Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMIAH TEKNIK UNMAS

ISSN : 2797-2992
Vol. 1, No. 2, Oktober 2021

PEMODELAN STRUKTUR GEDUNG B SMP NEGERI 14 DENPASAR AKIBAT


BEBAN GEMPA DENGAN METODE GAYA LATERAL EKIVALEN

I Wayan Sukharatta, I Wayan Giatmajaya, I Ketut Diartama Kubon Tubuh


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email: iwayansukharatta1011@gmail.com

ABSTRAK: Aturan perencanaan untuk mendirikan bangunan adalah bangunan tersebut harus mampu menahan
beban gempa yang ada. Karena pada dasarnya prinsip bangunan tahan gempa adalah boleh terjadi kerusakan pada
bangunan tersebut, tetapi tidak pada elemen struktur. Penelitian ini mengambil studi kasus di gedung B SMP
Negeri 14 Denpasar yang berlokasi di Jalan W.R. Supratman, Denpasar Timur, Bali. Tinggi bangunan 16,11 meter
dengan jumlah tingkat yaitu 3 lantai. Fungsi gedung ditujukan sebagai fasilitas pendidikan sehingga berdasarkan
peraturan SNI 1726:2012 masuk dalam kategori risiko IV. Perilaku struktur diamati dari hasil analisis gaya lateral
ekivalenberupa perbandingan luas, simpangan tingkat dan gaya gesar dasar. Hasil dari analisis gaya lateral
ekivalen yaitu perilaku struktur gedung. Luas tulangan yang didapat pada software SAP2000 lebih kecil dari luas
tulangan yang di lapangan, simpangan antar lantai pada arah X dana Arah Y memenuhi persyaratan pada SNI
1726:2012 yaitu simpangan antar lantai yang terjadi pada struktur gedung lebih kecil dari pada simpangan antar
lantai yang diizinkan. Adapun gaya geser yang terjadi pada struktur pada arah X sebesar 1855,54 kN dan pada
arah Y sebesar 1855,54 kN.

Kata kunci: Gempa, perilaku struktur, gaya lateral ekivalen.

ABSTRACT: The planning rule for constructing a building is that the building must be able to withstand the
existing earthquake loads. Because basically the principle of earthquake-resistant buildings is that damage may
occur to the building, but not to structural elements. This research takes a case study in building B of SMP Negeri
14 Denpasar, which is located on Jalan W.R. Supratman, East Denpasar, Bali. The height of the building is 16,11
meters with the number of floors, namely 3 floors. The function of the building is intended as an educational facility
so that based on the regulations of SNI 1726:2012 it is included in the risk category IV. Structural behavior was
observed from the analysis of equivalent lateral forces in the form of a ratio of area, level displacement and basic
shear force. The result of the equivalent lateral force analysis is the behavior of the building structure. The area
of reinforcement obtained in the SAP2000 software is smaller than the area of reinforcement in the field, the
displacement between floors in the X direction and the Y direction meets the requirements of SNI 1726:2012,
namely the displacement between floors that occurs in the building structure is smaller than the allowed
displacement between floorsThe shear force that occurs in the structure in the X direction is 1855,54 kN and in
the Y direction is 1855,54 kN.

Keywords: Earthquake, structural behavior, equivalent lateral force.

PENDAHULUAN apakah bangunan tersebut masih layak


Indonesia merupakan negara yang digunakan dan mampu menahan gaya gempa
wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang yang mungkin akan terjadi. Dalam mengetahui
tinggi terhadap gempa, hal ini dikarenakan perilaku struktur terhadap beban yang bekerja
Indonesia terletak di antara tiga pertemuan dilakukan dengan analisis gaya lateral ekivalen.
lempeng besar. Pada saat terjadi gempa, Penelitian ini mengambil studi kasus
permukaan bumi akan mengalami getaran atau Gedung B SMP Negeri 14 Denpasar, Bali.
guncangan akibat pelepasan energi dari bawah Gedung ini merupakan fasilitas pendidikan,
permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan adapun menurut SNI 1726:2012 fasilitas
gelombang seismik (BPBD, 2018). Aturan pendidikan masuk kedalam kategori resiko IV
perencanaan untuk mendirikan bangunan yang berarti gedung ini memiliki risiko yang
adalah bangunan tersebut harus mampu tinggi terhadap jiwa manusia ketika struktur
menahan beban gempa yang ada. Karena pada mengalami kegagalan saat terjadinya gempa.
dasarnya prinsip bangunan tahan gempa adalah Oleh karena itu gedung ini perlu dianalisis
boleh terjadi kerusakan pada bangunan tersebut, perilakunya untuk mendapatkan informasi
tetapi tidak pada elemen struktur. Untuk itu ketahanan gedung ini terhadap beban gempa.
diperlukan assessment terhadap suatu bangunan
konstruksi yang telah ada, agar dapat dievaluasi
kerentanannya. Dari hal itu dapat diketahui

30 Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021


Pemodelan Struktur Gedung B SMP Negeri 14 Denpasar Akibat Beban Gempa
Dengan Metode Gaya Lateral Ekivalen

PRINSIP PERENCANAAN ELEMEN gempa rencana terhadapnya harus dikalikan


STRUKTUR TAHAN GEMPA dengan faktor keutamaan (Ie).
Untuk mengurangi kerusakan yang terjadi 2. Klasifikasi Situs dan Faktor Amplifikasi
pada struktur bangunan yang diakibatkan oleh Klasifikasi kelas situs ditentukan
gempa, prinsip-prinsip dasar dalam berdasarkan beberapa parameter yaitu, nilai uji
perencanaan, perancangan dan pelaksanaan penetrasi standar (Ṅ), kecepatan rambat
struktur bangunan harus diperhatikan. Menurut gelombang geser (vs) atau kuat geser niralir
Hoedajanto dan Imran (2002), prinsip-prinsip (Su), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tersebut antara lain: halaman genap dan gasal, Tabel 3, SNI 1726:2012. Adapun nilai Ss dan S1
sehingga penulis tidak perlu mengganti format didapat dari peta wilayah pada desain spektra
yang telah ada. Indonesia, seperti pada gambar 1
a. Sistem struktur harus disesuaikan dengan
tingkat resiko daerah dimana struktur
tersebut dibangun.
b. Sistem struktur harus bersifat kontinu dan
utuh. Unsur-unsur bangunan termasuk
penulangan harus efektif untuk
meningkatkan integritas struktur. Perubahan
kekakuan yang terlalu signifikan sebaiknya Gambar 1. Parameter Grafik Desain Respon
dihindari. Spektra
c. Asumsi sistem struktur dalam perencanaan (Sumber: Cipta Karya,2021)
desain tidak berubah-ubah.
d. Material yang digunakan seperti beton dan Untuk nilai Fa dan Fv ditentukan
baja harus memenuhi persyaratan material berdasarkan Ss dan S1 yang dapat dilihat pada
konstruksi untuk bangunan tahan gempa. tabel 4 dan table 5 SNI 1726:2012.
e. Bagian arsitektural yang mempunyai massa 3. Spectrum Respon Desain
yang masif harus menyatu dengan kuat pada Kategori Desain Seismik merupakan
sistem portal utama dan direncanakan klasifikasi yang diberikan untuk struktur
pengaruhnya terhadap sistem struktur. berdasarkan seismik dan keparahan dari
Semakin besar massa bangunan, semakin gerakan desain gempa tanah di situs. Kategori
besar pula beban inersia yang timbul akibat desain seismik dimaksudkan untuk memastikan
gempa. Oleh karena itu, penggunaan unsur pendetailan struktur yang memenuhi
arsitektural yang berat dihindari. persyaratan sesuai dengan intensitas gempa
f. Sistem quality control dan quality assurance yang diperkirakan.
dalam metode pelaksanaan harus dilakukan Parameter percepatan spektral desain untuk
dengan tepat sesuai dengan peraturan yang perioda pendek (𝑆𝐷𝑆 ) dan parameter percepatan
berlaku seperti SNI 1726:2012 untuk spektral desain perioda 1 detik (𝑆𝐷1 ), harus
perhitungan gempa dan SNI 2847:2019 ditentukan melalui perumusan berikut
untuk persyaratan detailing struktur beton SDS = 2/3.SMS (1)
bertulang. SD1 = 2/3.SM1 (2)
1. Gempa Rencana, Faktor Keutamaan dan Dimana :
Kategori Risiko Struktur Bangunan SM1 = parameter spektrum respons percepatan
Gempa rencana adalah gempa yang perioda 1 detik.
mempunyai peluang terjadi keruntuhan 2% = Fv . S1 (3)
(Rn= 2% dari periode umur rencana bangunan SMS = parameter spektrum respons percepatan
50 tahun sekali. Pengaruh beban gempa rencana perioda pendek
ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa = Fa . Ss (4)
yang berperilaku dinamik dan perencanaannya Fa = faktor amplifikasi getaran terkait
menggunakan analisis gaya gempa lateral percepatan pada getaran perioda pendek
ekivalen yang mengacu pada SNI 1726:2012. Fv = faktor amplifikasi getaran terkait
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa percepatan pada getaran perioda 1 detik.
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non SDS = parameter respons spectral percepatan
Gedung Pasal 4.1.2, kategori risiko struktur desain pada periode pendek
bangunan gedung dan non gedung pengaruh SD1 = parameter respons spectral percepatan
desain pada periode 1 detik

Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021 31


I Wayan Sukharatta, I Wayan Giatmajaya, I Ketut Diartama Kubon Tubuh

4. Kategori Desain Seismik Cs = koefisien respons seismik yang


Berdasarkan nilai SDS dan SD1, maka ditentukan sesuai dengan SNI 03 1726:2010
kategori desain seismik bangunan dapat pasal 7.8.1.1
ditentukan sesuai table 6 dan table 7 pada SNI Wt = berat seismik efektif
1726:2012. b. Periode Alami Fundamental
5. Sistem Struktur Beton Bertulang Pemikul Periode fundamental struktur (T) tidak boleh
Momen Gempa melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada
Sistem pemikul gaya horizontal dan vertikal periode yang dihitung (Cu) dari table 14 SNI
dasar harus memenuhi salah satu tipe yang 1726:2012 dan periode fundamental (Ta)
ditunjukkan dalam table 9 SNI 1726:2012. pendekatan dapat dihitung menggunakan
Berdasarkan tabel tersebut sistem penahan gaya persamaan berikut:
seismik yang memenuhi batasan sistem struktur Ta = Cthnx (6)
dan batasan tinggi struktur untuk kategori Dimana:
desain seismik D yaitu rangka beton bertulang hn = ketinggian struktur (m)
pemikul momen khusus. Pada sistem penahan Ta = nilai batas bawah periode struktur
gaya seismik lainnya untuk kategori desain Ct = Koefisien periode
seismik D tidak diijinkan (TI). x = Jumlah efektif dalam menahan gaya
6. Faktor Redundansi lateral dalam arah yang ditinjau
Faktor redundasi untuk struktur dengan c. Distribusi Vertikal Gaya Gempa
kategori desain seismik D, E dan F diambil nilai Gaya gempa lateral pertingkat ditentukan
sebesar 1,3 dengan persaman:
7. Kombinasi Beban Fx = CvxV (7)
Pembebanan mengikuti kombinasi beban Dimana:
sesuai dengan SNI 1726:2012 sebagai berikut: Cvx = faktor distribusi vertikal
a) 1,4D V = gaya lateral desain total atau geser di
b) 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R) dasar struktur (W) (kN)
c) 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0,5W) d. Distribusi Horizontal Gaya Gempa
d) 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau R) Geser tingkat desain gempa di semua tingkat
e) 1,2D + 1,0E + L (VX) (kN) harus ditentukan dari persamaan
f) 0,9D + 1,0W berikut:
g) 0,9D + 1,0E Vx = ∑𝑛𝑖=1 𝐹𝑖 (8)
Dimana: Dimana:
D = Beban Mati Fi = bagian dari geser seismik gaya dasar
L = Beban Hidup yang timbul di tingkat i (kN)
Lr = Beban Hidup Atap 9. Penentuan Simpangan Antar Lantai
R = Beban Air Hujan Defleksi pusat massa di tingkat x ( δX) (mm)
W = Beban Angin harus ditentukan sesuai dengan persamaan
E = Beban Gempa berikut ini:
8. Analisis Gaya Lateral Ekivalen 𝐶 δ
δX = 𝑑𝐼 𝑥𝑒 (9)
Analisis gaya lateral ekivalen merupakan 𝑒

perhitungan yang disederhanakan dari beban Dimana :


gempa sebenarnya, penyederhanaan menjadi Cd = faktor amplifikasi defleksi
gaya horizontal diakibatkan dari gaya inersia δxe = defleksi pada lokasi yang diisyaratkan
yang bekerja di suatu massa akibat gempa. dengan analisis elastis
Pembebanan gempa yang sebenarnya Ie = faktor keutamaan gempa
bersumber dari gerakan tanah di dasar, yang Δa = simpangan antarlantai izin merujuk
kemudian menjalar pada elemen bangunan. pada (Tabel 16, SNI 1726:2012
(Rifandi, 2020)
Adapun prosedur gaya lateral ekivalen:
a. Geser Dasar Seismik
Geser dasar seismik berdasarkan SNI
1726:2012 ditentukan sebagai berikut:
V = CsWt (5)
Keterangan:

32 Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021


Pemodelan Struktur Gedung B SMP Negeri 14 Denpasar Akibat Beban Gempa
Dengan Metode Gaya Lateral Ekivalen

Setelah pemodelan struktur 3D selesai


dibuat sesuai dengan data-data yang ada.

Gambar 2. Penentuan Simpangan Antar Lantai


(Sumber: Badan Standar Nasional,2012)
METODE PENELITIAN Gambar 3. Pemodelan gedung pada SAP2000
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan analisis gaya lateral ekivalen. langkah selanjutnya yaitu memasukan beban
Adapun dalam analisis ini dibantu dengan pada struktur gedung.
software SAP2000.. a. Beban mati yaitu berat sendiri gedung
Data-data yang diperlukan dalam penelitian dihitung secara otomatis pada software
ini adalah data primer (dimensi struktur) dan SAP2000 , yaitu dengan cara input 1 pada
data sekunder (gambar struktur, data beban dan Self Weight Multiplier beban mati (dead
data material). Langkah awal dari analisis ini load) di Define Load Pattern.
yaitu membuat pemodelan struktur 3D pada b. Beban mati tambahan (super dead load)
software SAP2000 sesuai dengan geometri dan yaitu beban tambahan yang bukan termasuk
dimensi struktur pada soft drawing, adapun data elemen struktur, seperti finishing lantai,
geometri dan dimensi struktur yaitu sebagai dinding, partisisi, dan lain - lainnya, dihitung
berikut: berdasarkan berat satuan (specific gravity)
a. Panjang bangunan : 31,5 meter sesuai dengan peraturan pembebanan
b. Lebar bangunan : 12,675 meter PPPURG 1987.
c. Tinggi bangunan : 16,11 meter 1). Berat pasangan bata merah = 250 kg/m2
d. Jumlah lantai : 3 lantai 2). Berat spesi (0.04 × 2100 Kg/m3) = 84
e. Dimensi struktur : kg/m2
Tabel 1 Elemen struktur yang digunakan 3). Berat tegel (0.01 × 2400 Kg/m3) = 24
Kolom Balok Pelat Baja Ringan kg/m2
(cm) (cm) (cm) (cm) 4). Berat plafond = 11 kg/m2
K1 B1 Pelat lt C 5). Berat penggantung = 7 kg/m2
(40×40) (30×60) (t=12) 7,5x3,5x0,075 6). Instalasi MEP = 40 kg/m2
K2 B2 Pelat kl 7). Beban genteng, reng dan usuk = 50 kg/m2
(30×30) (25×40) (t=10) c. Beban hidup yaitu beban yang terjadi akibat
BK1 penghunian atau penggunaan suatu gedung,
(25×40) beban hidup yang diinput sesuai dengan
BK2 peaturan pembebanan SNI 1727:2013
(20×30) 1) Ruang kelas = 1,92 kN/m2
RB1 2) Koridor diatas lantai pertama = 3,83
(20×30) kN/m2
RB2 3) Beban air hujan = 20 kg/m2
(20×30) d. Beban angin 40 kg/m2 berdasarkan
(Sumber : Gambar kerja kegiatan, 2020) PPPURG 1987
1) Angin tekan untuk α < 60⁰ = (0,02 α –
Adapun data material yang diinput pada 0,4)
program SAP2000 yaitu sesuai dengan data Koefisien pada angin tekan (α = 37⁰)
berikut: = 0,002 x 37 – 0,4
a. Mutu beton : f’C = 21,7 Mpa = 0,34
b. Mutu baja : 2) Angin hisap untuk semua α = -0,4
- BJTP 32 untuk Ø < 12mm Koefisien pada angin hisap = -0,4
- BJTP 40 untuk Ø > 12mm

Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021 33


I Wayan Sukharatta, I Wayan Giatmajaya, I Ketut Diartama Kubon Tubuh

e. Beban gempa atau pembebanan lateral struktur gempa arah X dan Y memenuhi persyaratan pada
(auto lateral load pattern) terdiri dari beban SNI 1726:2012 yaitu simpangan antar lantai yang
gempa arah x (Qx) dan beban gempa arah y terjadi pada struktur gedung lebih kecil dari pada
(Qy). Pada perhitungan pembebanan gempa simpangan antar lantai yang diijinkan. Berikut
terdiri dari berbagai metode dan dalam adalah hasil dari simpangan yang sudah dihitung:
perencanaan kali ini dipakai metode autoload Tabel 3. Simpangan Maksimum Arah X dan Y
dengan bangunan di daerah Denpasar Timur Δe
dengan Site Class = D (Tanah Sedang) , Ss = Lantai
0,9628 g, dan S1 = 0,3954 g Arah X Arah Y
Setelah semua beban diinput, selanjutnya 3 19,97 20,57
dilakukan run analisis untuk menampilkas hasil 2 16,53 16,81
perilaku struktur dari analisis gaya lateral ekivalen
yang berupa luas tulangan, simpangan antar lantai, 1 10,10 10,22
dan gaya geser dasar 0 0 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. Simpangan Antar Tingkat Arah X
Luas Tulangan
Dari analisis yang dilakukan pada software δ ∆a
Lanta δe.
SAP2000 didapatkan luas tulangan pada frame h δe Cd Ie ∆ (0.010
i Cd/I
berupa luas tulangan tumpuan dan luas tulangan . hsx)
lapangan. Dari luas tulangan yang didapatkan pada e
software akan dibandingkan dengan luas tulangan mm mm mm mm mm
yang terpasang, dimana luas tulangan terpasang 380 19.9 5. 1. 73.2 12.6
harus lebih besar dari luas tulangan yang 3 0 7 5 5 2 0 38.00
didapatkan dari software SAP2000. 385 16.5 5. 1. 60.6 23.6
2 0 3 5 5 2 1 38.50
Tabel 2. Perbandingan luas tulangan pada
435 10.1 5. 1. 37.0 37.0
SAP2000 dengan yang di lapangan 1 0 0 5 5 2 2 43.50
Elemen SAP2000 Terpasang Letak
Struktur Luas KET
(cm) mm2 mm2 Tulangan
K1
1600 3215.36 OK
40x40
K2
900 2411.52 OK
30x30
B1 504 803.84 Atas OK
30x60 511 803.84 Bawah OK
B2 311 803.84 Atas OK
25x40 271 803.84 Bawah OK
BK1 18 602.88 Atas OK
25x40 9 602.88 Bawah OK Gambar 4. Grafik Simpangan Antar Lantai Arah
85 398.00 Atas OK X
BK2
20x30 42 398.00 Bawah OK Tabel 5. Simpangan Antar Tingkat Arah Y
RB1 105 398.00 Atas OK δ ∆a
20x30 77 398.00 Bawah OK Lanta δe.
h δye Cd Ie ∆ (0.01
100 398.00 Atas OK i Cd/I
RB2 0. hsx)
20x30 Bawah e
56 398.00 OK
mm mm mm mm mm
Dari perbandingan tersebut semua luas tulangan
380 20.5 5. 1. 75.4 13.7
elemen struktur yang terpasang lebih besar dari
3 0 7 5 5 1 8 38.00
luas tulangan pada software SAP2000. 385 16.8 5. 1. 61.6 24.1
Simpangan Antar Lantai 2 0 1 5 5 2 3 38.50
Simpangan yang terjadi pada arah X dan Y 435 10.2 5. 1. 37.4 37.4
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dapat 1 0 2 5 5 9 9 43.50
dilihat bahwa simpangan yang terjadi akibat beban

34 Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021


Pemodelan Struktur Gedung B SMP Negeri 14 Denpasar Akibat Beban Gempa
Dengan Metode Gaya Lateral Ekivalen

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis gaya lateral
ekivalen pada Gedung B SMP Negeri 14
Denpasar, didapatkan Hasil dari analisis gaya
lateral ekivalen yaitu perilaku struktur gedung
yang meliputi luas tulangan, simpangan antar
lantai dan gaya geser dasar. Hasil luas tulangan
yang didapat pada software SAP2000 lebih
kecil dari luas tulangan yang terpasang,
simpangan antar lantai pada arah X dan Arah Y
memenuhi persyaratan pada SNI 1726:2012
yaitu simpangan antar lantai yang terjadi pada
Gambar 5. Grafik Simpangan Antar Lantai
struktur gedung lebih kecil dari pada simpangan
Arah Y
antar lantai yang diizinkan. Dan adapun gaya
geser yang terjadi pada struktur pada arah X
Berdasarkan table dan grafik simpangan
sebesar 1855,54 kN dan pada arah Y sebesar
yang terjadi lebih kecil dari simpangan ijin yang
1855,57 kN.
disyaratkan sehingga dapat dikatakan
Dari analisis terhadap variabel terikat,
memenuhi.
pemodelan struktur yang dilakukan aman dalam
Gaya Geser Dasar
menahan simpangan berlebihan yang dapat
menimbulkan kerusakan struktur bangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2012. SNI-1726-
2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
Gambar 6. Gaya Geser Gempa Arah X Dan Non gedung. Bandung: Departemen
Pekerjaan Umum.
Badan Standarisasi Nasional, 2013. SNI 1727-
2013 Beban Minimum Untuk
Perancangan Bangunan Gedung Dan
Struktur Lain. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
BPBD. 2018. Pengertian Gempa Bumi, Jenis-
Jenis, Penyebab, Akibat, dan Cara
Menghadapi Gempa Bumi
http://bpbd.bandaacehkota.go
.id/2018/08/05/ pengertian-gempa-bumi-
jenis-jenis-penyebab-akibat-dan-cara-
menghadapi-gempa-bumi/, diakses pada
15 Februari 2021.
Hoedjanto, D. & Imran, I., 2002. The Practice
of Concrete Engineering in Indonesia.
Proceedings on Asian Concrete Forum
Gambar 7. Gaya Geser Gempa Arah Y
Symposium, pp. 107-113.
Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Pedoman
Hasil dari perhitungan gaya geser yang
Perencanaan Pembebanan Indonesia
dihitung oleh program masih dalam bentuk
Untuk Rumah Dan Gedung (PPPURG
gaya geser yang bekerja pada setiap kolomnya
1987). Jakarta: Yayasan Badan Pekerjaan
dan harus dijumlahkan pada tiap tingkat
Umum.
menurut gempa arah X dan arah Y. Dari hasil
PUSKIM. 2021. Desain Spektra Indonesia,
perhitungan didapatkan gaya geser dasar (𝑉)
http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021/,
sebesar 1855,54 kN pada arah X dan gaya geser
diakses pada 14 Juli 2021.
dasar (𝑉) sebesar 1855,57 kN pada arah Y.

Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021 35


I Wayan Sukharatta, I Wayan Giatmajaya, I Ketut Diartama Kubon Tubuh

Rifandi, I. & Walujodjati, E., 2020. Analisis


Beban Gempa dengan Metode Statik
Ekuivalen Berdasarkan SNI 1726-2019
pada Gedung IPAL. Jurnal Konstruksi,
Volume 18 No. 2.

36 Jurnal Ilmiah Teknik UNMAS, Vol. 1, No. 2, Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai