Anda di halaman 1dari 19

BEBERAPA

KESALAHAN DALAM
PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA
BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING TERJADI
 Membuat kalimat yang panjang sekali sehingga tidak jelas subjek dan
predikatnya. Biasanya, kesalahan ini muncul akibat banyaknya
penggunaan kata penghubung.

Kita harus menyadari bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya


masih berpikiran negatif terhadap Polri yang dalam pelaksanaan
tugasnya masih diwarnai dengan nuansa KKN sehingga masyarakat
masih enggan memberikan dukungan terhadap Polri sampai mereka bisa
melihat polisi bisa bekerja secara profesional.

Bandingkan dengan:
Kita harus menyadari bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya
masih berpikiran negatif terhadap Polri. Hal tersebut terjadi karena
dalam pelaksanaan tugasnya, masih sering diwarnai dengan nuansa
KKN. Tidak mengherankan, jika masyarakat masih enggan
memberikan dukungan terhadap Polri sampai mereka bisa melihat
polisi bisa bekerja secara profesional.
Diberitahukan kepada saudara bahwa saudara sekarang diperiksa/diminta
keterangan sebagai tersangka dalam perkara tanpa hak dan melawan hukum
memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 112 ayat (1) subsidair pasal 127 ayat (1)
Undang Undang R.I No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam perkara dan
pemeriksaan yang sekarang ini apakah saudara akan didampingi Pengacara
/ penasehat hukum ?.---------

Setelah diberitahu Penyidik, saya mengerti bahwa sekarang saya diperiksa


sebagai tersangka dalam perkara tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 112 ayat (1) subsidair pasal 127 ayat (1) huruf a Undang
Undang R.I No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam perkara dan
pemeriksaan sekarang ini saya tidak memerlukan / didampingi penasehat
hukum namun apabila nanti perlu pengacara / penasehat hukum saya akan
memberitahukan kepada penyidik.-------------
Apakah Saudara sudah memahami bahwa Saudara sekarang diperiksa dan
diminta keterangan sebagai tersangka dalam perkara tanpa hak dan
melawan hukum mengedarkan atau memiliki, menyimpan dan/ atau
membawa psikotropika jenis ecstasy, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 59 ayat (1) huruf c atau huruf e subsider pasal 62 Undang-
Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika? Dalam perkara dan
pemeriksaan sekarang ini, apakah Saudara akan didampingi
pengacara/ penasehat hukum? ---------------------------------------------------

Setelah diberitahu penyidik, saya mengerti bahwa sekarang saya


diperiksa sebagai tersangka dalam perkara tanpa hak dan melawan
hukum mengedarkan atau memiliki, menyimpan dan/ atau membawa
psikotropika jenis ecstasy, sebagaimana dimaksud dalam pasal 59
ayat (1) huruf c atau huruf e subsider pasal 62 Undang-Undang RI No.
5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Dalam pemeriksaan sekarang ini,
saya tidak didampingi penasehat hukum. Namun begitu, apabila nanti
perlu pengacara/ penasehat hukum saya akan memberitahukan kepada
penyidik.-------------------------------------------------------------------
----- Setelah Berita Acara Pemeriksaan Tersangka selesai dibuat kemudian
dipersilahkan kepada Tersangka untuk membaca kembali
keterangannya, yang telah diberikan tersebut diiatas setelah dibaca /
dibacakan kembali Tersangka membenarkan semua keterangannya
dan untuk menguatkan kebenaran keterangannya yang diperiksa
turut membubuhkan tanda tangannya dibawah ini : ----------------------------

----- Setelah Berita Acara Pemeriksaan Tersangka ini dibuat, tersangka


dipersilakan membaca semua keterangan yang sudah dimuat dalam
Berita Acara Pemeriksaan. Selesai membaca, tersangka membenarkan
semua keterangan yang sudah diberikan. Untuk menguatkan
kebenaran keterangannya, tersangka membubuhkan tanda tangan di
bawah ini: -------------------------------------------------------------------------------------
 Menggunakan bahasa yang “berbunga-bunga” dan tidak langsung to the point
sehingga membuat pembaca akan lelah membacanya.

Dewasa ini penegakan hukum yang dilaksanakan para penegak hukum, dari aparat
Kepolisian hingga pelaksanaan vonis di lembaga pemasyarakatan belum
memuaskan bagi pihak yang dirugikan (korban), dengan kata lain belum mampu
mewujudkan rasa keadilan, sehingga hal inilah yang menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada lembaga penegak hukum. Sangat sulit
rasanya untuk mendapatkan keadilan yang seharusnya menjadi hak asasi manusia,
dimana prinsip keadilan yang melekat pada penegakan hukum tersebut telah
menimbulkan persepsi-persepsi yang berbeda, baik bagi aparat penegak hukum
maupun pihak-pihak yang menjadi objek dari penegakan hukum tersebut.

Dewasa ini, penegakan hukum yang dilaksanakan para penegak hukum, mulai dari
penyidikan oleh aparat kepolisian, penuntutan oleh jaksa, vonis oleh hakim di
pengadilan, sampai pelaksanaan hukuman di lembaga pemasyarakatan sering tidak
memuaskan bagi pihak yang dirugikan (korban). Dengan kata lain, keputusan itu
belum mampu mewujudkan rasa keadilan. Hal inilah yang sering menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada lembaga penegak hukum. Prinsip keadilan
yang melekat pada penegakan hukum tersebut telah menimbulkan persepsi yang
berbeda-beda, baik bagi aparat penegak hukum maupun pihak-pihak yang menjadi
objek dari penegakan hukum itu sendiri.
 Membuat kalimat yang tidak ada subjek atau predikatnya (S
dan P adalah unsur utama dalam membuat kalimat).

Pelaku yang bekerja di salah satu perusahaan swasta.


Karena pelaku melawan, maka polisi melakukan upaya paksa.

Bedakan dengan:

Pelaku bekerja di salah satu perusahaan swasta.


S P K
Pelaku yang bekerja di salah satu perusahaan swasta
S
ditangkap polisi.
P O
Karena pelaku melawan, polisi melakukan upaya paksa
K (anak kalimat) S P O
Contoh lain:

Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat.


Subjek Keterangan

Bagi para mahasiswa yang akan menulis skiripsi harus mengikuti


Keterangan Predikat
kuliah bahasa Indonesia.
Objek

Bedakan dengan:

Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat.


S P O
Para mahasiswa yang akan menulis skripsi harus mengikuti
S P
kuliah bahasa Indonesia
O
BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING TERJADI
Kekurangtepatan dalam menggunakan tanda baca.
Misalnya, ada tanda baca yang lepas sendirian pada
satu baris (hal ini disebabkan karena tanda baca
tersebut tidak menempel pada sebuah kata).

Salah dalam cara menuliskan istilah asing atau


dalam cara mengadopsi istilah asing.

Mencampuradukkan istilah asing dengan bahasa


Indonesia sehingga membingungkan.

Penggunaan bahasa yang kurang sesuai dengan


kaidah.

Kesalahan pengetikan.
Penghilangan awalan me-
Polisi tangkap seorang pengedar ganja. (salah)
Polisi menangkap seorang pengedar ganja. (benar)
Kami sudah periksa semua saksi yang ada di TKP. (salah)
Kami sudah memeriksa semua saksi yang ada di TKP. (benar)

Penghilangan awalan ber-


Pendapat saya beda dengan pendapat mereka. (salah)
Pendapat saya berbeda dengan pendapat mereka. (benar)
Mereka secara kebetulan jumpa saat acara itu. (salah)
Mereka secara kebetulan berjumpa saat acara itu. (benar)

Peluluhan bunyi /c/


Bunyi /c/ di awal kata tidak diluluhkan jika mendapat awalan me-.
Ia sedang menyuci mobil. (seharusnya mencuci)
Mereka saling menyintai. (seharusnya mencintai)
Penggunaan bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh.
Salah benar
Mensederhanakan menyederhanakan
Pensuplai penyuplai
Mengkikis mengikis
Memperkosa memerkosa
Mempengaruhi memengaruhi
Mentaati menaati
Mensuapi menyuapi
Catatan:
Peluluhan ini tidak berlaku pada kata yang diawali dengan gugus
konsonan. (pr, tr, kr, kh)
Mentraktor bukan menraktor
Mengkristal bukan mengristal
Memprakarsai bukan memrakarsai
Mengkhususkan bukan mengususkan
Penyegauan kata dasar
Terjadi akibat penggunaan ragam lisan dalam ragam tulis.
Ngantuk, nabrak, ngajar, nulis, nanam, nolak, nyari, nyuap, dll.
Seharusnya mengantuk, menabrak, mengajar, menulis, menanam,
menolak, mencari, menyuap.

Penggunaan awalan ke- yang keliru


Bentuk ketawa, ketemu, ketabrak, kebawa seharusnya tertawa,
bertemu, tertabrak, terbawa.
Penggunaan awalan ke- hanya terbatas pada kata ketua, kekasih,
kehendak. Di samping itu bisa melekat pada kata bilangan seperti
kesatu, kedua, kesepuluh, dst.
Pemakaian akhiran -ir
Dalam bahasa Indonesia penggunaan akhiran -ir sangat produktif.
Dalam bahasa Indonesia padanan akhiran –ir adalah -asi dan -isasi.
Salah benar
Proklamirkan proklamasikan
Minimalisir minimalisasi
Konfrontir konfrontasi
Legalisir legalisasi
Lokalisir lokalisasi
Padanan yang tidak serasi
Dua kata yang tidak sepadan dipakai secara bersamaan.
Karena anggaran terbatas, sehingga proyek itu dibatalkan. (salah)
Karena anggaran terbatas, proyek itu dibatalkan. (benar)
Apabila tersangka tidak memenuhi panggilan, maka polisi akan melakukan upaya
paksa. (salah)
Apabila tersangka tidak memenuhi panggilan, polisi akan melakukan upaya paksa.
(benar)
Walaupun polisi sudah mengirimkan surat panggilan, tetapi ia tetap tidak hadir. (salah)
Walaupun polisi sudah mengirimkan surat panggilan, ia tetap tidak hadir. (benar)
Bentuk-bentuk lain yang tidak serasi:
Karena .......... maka
Dan lain sebagainya seharusnya dan lain-lain atau dan sebagainya
Untuk, .......... maka
Meskipun ............ tetapi
Kalau ............ maka
Ungkapan idiomatik (bentuk yang sudah padu di mana salah satu unsur
tidak bisa dipisah).
Contoh
Setelah dilakukan pemeriksaan, tersangka boleh bertemu keluarganya.
(salah)
Setelah dilakukan pemeriksaan, tersangka boleh bertemu dengan
keluarganya. (benar)
Sehubungan dengan
Berhubungan dengan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan
Terdiri atas atau terdiri dari
menemukan kesalahan bukan menemui kesalahan
menjalani hukuman bukan menjalankan hukuman
Penggunaan kata tiap-tiap dan masing-masing

Kata tiap-tiap selalu diikuti kata benda sedang kata masing-masing

tidak.

Contoh:

Tiap-tiap unit terdiri dari enam orang. (bukan masing-masing unit)

Ke enam orang itu sudah dikembalikan ke unitnya masing-masing.

Masing-masing peserta mengemukakan pendapatnya. (salah)

Mereka masing-masing mengemukakan pendapatnya. (benar)

Para peserta latihan masing-masing diberi kesempatan bertanya.

Masing-masing danton ke samping kanan pasukan. (salah)

Tiap-tiap danton ke samping (ke kanan) pasukan (benar)

Para danton ke samping atau ke kanan pasukan masing-masing. (bnr)


Kata dari dan daripada
Kata dari menunjukkan asal, sedangkan daripada berfungsi untuk
membandingkan.
Ia mendapat tugas dari atasannya.
Tas itu terbuat dari kulit.
Lebih baik melepas seribu penjahat daripada menahan satu orang yang
tidak bersalah.
Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Perhatikan
Keputusan itu diambil karena kehendak daripada masyarakat. (salah)
Keputusan itu diambil karena kehendak dari masyarakat. (benar)

Penggunaan kata pukul dan jam


Pukul menunjukkan waktu, sedangkan jam menunjukkan jangka waktu.
contoh
> Pemeriksaan itu dilakukan selama tiga jam dari jam 09.00 s.d. 11.00.
(salah)
> Pemeriksaan itu dilakukan selama tiga jam dari pukul 09.00 s.d. 11.00.
(benar)
Jam menunjukkan bendanya sinonim dengan arloji
> Jam tangan (arloji); jam dinding
Penggunaan di, ke, dan pada
Bentuk di dan ke bisa sebagai imbuhan dan sebagai kata depan.
Sebagai imbuhan di dan ke ditulis serangkai, sedangkan sebagai kata depan
ditulis terpisah.
Sebagai kata depan, di dan ke selalu menunjukkan tempat, misalnya: di
kelas, ke kantor, di sini, ke situ, di antara, dll.
Contoh imbuhan: dilihat, dipakai, diambil, ketua, kekasih, kehendak.
Kata depan ”pada” dipakai untuk menunjukkan orang, binatang, dan waktu
Contoh:
Buku itu dititipkan pada saya.
Gading tumbuh pada gajah.
Mereka tiba tepat pada siang hari.
Bagi umat Muslim, puasa wajib dilakukan pada bulan Ramadan.

Anda mungkin juga menyukai