumnya, barulah
dilakukan analisa struktur terhadap beban-beban yang membebani jembatan tersebut.
Tentunya beban-beban tersebut telah dihitung dan dikombinasikan sesuai acuan yang
telah dujabarkan pada bab 3. Acuan jembatan tersebut telah memenuhi persyaratan
adalah dengan mengacu kepada metode analisa struktur yang telah dijabarkan pada
bab 4, yaitu LRFD, ASD, dan metode plastis. Untuk pembahasan pada bab ini, kami
akan membahas analisa desain jembatan berdasarkan metode LRFD dan ASD
6.2.
oleh
peraturan
bangunan
atau
spesifikasi
dikalikan
oleh
faktor
pengurangan
kapasitas
(under-capacity)
dan
diperhitungkan juga faktor gaya dalam ultimit Mu dengan kelebihan beban (overload)
(bilangan yang lebih besar dari 1,0) untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa
struktur dalam menahan beban. Struktur dan batang struktural harus selalu
direncanakan memikul beban yag lebih besar daripada yang diperkirakan dalam
pemakaian
normal.
Kapasitas
cadangan
ini
disediakan
terutama
untuk
BAB VII
PERAWATAN JEMBATAN
3.1
Umum
Semua bangunan sipil (gedung, jembatan, bangunan air, air port) dirancang untuk sesuai
dengan fungsi/tujuan dengan mengindahkan persyaratan-persyaratan kekuatan, kekakuan,
kestabilan, daktilitas dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Namun setelah bangunan
berdiri, terjadi kerusakan yang berakibat persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi lagi.
Kerusakan dapat terjadi sejak awal bangunan beroperasi yang disebabkan oleh perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang kurang baik, maupun setelah bangunan beroperasi yang
disebabkan antara lain karena serangan fisik, kimia, overloading, penurunan pondasi, gempa,
kebakaran, fatique, kejatuhan pesawat terbang dll. Secara langsung maupun tidak, kerusakan
akan menyebabkan degradasi kekuatan yang mempengaruhi kinerja struktur secara
keseluruhan. Jika bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau perkuatannya, kerusakan
dapat berlanjut lebih buruk lagi. Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan,
diperlukan tindakan rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan (retrofit) atau perkuatan
(strengthening).
Sebelum dilaksanakan tindakan rehabilitasi bangunan existing, diperlukan pemeriksaan
investigasi dan evaluasi kerusakan struktur utama maupun pendukung untuk mengetahui
sejauh mana kelayakan bangunan tersebut. Dari hasil investigasi dan evaluasi dapat
ditentukan metode perbaikan atau perkuatan yang paling optimal. Yang telah memasukkan
beberapa kajian antara lain pendanaan/biaya, durasi pelaksanaan, ketersediaan bahan, alat,
tenaga, dll. Investigasi semacam ini sering disebut Rekayasa Forensik (Forensic
Engineering).
3.2
Kerusakan Jembatan
Jembatan merupakan salah satu fasilitas umum yang kadang mengalami kerusakan pada
bagian bagian tertentu , sehingga secara berkala membutuhkan perbaikan dan perawatan Pada
umumnya, jembatan tidak terlindung atau berhubungan langsung dengan lingkungan,
sehingga menyebabkan berbagai kerusakan.Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada
konstruksi jembatan adalah
1). Kondisi Rangka Baja
Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat, yang kemungkinan besar disebabkan
oleh korosi atmosfir. Kemungkinan penyebab korosi :
Tidak adanya perawatan atau pemeliharaan pada jembatan, misalnya pengecatan pada
rangka baja, membuata jembatan lebih cepat terkena korosi atmosfir.
Air hujan atau embun yang tidak cepat mengering, terutama pada bagian-bagian baja
yang tersembunyi (pada sambungan baja) membuat baja lebih cepat terserang karat.
Jembatan rangka baja ini terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil
rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey atau sistem
rancangan lainnya termasuk penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua
bahan pokok lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan, peluncuran dan penempatan posisi
akhir struktur jembatan, pencocokan komponen lantai jembatan (deck) dan operasi lainnya
yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja sesuai dengan
ketentuan.Prinsip pemeliharaanjembatan bentang panjangadalah sebagai berikut :
a. Mencegah terlebih dahulu sebelum memperbaiki
b. Kombinasi Pencegahan dan Perawatan dengan penekanan pada daya dukung dari
struktur dan pemeliharaan dek jembatan
Tujuan dari manajemen pemeliharaan jembatan bentang panjang adalah sebagai berikut :
a.
b.
c,
d~n memaksimalkan
Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai dasar untuk
pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa mendatang.
Kombinasi
dari
pencegahan,
pemeliharaan
dan
perawatan
dengan
Pemeriksaankondisi teknis
3.3.1
c.
d.
Perawatan
ini disebut
pemeliharaan
kecil
segera
diperbaiki.
pada dasarnya
menjaga jembatan dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang
berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada
waktu jembatan selesai dibangun Gembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan
seumur jembatan tersebut. Hal ini merupakan suatu pengalokasian dana yang efektif dalarn
hal pemeliharaan.
Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan Pemeliharaan rutin jalan
dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan
pemeliharaan rutin jernbatan adalah sebagai berikut:
Pengecatan sederhana
3.3.2
Pemeliharaan Berkala
Lapis permukaan jembatan serta kerusakan lokal pada jembatan dan fasilitas lainnya harus
diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya kembali ke semula. Aktivitas lnl harus dilakukan
secara Periodik/Berkala sesuai dengan rencana pemeliharaan. Pemeliharaan berkala adalah
usaha untuk menjaga jembatan tetap datam kondisi dan daya layan yang balk setelah
pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu
Perbaikan sederhana
Pengecatan ulang
Pemeliharaan peletakan/landasan
kasus
b.
beton, karat pada tulangan, kekencangan dari sambuangn baut mutu tinggi pada
Pemeriksaan
lapis
permukaan jembatan,
b.
Setelah terjadi kejadian darurat seperti tabrakan kapa], tabrakan kendaraan, gempa
burni, taifun, maka daya dukung jembatan perlu diperiksa.
c.
d. Ketika kendaraan dengan beban berlebih rencana akan melewati jembatan. Hanya
jika daya dukung jembatan masih memenuhi, kendaraan tersebut boleh melewati
jembatan.
Metode pemeriksaan kapasitas daya dukung jembatan adalah sebagai berikut :
Untuk jembatan panjang yang sedang beroperasi, jika tidak dimungkin melakukan
pengujian beban, kapasitas daya dukung jembatan
perhitungan dan analisis. Pertama-tama untuk komponen penting dan utama dari
jembatan dilakukan
peralatan
dan
insturmen yang perlu untuk, mendapatkan data bentang, kekuatan material, retak,
tingkat korosi, balok, dan perletakan. Selanjutnya perhitungan dibuat sesuai dengan
spesiflkasi. Setelah itu
untuk
mendapatkan daya dukung jembatan. Secara umum, besarnya beban uji harus sesuai
atau
ekuivalensi dengan
beban
lalu
lintas
standers. Untuk
jembatan yang
mengalami kerusakan, uji beban harus dilaksanakan pada bentang yang rusak
atau
Pada jembatan tanpa loading test, secara umum penyesuaian kondisi teknis
jembatan dan perhitunagn teoriti harus dilakukan dan hasilnya dibandingkan dengan
hasil pengukuran di lapangan untuk mendapatkan penilain yang dapat dipercaya.
3.3.4
1. Pondasi
Pemeliharaan dan perbaikan minor dari pondasi adalah sebagai berikut
a. Dasar laut/sungai 50 sampai 100 m di arah hulu darl jembatan harus stabil. Di lokasi
tersebut aktivitas seperti pelaksanaan kontruksi, penggalian pasir, pengambilan bahan
galian, dan peledakan tidak boleh dilakukan
b. Jika akan dilakukan pemasangan pipa dibawah tanah, pembuatan berbagai jenis sumur
atau struktur dibawah tanah lainnya disekitar tepi pile cap, harus dilakukan analisis
dan perhitungan terlebih dahulu, dan dilakukan perkuatan jika diperlukan. Setelah
selesai, galian harus ditimbun kembali.
Perbaikan dan perkuatan dari pondasi harus memenuhi persyaratan berikut
a. Enam bulan setelah jembatan beroperasi, penggerusandan ke dalam penggerusan yang
terjadi dlsekitar pondasi harus diukur dan data tersebut harus disimpan. Setelah
kedalaman scouring stabil, data tersebut harus disarnpalkan kepada perencana untuk
menentukan apakan diperlukan penimbunan atau tidak.
b. Setelah scouring stabil, kedalaman scouring harus di ukur sekali da/am 1 tahun dan
data tersebut harus disimpan. Jika diketahui terdapat perubahan besar terhadap
kedalaman skuring, data tersebut
katodik
memungkinkan baja karbon untuk digunakan dalam lingkungan yang sangat korosif
sepertiair laut atau tanah dengan tingkat keasamanyang tinggi.
Sistem Proteksi katodik adalah suatu sistim yang menggunakan sel elektrokimia untuk
mengendalikan korosi dengan mengkonsentrasikan reaksi oksigen pada sel galvanik dan
menekan korosi pada katoda dalam sel yang sama. Pada proteksi katodik, logam yang akan
dilindungi dijadikan katoda dan reaksi oksldasi terjadi di anoda. Anoda adalah elektroda
akan
keduanya
a.
Jika permukaan beton yang berada dibawah muka air mengalami erosi , spalling,
honeycomb, dan kerusakan lainnya, pengkasaran harus segera dilakukan pada saat
kondisi pasang, dibersihkan dengan air bersih dan dilakukan finishing dengan beton
yang cepat mengeras atau mortar untuk menjamin beton lama dan baru menyatu.
b.
Ilka permukaan beton yang berada dibawah muka air mengalami erosi, spalling,
honeycomb, dan kerusakan lainnya dengan kedalarnan lebih dari 3 cm dan luas lebih
dari 0.5 m2,
dibersihkan dengan air bersih, anyaman tulangan segera dipasang dan dilakukan
finishing dengan beton yang cepat mengeras atau mortar untuk menjamin beton lama
dan baru menyatu.
c.
Jika pile cap mengalami retak yang melebih batasan di bawah, penyebab dari retak
tersebut harus diketahui dan langkah penangan harus segera dilakukan.
3.3.5
1. Dek Beton
Pelat dek beton harus diperiksa terhadap potensi keretakan yang dapat terjadi di
permukaan dan di bagian bawah. Pemeriksaaan keretakan yang dilakukan meliputi lebar,
panjang, posisi, kepadatan dan kemungkinan daerah retak pada arah longitudinal. Jika
diperlukan, beberapa bagian dari lapisan permukaan harus dikupas untuk tujuan observasi.
Kerusakanyang mungkin terjadi pada dek beton jembatan adalah sebagai berikut:
a. Retak arah longitudinal
b. Retak arah melintang
c. Adanya bagian beton yang terpisah, rusak dan keropos
d. Karat besi tulangan dalam beton
e. Perubahan bentuk (deformasi) material beton
DAFTAR PUSTAKA
-
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&u
rl=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaandan-KomponenJembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJ
g&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rja
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&
url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb
79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPhyMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rja