Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR

BETON BERTULANG II
A. PENDAHULUAN
1. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
merencanakan struktur bangunan gedung bertingkat :
a. fungsi bangunan, jenis struktur bangunan, lokasi
bangunan dan hasil penyelidikan tanah
b. sistem struktur yang digunakan, mutu material, asumsi
dalam merencanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dsb.
2. Sistem struktur bangunan tahan gempa belum
sepenuhnya diterapkan, hal ini dapat dilihat dari berbagai
kegagalan yang terjadi pada struktur bangunan beton
bertulang akibat gempa.
Pada umumnya kerusakan bangunan disebabkan oleh
beberapa hal :
a. Sistem bangunan yang digunakan tidak sesuai dengan
tingkat kerawanan daerah terhadap gempa.
b. Perencanaan struktur dan detail penulangan yang
kurang
c. Kualitas praktik konstruksi dan pengawasan/kontrol
pelaksanaan yang kurang.
Yang perlu diperhatikan pada prinsip dasar dalam
perencanaan dan pelaksanaan struktur bangunan beton
bertulang tahan gempa yaitu:
a. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan
tingkat kerawanan/risiko daerah tempat struktur
bangunan tersebut berada pada zona gempa.
b. Aspek kontinuitas dan integritas struktur bangunan perlu
diperhatikan.
c. Pendetailan penulangan dan sambungan pada struktur
bangunan harus terkait secara efektif menjadi satu
kesatuan untuk meningkatkan integritas struktur secara
menyeluruh.
d. Konsistensi sistem struktur yang diasumsikan dalam
desain dengan pelaksanaan harus terjaga
e. Material beton dan baja tulangan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan material konstruksi
f. Unsur arsitektural yang memiliki massa yang besar yang
terkait dengan sistem portal utama harus diperhitungkan
pengaruhnya terhadap konstruksi dan dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1. Sistem Rangka Pemikul Momen
a. Portal merupakan struktur rangka utama dari gedung
yang terdiri atas komponen balok dan kolom saling
bertemu pada titik simpul (joint) yang berfungsi
sebagai penahan beban dari struktur gedung.
b. Portal merupakan suatu sistem rangka pemikul
momen (SRPM) sebagai penahan beban yang
bekerja pada struktur gedung yang berupa beban
horizontal dan vertikal.
c. Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 3.50.4 sistem struktur
rangka elemen-elemen struktur dan sambungannya
menahan beban-beban lateral melalu mekanisme yang
dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
2) Sistem Rangka Pemkul Momen Menengah (SRPMM)
3) Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
2. Komponen Lentur
a. Persyaratan Umum
Syarat dimensi penampang SNI 2847:2013 pasal
21.5.1. Sebuah komponen lentur bagian dari SRPMK
harus memenuhi kriteria yang ditetapkan didalam SNI
2847:2013 pasal 21.5.1.1 hingga 21.5.1.4 sebagai
berikut:
1) Gaya tekan aksial terfaktor (Pu) tidak boleh
melebihi dari Ag. Fc /10 atau Pu ≤ Ag. Fc /10
2) Panjang bentang bersih (ln) harus lebih besar
daripada 4 kali tinggi efektif atau ln ≥ 4d
3) Lebar penampang (bw) tidak kurang dari 0,3 kali tinggi
penampang namun tidak boleh diambil kurang dari 250
mm (bw ≥ 0,3h atau 250mm)
4) Lebar penampang bw boleh melebihi lebar kolom
pendukung ditambah nilai terkecil dari lebar kolom atau
¾ kali dimensi kolom dalam arah sejajar komponen
lentur.
b. Persyaratan Tulangan Lentur
Sesuai dengan pasal 21.5.2. maka diberikan beberapa
ketentuan untuk tulangan lentur pada suatu Struktur
Rangka Pemikul Momen Khusus sebagai berikut:
4) Sambungan lewatan pada tulangan lentur hanya diijinkan
jika ada tulangan spiral atau sengkang tertutup yang
mengikat bagian sambungan lewatan tersebut.
5) Spasi sengkang yang mengikat daerah lewatan tidak
boleh diaplikasikan pada daerah hubungan balok- kolom,
pada daerah hingga sejarak dua kali tinggi balok dari
muka kolom, serta pada tempat yang berdasarkan
analisis menunjukan kemungkinan terjadinya leleh lentur
akibat perpindahan elastisitas struktur rangka
c. Persyaratan Tulangan Transversal
Pada Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus, sendi
plastis akan terbentuk pada ujung-ujung dari komponen
lentur.
Lokasi tersebut harus didetailakan secara khusus untuk
memberikan jaminan terhadap daktilitas komponen
lentur. Tulangan transversal yang dipasang dengan detail
yang benar akan mampu memberikan kekangan lateral
bagi tulangan lentur dan memberikan sambungan pada
beton untuk memikul gaya geser.
Dalam desain sebuah SRPMK, maka tulangan
transversal harus memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut:
1) Sengkang tertutup harus disediakan pada daerah hingga
dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan pada kedua
ujung komponen struktur lain. Selain itu sengkang tertutup
juga harus dipasang di sepanjang daerah dua kali tinggi
balok pada kedua sisi dari suatu penampang, pada tempat
yang diharapkan dapat terjadi leleh lentur.
2) Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari
50 mm dari muka tumpuan. Jarak antar sengkang tertutup
tidak boleh melebihi dari nilai terkecil.
3) Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup,
sengkang dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus
dipasang dengan jarak tidak lebih dari d/2 di sepanjang
bantang komponen struktur lentur.
4) Sengkang tertutup dapat terdiri dari dua buah tulangan
yaitu, sebuah sengkang dengan kait gempa pada kedua
ujung dan ditutup oleh pengikat silang. Pada pengikat
silang yang berurutan yang mengikat tulangan
memanjang yang sama, kait 90˚-nya dipasang beselang–
seling
5) Tulangan transversal untuk SRPMK harus didesain untuk
memikul gaya geser rencana yang ditimbulkan oleh kuat
lentur maksimum, Mpr dengan tanda berlawanan, yang
dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan. Pada saat
bersamaan komponen struktur tersebut dianggap
memikul beban gravitasi terfaktor di sepanjang
bentangnya.

Anda mungkin juga menyukai