Anda di halaman 1dari 21

MODUL PERKULIAHAN

Dinamika
Struktur dan
Rekayasa Gempa
Metoda Statik Ekivalen
berdasarkan SNI 1726-2002

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Teknik Teknik Sipil - Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD

Abstrak Kompetensi
Modul ini menjelaskan tentang metoda • Mahasiswa memahami prosedur
statik ekivalen yang terdapat dalam perhitungan beban gempa dengan
SNI 1726-2002. Program komputer metoda statik ekivalen.
digunakan untuk memperoleh berat
dan periode getar utama struktur. • Mahasiswa mampu menggunakan
Selanjutnya, berdasarkan tempat SNI 1726-2002 untuk menghitung
gedung itu berada, SNI 1726-2002
memberikan beberapa besaran beban gempa dengan metoda statik
penting. Dengan parameter- ekivalen.
parameter ini, kemudian ditentukan
besaran gaya geser dasar dan
sebarannya ke tiap lantai gedung.
1. Pendahuluan
Analisis statik ekivalen merupakan salah satu metode menganalisis struktur gedung terhadap
pembebanan gempa dengan menggunakan beban gempa nominal statik ekivalen.1 Pada saat
ini telah diterbitkan SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung (selanjutnya disebut SNI 1726:2019), namun
pemberlakuannya masih diperbolehkan sampai adanya pencabutan dan pernyataan tidak
berlaku. Pada modul ini, akan dibahas dulu contoh penggunaan metode beban statik ekivalen
menggunakan SNI-1726-20022 beralih ke SNI yang lebih baru.

2. Struktur Beraturan (SNI 1726-2002)


Menurut SNI-1726-2002, analisis statik ekivalen dapat dilakukan pada gedung yang memiliki
struktur beraturan. Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila
memenuhi ketentuan sebagai berikut (lihat pasal 4.2.1. pada SNI-1726-2002)

1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat
atau 40 m.

2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.

3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai
coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar
denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut.

4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban lateral


yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal
denah struktur gedung secara keseluruhan.

5. Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang
menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran terbesar
denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap

1
https://muntohar.files.wordpress.com/2012/10/sap200-analisa-statik-ekivalen.pdf
2
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya
loncatan bidang muka.

6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya
tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana
kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau
kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja
di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar-tingkat.

7. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap
lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di
atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi
ketentuan ini.

8. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban
lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.

9. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.

Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan di atas (Pasal 4.2.1 SNI-1726-2002),
ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan,
pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik,
sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik.

Karena analisis statik ekivalen dipandang merupakan langkah awal dalam perencanaan
gedung tahan gempa, maka penggunaan software SAP2000 diharapkan dapat ‘membantu’
melakukan analisis statik ekivalen, terutama dalam mendapatkan nilai angka massa dan
waktu getar alami dari model struktur gedung yang ditinjau.

2. Beban Geser Dasar Nominal (SNI 1726-


2002)
Beban geser dasar nominal statik ekivalen 𝑉 (base shear) yang terjadi di tingkat dasar
dapat dihitung menurut persamaan (26) pada SNI 1726-2002, yaitu

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
𝐶1 𝐼 (15.1)
𝑉= 𝑊
𝑅 𝑡
dalam hal ini,

𝐶1 : Faktor Respon Gempa yang didapat dari Spektrum Respon Gempa Rencana (yaitu
Gambar 2 pada SNI 1726-2002 atau Gambar 15.1 dan Gambar 15.2 pada modul ini)
untuk waktu getar alami fundamental 𝑇1

𝐼 : Faktor Keutamaan yang tergantung pada katagori gedung / bangunan sesuai dengan
persamaan (1) pada SNI 1726-2002 (atau persamaan (15.2) pada modul ini)

𝑅 : Faktor Reduksi Gempa sesuai dengan Tabel 2 pada SNI 1726-2002 atau Tabel 15.2
pada modul ini.

𝑊𝑡 : berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai

Gambar 15.1: Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan perioda ulang 500 tahun

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 13:2: Respon Spektra Gempa Rencana

Untuk berbagai katagori gedung, Gempa Rencana terhadap gedung tersebut harus
dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan 𝐼 menurut persamaan

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
𝐼 = 𝐼1 × 𝐼2 (15.2)

yang dalam hal ini,

𝐼1 : Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa berkaitan dengan


penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur gedung

𝐼2 : Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa berkaitan dengan


penyesuaian umur gedung

Faktor keutamaan 𝐼1 , 𝐼2 dan 𝐼 ditetapkan menurut Tabel 15.1.

Tabel 15.1: Faktor Keutamaan 𝐼 untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

Sedangkan untuk Faktor Reduksi Gempa 𝑅 pada persamaan (15.1) diperoleh dari Tabel 15.2.
Faktor reduksi gempa (Nilai 𝑅) adalah suatu ukuran kemampuan struktur untuk menahan
gempa tanpa menyebabkan struktur tersebut roboh3. Faktor reduksi gempa dipengaruhi oleh
banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya faktor reduksi gempa adalah
tingkat daktilitas suatu gedung.

3
http://repository.ub.ac.id/138948/

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 15.2: Faktor Reduksi Gempa

3. Sebaran Beban Geser Dasar Nominal (SNI


1726-2002)
Beban geser nominal 𝑉 pada persamaan (15.1) harus dibagi-bagi ke sepanjang tinggi struktur
menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen 𝐹𝑖 pada pusat massa lantai tingkat ke-𝑖
(lihat Gambar 15..3) menurut persamaan (27) pada SNI 1726-2002 atau persamaan (15.3) di
bawah ini:

𝑊𝑖 𝑧𝑖
𝐹𝑖 = 𝑉 (15.3)
𝑛
∑𝑖=1 𝑊𝑖 𝑧𝑖
dalam hal ini,

𝑊𝑖 : berat lantai tingkat ke-𝑖, termasuk beban hidup yang sesuai

𝑧𝑖 : ketinggian lantai tingkat ke-𝑖 diukur dari taraf penjepitan lateral

𝑛 : nomor lantai tingkat paling atas

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 15.3: Sebaran gaya geser dasar ke lantai-lantai

4. Contoh Penggunaan
Sebuah gedung perkantoran 4 lantai yang terbuat dari beton mempunyai beban mati dan
beban hidup seperti pada Gambar 15.4 akan dibangun di Jakarta di atas tanah keras dengan
taraf kinerja gedung elastik penuh. Beton yang digunakan mempunyai:

𝑓𝑐′ = 35 MPa 𝐸 = 3 × 109 kg/m2 𝜐 = 0,18 𝛾 = 2400 kg/m3

Gambar 15.4: Struktur dan pembebanan

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Tulangan yang digunakan adalah

• D22 (BJTD40) untuk tulangan memanjang, dan

• 𝜙10 (BJTP24) untuk sengkang

Hitung beban gempa terhadap gedung tersebut menggunakan metoda beban statik ekivalen

Penyelesaian:

Untuk perhitungan berat struktur, gaya geser hingga sebarannya ke masing-masing lantai,
digunakan program SAP 2000 versi 14 Advanced. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
secara garis besar adalah

A. Menggambarkan geometri struktur, mendefinisikan penampang, material dan


besarannya, serta melakukan “assign” penampang dan material tersebut pada
program SAP2000.

B. Menentukan 𝑊𝑖 (berat lantai tingkat ke-𝑖) dengan kombinasi pembebanan = 𝐷𝐿 + 𝐿𝐿𝑅


(umumya diambil 𝐿𝐿𝑅 = 0,3 𝐿𝐿). Supaya mudah membaca output 𝑊𝑖 pada show group
joint force sum akibat kombinasi pembebanan 𝐷𝐿 + 0,3 𝐿𝐿 sebaiknya dibuat group
name untuk frame dan joint pada setiap tingkat.

C. Memasukkan massa tiap tingkat (𝑚𝑖 ) menggunakan joint masses, dan membuat rigid
floor diaphrama.

D. Karena massa tiap tingkat telah dimasukkan menggunakan joint masses, maka
definisi massa material diubah menjadi nol, lalu dapat dilakukan analisis dinamik untuk
mencari 𝑇1 .

E. Setelah 𝑇𝑖 didapat, maka dengan SNI–1726–2002 akan diperoleh besarnya 𝑉 (base


shear) dan selanjutnya dapat dihitung 𝐹𝑖 . Beban 𝐹𝑖 dimasukkan sebagai beban gempa
(assign joint static load force global x).

F. Langkah terakhir dapat dilakukan analisis statik biasa dan merancang struktur gedung.

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
4.1. Langkah A1: Mendefinisikan geometri struktur dan perletakan

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
4.2. Langkah A2: Mendefinisikan penampang dan bahan / material

Bahan:

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Penampang

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
4.3. Langkah B1: Memasukkan beban hidup dan beban mati

Menentukan berat lantai tingkat ke-𝑖 (𝑊𝑖 ) dengan kombinasi pembebanan = 𝐷𝐿 + 0,3 𝐿𝐿,
dengan rincian langkah:

a. Definisikan static load pattern. Berilah tiga jenis pembebanan sebagai berikut:

• Beban Mati → MATI (Berat sendiri diperhitungkan oleh SAP 2000)

• Beban Hidup → HIDUP

• Beban Gempa → GEMPA

b. Pilih (select) frame paling atas (lantai 4). Pada menu Assign / Frame Static Loads /
Point and Uniform, masukkan beban mati merata sebesar 600 kg/m, lalu tekan OK.

c. Pilih frame lantai 3, lantai 2 dan lantai 1. Pada menu Assign / Frame Static Loads /
Point and Uniform, inputlah beban mati merata sebesar 900 kg/m, seperti gambar
berikut ini, lalu tekan OK.

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
d. Dilakukan cara yang sama untuk beban hidup. Untuk melihat beban- beban yang
bekerja pada frame dapat dilakukan dengan cara Display/Show Loads/Frame

e. Menentukan kombinasi pembebanan pada Define/Load Combinations, seperti berikut


ini:

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
f. Menentukan kelompok-kelompok berat tingkat yang akan dihitung, sebagai berikut:

• Tingkat 4→ kelompok berat tingkat lantai 4, terdiri dari 3 frame kolom (F4) dan 3
joint (J4)

• Tingkat 3→ kelompok berat tingkat lantai 3, terdiri dari 3 frame kolom (F3) dan 3
joint (J3)

• Tingkat 2→ kelompok berat tingkat lantai 2, terdiri dari 3 frame kolom (F2) dan 3
joint (J2)

• Tingkat 1→ kelompok berat tingkat lantai 1, terdiri dari 3 frame kolom (F1) dan 3
joint (J1)

4.4. Langkah B2: Menentukan 𝑊𝑖

Run Program SAP2000 dengan masukan seperti di atas, dan buat file excel sebagai keluaran.
Akan diperoleh data berat tingkat sebagai berikut:

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Jadi, dengan mengambil percetapan gravitasi sebesar 𝑔 = 9,81 m/det 2 , diperoleh massa
untuk masing-masing tingkat adalah:

𝑊𝑖
Tingkat 𝑊𝑖 (kg) 𝑚𝑖 = (kg∙det 2 /m)
𝑔

1 12645 1290,306122

2 11754 1199,387755

3 9810 1001,020408

4 9810 1001,020408

∑ 𝑊𝑖 44.019

4.5. Langkah C1: Memasukkan 𝑚𝑖

Setelah massa tiap-tiap tingkat diketahui, nilai massa-massa tersebut dimasukkan kembali
pada SAP2000 dengan cara: Select Joint (pilih joint dari tingkat 4 di ujung paling kanan) →
Assign →Joint→Masses, lalu diisi nilai massa tingkat pada direction 1 (searah sumbu global
𝑥). Hal yang sama dilakukan untuk tingkat 3 hingga tingkat 1.

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
4.6. Langkah C2: Membuat rigid floor diaphragma

Pada saat gempa, pelat lantai diasumsikan tidak berdeformasi secara terpisah dan
merupakan satu-kesatuan (bergerak ke kiri dan ke kanan secara bersama-sama), sehingga
pada frame balok perlu diubah menjadi rigid floor diaphragma (gaya aksial balok = 0 → tidak
mengalami tarik maupun tekan), dengan cara:

Select joint (pilih seluruh joint yang ada di tingkat 4)→Assign→Joint→Constraint→ Add
Diaphragma→Beri nama TK4→OK. Lakukan dengan cara yang sama untuk tingkat 3, 2 dan
1.

4.7. Langkah D: Mendapatkan nilai 𝑇1

Setelah semua data dimasukkan, program dalam di-run menggunakan analisis ragam (modal
analysis) untuk mendapatkan 𝑇1

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
17 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Dari analisis ragam tersebut, diperoleh 𝑇1 = 0,35551 detik.

4.8. Langkah E1: Mendapatkan gaya geser dasar 𝑉 (base shear)

Beban geser dasar nominal statik ekivalen 𝑉 (base shear) yang terjadi di tingkat dasar dapat
dihitung menurut persamaan (26) pada SNI 1726-2002 atau persamaan (15.1) modul ini,
yaitu
𝐶1 𝐼
𝑉= 𝑊
𝑅 𝑡

Gedung ini akan dibangun di Jakarta. Dari Gambar 15.1, tampak bahwa Jakarta terletak di
Wilayah 4 (kuning) dengan kecepatan gempa di batuan dasar 0,2𝑔.

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
18 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
19 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
Dengan 𝑇1 = 0,35551 detik, dan bangunan akan dibangun di Jakarta (Wilayah 4) di atas tanah
keras, maka besarnya 𝐶1 = 0,6.

Gedung yang dibangun merupakan gedung perkantoran, maka 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼 = 1,0

Taraf kinerja gedung: elastik penuh → Faktor Reduksi Gempa, 𝑅 = 1,6.

Besarnya gaya geser,

𝐶1 𝐼 0,6 × 1
𝑉= 𝑊𝑡 = × 44019 = 16.507 kg
𝑅 1,6

4.9. Langkah E2: Mendapatkan beban statik ekivalen 𝐹𝑖 pada tiap lantai

Penyebaran gaya geser ke tiap lantai dilakukan sebagai berikut:

𝑉 𝑊𝑖 𝑧𝑖
𝑧𝑖 𝑊𝑖 𝑊𝑖 × 𝑧𝑖 𝐹𝑖 = 𝑛 𝑉
Lantai (kg) ∑𝑖=1 𝑊𝑖 𝑧𝑖
(meter) (kg) (kg m)
(kg)
1 3,5 12645 44257,5 2171,189

2 6,5 11754 76401 3748,089


16.507
3 9,5 9810 93195 4571,971

4 12,5 9810 122625 6015,751

∑ 44.019 336478,5

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
20 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id
4.10. Pemodelan struktur secara statik

Selanjutnya, pemodelan struktur dengan komputer dapat dilakukan secara statik dengan
beban-beban terpusat pada setiap lantainya

Rujukan
BSN (Badan Standarisasi Nasional), 2002, SNI-1726-2002: “Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung”, April 2002
Mumtohar, 2012, “Pertemuan 14: Analisis Statik Ekivalen (SNI-1726-2002), dapat diunduh
dari https://muntohar.files.wordpress.com/2012/10/sap200-analisa-statik-ekivalen.pdf

2021 Dinamika Struktur dan Rekaysa Gempa Pusat Bahan Ajar dan eLearning
21 Ir. Pariatmono Sukamdo, MSc, DIC, PhD http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai