KONSTRUKSI
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA
BAJA
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMASANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA
Pengertian
Umum
Macamnya
Macam
Metode
Pemasangan Kriteria
Pekerjaan
Persiapan
Urutan
Pekerjaan
Pengertian
Jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian
batang batang baja yang di hubungkan satu dengan yang lainnya.
Beban/muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan
kepada batang-batang baja struktur tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan tarik,
melalui titik titik pertemuan batang(titik buhul). Gaya-gaya eksentritas yang
dapat menimbulkan momen sekunder selalu diusahakan untuk dihindari.
Dengan demikian ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada konstruksi rangka
baja :
A. Mutu dan dimensi tiap-tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul
B. Kekuatan plat penyambung harus lebih besar dari pada batang yang
disambung
C. Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya, maka garis netral tiap
batang yang bertemu harus berpotongan melalui satu titik
Macam jembatan Rangka Baja :
Ada berbagai macam jembatan rangka baja ditinjau dari negara pembuatnya,
yaitu :
1. Jembatan rangka Belanda
2. Jembatan rangka Australia
3. Jembatan rangka Jepang
4. Jembatan rangka inggris
Macam Metode
Ada 4 (empat) metode yang dapat digunakan untuk pekerjaan
pemasangan/penyetelan perangkat jembatan rangka baja yaitu :
1. Pemasangan dengan cara memakai perancah.
2. Pemasangan dengan cara cantilever (pemasangan konsol sepotong demi
sepotong.
3. Pemasangan dengan cara peluncuran.
a. Bentang tunggal.
b. Bentang lebih dari satu.
4. Kombinasi dari ketiga cara di atas.
1. SISTEM PERANCAH/FALSWORK
Keuntungan sistem perancah adalah :
• Minimnya alat angkat berat (service crane atau gantry) yang diperlukan, mengingat pengecoran
yang dilakukan adalah ditempat
• Lebih minimnya biaya erection akibat tidak terlibatnya alat angkat berat, khususnya bila tipe ini
telah dimiliki (heavy duty shoring)
• Produktivitas yang relatif rendah, karena pekerjaan cor ditempat menuntut waktu yang lebih
lama untuk proses persiapan (formwork dan peracah) dan proses setting beton.
• Menurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk dudukan perancah kurang
baik maka akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus (luasan telapak yang lebar atau
penggunaan pondasi dalam).
Kerugianya adalah :
• Produktivitas yang relatif rendah, karena pekerjaan cor ditempat menuntut waktu yang lebih lama untuk
proses persiapan (formwork dan peracah) dan proses setting beton.
• Menurut tipe tanah yang harus baik, dan bila tanah yang ada untuk dudukan perancah kurang baik maka
akan berakibat perlunya struktur pondasi khusus (luasan telapak yang lebar atau penggunaan pondasi
dalam).
E. Jembatan pembantu harus lebih berat dari jembatan yang akan dipasang,
dimana moment pemberat harus lebih besar dari 1,25 kali moment yang
dipasang. Bila jembatan pembatu kurang cukup beratnya, maka dapat diberikan
tambahan pemberat.
A B C D
Keterangan :
A : Berat beban Tambahan C : Berat jembatan utama
B : Berat Jembatan pembantu D : Beban titik (alat&orang)
F. Jembatan pembantu dipasang lebih dulu dengan cara seperti sistim perancah (karena
diatas tanah). Kalau beda elevasi dengan muka tanah asli hanya sedikit, maka cukup
menggunakan ganjal-ganjal saja. Elevasi jembatan pembantu ini juga tergantung pada
elevasi ganjal yang diperlukan jembatan pokoknya. Pada sistem ini, ujung cantiliver
akan mengalami penurunan akibat berat sendiri.
Oleh karena itu diperlukan ganjal pada perletakan dengan ketinggian tertentu, agar
elevasi ujung cantiliver masih berada diatas elevasi abutment.
G. Setelah jembatan pembantu selesai dipasang sesuai dengan elevasi dan
As yang ditentukan, maka selanjutnya dipasang struktur penyambung
(linking steel) pada ujungnya untuk disambungkan dengan jembatan
pokoknya. Pada tahap ini ganjal jembatan pembantu dibagian tengah
(kecuali dibagian kedua ujungnya) dapat dilepas, agar seluruh berat
jembatan pembantu berfungsi sepenuhnya sebagai penyeimbang
Linking steel
H. Untuk keamanan, agar ditambahkan beban(counter weight) pada trave
ujung, baru kemudian disusul dengan pemasangan rangka jembatan
sepotong demi sepotong secara cantilever.
I. Transport batang-batang rangka jembatan secara horizontal dilayani
dengan lori, dan secara vertical dilayani berbagai alat crane, antara lain
jeep Crane, atau dengan alat angkat yang dapat melalui batang atas.
J. Setelah jembatan terletak dengan baik di kedua abutmentnya, maka
jembatan pembantu dan struktur penyambung (linking steel) dapat
segera dibongkar
K. Kegiatan lainya, seperti menurunkan jembatan, melepas ganjal
pengencangan baut dan pengecoran lantai, dapat dilakukan dengan cara
yang sama pada uraian sistim perancah didepan.
2. Sistem cantiliver dua arah
Sistem cantiliver dapat dilakukan dari dua arah abutment sekaligus secara
bersamaan, dan ketemu dibagian tengah bentang jembatan. Untuk jembatan
yang besar atau yang panjang sekali, biasanya dilakukan sistem cantiliver dari
dua arah. Hal ini punya alasan, bahwa sistem tersebut dapat mengurangi
momen cantilever yang timbul. Sekaligus untuk juga dapat mengurangi
ukuran dan berat jembatan pengimbang hanya akan menahan separuh berat
jembatan utamanya.
Untuk sistem cantiliver dua arah ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
A. Jarak perletakan dikedua abutment, harus mempunyai ketelitian yang
tinggi (akurat),yaitu sesuai dengan panjang bentang jembatan terpasang.
Hal ini untuk menghilangkan resiko bahwa kedua ujung jembatan tidak
dapat dipertemukan. Karena terlalu panjang atau terlalu pendek, diluar
toleransi yang ada.
B. As (axis) dari masing-masing jembatan dikedua ujung abutment, harrus
sama. Dan hal ini selalu dikontrol setiap jembatan maju satu segmen
(trave), agar dapat menghindari resiko terjadinya penyimpangan axis,
yang diluar toleransi.
C. Elevasi ganjal pada masing-masing abutment harus sudah
mempertimbangkan terhadap terjadinya defleksi pada ujung trave.
Untuk ini, disarankan agar jembatan bertemu tepat pada tengah
bentang, ini berarti bahwa moment cantilever yang terjadi dikedua ujung
sama, sehingga diharapkan akan mempunyai defleksi yang sama pula.
Dengan demikian akan mempermudah pertemuan kedua ujung trave
jembatan, karena elevasi yang sama.
3. Sistem Launching (Peluncuran)
Sistem ini disebut peluncuran, karena jembatan dirangkai secara keseluruhan diluar/didarat, baru
kemudian dalam keadaan lengkap diluncurkan ke tempat kedudukan semestinya. Sistem
peluncuran ini hanya dapat dilakukan untuk jembatan yang memiiliki ketinggian yang sama (tinggi
jembatan tetap).
Alat utama yang digunakan adalah : rel, balok peluncur dan roller.
Urutan kerjanya dapat diselesaikan sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan dilakukan seperti yang diuraikan sebelumnya.
2. Pilih salah satu sisi jalan masuk ke jembatan (oprit) yang menguntungkan untuk proses
peluncuran jembatan, atau daerah yang memungkinkan untuk penyetelan jembatan sebelum
peluncuran.
3. Daerah jalan masuk yang dipilih dibersihkan, diratakan dan dipadatkan seperlunya, terutama
pada jalur tempat jembatan yang akan dipasang didarat. Panjang daerah yang dipersiapkan,
disesuaikan dengan panjang jembatan pokok ditambah panjang jembatan pembantu.
4. Dipasang tanda-tanda As jembatan seperti yang diuraikan sebelumnya
didepan.
5. Tetapkan elevasi balok peluncur pada abutment tempat memulai peluncuran
dengan perhitungan agar ujung jembatan yang diluncurkan tetap berada
diatas elevasi abutment diseberangnya.
6. Dengan memperhatikan elevasi ganjal pada abutment tersebut dipasang :
a. Balok peluncur dengan panjang melebihi satu trave jembatan dan memiliki
kemampuan menahan momen dan gaya geser yang terjadi selama
peluncuran.
b. Rel untuk landasan roller yang berada diujung belakang jembantu pembantu,
dengan panjang sesuai kebutuhan untuk mengatur ujung jembatan duduk
tepat pada abutmentnya. Rel ini harus cukup kuat menahan beban dan gaya
geser yang terjadi pada saat peluncuran tanpa mengalami perubahan.
7. Setelah rel dan balok peluncur terpasang dengan baik, maka jembatan,
linking steel dan jembatan pembantu dipasang didarat, diatas rel dan balok
peluncur dengan menggunakan ganjal seperti penyetelan pada sistem
perancah.
4. RUBBER BEARING
Pemasangan rubber bearing dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut :
1. Jembatan diletakan di atas perletakan sementara (ganjal) sebelum di dongkrak
2. Dongkrak/jack dipasang dibawah ujung kiri & kanan gelagar melintang di atas
abutment/pier
3. Dongkrak dinaikan sehingga jembatan terangkat setinggi yang diperlukan,
kemudian balok perletakan sementara bagian atas diambil, dan dipasang
balok/pengaman pada gelagar melintang.
4. Letakan rubber bearing pada posisinya dengan didasari triplex untuk mencegah
kerusakan pada saat pengepresan, kemudian sisi atas rubber bearing diolesi
lem
5. Dongkrak dinaikan sedikit, kemudian diambil sebagian ganjal pengaman, dan
dongkrak diturunkan lagi sampai perletakan jembatan bertumpu pada rubber
bearing
6. Rubber bearing dibebani jembatan selama 15 s/d 20 menit, sampai lem betul-
betul rekat
7. Jembatan di dongkrak naik, balok pengaman ditambah tingginya, balok pada
perletakan diambil seluruhnya, dan permukaan perletakan dibersihkan
8. Perletakan dengan ruber bearing yang melekat dibiarkan menggantung
menunggu pemasangan mortar dibawah rubber bearing
9. Dipasang mortar pada posisinya dengan ketebalan 50 mm
10. Jembatan di dongkrak naik, ganjal pengaman diambil dan kemudian
jembatan diturunkan lagi pelan-pelan
11. Jembatan diturunkan terus sehigga menekan mortar yang masih basah
12. Ganjal pengaman dipasang lagi dengan konstruksi baji/pasak untuk
memudahkan melepaskanya, kemudian dongkrak diambil
13. Mortar yang berlebihan disekeliling rubber bearing dibersihkan/dibuang
dan difinish dengan rapi. Setelah tiga hari,ganjal pengaman dapat diambil
dengan cara melepas bagi.