Anda di halaman 1dari 15

Pembandingan Beam Column Joint (Hubungan Balok Kolom/HBK)

Pada Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) Menurut SNI 031729-2002 Dan AISC-LRFD
Anis Rosyidah dan Praganif Sukarno
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)
Kampus UI Depok
Email: anis.rosyidah@gmail.com

Abstrak
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk membandingkan syarat-syarat
pendetailan pada Hubungan Balok Kolom (HBK) atau beam column joint yang
diberlakukan antara peraturan SNI 1729 dengan AISC-LRFD. Struktur yang menjadi
obyek penelitian dimodelkan secara 2 dimensi mengingat bentuk struktur simetris dan
beban yang bekerja seragam sehingga pusat massa dan kekakuannya berhimpit.
Analisa struktur dan disain penampang digunakan program ETABS v 9.0.0.
Pembebanan yang diperhitungkan adalah beban mati, hidup dan beban gempa dengan
wilayah gempa (WG) 2, 4 dan 6. WG 2 menggunakan menggunakan sistem struktur
yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB), WG 4 memakai Sistem
Rangka Pemikul Momen Terbatas (SRPMT) dan WG 6 adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dalam AISC-LRFD yang setara dengan SRPMB
adalah Ordinary Moment Frame (OMF), SRPMT yaitu Intermediate Moment Frame
(IMF) sedangkan SRPMK ialah Special Moment Frame (SMF). Setelah dilakukan
analisa ternyata aturan-aturan mengenai pendetailan HBK pada SNI maupun AISCLRFD tidak terlalu banyak perbedaan. Hal ini disebabkan SNI ini diadopsi dari
peraturan AISC-LRFD.
Kata Kunci: Hubungan Balok Kolom, Sistem Rangka Pemikul Momen
1 Pendahuluan
Hampir sebagian besar formula dalam SNI 03-1729-2002 serupa dengan
AISC-LRFD. Hal ini dibuktikan oleh Dewobroto (2006) dalam penelitiannya terhadap
batang aksial murni , pada batang tekan terjadi modifikasi faktor tahanan sedangkan
batang tarik pada SNI 1729 sama persis dengan AISC-LRFD. Dengan mengetahui
kedudukan elemen-elemen struktur dari SNI 1728 dengan AISC-LRFD maka dapat
memudahkan dalam perencanaan terutama jika menggunakan komputer dengan
program bantu analisa struktur misalnya SAP 2000, ETABS dan program lainnya.
Pada program bantu analisa struktur tersebut tidak menyediakan menu peraturan baja
Indonesia SNI 1729, sedangkan AISC-LRFD tersedia.
Salah satu sistem struktur tahan gempa yang diatur dalam SNI 1729 adalah
Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM). Titik berat untuk perencanaan SRPM
adalah perhitungan pada sambungan antara balok dan kolom atau lazim disebut HBK
(Hubungan Balok Kolom/Beam Column Joint). Mengingat Indonesia terletak di
daerah rawan gempa dan sistem struktur yang paling umum digunakan adalah SRPM
maka dipilihlah SRPM ini untuk dilakukan penelitian mengenai HBK pada SRPM
dalam SNI 1729 dibandingkan dengan AISC-LRFD.

SNI 1729 juga tidak memvisualisasikan bentuk-bentuk HBK yang disyaratkan


dalam setiap tipe SRPM. Penjelasan mengenai HBK menggunakan kata-kata tidak
cukup memberikan gambaran dengan jelas bagi pembaca. Sebagai contoh sambungan
kaku dan semi-kaku tidak diberikan aplikasi gambarnya secara jelas, seharusnya
dibuatkan contoh bentuk sambungan kaku dan semi-kaku yang dapat dilaksanakan di
lapangan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian terhadap AISCLRFD dan beberapa peraturan pendukungnya untuk melengkapi penjelasan mengenai
HBK seperti yang dimaksudkan dalam SNI 1729.
Sejauh ini, meskipun sudah ada selama 4 tahun, SNI 1729 masih belum
tersosialisasi dengan baik dan masih perlu dilakukan banyak kajian, mengingat
peraturan ini diterbitkan tanpa commentary tidak seperti peraturan-peraturan yang
terbit di luar negeri. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan
kajian mengenai HBK dari penelitian-penelitian yang telah ada sehingga diperoleh
klasifikasi sambungan yang cocok dengan SRPM dalam SNI 1729. Selain itu, akan
dilakukan studi perbandingan antara HBK-SRPM menurut SNI 1729 dengan AISCLRFD. Selanjutnya akan diberikan pula contoh perhitungan HBK-SRPM sesuai SNI
1729 dan AISC-LRFD. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat tersusun suatu buku
mengenai Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) berdasarkan SNI 1729. Dari latar
belakang yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana syarat-syarat HBK (Hubungan Balok Kolom) pada SRPM
(Sistem Rangka Pemikul Momen) dalam SNI 1729 dibandingkan dengan
AISC-LRFD?
2) Bagaimana hasil perhitungan HBK (Hubungan Balok Kolom) menurut SNI
1729 dibandingkan dengan AISC-LRFD?
Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)
Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) merupakan sistem struktur yang
dapat menahan beban gravitasi dan lateral secara proporsional yang dipikul oleh balok
maupun kolom. Komponen pokok dalam SRPM adalah kolom, balok dan HBK.
Sambungan/Hubungan Balok Kolom (HBK) merupakan yang sangat menentukan
keberhasilan sistem kerja SRPM. Jenis sambungan yang boleh digunakan dalam
SRPM adalah sambungan kaku (fully restraint) dan semi-kaku (partially restraint),
baik dengan las, baut atau kombinasi keduanya (UBC: 1997).
Terdapat 3 (tiga) macam SRPM menurut SNI 1729 yaitu SRPMB (Sistem
Rangka Pemikul Momen Biasa), SRPMT (Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas),
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus). SRPMB tidak perlu pendetailan
HBK secara khusus, syarat-syarat komponen strukturnya diatur dalam pasal 15.9.
Penggunaan SRPMB ini adalah untuk mendisain SRPM untuk wilayah gempa 1 dan 2
dengan gempa ringan (SNI 03-1726-2002). SRPMT biasanya untuk wilayah gempa 3
dan 4 (gempa menengah). Syarat pendetailan SRPMT diatur pada pasal 15.8. Adapun
SRPMK biasanya digunakan untuk struktur di wilayah gempa 5 dan 6, sedangkan
syarat pendetailannya tercantum dalam pasal 15.7.
AISC LRFD dan UBC-1997 mengklasifikasikan SRPM menjadi 2 yaitu
Ordinary Moment Frame (OMF) sama dengan SRPMB dan Special Moment Frame
(SMF) sama dengan SRPMK. Pada OMF tidak memerlukan pendetailan sambungan
yang komplek sedangkan SMF dibutuhkan pendetailan yang khusus.

Hubungan Balok Kolom (HBK)


Hubungan balok kolom (HBK) merupakan letak pertemuan atau sambungan
ujung balok dengan ujung kolom. Pada bangunan tahan gempa, HBK harus
mempunyai kekuatan minimal sama dengan kekuatan elemen struktur yang
disambungnya. HBK juga harus mampu menahan momen, gaya aksial dan gaya geser
serta tidak boleh terjadi kerusakan pada daerah sambungan.
Tipe-tipe HBK yang dapat digunakan pada bangunan tahan gempa adalah
sambungan kaku/rigid (fully restraint) dan sambungan semi-kaku/semi-rigid
(partially restraint). Dalam SNI 1729 tipe sambungan yang diijinkan pada SRPM
yaitu sambungan kaku dan semi-kaku. Begitu juga dengan AISC-LRFD maupun
UBC, sambungan yang dapat digunakan pada SMF berupa fully restraint dan partially
restraint.
Batasan Penampang Profil yang Dirancang dengan Beban Gempa
Batasan rasio dimensi dengan tebal profil yang dirancang dengan beban
gempa memiliki persyaratan yang berbeda, syarat ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1

Rasio Profil untuk Struktur Tahan Gempa

Pendetailan Menurut AISC-LRFD 2005


Pendetailan pada HBK menurut AISC-LRFD disajikan dalam Tabel 2

Tabel 2

Pendetailan HBK menurut AISC-LRFD

No.

Uraian

1.

Wilayah gempa

2.

Tipe sambungan

3.

Rotasi inelastis

4.

Momen nominal
pada HBK (Mu)

5.
6.
7.

Gaya geser
terfaktor (Vu)
Kuat geser
Tebal panel zone

8.

Rasio penampang
balok dan kolom

9.

Rasio momen
kolom terhadap
momen balok

10.

Kekangan
sambungan

11.

Pengekang lateral
balok

SMF
gempa kuat menurut
UBC

IMF
gempa menengah
menurut UBC

Fully restraint

Fully restraint,
partially restraint

0,04 rad
Dengan pengujian
penampang kompak:
Mu M p
1.1Ry Mp
Vu 1,2D + 0,5L + 2

Lh

0,02 rad

OMF
gempa ringan
menurut UBC
Fully restraint,
partially
restraint
-

Memenuhi syarat
Memenuhi syarat tabel Itabel I-8-1
8-1 (LRFD-2005)
(LRFD-2005)
t z ( d z + wz ) 90

M pc
M pb

>1

- Perlu pengekangan
sebesar
0,02Fybftbf
Lb < 0.086ry E Fy

Memenuhi syarat
tabel I-8-1
(LRFD-2005)

Lb < 0.176ry E Fy

Prinsip Desain Struktur Tahan Gempa


Gempa mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya adalah: (1)
peristiwanya terjadi secara tiba-tiba hampir tanpa peringatan sebelumnya, sehingga
memprediksi saat terjadinya gempa secara akurat hampir mustahil, (2) wilayah dan
skala gempa yang akan terjadi lebih mudah diprediksikan dibandingkan dengan
memprediksi saat kejadiannya, (3) kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh satu
atau kombinasi dari goncangan tanah, kegagalan tanah, tsunami, dan kebakaran.
Kerusakan akibat goncangan gempa adalah yang paling sering dan dapat menjangkau
hingga pedalaman. Goncangan pada permukaan tanah yang ditimbulkan oleh gempa
dapat menambah beban pada bangunan yang berdiri di atasnya secara dinamis dan
simultan dalam arah horisontal maupun vertikal. Untuk menjaga keamanan dan daya
layan, bangunan yang didirikan di wilayah rawan gempa harus didesain khusus agar
tahan terhadap goncangan gempa.
Dasar filosofi desain struktur tahan gempa yang lebih dikenal dengan desain
kapasitas adalah (Paulay and Priestley: 1992):
a. Tahan terhadap gempa resiko rendah tanpa kerusakan.
4

b.

Tahan terhadap gempa resiko menengah dengan kerusakan yang repairable


secara ekonomis.
c. Rusak berat terhadap gempa resiko tinggi tapi tidak boleh roboh.
Untuk memenuhi filosofi terutama point c, maka struktur harus mempunyai
kemampuan berperilaku daktil. Struktur harus daktil agar bisa berdeformasi secara
elastis ketika terjadi gempa kecil dan saat gempa moderat sampai dengan gempa kuat
struktur tersebut diharapkan dapat berdeformasi secara inelastic. Sifat daktil dapat
membantu mendistribusi momen pada komponen struktur sebelum struktur
mengalami keruntuhan. Keruntuhan struktur yang diharapkan bukan berupa
keruntuhan getas.
Kerusakan struktur perlu dilokalisir dan direncanakan agar struktur dapat
berdeformasi inelastis. Kondisi ini akan tercapai bila hubungan balok kolom (HBK)
cukup kaku, kuat dan mampu mendisipasikan energi secara baik. Selain itu balok dan
kolom juga harus mampu menahan beban gempa dengan perencanaan dan
pendetailan yang baik.
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian materi (isi) dari Peraturan SNI 031729-2002 dan AISC-LRFD, khususnya bahasan mengenai Sistem Rangka Pemikul
Momen (SRPM), sehingga akan diketahui persyaratan HBK pada SNI 1729 dan
dibandingkan dengan AISC-LRFD.
Untuk mengaplikasikan formula dan bentuk HBK dari hasil kajian selanjutnya
akan dilakukan perhitungan struktur dengan kategori SRPMK, SRPMT dan SRPMB
sehingga akan diketahui secara jelas perbedaan dari ketiga SRPM tersebut. Struktur
SRPM dimodelkan secara dua dimensi, terdiri 4 tingkat dengan fungsi bangunan
untuk perkantoran. SRPM dianalisis secara dua dimensi, dengan alasan: (a)denah
simetris, (b)pusat massa dan pusat kekakuan berhimpit pada satu titik. Adapun denah
aslinya seperti pada Gambar 1 dan 2.
A
5m

5m

5m
5m

5m

5m

Gambar 1. Denah

5m

4m

4m

4m

4m

5m

5m

5m

Gambar 2. Potongan A

Model struktur tersebut dianalisis dengan menggunakan program ETABS


untuk mendapatkan gaya-gaya dalam, selanjutnya dilakukan pendetailan SRPM
menurut SNI 03-1729-2002 dan AISC-LRFD.
Pembebanan
Pembebanan meliputi beban mati (D), beban hidup (L) dan beban gempa.
Pembebanan gempa mengacu pada SNI 03-1726-2002 yang mengatur mengenai Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
Kombinasi pembebanan:
1. Comb1
= 1,4D
2. Comb2
= 1,2D +1,6L
3. Comb3
= 1,2D +1,6L + 1,0E
4. Comb4
= 1,2D +1,6L - 1,0E
5. Comb5
= 0,9D + 1,0E
6. Comb6
= 0,9D - 1,0E
Beban gempa:
Pedoman yang digunakan untuk beban gempa mengacu pada peraturan gempa
Indonesia SNI 1726. Analisis beban gempa dengan statik ekivalen. Faktor reduksi
gempa (R) ditentukan dari Tabel 3 SNI 1726, faktor keutamaan bangunan (I) = 1.
Adapun respon spektra yang digunakan menyesuaikan dengan tipe SRPM sebagai
berikut:
Struktur SRPMK menggunakan respon spektra wilayah gempa 6 tanah lunak.
Struktur SRPMT menggunakan respon spektra wilayah gempa 4 tanah lunak.
Struktur SRPMB menggunakan respon spektra wilayah gempa 2 tanah lunak.
Bentuk respon spektra disajikan pada Gambar 3 5.

Gambar 3. Respon spektra gempa rencana Indonesia WG 2

Gambar 4. Respon spektra gempa rencana Indonesia WG 4

Gambar 5. Respon spektra gempa rencana Indonesia WG 6


7

Material Struktur
Mutu baja yang akan digunakan untuk kolom dan balok adalah BJ-41 dengan
modulus elastisitas 200000 MPa.
Dimensi Elemen Struktur
Dimensi elemen kolom dan balok dirancang menggunakan program ETABS.
Pada balok digunakan profil IWF350x175x7x11 dan kolom dipakai
IWF400x200x8x13. Profil yang diperoleh selanjutnya disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Profil yang Digunakan pada Kolom dan Balok

Beban Gempa Statik Ekivalen


Struktur ini dianalisa dengan 2 dimensi sehingga dalam perhitungan beban
gempa dapat menggunakan metode statik ekivalen. Adapun penentuan beban gempa
tiap lantai adalah sebagai berikut:
a) Faktor keutamaan bangunan (I)
Nilai I dapat ditentukan berdasarkan fungsi bangunan, pada struktur model ini
ditetapkan I = 1.
b) Koefisien geser dasar (C)
Nilai C sangat tergantung dari nilai T. Pada portal baja nilai T dapat ditentukan dari
rumus empiris sebagai berikut:
T = 0, 085 H 3 4

= 0, 085 (16 )

34

= 0.68 detik
Nilai T tersebut selanjutnya diplot pada diagram respon spektra (Gambar 4.3 4.5)
menyesuaikan wilayah gempa dan jenis tanah yang direncanakan. Jenis tanah yang
dipilih dalam kasus ini adalah tanah lunak.
8

o wilayah gempa 2 diperoleh nilai C = 0,5


o wilayah gempa 4 diperoleh nilai C = 0,85
o wilayah gempa 6 diperoleh nilai C = 0,95
c) Faktor reduksi beban gempa (R)
Nilai R ditetapkan menurut sistem struktur yang digunakan. Pada kasus ini digunakan
sistem struktur pemikul momen. R juga tergantung dari wilayah gempa letak
bangunan tersebut berdiri.
o wilayah gempa 2 = sistem rangka pemikul momen biasa, R = 4,5
o wilayah gempa 4 = sistem rangka pemikul momen terbatas, R = 5,5
o wilayah gempa 6 = sistem rangka pemikul momen khusus, R = 8,5
d) Gaya geser gempa dasar (V)
Gaya geser gempa dasar merupakan gaya gempa nominal rencana yang bekerja pada
permukaan tanah. Nilai gaya geser gempa dasar sesuai dengan wilayah gempa yang
dipilih adalah:
Wilayah gempa 2:
0,5 1145350
V=
0, 45
= 16150 kg = 161,5 kN
Wilayah gempa 4:
0,85 1145350
V=
0,55
= 22463,182 kg = 224,632 kN
Wilayah gempa 6:
0,95 1145350
V=
0,85
= 16245 kg = 162,45 kN
Penentuan Gaya Gempa Tiap Lantai (Fi)
1) Wilayah gempa 2 (WG 2)
Nilai Fi tiap-tiap lantai portal pada WG 2 ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Gaya Gempa Tiap Lantai (Fi) untuk Portal di WG 2
Lantai

hi (m)

Wi (kN)

Wi x hi

Fi (kN)

16

301.5

4824

55.489744

12

384

4608

53.005128

384

3072

35.336752

384

1536

17.668376

Total

1453.5

14040

161.5

2) Wilayah gempa 4 (WG 4)


Gaya gempa Fi tiap-tiap lantai portal untuk WG 4 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Gaya Gempa Tiap Lantai (Fi) untuk Portal di WG 4

Lantai

hi (m)

Wi (kN)

Wi x hi

Fi (kN)

16

301.5

4824

70.749423

12

384

4608

67.581538

384

3072

45.054359

384

1536

22.527179

Total

1453.5

14040

205.9125

3) Wilayah gempa 6 (WG 6)


Besarnya gaya gempa Fi tiap-tiap lantai portal pada WG 6 dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Gaya Gempa Tiap Lantai (Fi) untuk Portal di WG 6
Lantai

hi (m)

Wi (kN)

Wi x hi

Fi (kN)

16

301.5

4824

55.816154

12

384

4608

53.316923

384

3072

35.544615

384

1536

17.772308

Total

1453.5

14040

162.45

Syarat-syarat Beam Column Joint (Hubungan Balok Kolom/HBK) Menurut SNI


dan AISC-LRFD

Pembandingan syarat-syarat
ditampilkan pada Tabel 6.

HBK

menurut

SNI

dengan

AISC-LRFD

Tabel 6. Pembandingan Syarat-syarat HBK SNI 1729 dengan AISC-LRFD (SRPMK & SMF)

No.

Uraian

1.

Kondisi gempa
Tipe
sambungan
Satuan
Rotasi inelastis

2.
3.
4.

5.

6.

Momen
nominal pada
HBK (Mn)
Gaya geser
terfaktor (Vu)

SRPMK (SNI 1729)

SMF (AISC-LRFD)

gempa kuat

gempa kuat

Kaku

Fully restraint

MPa
0,03 rad
Dengan pengujian, jika:
penampang kompak:

Kips-in
0,04 rad

Mn M p

Dengan pengujian,
penampang harus kompak:

penampang tidak kompak:

Mu M p

M n 0 ,8M p

1,1Ry f y Z
Vu 1, 2 D + 0 ,5 L +

db

10

1.1Ry Mp
Vu 1,2D + 0,5L + 2

Lh

Bila N u 0 ,75 N y

vVn = 0 ,6v f y d c t p 1 +

7.

Kuat geser

3bcf tcf2

db d c t p

Bila N u > 0 ,75 N y

vVn = A

8.

Tebal panel
zone

t ( d z + wz ) 90

t ( d z + wz ) 90

b
135
<
2t
Fy

b
0 ,30
<
2t
E Fy

Balok:

9.

10.
11.
12.

Rasio
penampang
balok dan
kolom

Rasio momen
kolom terhadap
momen balok
Kekangan
sambungan
Pengekang
lateral balok

Nu
h
bila
0,125 :
b N y
tw
Nu
1365
1 1,54

b N y
Fy
Nu
bila
> 0 ,125 :
b N y

h
2, 45 E Fy
tw
P
h
bila u 0,125 :
b Py
tw

Kolom:

P
3,14 E Fy 1 1,54 u
b Py

bila

Pu

b Py

> 0,125 :

N u 665
500
2,33

b N y
Fy
Fy

P
1,12 E Fy 2,33 u 1, 49 E Fy
b Py

M pc

M pc

M pb

>1

M pb

>1

- Perlu pengekangan sebesar


0,02Fybftbf

- Perlu pengekangan sebesar


0,02Fybftbf

l < 17500ry f y

Lb < 0.086ry E Fy

Dari tabel-tabel di atas nampak bahwa syarat-syarat HBK yang diberlakukan


pada kedua peraturan nyaris sama, pada SNI syarat kuat geser diatur sedangkan pada
AISC tidak diatur. Dari Tabel 6 syarat rasio h/tw untuk balok di SNI tidak ada
sedangkan pada AISC-LRFD disyaratkan. Namun untuk syarat-syarat lainnya
semuanya hampir sama.
Pendetailan HBK (Beam Column Joint) Sesuai SNI 1729
C1_2
B1

B2

C1_1

Gambar 7. Beam Column Joint yang Ditinjau


11

Tabel 7. Properti Profil pada Beam Column Joint


Uraian

C1_1
IWF 400x200

C1_2
IWF 400x200

B1
IWF 350x175

B2
IWF 350x175

A (cm2)
d (mm)
bf (mm)

84.1
400
200

84.1
400
200

63.14
350
175

63.14
350
175

tw (mm)

tf (mm)
r (mm)
Zx (cm3)

13
16
1326.20

13
16
1326.20

11
14
867.87

11
14
867.87

Lp (m)
Lr (m)

2.26
6.67

2.26
6.67

1.97
5.78

1.97
5.78

Pendetailan pada SRPMK

a) Cek kekompakan penampang


Profil dicek terhadap kekompakan penampang yang ditampilkan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Cek Kekompakan Penampang Balok dan Kolom
Kolom
Balok
Cek
Nilai
Ket
Nilai
Ket
b/2tf
7.692
7.9545455 Kompak
Kompak
p = 135/sqrt(fy)
8.538
8.538
Nu/Ny
h/tw
p
665/sqrt(fy)

0.22100251
42.75
66.69236
42.05829

0.005
42.857143

Kompak

85.665438

OK

Kompak

42.058293

OK

b) Cek kolom kuat balok lemah


Kolom kuat balok lemah diinterpretasikan dengan rumus Mpc/Mpb > 1, hasil
perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Cek Kolom Kuat Balok Lemah
Uraian

Letak

Mp (kN-m)

Rasio

Ket.

Kolom
(IWF400x200)
Balok
(IWF350x175)

Atas
Bawah
Kiri
Kanan

285.16
285.16
216.97
216.97

1.314

OK

Dari tabel di atas diperoleh rasio sebesar 1,314 > 1 sehingga memnuhi syarat
kolom kuat balok lemah.
c) Cek kekuatan geser
hasil Cek perhitungan Vu terhadap Vn disajikan pada Tabel 10.

12

Tabel 10. Cek Vu terhadap Vn balok


Balok
Cek
Nilai (kN)
Ket
Vu terfaktor
93.14
Vu = Vg + Vs
307.666
OK
Nu/Ny
0.1875

Vn

392.592857

OK

d) Tebal panel zone


Panel zone merupakan area pertemuan antara kolom dengan balok, tebal plat (tw
kolom) pada zone tersebut harus lebih besar dari pada (dz+wz)/90. Dimana dw
adalah tinggi area panel zone dan wz merupakan lebar area panel zone. Apabila
tebal web kolom (t) nilainya lebih kecil berarti perlu plat tambahan yang dipasang
pada pada panel zone tersebut.. Hasil cek panel zone ditampilkan pada Tabel 11.

Tabel 12 Cek tebal panel zone


Cek

Nilai (mm)

dz
wz
(dz+wz)/90
t

328
374
7.8
8

Ket

tebalmencukupi

e) Pengekang lateral pada pertemuan balok kolom


Pengekang lateral sayap kolom berada pada sisi atas dan bawah sayap balok perlu
dipasang dengan gaya rencana setiap sebuah pengekang sebesar 0,02fy.bcf.tbf.
0.02 Fy bbf tbf 0.02 250 175 11
t=
=
= 0.22 mm
Fy bcf
250 175
digunakan t = 3 mm menyesuaikan ukuran yang ada dipasaran.
f) Pengekang lateral pada balok
Pengekang lateral balok dibatasi minimal 17500ry/Fy.
17500ry 17500 39.5
lmin =
=
= 2765 mm = 2.77 m
Fy
250
Balok yang ada berukuran 4 m, dapat dipasang pengekang lateral sebanyak 4
buah.
KESIMPULAN
Syarat-syarat pendetailan yang diatur oleh SNI dan AISC-LRFD ternyata hampir
sama, hanya ada beberapa item yang berbeda, baik untuk SRPMK yang setara
dengan OMF, SRPMT dibandingkan dengan IMF dan SRPMB dibandingkan dengan
OMF.

13

Pendetailan pada SRPMK dan SMF memiliki syarat-syarat yang lebih komplek
dibanding sistem struktur yang lain. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya gempa
agar struktur dapat mengalami deformasi inelastis dan struktur menjadi lebih daktil.
Dari analisa statik ekivalen diperoleh hasil gaya gempa dasar untuk wilayah
gempa 4 yang terbesar, berikutnya WG 6 dan yang terkecil adalah WG 2. Demikian
juga dengan gaya dalam, akibat beban gempa (E) gaya dalam terbesar diperoleh dari
portal untuk WG 4 kemudian WG 6 dan yang terkecil adalah WG 2.
SARAN
Untuk memudahkan perencanaan sebaiknya perlu diberi ilustrasi gambar-gambar
detail sambungan balok kolom.
Pada SNI untuk perencanaan bangunan tahan gempa selalu memberikan opsi
untuk dilakukan pengujian struktur sesungguhnya, hal ini sulit sekali dapat
dilaksanakan, mengingat kemampuan finansial dan keterbatasan sarana untuk
pengujian. Alangkah baiknya jika aturan tersebut dibakukan agar masyarakat lebih
mudah untuk mengikuti peraturan bangunan yang memperhitungkan beban gempa.

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Steel Construction Inc. (AISC). 2005. Load and Resistance
Factor Design Specification for Structural Steel Buildings. Chicago, Illinois.
American Institute of Steel Construction Inc. (AISC). 1993. Load and Resistance
Factor Design Specification for Structural Steel Buildings. Chicago, Illinois.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Perencanaan Struktur
Baja untuk bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002.
Calado, Luis, dkk. (2000). Cyclic Behavior of Steel Beam-to-Column Joints:
Governing Parameter of Welded and Bolted Connections. Engineering
Journal American Institute of Steel Construction, AISC. http:/www.aisc.org, 9
Maret 2007.
Cuslilp, Praween, dkk. 2004. Full-scale Tests for Seismic Performance Verification
of Steel Building Structures with Hysteretic Dampers. Annuals of Disas.
Prev. Res. Inst., Kyoto Univ., No. 47 C, 2004. http:/www.dpri.kyoto-u.ac.jp, 9
Maret 2007.
Dewobroto, Wiryawan; dkk. 2006. Evaluasi Metode Perencanaan Batang Aksial
Murni SNI 03-1729-2002 dan AISC-LRFD. International Cuvil Engineering
Conference. Surabaya, Agustus 2006.
FEMA.1997. NEHRP Guideline for the Seismic Rehabilitation of Buildings.
FEMA-273-1997.
FEMA.1997. NEHRP Recommended Seismic Design Criteria for New Steel
Momen-Frame Buildings. FEMA-273-2000.

14

Krawinkler, Helmut. 2003. Shear in Beam-Column Joint in Seismic Design of Steel


Frame. Engineering Journal American Institute of Steel Construction, AISC.
http:/www.aisc.org, 9 Maret 2007.
Sause, Richard, dkk. (2005). Experimental Studies of Full-Scale Post-Tensioned Steel
Connections. Journal of Engineering, Vol. 131, No. 3, 2005.
http:/www.nees.lehigh.edu, 12 Maret 2007.
Uniform Building Code (UBC). 1997. Seismic Provisions for Structural Buildings.
UBC-1997.
Urbonas, Kestutis. 2005. Component Method Extension to Steel Beam-to-Beam and
Beam-to-Column Knee Joints Under Bending and Axial Forces. Journal of
Civil Engineering and Management, Vol. XI, No. 3, June 2005, hal. 217
224. http:/www.jcem.vgtu.lt, 12 Maret 2007.

15

Anda mungkin juga menyukai