JEMBATAN
A. LATAR BELAKANG
Maksud kegiatan manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan adalah untuk dapat
memberikan arahan dan pedoman terhadap pembangunan prasarana transportasi yang
berupa jembatan yang memenuhi standar mutu dan berdaya guna sehingga dapat
menunjang strategi Pembangunan Wilayah di Pemerintah Daerah Kabupaten maupun
Propinsi.
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan cara penanganan yang efisien dan
efektif dalam manajemen perencanaan dan pelaksanaan jembatan sehingga tercapai mutu
jembatan yang memenuhi standar dan berdaya guna sesuai dengan tuntutan zaman dan
perkembangan teknologi.
C. PENGERTIAN JEMBATAN
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang
melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini
telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai
dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara
lain :
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi
berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem,
beban pejalan kaki, dll.
a) Trotoar :
o Sandaran dan tiang sandaran,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
f) Tumpuan (Bearing).
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain
yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada
tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut
disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
o Tumpuan (Bearing).
o Tumpuan (Bearing).
3) Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam jenis, antara lain :
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang meliputi :
2) Survei lalu-lintas,
3) Survei topografi,
4) Survei hidrologi,
5) Penyelidikan tanah,
6) Penyelidikan geologi,
Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis yang
menyangkut beberapa hal antara lain :
1) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
3) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
4) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur tanah,
geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya.
2.Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil survei dan
investigasi yang meliputi, antara lain :
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan yang erat hubungannya
dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu-lintas yang direncanakan.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan, kecepatan
aliran, dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan dibangun.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa pengujian
sondir, SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah dasar hubungannya
dengan pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.
4) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungannya
dengan alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit).
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan
yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan.
2) Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya,
dan diusahakan mengikuti as jalan existing.
1) Biaya konstruksi,
2) Biaya perawatan,
3) Ketersediaan material,
Tabel 1. berikut menyajikan rangkuman jenis konstruksi, bahan konstruksi dan bentang
maksimum jembatan standar Bina Marga yang ekonomis dalam keadaan normal yang
sering digunakan.
Tabel 1. Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan
Contoh jembatan non-standar yang telah dibangun di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 2.
Kalteng
Jembatan Rempang, Cocrete Arch Bridge 245.00
Galang Batam
Jembatan Mahakam 2 Suspension Bridge 270.00
Kaltim
Jembatan Batam, Tonton Cable Stayed Bridge 350.00
Batam
Untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan dan jenis
konstruksi jembatan yang akan dibangun di suatu daerah, perlu dilakukan evaluasi dengan
memberi penilaian pada masing-masing bahan dan jenis konstruksi jembatan tersebut
seperti contoh yang disajikan pada Tabel 2.
Keterangan nilai :
4 = sangat menguntungkan,
3 = menguntungkan,
2 = cukup menguntungkan,
1 = kurang menguntungkan.