Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

“Pengantar Rekayasa Kegempaan


SNI 1726-2019”

NAMA : AULIA PUTRI ISLAMI


NIM : 190820222150801A1
12190

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Rekayasa
Kegempaan Standar Nasional Indonesia -SNI 1726-2019 dengan baik.
Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis,
adapun kekurangan dari makalah ini mohonlah dimaafkan.
Akhir kata Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB. I. PENDAHULUAN

BAB. II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian
2.2. Perencanaan Konstruksi Tahan Gempa
BAB. III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Peraturan Gempa Indonesia SNI 1726 2019, berjudul “ Tata Cara


Perencanaan Ketahanan Gempa unutuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung “.
Dengan dikeluarkannya SNI yang baru maka dengan demikian Standar
Kegempaan sebelumnya yaitu SNI tahun 2012 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Beberapa pembaharuan yang dilakukan terutama adanya data peta gempa
Indonesia yang baru yang dirilis tahun 2017, kemudian juga ada besaran besaran
yang dikoreksi dalam peraturan sebelum.
Kita sudah mengetahui bahwa Indonesia dipetakan berdasarkan tingkat
resiko gempanya, tingkat resiko gempa ini ditentukan berdasarkan catatan- catatan
Peak Groung Accelerasion atau percepatan puncak batuan dasar di seluruh wilayah
Indonesia. Peta percepatan puncak batuan dasar atau PGA (Peak Groung
Accelerasion-PGA).
Peta gempa Indonesia terbaru dirilis pada tahun 2017 menggantikan peta
gempa sebelumnya (tahun 2010).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Peraturan Gempa Indonesia terbaru SNI 1726 2019, tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa unutuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung.
Sub Pokok Bahasan yaitu sebagai beriku :
- Konsep Desain Bangunan Tahan Gempa
- Peta Zonasi dan Koefisien Situs
- Spektrum Respon Desain
- Kategori Resiko dan Faktor Keutamaan
- Kategori Desain Seismik
- Waktu Getar Alami
Wilayah Indonesia dipetakan berdasarkan tingkat resiko gempa yang
ditentukan atas dasar percepatan puncak batuan dasar (Peak Groung Accelerasion-
PGA).
Peta gempa Indonesia terbaru dapat dilihat pada gambar-1 sebagai berikut
ini :

Gambar-1 : Peta Percepatan Puncak Batuan Dasar (PGA) 2% Dalam 50 Tahun


(Sumber SNI 1726 2019)
Ada beberapa tingkatan atau kategori gempa di wilayah Indonesia, NEHRP
2003- FEMA 273 membagi resiko gempa –Earthquarke Hazard dalam 4 tingkatan
sebagai berikut :

Tabel -1 Hubungan Probabilitas, Periode Ulang dan Frekwensi


Probabilitas Periode Ulang Frekwensi
50% dalam kurun waktu 50 tahun 75 tahun Sering (frequent)

20% dalam kurun waktu 50 tahun 225 tahun Kadang-kadang


(occasional)
10% dalam kurun waktu 50 tahun 500 tahun Jarang (rera)

2% dalam kurun waktu 50 tahun 2500 tahun Sangat Jarang (veri rare)

Tingkat Probabilitas dapat ditentukan/dihitung berdasarkan rumus


sebagai berikut :

Notasi :

Rn = Probabilitas terjadinya selama umur rencana (%)

TR = Periode ulang gempa (tahun)

N = Umur rencana bangunan (tahun)

Contoh : untuk TR = 75 N= 50 tahun, maka Rn= 50%


Sebagai Gempa Rencana dalam SNI 1726-2019 adalah gempa peride ulang
2500 tahunan, atau gempa dengan kemungkinan terlampaui selama umur struktur
bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%
Istilah “ Gempa 2500 tahunan bukan diartikan sebagai kejadian gempa yang
terjadi 1 x setiap 2500 tahun, namun lebih sebagai gambaran tentang Probabilitas
suatu percepatan yang memeliki kemungkinan 1/2500 untuk terjadi setiap tahunnya.

Gambar-2 : Dampak Akibat Gempa Kuat

Gambar-3 : Dampak Akibat Gempa Kuat


2.2. Perencanaan Konstruksi Tahan Gempa
Kaidah untuk perencanaan Konstruksi Tahan Gempa umumnya
berdasarkan ketentuan berikut ini :
- Akibat Gempa Ringan : elemen struktural maupun non struktural tidak
boleh mengalami kerusakan.
- Akibat Gempa Sedang : elemen non struktural boleh rusak namun masih
bisa diperbaiki, sedangkan elemen struktural tidak boleh rusak.
- Akibat Gempa Kuat : elemen struktural maupun non struktural, namun
struktur tidak roboh (mekanisme roboh didesain dengan penentuan lokasi
sendi plastis pada struktur), sehingga korban jiwa dapat dicegah.
Bagaimana struktur menahan Gempa Kuat, Beban gempa
sebenarnya yang bekerja pada struktur bangunan dapat melampaui beban
gempa rencana yang tercantum didalam peraturan.
Di dalam peraturan, besarnya beban gempa rencana yang
diperhitungkan bekerja pada struktur bangunan adalah Gempa Sedang.
Dengan demikian, pada saat gempa kuat terjadi, gaya-gaya dalam
yang terjadi pada saat elemen struktur (balok,kolom ect) dapat melampaui
gaya dalam yang sudah diperhitungkan
Agar struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan
tidak terjadi keruntuhan saat terjadi gempa kuat, maka dapat dilakukan dua
cara sebagai beikut :
1. Membuat struktur bangunan berperilaku elatis.
2. Membuat struktur yang daktail.

Gambar-4 : struktur bangunan


Untuk mendapatkan sistem struktur yang daktail, disarankan untuk
merencanakan struktur bangunan dengan menggunakan cara Perencanaan
Kapasitas (capacity design)
Capacity design dilakukan dengan memilih lokssi/tempat yang
direncanakan untuk mengalami deformasi plastis sendi plastis.
Jenis mekanisme leleh atau terbentuknya sendi-sendi plastis pada
struktur gedung ad dua macam ;
1. Strong Coulom –Weak Beam
2. Strong Beam – Weak Coulom

Gambar-5 : Strong Coulom –Weak Beam

Gambar-5 : Strong Beam – Weak Coulom


Pada perencanaan struktur daktail dengan methode perencanaan
kapasitas mekanisme kelelehan yang dipilih adalah Strong Coulom Weak
Beam, karena alasan-alasan sebai berikut :
1. Pada mekanisme strong coulom -weak beam, kegagalan dari
kolom pada sauatu tingkat akan mengakibatkan keruntuhan dari
struktur bangunan secara keseluruhan.
2. Pada struktur dengan mekanisme strong beam -weak coulom,
deformasi akan terpusat pada tingkat-tingkat tertentu, sehingga
daktilitas yang diperlukan oleh kolom agar dapat dicapai
daktilitas dari struktur yang disyratkan sulit dipenuhi
BAB III
Penutup

Adapun kesimpulan dari makalah “Pengantar Rekayasa Kegempaan SNI


1726-2019“ yang membahas tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
unutuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Dengan demikian dapat mempermudah dan menjadi pedoman dalam
Pekerjaan Perencanaan tahan Gempa unutuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung. Sehingga struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan
tidak terjadi keruntuhan saat terjadi gempa kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Perturan Standan Nasional Indonesia SNI 1726-2019

https://www.academia.edu/7440902/MAKALAH_ANALISIS_KESALAHAN
_BERBAHASA_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai