Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN & TIPE

JEMBATAN
PENGERTIAN JEMBATAN

• JEMBATAN adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk melewatkan


massa (lalu-lintas, air) lewat atas suatu penghalang.
• KONSTRUKSI dibedakan atas Bangunan Atas dan Bangunan Bawah.
• NOMENKLATUR, Penamaan konstruksi jembatan ditentukan oleh jenis
bangunan atas dan material (Gelagar Beton, Komposit, Pelengkung
Beton, Prestressed, Rangka Baja, Gantung Baja, Cable-Stayed
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya
jalan lain (jalan air atau jalan lalulintas biasa). Jika jembatan itu berada di
atas jalan lalulintas biasa maka biasanya dinamakan viaduct.Menurut Ir.
H.J. Struyk dan Prof. Ir. K.H.C.W. Van der Veen,jembatan dapat dibagi
dalam golongan –golongan seperti berikut :
• I. Jembatan –jembatan tetap,
• II.Jembatan –jembatan dapat digerakkan,
Kedua golongan dipergunakan untuk lalulintas kereta api dan lalulintas biasa
Golongan I dapat dibagi –bagi dalam :
• a.Jembatan kayu, digunakan untuk lalulintas biasa pada bentangan kecil
dan untuk jembatan pembantu.
• b.Jembatan baja, terbagi atas :
1.Jembatan yang sederhana dimana lantai kendaraannya langsung berada di
atas gelagar –gelagar. Untuk gelagar –gelagar itu dipergunakan gelagar –
gelagar yang dikonstruir atau gelagar –gelagar canai.
2.Jembatan –jembatan gelagar kembar, digunakan untuk lalulintas kereta
api, dengan batang rel diantara balok –balok.
3.Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang, gelagar
induknya ialah gelagar dinding penuh yang dikonstruir atau gelagar pekerjaan
vak.
4.Jembatan pelengkungan.
5.Jembatan gantung.
• c.Jembatan –jembatan dari beton bertulang, dalam golongan ini
termasuk juga jembatan –jembatan yan gelagar –gelagarnya di dalam
beton.
• d.Jembatan batu, hampir tidak ada kecualinya dipergunakan untuk
lalulintas biasa.
Untuk jembatan –jembatan dalam golongan ini terutama digunakan
konstruksi –konstruksi baja.
Dilaksanakan sebagai gelagar dinding penuh atau sebagai pekerjaan vak.
Golongan II dapat dibagi dalam :
• a.Jembatan –jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar, yaitu :
1.Jembatan –jembatan angkat.
2.Jembatan –jembatan baskul.
3.Jembatan lipat Straus.
• b.Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar juga termasuk poros
–poros yang dapat berpindah sejajar dan mendatar, seperti apa yang dinamakan
jembatan –jembatan baskul beroda.
• c.Jembatan –jembatan yang dapat berputar di atas suatu poros tegak, atau jembatan –
jembatan putar.
• d.Jembatan yang dapat berkisar ke arah tegak lurus atau mendatar.
1.Jembatan angkat.
2.Jembatan beroda.
3.Jembatan gojah atau ponts transbordeur.
Pada umumnya jembatan dapat diklasifikasikan dalam 7 (tujuh) jenis yaitu :
• a.Klasifikasi menurut tujuan penggunaannya
1.Jembatan jalan raya
2.Jembatan jalan kereta api
3.Jembatan air / pipa dan saluran
4.Jembatan militer
5.Jembatan pejalan kaki / penyeberangan
• b.Klasifikasi menurut bahan material yang digunakan
1.Jembatan kayu
2.Jembatan baja
3.Jembatan beton / beton bertulang (RC)
4.Jembatan beton prategang (PC)
5.Jembatan batu bata
6.Jembatan kompo
• c.Klasifikasi menurut formasi lantai kendaraan
1.Jembatan lantai atas
2.Jembatan lantai tengah
3.Jembatan lantai bawah
4.Jembatan double deck
• d.Klasifikasi menurut struktur / konstruksinya
1.Jembatan gelagar (Girder Bridge)
2.Jembatan Rangka (Truss Bridge)
3.Jembatan portal (Rigid Frame Bridge)
4.Jembatan pelengkung (Arch Bridge)
5.Jembatan gantung (Suspension Bridge)
6.Jembatan kabel (Cable Styed Bridge
e.Klasifikasi menurut bidang yang dipotongkan
1.Jembatan tegak lurus
2.Jembatan lurus (Straight Bridge)
3.Jembatan menceng (Skewed Bridge)
4.Jembatan lengkung (Curved Bridge)
f.Klasifikasi menurut lokasi
1.Jembatan biasa
2. Jembatan viaduct
3.Jembatan layang (Overbridge/Roadway Crossing)
4.Jembatan kereta api
g.Klasifikasi menurut keawetan umur
1.Jembatan darurat
2.Jembatan sementara
3.Jembatan permanen
h.Klasifikasi menurut tingkat kemampuan / derajat gerak
1.Jembatan tetap
2.Jembatan dapat digerak
• g.Klasifikasi menurut keawetan umur
1.Jembatan darurat
2.Jembatan sementara
3.Jembatan permanen
• h.Klasifikasi menurut tingkat kemampuan / derajat gerak
1.Jembatan tetap
2.Jembatan dapat digerakkan
Kriteria Perencanaan Jembatan
Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan
investigasi yang meliputi :
- Survey tata guna lahan
- Survey topografi
- Survey hidrologi
- Penyelidikan tanah
- Penyelidikan geologi
- Survey bahan dan tenaga kerja setempat
Hasil survey dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat
rancangan teknis yang menyangkut beberapa hal antara lain :
- Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun
lokasi jembatan berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada
- Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia
- Kelas jembatan yang disesuaiakan dengan kelas jalan dan volume lalu
lintas
- Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi
topografi, striktur tanah, geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan
perilakunya
Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis perlu dilakukan analisis data survey dan investigasi
yang meliputi antara lain :
- Analisis data lalu – lintas
Analisis data lalu – lintas digunakan untuk menentukan kelas jembatan yang erat
hubungannya dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu – lintas yang direncanakan
- Analisis data hidrologi
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan, kecepatan
aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan dibangun
- Analisis data tanah
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa pengujian
sondir, SPT, boring, dsb digunakan untuk mengetahui parameter tanah dasar hubungannya
dengan pemilihan jenis konstruksi pondasi jembatan
- Analisis geometri
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungnannya
dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit)
PEDOMAN UMUM BENTANG
EKONOMIS
Bentang ekonomis jembatan ditentukan
oleh penggunaan/pemilihan Tipe Main
Structure & Jenis Material yang optimum.
Apabila tidak direncanakan secara khusus
maka dapat digunakan bangunan atas
jembatan standar Bina Marga sesuai
bentang ekonomis dan kondisi lalu lintas
air di bawahnya
KONDISI BATAS
• KONDISI BATAS ULTIMIT
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman disebut aksi-aksi ultimit dan
reaksi yang diberikan jembatan terhadap aksi tersebut disebut dengan keadaan batas ultimit.
1.Kehilangan keseimbangan statis karena sebagian atau seluruh bagian jembatan longsor,
2.terguling atau terangkat ke atas;
3.Kerusakan sebagian jembatan akibat lelah/fatik dan atau korosi hingga suatu keadaan
4.yang memungkinkan terjadi kegagalan;
5.Keadaan paska elastik atau purnatekuk yaitu satu bagian jembatan atau lebih mencapai
6.kondisi runtuh. Pada keadaan plastis atau purna tekuk, aksi dan reaksi jembatan
diperbolehkan untuk didistribusikan kembali dalam batas yang ditentukan dalam bagian
perencanaan bagi material yang bersangkutan;
7.Kehancuran bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan atau
8.kehancuran bagian utama jembatan.
• KONDISI BATAS LAYAN
Keadaan batas layan akan tercapai ketika reaksi jembatan sampai pada suatu nilai sehingga:
a) mengakibatkan jembatan tidak layak pakai, atau
b) menyebabkan kekhawatiran umum terhadap keamanan jembatan, atau
c) secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan jembatan.
Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat terjadi:
a) perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada pondasi atau pada sebuah elemen penyangga utama
setempat,
b) kerusakan permanen akibat korosi, retak, atau kelelahan/fatik,
c) getaran, dan
d) banjir pada jaringan jalan dan daerah di sekitar jembatan yang rusak karena penggerusan pada dasar saluran,
tepi sungai, dan jalan hasil timbunan.
UMUR RENCANA JEMBATAN
Umur rencana jembatan dibuat untuk masa layan selama 75 tahun,
kecuali:
• Jembatan sementara atau jembatan yang dapat dibongkar/pasang
dibuat dengan umur rencana 20 tahun
• Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang ditentukan oleh
instansi yang berwenang, dibuat dengan umur rencana 100 tahun
• Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang menetapkan
umur rencana yang lain
POKOK-POKOK PERENCANAAN
• Kekuatan dan stabilitas struktur
• Keawetan dan kelayakan jangka panjang
• Kemudahan pemeriksaan dan pemeliharaan
• Kenyamanan bagi pengguna jembatan
• Ekonomis
• Kemudahan pelaksanaan
• Estetika
• Dampak lingkungan minimal
KRITERIA PERENCANAAN:
• Peraturan yang digunakan
• Material/bahan yang digunakan
• Metode dan asumsi dalam perhitungan
• Metode dan asumsi dalam penentuan tipe bangunan atas, bangunan
bawah dan pondasi
• Pengumpulan data lapangan
• Program komputer yang digunakan
• Metode pengujian pondasi
GAMBAR RENCANA
1.Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang, harus konsisten
untuk seluruh gambar.
2.Komponen jembatan harus digambar sebagaimana tampak sebenarnya, hindari
gambar bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan.
3.Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
4.Tiap komponen jembatan harus digambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1
lembar kertas.
5.Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut tercantum dalam gambar
(misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah jembatan serta skala
1:20 untuk gambar detail).
6.Prosedur standar (SOP) harus digunakan dalam menggambar jembatan dan
membuat dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi,
petunjuk arah, daftar simbol, rangkuman volume
SPESIFIKASI

Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan


dengan jelas, menyeluruh, dan tanpa ada interpretasi ganda.
Spesifikasi harus menjelaskan metode-metode pelaksanaan, prosedur-
prosedur dan toleransi-toleransi agar pembuatan dan pengawasan
mutu terjamin.
PENYELIDIKAN LINTASAN AIR
Penyelidikan lapangan harus dilakukan pada seluruh rencana lokasi
jembatan dengan mempertimbangkan :
1.Karakteristik hidraulik dari lintasan penyeberangan, termasuk
permasalahan yang terjadi sebelumnya dan yang berpotensi akan
terjadi, pada dan dekat dengan penyeberangan;
2.Kinerja hidraulika dari struktur yang ada di lokasi penyeberangan;
3.Hal-hal lain yang berhubungan dengan perencanaan hidraulika struktur
PENEMPATAN PILAR DAN KEPALA PILAR JEMBATAN

Pilar harus direncanakan sedemikian sehingga :


a.Meminimalkan gangguan terhadap jalannya air;
b.Menghindari terperangkapnya benda yang hanyut;
c.Mengurangi rintangan terhadap navigasi; dan
d.Diletakkan secara paralel terhadap arah aliran sungai selama kondisi
banjir rencana
PENENTUAN LEBAR, KELAS DAN MUATAN JEMBATAN
Penentuan Lebar Jembatan

LHR Lebar jembatan(m) Jumlah lajur


LHR < 2.000 3,5 – 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2
8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4
LHR > 20.000 > 14,0 >4
Berdasarkan Lebar lalu-lintas
- Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 meter Lebar minimum untuk jembatan pada jalan
nasional (SE DBM 21 Maret 2008 )
- Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
- Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 meter
Berdasarkan Muatan/Pembebanan
- BM 100% : untuk semua jalan Nasional & Provinsi
- BM 70% : dapat digunakan pada jalan Kabupaten dan daerah Transmigrasi
PEMBEBANAN
BEBAN PERMANEN
RENCANA
BEBAN TRANSIEN
MS beban mati komponen struktural SH Beban akibat susut/rangkak SE Beban akibat penurunan
dan non struktural jembatan
MA beban mati perkerasan dan utilitas TB Beban akibat rem ET Gaya akibat temperature
gradient
TA gaya horizontal akibat tekanan TR Gaya sentrifugal EU Gaya akibat temperature
tanah seragam
PL gaya-gaya yang terjadi pada TC Gaya akibat tumbukan EF Gaya apung
struktur jembatan akibat kendaraan
pelaksanaan
PR prategang TV Gaya akibat tumbukan kapal EWS Beban angin pada struktur
EQ Gaya gempa EWL Beban angin pada kendaraan
BF Gaya friksi EU Beban arus dan hanyutan
TD Beban lajur “D”
TT Beban lajur “T”
TP Beban pejalan kaki
BERAT JENIS MATERIAL
KOMBINASI PEMBEBANAN
KOMBINASI PEMBEBANAN (CONT.)
KEADAAN BATAS LAYAN: Keadaan batas layan disyaratkan dalam perencanaan
dengan melakukan pembatasan pada tegangan, deformasi, dan lebar retak pada
kondisi pembebanan layan agar jembatan mempunyai kinerja yang baik selama
umur rencana. KEADAAN BATAS FATIK: Keadaan batas fatik disyaratkan agar
jembatan tidak mengalami kegagalan akibat fatik selama umur rencana. Untuk
tujuan ini, perencana harus membatasi rentang tegangan akibat satu beban truk
rencana pada jumlah siklus pembebanan yang dianggap dapat terjadi selama
umur rencana jembatan. KEADAAN BATAS KEKUATAN: Keadaan batas kekuata
disyaratkan dalam perencanaan untuk memastikan adanya kekuatan dan
kestabilan jembatan yang memadai, baik yang sifatnya local maupun global,
untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara statistic mempunyai
kemungkinan cukup besar untuk terjadi selama masa layan jembatan. KEADAAN
BATAS EKSTREM: Keadaan batas ekstrem diperhitungkan untuk memastikan
struktur jembatan dapat bertahan akibat gempa besar.
SEISMIC HAZARD
Respon spektra percepatan dapat ditentukan baik dengan prosedur umum atau berdasarkan prosedur spesifik-situs.
Prosedur spesifik-situs dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
• Jembatan berada dalam jarak 10 km dari patahan aktif.
• Situs termasuk dalam kategori situs kelas F sesuai tabel di bawah ini.
TERIMAKASIH
• JANGAN LUPA LIKE AND SUBSCRIBE YA.

Anda mungkin juga menyukai