DISUSUN OLEH
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1. Pengertian SRPMK...................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................10
1.2. Komponen Pemikul Lentur dan Gaya Aksial Pada SRPMK..................10
BAB III. PENUTUP..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
3
BAB I. PENDAHULUAN
4
1.1. Pengertian SRPMK
5
Kaidah standar perencanaan elemen struktur lentur sistem struktur
SRPMK mengacu pada SNI Beton 2847-2013 pasal 21.5.1 yaitu:
Luas tulangan atas dan bawah harus lebih besar dari luas tulangan
minimum yang disyaratkan yaitu (0,25bwd√fc ′)/fy atau
(1,4bwd)/fy. Rasio tulangan lentur maksimum (ρmaksimum) juga
dibatasi sebesar 0,025. Selain itu, pada penampang harus terpasang
secara menerus minimum dua batang tulangan atas dan dua buah
tulangan bawah.
Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar atau
sama dengan setengah kuat lentur negatifnya. Kuat lentur negatif
dan positif pada setiap penampang disepanjang bentang tidak boleh
kurang dari seperempat kuat lentur terbesar pada bentang tersebut
Sambungan lewatan pada tulangan lentur hanya diizinkan jika ada
tulangan spiral atau sengkang tertutup yang mengikat bagian
sambungan lewatan tersebut. Spasi sengkang yang mengikat
6
daerah sambungan lewatan tersebut tidak melebihi d/4 atau 100
mm.
Persyaratan dari sub pasal ini berlaku untuk komponen struktur rangka
momen khusus yang membentuk bagian sistem penahan gaya gempa dan
7
yang menahan gaya aksial terfaktor, Pu, akibat sebarang kombinasi beban
yang melebihi Agfc’/10.
Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui pusat
geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm.
Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi tegak lurus tidak
boleh kurang dari 0.4.
ΣMnc ≥ 1,2. ΣMnb ΣMnc = Jumlah kuat lentur nominal kolom yang
merangka ke dalam joint. Kuat lentur kolom dihitung untuk gaya aksial
terfaktor, dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau.ΣMnb = Jumlah
kekuatan nominal balok yang merangka ke dalam joint.
Luas tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari 0.01Ag atau lebih
dari 0.06Ag.
Sambungan lewatan hanya boleh dipasang ditengah tinggi kolom dan
harus diikat dengan tulangan confinement dengan spasi tulangan yang
ditetapkan pada Pasal 21.6.4.3.
8
2. Enam kali diameter batang tulangan longitudinal yang terkecil,
dan
3. so = 100 + (350+hx / 3)
Diluar daerah sepanjang lo dari hubungan balok kolom jarak sengkang
tertutup diambil tidak melebihi nilai terkecil antara 6 kali diameter
tulangan longitudinal atau 150 mm (Honarto, Handono, & Pandaleke,
2019).
9
BAB II. PEMBAHASAN
Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi
0,1 Ag f‘ c, .
Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya.
Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3.
Lebarnya tidak boleh (a) kurang dari 250 mm, dan (b) lebih dari lebar
komponen strukturpendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap
sumbu longitudinal komponen strukturlentur) ditambah jarak pada tiap sisi
komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tigaperempat tinggi
komponen struktur lentur.
10
yang bekerja melebihi Ag f / c /10, harus memenuhi persyaratan ukuran
penampang sebagai berikut :
Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik
pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm
Perbadingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam
arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4
dengan :
SMnc adalah jumlah kuat lentur nominal kolom yang merangka
pada suatu hubungan balok-kolom (HBK). Kuat lentur kolom harus
dihitung untuk gaya aksial terfaktor yang sesuai dengan arah gaya-gaya
lateral yang ditinjau yang menghasilkan nilai kuat lentur yang terkecil
SMnb adalah jumlah kuat lentur nominal balok yang merangka pada suatu
hubungan balok-kolom (HBK).
Pendekatan ini sering dikenal sebagai konsep kolom kuat – balok lemah
(strong column – weak beam).
Dengan menggunakan konsep ini maka diharapkan bahwa kolom tidak
akan mengalami kegagalan terlebih dahulu sebelum balok. Tulangan lentur
harus dipilih sedemikian sehingga persamaan 15.32 terpenuhi. Sedangkan
rasio tulangan harus dipilih sehingga terpenuhi syarat : 0,01 < Ƿg < 0,06
11
Gambar 2.1 konsep kolom kuat – balok lemah (strong column – weak
beam).
12
Gambar 2.2 Persyaratan Tulangan Transversal Untuk SengkangSpiral dan
Sengkang Tertutup Persegi
13
BAB III. PENUTUP
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15