Anda di halaman 1dari 11

MACAM-MACAM STRUKTUR JEMBATAN

JENIS JEMBATAN
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang dan lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe
struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan
teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan jalan raya (highway bridge),
2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
3) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Jembatan di atas sungai atau danau,
2) Jembatan di atas lembah,
3) Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
4) Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
5) Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam :
1) Jembatan kayu (log bridge),
2) Jembatan beton (concrete bridge),
3) Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
4) Jembatan baja (steel bridge),
5) Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1) Jembatan plat (slab bridge),
2) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3) Jembatan gelagar (girder bridge),
4) Jembatan rangka (truss bridge),
5) Jembatan pelengkung (arch bridge),
6) Jembatan gantung (suspension bridge),
7) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
8) Jembatan cantilever (cantilever bridge).
STRUKTUR JEMBATAN
1) Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan
kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
o Sandaran dan tiang sandaran,
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
2) Struktur Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang
ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb.
untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi
ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a) Pangkal jembatan (Abutment),
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall),
o Oprit, plat injak (Approach slab)
o Konsol pendek untuk jacking(Corbel),
o Tumpuan (Bearing).

b) Pilar jembatan (Pier),


o Kepala pilar (Pier Head),
o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
o Konsol pendek untuk jacking(Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
3) Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan
sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam
jenis, antara lain :
a) Fondasi telapak (spread footing)
b) Fondasi sumuran (caisson)
c) Fondasi tiang (pile foundation)
o Tiang pancang kayu (Log Pile),
o Tiang pancang baja (Steel Pile),
o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
oTiang pancang beton prategang pracetak
(Precast Prestressed Concrete Pile),
o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
o Tiang pancang komposit (Compossite Pile),

KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN


1. Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang meliputi :
1) Survei tata guna lahan,
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
7) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis yang
menyangkut beberapa hal antara lain :
1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur tanah,
geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya.
2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil survei dan
investigasi yang meliputi, antara lain :
1) Analisis data lalu-lintas.
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan yang erat hubungannya
dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu-lintas yang direncanakan.
2) Analisis data hidrologi.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan, kecepatan aliran,
dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan dibangun.
3) Analisis data tanah.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa pengujian sondir,
SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan
pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.
4) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungannya dengan
alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit).
3. Pemilihan Lokasi Jembatan
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan
yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi setempat
dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
1) Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan kebutuhan
lahan yang besar sekali.
2) Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya, dan
diusahakan mengikuti as jalan existing.
3) Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah teknis yang menyangkut
kondisi tanah dan karakter sungai yang bersangkutan, juga harus mempertimbangkan masalah
ekonomis serta keamanan bagi konstruksi dan pemakai jalan.
4. Bahan Konstruksi Jembatan
Dalam memilih jenis bahan konstruksi jembatan secara keseluruhan harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1) Biaya konstruksi,
2) Biaya perawatan,
3) Ketersediaan material,
4) Flexibilitas (konstruksi dapat dikembangkan atau dilaksanakan secara bertahap),
5) Kemudahan pelaksanaan konstruksi,
6) Kemudahan mobilisasi peralatan.
Tabel 1. berikut menyajikan rangkuman jenis konstruksi, bahan konstruksi dan bentang
maksimum jembatan standar Bina Marga yang ekonomis dalam keadaan normal yang sering
digunakan.

Tabel 1. Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan
BAHAN
JENIS
BENTANG MAX.(M)
Beton
Culvert
Slab bridge
T-Girder, I-Girder
4.00 – 6.00
6.00 – 8.00
6.00 – 25.00
Beton Prategang
PCI-Girder
Prestressed Box Girder
15.00-35.00
40.00 – 50.00
Baja
Truss bridge
60.00 – 100.00
Komposit
Compossite bridge
10.00 – 40.00

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN


Perencanaan struktur jembatan yang ekonomis dan memenuhi syarat teknis ditinjau dari segi
keamanan serta rencana penggunaannya, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diupayakan.
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal
antara lain :
1. Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
2. Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
3. Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya.
4. Pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi medan,
ketersediaan material dan sumber daya manusia yang ada.
5. Penguasaan tentang teknologi perencanaan, metode pelaksanaan, peralatan, material/ bahan
mutlak dibutuhkan dalam perencanaanjembatan.
6. Analisis Struktur yang akurat dengan metode analisis yang tepat agar diperoleh hasil
perencanaan jembatan yang optimal.
Metode perencanaan struktur jembatan yang digunakan ada dua macam, yaitu Metode
perencanaan ultimit (Load Resistant Factor Design, LRFD) dan Metode perencanaan tegangan ijin
(Allowable Stress Design, ASD). Perhitungan struktur atas jembatan umumnya dilakukan dengan
metode ultimit dengan pemilihan faktor beban ultimit sesuai peraturan yang berlaku. Metode
perencanaan tegangan ijin dengan beban kerja umumnya digunakan untuk perhitungan struktur
bawah jembatan (fondasi). Untuk tipe jembatan simple girder, perhitungan dapat dilakukan
secara manual dengan Excel. Untuk tipe jembatan yang berupa rangka, perhitungan struktur
dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite element) untuk berbagai kombinasi
pembebanan yg meliputi berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan
(beban lajur, rem, pedestrian), dan beban pengaruh lingkungan (temperatur, angin, gempa)
dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Metode analisis yang digunakan adalah analisis
linier metode matriks kekakuan langsung (direct stiffness matriks) dengan deformasi struktur
kecil dan material isotropic. Program komputer yang digunakan untuk analisis adalah SAP2000 V-
11. Dalam program tersebut berat sendiri struktur dan massa struktur dihitung secara otomatis.

Dalam blog ini diberikan beberapa contoh perhitungan struktur jembatan beton prategang mulai
dari struktur atas yang terdiri dari slab lantai jembatan dan girder prategang (prestressed
concrete girder) sampai struktur bawah yang berupa abutment dan pier tipe dinding termasuk
fondasinya. Perhitungan PCI-girder ini digunakan untuk perencanaan struktur Jembatan
Srandakan II, Kulon Progo, D.I. Yogyakarta dan Jembatan Tebing Rumbih, Kalsel. Selain itu
diberikan juga beberapa contoh perhitungan struktur atas sbb.
· Prestressed Concrete Box Girder (Gejayan Fly Over, Yogyakarta).
· Concrete I – Girder (Jembatan Ngawen, Gunung Kidul).
· Concrete T – Girder (Jembatan Brantan, Kulon Progo).
· Compossite Girder (Jembatan Bonjok, Kebumen, Jateng)
Untuk jembatan beton tipe busur (Concrete Arch Bridge) diberikan contoh perhitungan yang
meliputi :
· Jembatan Plat Lengkung (Jembatan Wanagama, D.I. Yogyakarta)
· Jembatan Rangka Lengkung (Jembatan Sarjito II, Yogyakarta).
Contoh perhitungan struktur jembatan tipe plat untuk bentang pendek meliputi :
· Underpass (Jombor Fly Over, Yogyakarta)
· Box Culvert (Jembatan Kalibayem, Yogyakarta)
Selain perhitungan Pier tipe dinding, juga diberikan contoh perhitungan Pier tipe yang lain seperti
:
· Pier Tipe Kolom Tunggal (Gejayan Fly Over, Yogyakarta)
· Pier Tipe Portal (Jembatan Boro, Purworejo, Jateng)

Contoh perhitungan tersebut dapat di-down load pada tautan berikut di bawah.
Abutment dan Pier

MANAJEMEN DAN STRATEGI PENCAPAIAN MUTU JEMBATAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan
menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
daerah yang bersangkutan, jembatan merupakan salah satu sarana prasarana transportasi yang
sangat menentukan dalam upaya menunjang kelancaran lalu lintas dan meningkatkan aktifitas
perekonomian di daerah yang mulai berkembang. Oleh pembangunan jembatan baik kualitas
maupun kuantitasnya mempunyai arti penting untuk guna menunjang tercapainya program
merupakan hal yang sangat penting jembatan.
Jembatan yang merupakan bagian dari sistem jaringan transportasi darat mempunyai peranan
yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa
yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehablillasi serta fabrikasi
konstruksi jembatan perlu diupayakan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan
jembatan dapat mencapai sasaran mutu jembatan yang direncanakan. Manajemen dan strategi
pencapaian mutu jembatan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya rekonstruksi yang
harus dilakukan apabila ada bagian yang tidak memenuhi stándar mutu yang diharapkan.
Para pemerhati Jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan, Akademisi,
Konsultan Perencana dan Pengawas, Kontraktor atau Pelaksana Fabrikasi dan Supplier turut
terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang efektif, efisien dan berdaya
guna sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan teknologi.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud kegiatan manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan adalah untuk dapat
memberikan arahan dan pedoman terhadap pembangunan prasarana transportasi yang berupa
jembatan yang memenuhi stándar mutu dan berdaya guna sehingga dapat menunjang strategi
Pembangunan Wilayah di Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Propinsi.
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan cara penanganan yang efisien dan efektif
dalam pencapaian mutu jembatan yang memenuhi stándar.
C. PENGERTIAN JEMBATAN
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui sungai,
danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi
yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-
rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Jalan ini yang
melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi dan
transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Macam
dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman
dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui rintangan,
maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya atau jalan
kereta api.
Berikut beberapa jenis jembatan :
3 Jembatan diatas sungai
1 Jembatan diatas saluran irigasi/ drainase
1 Jembatan diatas lembah
1 Jembatan diatas jalan yang ada (fly over)
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :
Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan, berfungsi
menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang, kendaraan, dll, kemudian
menyalurkan pada bangunan bawah.
Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :
1 Trotoir
1 Sandaran dan tiang sandaran
1 Peninggian trotoir (kerb)
1 Konstruksi trotoir
1 Lantai kendaraan dan perkerasan
1 Balok gelagar
1 Balok diafragma / ikatan melintang
1 Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
1 Perletakan (tumpuan)
Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk
menerima beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi,
beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah.
Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
1 Pangkal jembatan (abutment) dan pondasi
1 Pilar jembatan (pier) dan pondasi
D. KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut beberapa hal
antara lain :
Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan berkaitan
dengan ketersediaan lahan yang ada.
Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya.
1. Pemilihan Lokasi Jembatan
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan
yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi setempat
dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan kebutuhan
lahan yang besar sekali.
Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya, dan
diusahakan mengikuti as jalan existing.
2. Bahan Konstruksi Jembatan
Ditinjau dari klasifikasi bangunan penyeberangan secara umum, bahan konstruksi jembatan dapat
dikelompokkan seperti yang tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Bahan Konstruksi Jembatan
Bagian
Bahan
Jenis
Struktur atas
Beton bertulang
Slab

Girder

Beton prategang
Girder

Baja
Truss

Komposit
Girder

Suspension
Struktur bawah
Beton bertulang
Abutment
Pier
Fondasi
Beton bertulang
Footplat

Sumuran

Tiang pancang

Bore-pile

3. Pemilihan Konstruksi Atas Jembatan


Pemilihan konstruksi atas jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan konstruksi yang kuat,
aman, dan ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis konstruksi atas antara
lain :
1 Mudah pelaksanaannya
1 Biaya pelaksanaan murah
1 Pengadaan bahan relatif mudah
1 Biaya perawatan relatif rendah
1 Cukup kuat dengan biaya relatif murah
1 Bentang sungai
4. Pemilihan Konstruksi Bawah Jembatan
Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan kondisi tanah setempat dan pola
aliran sungai. Konstruksi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kekuatan, biaya, serta
kemudahan dalam pelaksanaan. Tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan fondasi
jembatan antara lain :
1 Pemeriksaan rencana tahanan lateral ultimit geser maupun tahanan tekanan pasif pada
fondasi.
1 Stabilitas terhadap geser dan guling.
1 Kapasitas daya dukung ultimit.
1 Penurunan (settlement) pada fondasi.
Kentungan Fly Over
LITERATURE
Terdapat beberapa literatur yang memuat ketentuan pembebanan dan aksi-aksi lain yang
digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan
bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan. Anda dapat men-down load literatur sebagai
berikut :
1. Standar Pembebanan Untuk Jembatan, RSNI T-02-2005,
Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, 2005
2. Standar Perencanaan Gempa Untuk Jembatan, SNI 2833-2008
3. Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, RSNI
T-03-2005, Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina
Marga, 2005
4. Standar Jembatan Bina Marga5. Spspesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5
m sampai 25 m dengan fondasi tiang pancang, SNI 2451-2008
6. Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe berlapis untuk perletakan jembatan, SNI
3967-2008

Untuk lebih memahami tentang metode perencanaan dan konstruksi gelagar beton prategang
pracetak dengan metode segmental maupun jembatan box-girder, sebaiknya anda membaca
beberapa literatur sebagai berikut :
7. Anonim, Precast Segmental Box Girder Bridges with External Prestressing, Design and
Construction 8. Anonim, Preliminary Design of Precat Prestressed Concrete Box Girder Bridges 9.
Anonim, Extended Span Rauges of Precast Prestressed Concrete Girder, National Cooperative
Highway Research Program (NCHRP), 2001
10. Anonim, Connection of Simple Span Precast Concrete Girder for Continuity, National
Cooperative Highway Research Program (NCHRP), 2001
11. Schlaich and Scheef, Concrete Box-Girder Bridges, International Association for Bridge and
Structural Engineering, 1982

Beberapa literatur yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan rigid pavement
(perkerasan beton semen) yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina
Marga, 2004, antara lain sebagai berikut :
12. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, Pd.T-14-2003
13. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),
14. Pelaksanaan Pelaksanaan Jalan Beton Semen, Pd.T-05-2004 B

Literatur tersebut dapat di- down load dalam blog ini melalui tautan sebagai berikut :
PERATURAN DAN STANDAR JEMBATAN
l RSNI T-02-2005 : Standar Pembebanan Untuk Jembatan
l RSNI T-04-2005 : Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
l RSNI T-03-2005 : Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
l BMS 92 : Bridge Management System, 1992
l Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan – Persyaratan Tahan Gempa
l Modifikasi Jembatan Bailey dengan Cara Perkuatan Cable
l VSL-Indonesia
l Panduan Pengawasan dan Pelaksanaan Jembatan
l Standar Pembebanan Untuk Jembatan Jalan Raya
l Standar Perencanaan Gempa Untuk Jembatan
l Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan
l Standar Jembatan Bina Marga
l Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Sederhana Bentang 5 m sampai 25 m dengan Fondasi
Tiang Pancang
l Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe Berlapis untuk Perletakan Jembatan
SLAB ON GRADE
l Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
l Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)
l Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
REFERENCE
l FEMA : Federal Emergency Management Agency
l Precast Segmental Box Girder Bridges With External Prestressing, Design and Construction
l Preliminary Design of Precat Prestressed Concrete Box Girder Bridges
l Comprehensive Design Example for Prestressed Concrete (PSC) Girder Superstructure Bridge,
FHWA
l LRFD Design Example for Steel Superstructure Bridge, FHWA
l Extending Span Rougs of Precast Prestressed Concrete Girder, NHCRP
l Connection of Simple Span Precast Concrete Girder for Continuity, NCHRP
l Concrete Box-Girder Bridges, IABSE
BROSUR
l Tabel Konstruksi Baja
l Precast Wall-Sheet Pile Adhi Karya
l Precast Slab Adhi Karya
l Precast Pile - 2 Adhi Karya
l Precast Pile - 1 Adhi Karya
l Precast Girder Wika
l Precast Girder Adhi Karya

Anda mungkin juga menyukai