Disusun Oleh :
1. Rivando Marc Rumagit ( 13011013 )
2. Almendras Pareda
( 13011028 )
3. Kristuper O. Mangaleda ( 13011023 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok 2 panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa , karena berkat
dan cinta kasih-Nya sehingga makalaH dengan judul jembatan rangka baja dan
jembatan prategang bisa selesai dengan baik. Kami berterima kasih kepada dosen
mener Josep A. J. Sumajow S.T, M.T , teman-teman angkatan 2013 kelas D3 JJ yang
boleh membimbing dan bersama-sama dengan kami sehingga tugas jembatan
rangka baja dan jembatan prategang bisa selesai dengan baik.
Harapan kami semoga apa yang dapat kami berikan ini mendapat tanggapan yang
baik dari saudara/saudari dan kami sangat berharap kritikan / saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih lagi sempurnah dan baik.
Penulis
Kelompok 2.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
..
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
.....
1.1DASAR
TEORI
.
BAB II
PEMBAHASAN
......
1.1PENGERTIAN
UMUM.
..
1.2PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA..
....
1.3PENYAMBUNGAN BATANG
RANGKA.
..
1.4PERAKITAN DENGAN
PERANCAH...
.
1.5METODE KANTILEVER PADA JEMBATAN BENTANG
JEMAK..
1.6JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA
PERKERASAN.
BAB III PENGERTIAN JEMBATAN
PRATEGANG.
3.1. TINJAUAN UMUM..
BAB I PENDAHULUAN
1.1
DASAR TEORI.
BAB II PEMBAHASAN
PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA
1.1
Umum
sangat tergantung pada situasi dan kondisi lokasi yang akan dibangun.
Komponen jembatan rangka baja dirancang menggunakan baut yang di
galvanis. Komponen tersebut dikirim bersama alat perakitan dan buku panduan
atau manual book.
Beberapa faktor penting yang mendasari pemilihan sistem perakitan adalah
pertimbangan mengenai kemudahan pelaksanaan, kecepatan, biaya dan keamanan
konstruksi
selama
perakitan,
ilustrasi
umum
masing-masing
metode
dapat
a. Perakitan dengan perancah biasa dilaksanakan pada sungai yang tidak begitu
dalam dengan tepi sungai yang landai sehingga
memungkinkan dipasang
d.
kesulitan tambahan, oleh karena itu dalam buku ini tidak dibahas metode
peluncuran (di Indonesia jarang dipakai).
1.3.
Sistem
dengan pelat buhul ( gusset). Pelat buhul direncanakan dengan analisa sesuai
standard perencanaan yang berlaku sehingga didapat ketebalan tertentu
(minimal tebal pelat sama dengan 15 mm).
Pemasangan baut pada pelat sayap atau isi pelat dan batang-batang diagonal
bentang rangka harus dimasukan dari sebelah dalam dimana kepala baut
berada dibagian dalam gambar berikut dibawah ini :
Contoh
Gambar
metode
kantilever
b. Urutan Perakitan
Setelah semua perancah selesai dibuat dan berdiri pada posisi yang tepat,
maka perakitan dapat dimulai. Perakitan dimulai dengan terlebih dahulu
memilih semua komponen yang akan dirakit terlebih dahulu dan harus
sesuai dengan gambar erection jembatan.
Adapun urutan perakitannya adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Letakkan semua gelagar melintang (cross girder) di atas perancah
termasuk kedua gelagar ujung melintang dengan ketinggian yang sesuai
(termasuk besarnya lawan lendut), garis sumbu dan lokasi (koordinat) dan
jaga posisinya (bisa dengan diikat)
Langka 2.
Pasang semua batang datar bawah (bottom chord) dihubungkan ke ujung
pelat gelagar melintang dan pelat penghubung.
Langkah 3
Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah tersambung, periksa
kembali posisi dan elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai
gambar atau belum komponennya seperti Gambar 7.6.
Langkah 4
Pasang dan baut profil baja penopang (stringer) pada setiap bentang,
kemudian lantai profil baja pada tahapan ini dapat juga dipasang dengan
seluruh bagiannya dibaut.
Langkah 5.
Perakitan dapat dilanjutkan dengan pemasangan batang diagonal ujung
terlebih dahulu, untuk kemudian diteruskan diagonal berikutnya (diagonal
dalam).
Langkah 6.
Pasang batang datar atas ujung (top chord ujung) bersama dengan pelat
buhul dalam.
Langkah 7
Setelah tahap awal perakitan segitiga komponen dan batang datar atas
ujung ini selesai, maka untuk selanjutnya rakit sisa batang diagonal dalam,
sepasang-sepasang berbentuk V terbalik (^) , bautkan bagian tersebut
diantara pelat buhul batang atas, bautkan bagian bawahnya pada pelat
ujung gelagar melintang dan lanjutkan dengan pemasangan batang datar
atas berikutnya.
Langkah 8.
Pada langkah ke 7 di atas, pasang pula batang ikatan angin atas/bracing
atas
dan
bautkan
pada
tempatnya
sehingga
rangka
batang
akan
Periksa kembali seluruh bagian bentang untuk lawan lendut, kelurusan dan
ketepatannya.
Langkah 11.
Pasangkan dan kencangkan semua baut yang tersisa. Hal ini bisa dikerjakan
selama berlangsungnya proses pemasangan.
Lawan Lendut (Camber)
Rangka baja telah dibuat sedemikian rupa, sehingga setelah jembatan dirakit
maka lawan lendut arah memanjang yang dibutuhkan akan terbentuk secara
otomatis (setelah baut-baut terpasang secara sentris pada lubang-lubang yang
tersedia). Walaupun demikian pada saat perakitan perlu dibantu dengan kayukayu pengganjal agar tujuan pembentukan lawan lendut mudah tercapai.
Bila rangka jembatan akan dirakit di darat atau di atas perancah, sebaiknya
untuk setiap grup baut cukup hanya dipasang dengan 3 atau 4 baut saja dan
baut-baut ini tidak perlu dikencangkan. Setelah perakitan berlangsung dengan
baik, selanjutnya dapat dibentuk kelompok-kelompok pekerja yang bertugas
untuk memasang baut-baut yang tersisa serta mengencangkannya. Hal ini akan
mempercepat penyelesaian keseluruhan perakitan.
Sedangkan bila digunakan metode pemasangan
komponen, maka setiap titik sambungan harus dibaut dengan lengkap dan
dikencangkan sepenuhnya segera setelah semua batang-batang pada tiap
sambungan terpasang dan sebelum dilakukan pemasangan panel berikutnya.
Baja Penopang (Stringer) dan Panel Lantai Baja
Baja penopang (Stringer) pelat lantai profil dihubungkan ke gelagar melintang
dengan and plate stringer yang dibaut dengan gelagar melintang. Perlu
diperhatikan adalah jarak yang tepat agar lubang pada lantai profil baja cocok
dengan
lubang
pada
bagian
sayap
baja
penopang
tersebut.
Sebelum
yang
harus
dipasang
setelah
perakitan
selesai
meliputi
pemasangan pipa sandaran, penahan gerak latera dan peredam dan baja
penopang serta pelat lantai baja.
Pemasangan
Jembatan
Rangka
Baja
Dengan
Sistem
Kantilever
penghubung.
Tempat Perakitan
Panjang
bagian
belakang
abutment yang
dibutuhkan
untuk
memasang
sedang
dirakit
melalui
rangka
penghubung/linking
steel.
Bentang
Perakitan
Urutan Perakitan
Sistem perakitan ini telah direncanakn dengan langkah-langkah yang mudah
dan dimulai dengan perakitan bentang pemberat di atas tanah pada area oprit
hingga selesai.
Adapun urutan-urutan perakitan adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Sebagai dasar perakitan statis awal adalah pembuatan satu rangkaian bentuk
frame segitiga awal/pertama tepat setelah susunan rangka penghubung,
tentunya dapat dimulai dengan pemasangan batang diagonal (2) pada
sambungan/join J1 dimana pelat sambungnya sudah terpasang lebih dahulu.
Setelah kelengkapan sambungan sudah terpasang semua pada J1, maka baut
dapat segera dimasukan dan diputar dalam kondisi sementara sehingga batang
diagonal (2) masih mudah diatur posisinya untuk menunggu dipasangnya
batang datar bawah (3) yang dipasangkan dan dibautkan pada J2 lebih dahulu.
Sambung dan pasang baut batang (2) dan (3) pada sambungan J3 dengan
dilengkapi keperluan plat sambung dan kelengkapannya (missal jika diperlukan
plat sisipan dan lain-lain). Setelah terbentuk frame segitiga pada posisi yang
benar maka lengkapi semua baut pada tiap-tiap sambungan dan dapat
dikencangkan sepenuhnya sehingga terbentuklah segitiga awal (segitiga, J1 J2
J3) sebagai segitiga pijakan awal untuk perakitan selanjutnya. Pembentukan
segitiga ini harus dua sisi bersama-sama agar setelah disusul dengan
pemasangan girder melintang dari J3 akan membentuk kantilever sebagai
pegangan untuk perakitan komponen demi komponen berikutnya. Pasang
pengikat sementara batang bawah dan
dimana
Langkah 2.
Pasang batang datar tepi atas pada pelat-pelat buhul dan pelat penyambung
bagian bawah pada titik sambungan/join J1 yang telah selesai sebelumnya.
Sisipkan pelat penyambung atas dan pelat pengisi bagian dalam (jika
diperlukan). Setelah join J1 terpasang, pelat penyambung badan dan pengisi
badan dan dalam keadaan pembautan penuh (baut dikencangkan sepenuhpenuhnya).
Langkah 3.
Rakit dan pasang dua batang diagonal (2) berikut pelat penyambung buhul
termasuk pelat penyambung batang diagonal yang sudah ditandai bersamasama sehingga membentuk rakitan ^ (V terbalik). Angkat dalam keadaan tegak
dan sisipkan ujung bawahnya (dari bentuk ^) diantara pelat buhul batang
bawah
pada
sambungan
J3.
Sisipkan
pelat
pengisi
sanyap
dan
pelat
penyambung ke bagian bawah jalur diagonal, lalu dikunci dengan kunci pas
ujung lancip dan sisipkan agar pelat buhul atas bisa pas dengan batang atas (1)
pada sambungan J4. Pasang pelat penyambung sayap bawah dan bagian dalam
dan bagian luar pelat pengisi pada J3 dan pasang bagian baut-baut pada J4 dan
J5 (yaitu setengah ke bawah).
Langkah 4.
Pasang batang datar tepi bawah (3), masukan diantara pelat buhul pada bagian
pertemuan J3 yang telah selesai sebagian. Pasang pelat pengisi jika dijelaskan
pada Gambar Erection Jembatan dan pelat penyambung atas selesai (J4) setelah
pemasangan pelat penghubung badan bagian atas dan pelat penyambung
badan yang ada dan baut seluruhnya pada pertemuan J4.
Pada ujung depan dari batang datar bawah, pasang pelat buhul luar dan pelat
penyambung bawah secara bersamaan dengan pengisi yang ditentukan,
bautkan pada batang datar bawah dan batang diagonal pada sambungan/join
(J5).
Langkah 5.
Pasang ikatan angin batang atas dan hubungksn pada pertemuan di J1 dan J4
saling menyilang.
Jalan kerja dari kayu dapat dipasang pada gelagar melintang batang atas (5)
dan rangka pengangkat dipindahkan satu panel berikutnya dipasang dan diikat
kembali.
Langkah 6.
Ulangi langkah ke (1). Pasangkan batang penghubung atas berikutnya seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya dan selesaikan titik hubung J3.
Langkah 7.
Ulangi langkah ke (2) dan lanjutkan tahapan perakitan seperti sebelumnya.
Penting sekali bahwa seluruh baut harus dikencangkan penuh setelah semua
komponen pada suatu titik pertemuan terpasang.
Pengikat Sementara Pada Bagian Bawah.
Pasa saat pemasangan kantilever, pengikat silang sementara harus dipasang
pada bagian bawah batang di setiap ujung batang yang disesuaikan jalurnya,
pengikat silang sementara ini dibutuhkan untuk mengurangi lendutan lateral
pada kantilever akibat beban angin dan untuk mengikat batang bagian bawah
(dalam tekanan) untuk mengimbangi pengait.
Pengikat ini harus dilepas setelah konstruksi selesai dan bentang telah
menopang keempat sudutnya. Penopang tidak dapat dipasang sebelum
pengikat sementara dilepas.
Pengangkutan dan Pengangkatan
Pengangkatan
dan
pengangkutan
komponen-komponen
dari
tempat
proses pemasangan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam sarana
atau metode tergantung dari keadaan lokasi. Metode-metode yang digunakan
bisa berbagai alternatif antara lain :
Menggeser komponen di atas alas kayu melalui bagian konstruksi baja yang
sudah
selesai.
Disarankan
untuk
mencengah
kerusakan
komponen,
Ketinggian relatif dari ketiga pilar atau abutment pada alur jembatan.
Tidak dimungkinkan untuk menentukan tinggi rata-rata untuk setiap kombinasi
bentang karena level pilar dan abutment relatif bervariasi disetiap lokasi dan
ditentukan kemudian dengan alinyemen vertical jalan yang dibutuhkan
1.5. Metode Kantilever Pada Jembatan Bentang Jamak
Pada perakitan jembatan bentang jamak/multy span sebaiknya bentang kedua
digunakan sebagai bentang pemberat untuk pemasangan bentang pertama.
Setelah bentang pertama terpasang pada tempatnya, ganjal dengan balok-balok
kayu langsung di atas posisi yang tepat, rangka penghubung dilepaskan dan
dipindahkan ke bagian depan bentang pertama di sebelah depan pilar dan bentang
pemberat (bentang kedua) dilepas. Kemudian bentang kedua dipasang kembali
pada tempat yang benar sekali lagi dengan menggunakan rangka penghubung dan
dipasang dengan system kentilever
pemberat
Jika ada bentang ketiga, maka bentang ini dapat dipakai sebagai pemberat yang
dipasang pada ujung belakang bentang pertama. Jika tidak, harus dugunakan bahan
pemberat jenis yang lain.
Bila bentang digunakan sebagai pemberat untuk bentang berikutnya telah selesai
dipasang dan telah dilepaskan dari bentang pemberatnya, maka sebelum dipasang
perletakan sementara, ujung depannya harus didongkrak naik/turun seperlunya
untuk mendapatkan elevasi yang sama dengan ujung belakang. Elevasi ini 1.30
m di atas posisi akhir untuk memungkinkan adanya lendutan pada ujung kantilever.
Batang bawah rangka penghubung telah dibuat sedemikian rupa sehingga posisi
ujung-ujung rangka otomatis tepat pada jarak yang ada ditentukan pada pilar
sehingga setelah jembatan selesai tidak diperlukan lagi penyesuaian arah
memanjang.
BAB III
PENGERTIAN JEMBATAN PRATEGANG
3.1. Tinjauan Umum
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melelui rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain
(jalan air atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984)
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama
tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani
arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan
sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis
dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek
estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007)
3.2. Bagian-bagian Struktur Jembatan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
Keterangan gambar :
H = tinggi tiang lampu
jalan
L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada
e = jarak interval antar tiang lampu
s1+s2 = proyeksi kerucut cahaya lampu
s1 = jarak tiang lampu ke tepi perkerasan
s2 = jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh,
i = sudut inklinasi pencahayaan/penerangan
6. Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan
pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang
lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan
memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari
manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari
arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar
terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.
3. Jembatan lengkung (arch bridge)
Jembatan lengkung adalah suatu tipe jembatan yang menggunakan prinsip
kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di transformasikan
ke bagian akhir lengkung atau
abutment. Sebagaimana dapat dilihat pada
gamabar 2.34. Jembatan Lengkung dapat dibagi menjadi 11 macam yaitu :
Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja
maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil
maupun bentang yang besar. Jembatan lengkung tipe
closed spandrel deckarch
biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa
disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat
digunakan untuk bentang sampai 500 m.
1. Jembatan lengkung - batu (stone arch bridge)
Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, telah ditemukan pada masa
Babylonia. Pada perkembangannya jembatan jenis ini semakin banyak
ditinggalkan, jadi saat ini hanya berupa sejarah.
Gambar 2.40. Jembatan Pelengkung Dari Batu (Stone Arch Bbridge) Di Minneapolis
BAB IV
ANALISIS PEMILIHAN
ALTERNATIF JEMBATAN
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun
berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan
kebutuhan kondisi setempat. Konstruksi jembatan terdiri dari beberapa tipe,
terutama bangunan/struktur bagian atasnya, sehingga perencana harus dapat
menerapkan salah satu tipe jembatan yang paling sesuai dengan keadaan topografi
lokasinya .
Dalam merencanakan suatu jembatan perlu masukan dari berbagai disiplin
ilmu, agar dapat memperkecil kemungkinan kegagalan dalam perencanaan
maupun pelaksanaan sehingga jembatan yang dirancang harus cukup stabil
,nyaman, ekonomis serta mempunyai nilai estetika. Untuk mendapatkan suatu tipe
jembatan yang sesuai dengan kriteria di atas maka diperlukan beberapa alternatif
tipe jembatan yang ada.
4.1 Pemilihan Tipe Konstruksi Jembatan
4.2. Pemilihan Tipe Konstruksi Bangunan Atas
Dalam merencanakan bangunan atas jembatan dengan bentang 60 meter
ada beberapa tipe konstruksi yang dapat digunakan sebagai alternatif pilihan
sesuai dari tinjauan masing masing aspek, seperti yang disajikan dalam tabel
berikut:
Dalam merencanakan bangunan atas jembatan ada beberapa tipe
konstruksi yang perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan pada Jembatan Kali
Tuntang sesuai dengan bentangnya. Beberapa alternatif tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Alternatif I : Konstruksi Jembatan Gantung
2. Alternatif II : Konstruksi Beton Prategang
3. Alternatif III : Konstruksi Rangka Baja
4.3.
Pelat Jembatan
L.1 Jembatan Prategang
Diafragma
LAMPIRAN 3
Tulangan Spalling, Splitting, dan Bursting
LAMPIRAN 4
Tulangan Utama dan Tulangan Geser Girder
LAMPIRAN 5
Tulangan Utama dan Tulangan Geser Diafragma
LAMPIRAN 6
Detail Potongan a a
LAMPIRAN 7
Detail Potongan A A, Potongan B B, dan Potongan C C
LAMPIRAN 8
Detail Potongan D D, Potongan E E, dan Potongan F F
LAMPIRAN 9
Spesifikasi Strassing Anchorage VSL Type EC
Stressing Anchorage VSL Type EC
BAB V
PENUTUP