Anda di halaman 1dari 6

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Struktur Jembatan Rangka Baja Standar

Panjang 80 M – Dalam pemasangan struktur jembatan rangka baja, metode yang kami
sampaikan adalah Metode Perakitan dengan Perancah dan Metode Sistem Kantilever
Komponen per Komponen yang dapat diterapkan secara bersamaan saling melengkapi
maupun secara sendiri-sendiri tergantung dikondisi lapangan (cuaca, aliran air sungai, maupun
pasang surut muka air sungai) dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

I. Perakitan Dengan Perancah


a. Umum
Sistem perakitan dengan perancah ini juga dipakai sebagian pada sistem semi
kantilever yaitu pada bagian sungai yang landai saja biasanya masih berupa daratan,
sedang pada area pelayaran yang dalam dilanjutkan dengan metode
b. Urutan Perakitan
Setelah semua perancah selesai dibuat dan berdiri pada posisi yang tepat, maka
perakitan dapat dimulai. Perakitan dimulai dengan terlebih dahulu memilih semua
komponen yang akan dirakit terlebih dahulu dan harus sesuai dengan gambar erection
jembatan.
Adapun urutan perakitannya adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Letakkan semua gelagar melintang (cross girder) di atas perancah termasuk kedua
gelagar ujung melintang dengan ketinggian yang sesuai (termasuk besarnya lawan
lendut), garis sumbu dan lokasi (koordinat) dan jaga posisinya (bisa dengan diikat)
Langka 2.
Pasang semua batang datar bawah (bottom chord) dihubungkan ke ujung pelat gelagar
melintang dan pelat penghubung.
Langkah 3
Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah tersambung, periksa kembali posisi
dan elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai gambar atau belum
komponennya.
Langkah 4
Pasang dan baut profil baja penopang (stringer) pada setiap bentang, kemudian lantai
profil baja pada tahapan ini dapat juga dipasang dengan seluruh bagiannya dibaut.
Langkah 5.
Perakitan dapat dilanjutkan dengan pemasangan batang diagonal ujung terlebih dahulu,
untuk kemudian diteruskan diagonal berikutnya (diagonal dalam).
Langkah 6.
Pasang batang datar atas ujung (top chord ujung) bersama dengan pelat buhul dalam.
Langkah 7
Setelah tahap awal perakitan segitiga komponen dan batang datar atas ujung ini
selesai, maka untuk selanjutnya rakit sisa batang diagonal dalam, sepasang-sepasang
berbentuk V terbalik (^), bautkan bagian tersebut diantara pelat buhul batang atas,
bautkan bagian bawahnya pada pelat ujung gelagar melintang dan lanjutkan dengan
pemasangan batang datar atas berikutnya.
Langkah 8.
Pada langkah ke 7 di atas, pasang pula batang ikatan angin atas/bracing atas dan
bautkan pada tempatnya sehingga rangka batang akan membentuk frame yang kaku.
Langkah 9.
Selanjutnya perakitan dapat dilakukan dengan cara yang sama hingga lengkap
membentuk satu rangkaian bentang rangka batang dari ujung perletakan yang satu ke
ujung perletakan yang satunya.
Langkah 10.
Periksa kembali seluruh bagian bentang untuk lawan lendut, kelurusan dan
ketepatannya.
Langkah 11.
Pasangkan dan kencangkan semua baut yang tersisa. Hal ini bisa dikerjakan selama
berlangsungnya proses pemasangan.
c. Lawan Lendut (Camber)
Rangka baja telah dibuat sedemikian rupa, sehingga setelah jembatan dirakit maka
lawan lendut arah memanjang yang dibutuhkan akan terbentuk secara otomatis
(setelah baut-baut terpasang secara sentris pada lubang-lubang yang tersedia).
Walaupun demikian pada saat perakitan perlu dibantu dengan kayu-kayu pengganjal
agar tujuan pembentukan lawan lendut mudah tercapai.
Bila rangka jembatan akan dirakit di darat atau di atas perancah, sebaiknya untuk
setiap grup baut cukup hanya dipasang dengan 3 atau 4 baut saja dan baut-baut ini
tidak perlu dikencangkan. Setelah perakitan berlangsung dengan baik, selanjutnya
dapat dibentuk kelompok-kelompok pekerja yang bertugas untuk memasang baut-baut
yang tersisa serta mengencangkannya. Hal ini akan mempercepat penyelesaian
keseluruhan perakitan.
Sedangkan bila digunakan metode pemasangan kantilever komponen per komponen,
maka setiap titik sambungan harus dibaut dengan lengkap dan dikencangkan
sepenuhnya segera setelah semua batang-batang pada tiap sambungan terpasang dan
sebelum dilakukan pemasangan panel berikutnya.
d. Baja Penopang (Stringer) dan Panel Lantai Baja
Baja penopang (Stringer) pelat lantai profil dihubungkan ke gelagar melintang dengan
and plate stringer yang dibaut dengan gelagar melintang. Perlu diperhatikan adalah
jarak yang tepat agar lubang pada lantai profil baja cocok dengan lubang pada bagian
sayap baja penopang tersebut. Sebelum pengencangan akhir dari sambungan-
sambungan baja penopang, panel pelat lantai baja dapat digunakan untuk memeriksa
jarak yang sesuai antara masing-masing baja penopang.
Khusus pada metode pemasangan kantilever balok penopang dan lantai profil baja
belum boleh dipasang sebelum prosedur tersebut selesai dan setiap bentang yang
menumpu pada keempat sudutnya. Selama pemasangan kantilever, pengikat
sementara batang datar diletakkan pada bagian ujung rangka untuk pengaturan rangka
penghubung. Balok penopang tidak akan cocok sementara tidak ada pengikat yang
menempel.
 
e. Bagian Yang Harus Dipasang Setelah Perakitan Selesai.
Bagian-bagian yang harus dipasang setelah perakitan selesai meliputi pemasangan
pipa sandaran, penahan gerak latera dan peredam dan baja penopang serta pelat lantai
baja.
II. Pemasangan Jembatan Rangka Baja Dengan Sistem Kantilever Komponen Per
Komponen.
a. Umum
Perakitan dengan sistem kantilever adalah suatu sistem perakitan jembatan rangka
baja yang dilakukan tanpa alat penyangga/perancah tetapi merupakan sistem
pemasangan komponen per komponen yang dipasang setempat secara bertahap mulai
dari abutment atau pilar hingga posisi akhir (abutment atau pilar berikutnya) dengan
cara penambahan dan pemasangan masing-masing komponen pada sebagian bentang
yang telah dipasang sebelumnya, hingga membentuk kantilever yang bergerak segmen
demi segmen menuju ke perletakan jembatan berikutnya.
Pemasangan sistem kantilever ini bersifat statis dan membutuhkan bentang pemberat
dan rangka penghubung.
b. Tempat Perakitan
Panjang bagian belakang abutment yang dibutuhkan untuk memasang konstruksi baja
adalah sepanjang bentang pemberat ditambah daerah bebas untuk jalan kerja,
misalnya panjang bentang pemberat ditambah ± 10 m.
Lebar yang dibutuhkan untuk masing-masing keadaan ± 10 m untuk bentang pemberat
ditambah 5 m untuk jalan kerja. Sebagai tambahan dibutuhkan juga tempat untuk
menumpukan komponen baja dan sebagainya.
c. Perletakan Penumpu Sementara
Penumpu sementara yang akan digunakan disediakan oleh kontraktor pelaksana atau
erektor. Ganjal kayu yang kuat harus dipasang dibawah masing-masing titik tumpuan
pada abutment atau pilar untuk menumpu bagian pangkal dari bentang kantilever
selama pemasangan. Persyaratan kayu penumpu ini harus mengikuti pokok bahasan
Area Perakitan dan Pekerjaan Persiapan, butir d. Tumpuan sementara (timber crib
work) dan harus dipasang langsung di atas titik posisi perletakan seperti gambar
dibawah ini :
Pada embankment yang terdekat dengan level akhir, maka sebaiknya untuk
pemasangan bentang pertama berkisar ± 1.50 m di atas level akhir. Dengan demikian
akan sangat berguna jika terjadi lendutan di bagian bawah ujung kantilever.
d. Tumpuan Bentang Pemberat
Ujung belakang bentang pemberat harus ditumpu dengan ganjal kayu atau landasan
beton yang dirancang sesuai dengan kondisi tanah yang ada dan secara umum
pelaksanaannya harus sepenuhnya sesuai dengan Pokok Bahasan Bentang Pemberat.
e. Bentang Pemberat dan Perangkat Penghubung
Bentang pemberat adalah suatu bentang rangka standard yang berguna untuk
manahan berat sendiri komponen rangka baja yang sedang dirakit di atas sungai
sehingga dengan pengimbang beban lawan yang berada di tempat yang disediakan
pada bentang pemberat (biasa terletak di pangkal bentang), bentuk kantilever yang
terjadi di atas sungai tetap stabil (momen guling terjadi ditahan oleh beban lawan).
Bentang pemberat dihubungkan dengan bentang permanen yang sedang dirakit melalui
rangka penghubung/linking steel. Bentang pemberat dan rangka penghubung
disediakan oleh kontraktor pelaksana atau erector. Penambahan beban lawan untuk
mengimbangi momen guling dari bentang kantilever, menyesuaikan terhadap kemajuan
panjang bentang permanen yang sedang dirakit.
f. Perakitan
Secara umumnya perakitan dilaksanankan seperti dijelaskan pada sub bahasan 1 di
atas. Bila komponen-komponen telah duduk (terpasang) pada pelat buhul, komponen
tersebut harus ditempatkan dengan tepat dan harus ditahan dengan pasak (drift) yang
ada agar semua komponen terpasang dengan tepat sebelum dibautkan.
g. Urutan Perakitan
Sistem perakitan ini telah direncanakn dengan langkah-langkah yang mudah dan
dimulai dengan perakitan bentang pemberat di atas tanah pada area oprit hingga
selesai.
Adapun urutan-urutan perakitan adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Sebagai dasar perakitan statis awal adalah pembuatan satu rangkaian bentuk frame
segitiga awal/pertama tepat setelah susunan rangka penghubung, tentunya dapat
dimulai dengan pemasangan batang diagonal (2) pada sambungan/join J1 dimana pelat
sambungnya sudah terpasang lebih dahulu. Setelah kelengkapan sambungan sudah
terpasang semua pada J1, maka baut dapat segera dimasukan dan diputar dalam
kondisi sementara sehingga batang diagonal (2) masih mudah diatur posisinya untuk
menunggu dipasangnya batang datar bawah (3) yang dipasangkan dan dibautkan pada
J2 lebih dahulu.
Sambung dan pasang baut batang (2) dan (3) pada sambungan J3 dengan dilengkapi
keperluan plat sambung dan kelengkapannya (misal jika diperlukan plat sisipan dan
lain-lain). Setelah terbentuk frame segitiga pada posisi yang benar maka lengkapi
semua baut pada tiap-tiap sambungan dan dapat dikencangkan sepenuhnya sehingga
terbentuklah “segitiga awal” (segitiga, J1 J2 J3) sebagai segitiga pijakan awal untuk
perakitan selanjutnya. Pembentukan segitiga ini harus dua sisi bersama-sama agar
setelah disusul dengan pemasangan girder melintang dari J3 akan membentuk
kantilever sebagai pegangan untuk perakitan komponen demi komponen berikutnya.
Pasang pengikat sementara batang bawah dan baut pada tempatnya, dimana
pembautan ini juga bersifat sementara, kemudian pasang gelagar melintang atas ujung
(5) pada J1 (dua sisi).
Langkah 2.
Pasang batang datar tepi atas pada pelat-pelat buhul dan pelat penyambung bagian
bawah pada titik sambungan/join J1 yang telah selesai sebelumnya. Sisipkan pelat
penyambung atas dan pelat pengisi bagian dalam (jika diperlukan). Setelah join J1
terpasang, pelat penyambung badan dan pengisi badan dan dalam keadaan
pembautan penuh (baut dikencangkan sepenuh-penuhnya).
Langkah 3.
Rakit dan pasang dua batang diagonal (2) berikut pelat penyambung buhul termasuk
pelat penyambung batang diagonal yang sudah ditandai bersama-sama sehingga
membentuk rakitan ^ (V terbalik). Angkat dalam keadaan tegak dan sisipkan ujung
bawahnya (dari bentuk ^) diantara pelat buhul batang bawah pada sambungan J3.
Sisipkan pelat pengisi sanyap dan pelat penyambung ke bagian bawah jalur diagonal,
lalu dikunci dengan kunci pas ujung lancip dan sisipkan agar pelat buhul atas bisa pas
dengan batang atas (1) pada sambungan J4. Pasang pelat penyambung sayap bawah
dan bagian dalam dan bagian luar pelat pengisi pada J3 dan pasang bagian baut-baut
pada J4 dan J5 (yaitu setengah ke bawah).
Langkah 4.
Pasang batang datar tepi bawah (3), masukan diantara pelat buhul pada bagian
pertemuan J3 yang telah selesai sebagian. Pasang pelat pengisi jika dijelaskan pada
Gambar Erection Jembatan dan pelat penyambung atas selesai (J4) setelah
pemasangan pelat penghubung badan bagian atas dan pelat penyambung badan yang
ada dan baut seluruhnya pada pertemuan J4.
Pada ujung depan dari batang datar bawah, pasang pelat buhul luar dan pelat
penyambung bawah secara bersamaan dengan pengisi yang ditentukan, bautkan pada
batang datar bawah dan batang diagonal pada sambungan/join (J5).
Langkah 5.
Pasang ikatan angin batang atas dan hubungksn pada pertemuan di J1 dan J4 saling
menyilang. Jalan kerja dari kayu dapat dipasang pada gelagar melintang batang atas
(5) dan rangka pengangkat dipindahkan satu panel berikutnya dipasang dan diikat
kembali.
Langkah 6.
Ulangi langkah ke (1). Pasangkan batang penghubung atas berikutnya seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya dan selesaikan titik hubung J3.
Langkah 7.
Ulangi langkah ke (2) dan lanjutkan tahapan perakitan seperti sebelumnya.
“Penting sekali bahwa seluruh baut harus dikencangkan penuh setelah semua
komponen pada suatu titik pertemuan terpasang”.
h. Pengikat Sementara Pada Bagian Bawah.
Pasa saat pemasangan kantilever, pengikat silang sementara harus dipasang pada
bagian bawah batang di setiap ujung batang yang disesuaikan jalurnya, pengikat silang
sementara ini dibutuhkan untuk mengurangi lendutan lateral pada kantilever akibat
beban angin dan untuk mengikat batang bagian bawah (dalam tekanan) untuk
mengimbangi pengait.
Pengikat ini harus dilepas setelah konstruksi selesai dan bentang telah menopang
keempat sudutnya. Penopang tidak dapat dipasang sebelum pengikat sementara
dilepas.
i. Pengangkutan dan Pengangkatan
Pengangkatan dan pengangkutan komponen-komponen dari tempat penumpukan ke
tempat pemasangan (penyambungan) perlu dilakukan selama proses pemasangan. Hal
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam sarana atau metode tergantung dari
keadaan lokasi. Metode-metode yang digunakan bisa berbagai alternatif antara lain: –
Melalui jembatan lama dengan menggunakan crane kecil.
– Kabel-kabel yang digantung diantara kedua abutment dibawah jembatan.
– Menggeser komponen di atas alas kayu melalui bagian konstruksi baja yang sudah
selesai. Disarankan untuk mencengah kerusakan komponen, sebaiknya digunakan rol.
Sebaiknya digunakan dua rangka pengangkat sederhana yang terbuat dari profil baja
ringan dan dipasang pada kedua batang paling atas dengan membautnya melalui
lubang drainase atau baut pada pelat badan. Penggunaan rangka pengangkat ini
bersama-sama dengan katrol rantai atau katrol tangan, menjamin kemudahan
pengoperasian dan alat ini dapat dipindah-pindah sepanjang bentang selama
berlangsungnya pemasangan jembatan.
j. Lendutan Kantilever dan Pembatasan Badan
Rangka jembatan akan melendut secara elastis sebagai akibat adanya kantilever dan
bentang pemberat juga akan melendut dan akan menambah besar lendutan pada
bagian ujung bentang yang sedang dikerjakan
Seperti dijelaskan pada sub bahasan 3 di atas, lawan lendut pada bentang rangka
terbentuk sebagai bentuk pabrikasi pelat buhul batang atas dan batang bawah dan
tidak diperlukan tindakan khusus atau penyesuaian-penyesuaian selama pelaksanaan
system kantilever ini.
Yang perlu diperhatikan adalah, perakitan baja ditempatkan pada level yang ditentukan
untuk mengantisipasi lendutan hingga bagian ujung kantilever berada diatas bagian
abutment dan pilar.
Untuk menentukan ketinggian dari penyangga dengan ganjalan kayu disetiap ujungnya
dimana bentang menumpu pada salah satu atau kedua ujungnya di pilar, maka hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
– Geometri dari tempat pabrikasi bentang pemberat, bentang terkantilever dan rangka
penghubung;
– Lendutan elastis dari ujung kentilever dan;
– Ketinggian relatif dari ketiga pilar atau abutment pada alur jembatan.
Tidak dimungkinkan untuk menentukan tinggi rata-rata untuk setiap kombinasi bentang
karena level pilar dan abutment relatif bervariasi disetiap lokasi dan ditentukan
kemudian dengan alinyemen vertical jalan yang dibutuhkan.
Pada saat bentang jembatan telah tercapai kantilever penuh, setiap penambahan
beban pada bentang selain komponen jembatan yang akan dipasang dan peralatan
pengangkut sederhana harus dibatasi seminim mungkin.
k. Baja Penopang (stringer) dan Pelat Lantai Baja.
Sebelum rangka jembatan selesai terpasang (sebaiknya didongkrak turun lebih dahulu)
batang penopang dan panel lantai profil baja tidak dapat dipasang. Lepaskan pengikat
sementara batang bagian bawah bagian sebelum pemasangan batang penopang dan
dudukan.
Sistem lain selain system kantilever dipasang setempat yang dapat digunakan adalah
system kantilever yang ditumpu ditengah bentang sehingga mengurangi sifat
pangkantileveran dan mengurangi bentang pemberat dan beban lawan. Dalam hal ini,
penopang bagian tengah harus sebagai titik berat bentang. Metode ini biasa dipakai
khususnya untuk jembatan rangka bentang panjang.

Anda mungkin juga menyukai