Anda di halaman 1dari 10

PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO.

PAGE 1
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

ANALYSIS DAN DESIGN

1. PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan

Laporan ini dibuat untuk menyajikan sejelas mungkin konsep serta hasil Analisa dan Design
Proyek GRAND ASTON, yang dilakukan oleh Konsultan Perencana Struktur berdasarkan:

a. Hasil perancangan arsitektur

b. Kondisi lingkungan, meliputi:


- Kondisi bangunan-bangunan terdekat yang ada (existing) di sekitar lokasi proyek
- Jarak bangunan tersebut dari bangunan gedung yang direncanakan akan dibangun
- Akses masuk-keluar lokasi proyek

c. Kondisi lapisan tanah di atas mana bangunan didirikan serta tinggi muka air tanah.

d. Ketersediaan bahan-bahan bangunan yang akan dipakai sebagai pembentuk elemen-elemen


struktur

e. Standar tata cara perencanaan struktur pada umumnya serta berbagai ketentuan dan/atau
peraturan yang berlaku berkaitan dengan perancangan struktur

1.2 Keterangan Umum Proyek

1.2.1 Pemilik Proyek :

1.2.2 Nama Proyek : GRAND ASTON

1.2.3 Lokasi Proyek : BATAM

1.2.4 Deskripsi Ringkas : TERDIRI DARI 2 TOWER; APARTEMEN DAN HOTEL

1.2.4 Fungsi lantai : APARTEMEN DAN HOTEL


PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 2
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

1.3 Tim Konsultan

1.3.1 Struktur : PT Susanto Ciptajaya


Ruko Plaza Meruya Blok B No. 8 Komp. Taman Meruya Ilir
Kec. Kembangan Jakarta Barat 11620
Telp : 62-21-58902728
: 62-21-58905222
Fax : 62-21-58903580
1.3.2 M&E :

1.3.3 Quantity Surveyor :

1.3.4 Soil Investigator : PT. SPECTRA DUTA KARYA

2. KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR

2.1 Standar Tata Cara Perencanaan Struktur (Structural Design Codes)

Perencanaan Pondasi dan Struktur Atas akan mengikuti Peraturan Perencanaan dan
Standard Konstruksi Bangunan (SKB) yang berlaku di Indonesia. Jika ada hal yang
belum tercakup dalam peraturan di Indonesia, maka akan dipergunakan peraturan dan
standard International yang sesuai dan memadai.

Perencanaan Pondasi

Jenis pondasi yang digunakan adalah tiang bor ukuran diameter 1000 mm dengan
kedalaman 18 meter.

Pembebanan

Beban-beban pada bangunan gedung ditentukan berdasarkan peraturan, standard atau data
sebagai berikut :

1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SKBI -1.3.53.1987.


2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002.
3. Standard atau data lain mengenai berat bahan bangunan.

Pengamanan Terhadap Kebakaran

1. Keselamatan dan Pencegahan Kebakaran pada gedung - gedung Tinggi (Puslitbang


Pemukiman)
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 3
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

Perencanaan dan Pendetailan Struktur Beton

1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971


2. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI 03-2847-
2002)
3. ACI 318-2002 : Building Code Requirement for Reinforced Concrete
4. New Zealand Standard : NZS 3101 1995

Perencanaan dan Pendetailan Struktur Baja

1. Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung –SNI-03-1729-2002


3. Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung – SKBI-1.3.55. 1987
2. AISC – American Standard

2.2 Pembebanan

2.2.1 Beban Vertikal

Beban Mati.

Beban-beban mati pada struktur bangunan ditentukan dengan menggunakan berat jenis
bahan bangunan berdasarkan beban-beban yang diberikan oleh pihak Owner.

Beban Hidup

Beban hidup yang diperhitungkan adalah sebagai berikut:

- Untuk bangunan hunian 250 kg/m2


- Untuk basement 400 kg/m2

2.2.2 Beban Lateral

Beban Gempa ditentukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002.
Bangunan ini akan dianalisa dinamik dengan Modal Statik Ekivalen dengan parameter-
parameter sebagai berikut :

- Wilayah gempa 1 (Batam)


- Koefisien gempa dasar C dihitung dari perioda bangunan hasil output komputer
- Faktor Keutamaan I = 1.00
- Faktor Reduksi Gempa R = 8.5
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 4
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

A. Struktur Atas

Beban horisontal akibat gaya gempa (analisis statik ekivalen 3 dimensi) yang bekerja pada
tiap lantai dihitung berdasarkan langkahlangkah sebagai berikut:

1. Penentuan massa tiap lantai


Massa tiap lantai yang dapat diwakili oleh normal kolom pada masing-masing kolom
dan masing-masing lantai ditentukan dengan menggunakan rumus:

Beban Mati + Beban Hidup


Massa 
Percepatan Gravitasi

Besarnya percepatan gravitasi (g) adalah 9.81 meter/detik2.

2. Analisis respons spektrum dilakukan dengan menggunakan bantuan program


komputer ETABS v. 9.7.4 Dari hasil analisa respons spektrum ini diperoleh:
- Waktu getar bangunan (T) untuk masing-masing arah bangunan

3. Dari waktu getar bangunan (T) yang diperoleh dari langkah ke [2] dan grafik Koefisien
Gempa (C) dari Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-1726-2002 dengan mengambil zona 1 untuk kota Batam, serta struktur
dianggap berdiri di atas tanah lunak, akan diperoleh nilai koefisien dasar gempa (C).

4. Penentuan faktor keutamaan ( I ) dan faktor reduksi gempa ( R )


Faktor keutamaan struktur ( I ) : 1.00
Faktor reduksi gempa (R) : 8.5

5. Penentuan gaya geser dasar ( V ) menurut cara analisa statik ekivalen


Nilai gaya geser dasar ditentukan dengan menggunakan rumus

CI
V Wt
R

dimana V = gaya geser dasar struktur bangunan ( kN )


C = koefisien dasar gempa
I = faktor keutamaan struktur
R = faktor reduksi gempa
Wt = berat total bangunan ( kN )

Nilai ini dibandingkan dengan nilai gaya geser dasar yang didapat dari langkah ke [2]
yaitu analisa dengan Respon Spektrum. Gaya geser dasar dari analisa respon
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 5
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

spectrum harus lebih besar atau sama dengan 80% dari nilai gaya geser yang
diperoleh menurut cara analisa statik ekivalen.
Apabila nilai yang diperoleh lebih kecil dari 80% gaya geser dasar menurut cara
analisa statik ekivalen, maka langkah ke [2] harus diulangi dengan memperbesar nilai
gaya geser dinamis dari respons spektrum.

6. Penentuan nilai gaya geser tingkat ( Fi )

Gaya geser tingkat ( Fi ) untuk setiap lantai ditentukan dengan menggunakan rumus

Wi H i
Fi  V
Wi H i
Dimana Fi = gaya geser tingkat untuk lantai kei ( kN )
Wi = berat lantai kei ( kN )
Hi = tinggi lantai kei dihitung dari titik jepit bangunan ( m )
V = gaya geser dasar ( kN )

Nilai geser tingkat dari hasil analisa respons spektrum ( 80% dari nilai gaya geser
dasar analisa statik ekivalen) dibandingkan dengan analisa statis ekivalen (80%).
Nilai yang dipakai adalah nilai gaya geser tingkat yang terbesar (Envelope).

7. Penentuan pusat massa dan eksentrisitas


Pusat massa dan eksentrisitas ditentukan berdasarkan Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002, sehingga masing-
masing Fi berada pada titik eksentrisitas rencana ini.
Koordinat titik eksentrisitas tercantum dalam echo input data perhitungan struktur.
Peninjauan dilakukan untuk masing-masing eksentrisitas rencana, yaitu:
ed = 1.5 ec + 0.05 b dan
ed = ec - 0.05 b

8. Analisa struktur 3 dimensi


Analisa struktur 3 dimensi dilakukan dengan beban vertikal dan beban horisonal (dari
langkah ke [6] ) seperti yang diuraikan di atas.
Pembebanan yang dipakai adalah :
Pembebanan P1 = semua beban mati (termasuk berat sendiri struktur)
Pembebanan P2 = beban hidup (100%), sesuai dengan yang ada pada analisa
pembebanan.
Pembebanan P3 = beban statik ekivalen arah sumbu X+ (100%)
Pembebanan P4 = beban statik ekivalen arah sumbu Y+ (100%)

9. Pengecekan Harga Faktor Reduksi Gempa R Representatif


PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 6
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

Faktor reduksi gempa R representatif, yang nilainya dapat dihitung sebagai nilai rata-
rata berbobot dari faktor reduksi gempa untuk 2 arah sumbu koordinat ortogonal
dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh struktur gedung dalam masing-masing
arah tersebut sebagai besaran pembobotnya menurut persamaan :
Vxo  Vyo
R 
Vxo / R x  Vyo / R y

10. Kinerja Batas Struktur Gedung

Untuk memenuhi persyaratan “kinerja batas layan” struktur gedung, dalam segala hal
simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh
0,03
melampaui ≥ 30 mm.
R

Untuk memenuhi persyaratan “kinerja batas ultimit” struktur gedung ditentukan oleh
simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh
Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-
gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela
delatasi). Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali  sebagai
berikut :
- untuk struktur gedung beraturan :
 = 0,7 R

- untuk struktur gedung tidak beraturan :

0,7R
 
Faktor Skala

Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal
simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung menurut SNI
03-1726-2002 Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang
bersangkutan.

Jarak pemisah antar-gedung harus ditentukan paling sedikit sama dengan jumlah
simpangan maksimum masing-masing struktur gedung pada taraf itu yang dihitung
dengan cara kinerja batas ultimit . Dalam segala hal masing-masing jarak tersebut
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 7
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

tidak boleh kurang dari 0,025 kali ketinggian taraf itu diukur dari taraf penjepitan
lateral.

Dua bagian struktur gedung yang tidak direncanakan untuk bekerja sama sebagai satu
kesatuan dalam mengatasi pengaruh Gempa Rencana, harus dipisahkan yang satu
terhadap yang lainnya dengan suatu sela pemisah (sela delatasi) yang lebarnya paling
sedikit harus sama dengan jumlah simpangan masing-masing bagian struktur gedung
pada taraf itu yang dihitung dengan cara kinerja batas ultimit. Dalam segala hal lebar
sela pemisah tidak boleh ditetapkan kurang dari 75 mm.

B. Struktur Bawah

Beban Gempa yang bekerja pada struktur bawah ditentukan sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI
03-1726-2002 pasal 9.
Struktur bawah tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, maka struktur bawah harus
dapat memikul pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana Vm yang
dapat diserap oleh struktur atas dalam kondisi di ambang keruntuhan menurut persamaan :
Vm = f2 Vy
f2 = 0,83 + 0,17 
f = f1 f2 dengan f1 = 1,6
V m = f Vn

Pembebanan momen guling nominal maksimum dari struktur atas pada struktur bawah
yang berperilaku elastik penuh sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Pasal 9.1.1 harus dihitung
menurut persamaan berikut dan diambil nilai yang terkecil :
n n
I. f
M gm 
R
F
i 1
i z i  I . f 2  Fi z i
i 1

1  
M gm    M y,k   M y ,d 
1,6  kolom 
 dinding 

Tetapi dalam segala hal, nilai momen guling nominal maksimum tersebut tidak perlu
diambil lebih besar dari nilai momen guling nominal yang terjadi akibat pengaruh Gempa
Rencana pada struktur atas gedung yang beperilaku elastik penuh, yang dapat ditulis
menurut persamaan:
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 8
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

n
R
M gm 
1,6
 Fi z i
i 1

Beban gempa horisontal nominal statik ekuivalen akibat gaya inersia sendiri Fb yang
menangkap pada pusat massa lantai basement dari struktur bawah yang berperilaku elastik
penuh dapat dihitung dari persamaan :
Fb = 0,10 Ao I Wb

2.2.3 Kombinasi Pembebanan

Kpmbinasi pembebanan yang dipakai untuk dibandingkan dalam perencanaan struktur


beton adalah :

1. 1.40 DL
2. 1.20 DL + 1.60 x koefisien reduksi x LL
3. 1.20 DL + kf x LL + Ex + 0.30 Ey
4. 1.20 DL + kf x LL + Ex – 0.30 Ey
5. 1.20 DL + kf x LL – Ex + 0.30 Ey
6. 1.20 DL + kf x LL – Ex - 0.30 Ey
7. 1.20 DL + kf x LL + 0.30 Ex + Ey
8. 1.20 DL + kf x LL + 0.30 Ex – Ey
9. 1.20 DL + kf x LL – 0.30 Ex + Ey
10. 1.20 DL + kf x LL – 0.03 Ex - Ey
11. 0.90 DL+ Ex + 0.30 Ey
12. 0.90 DL+ Ex – 0.30 Ey
13. 0.90 DL– Ex + 0.30 Ey
14. 0.90 DL– Ex – 0.30 Ey
15. 0.90 DL+ 0.30 Ex + Ey
16. 0.90 DL+ 0.30 Ex – Ey
17. 0.90 DL– 0.30 Ex + Ey
18. 0.90 DL– 0.30 Ex – Ey

Catatan : kf (= koefisien reduksi beban hidup) :

kf = 0.5 untuk perencanaan balok induk dan portal jika Live Load dibawah 500
kg/m2
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 9
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

2.3 Bahan Bangunan

a. Beton Struktural

Mutu beton yang direncanakan untuk bagian :

Kolom K-450 (f’c = 37.35 MPa)


Pelat lantai dan balok K-350 (f’c = 29.05 MPa)

b. Baja Tulangan

Mutu baja tulangan yang akan dipakai adalah :


- diameter < 10 mm dipakai BJTP 24 (fy = 240 MPa)
- diameter  10 mm dipakai BJTD 40 (fy = 400 MPa)

c. Baja Profil

Mutu baja profil yang akan dipakai adalah BJ37

2.4 Modelisasi Struktur

2.4.1. Struktur Atas

Model struktur terhadap pengaruh beban vertikal mengunakan sistem pelat-balok, dan
untuk penahan beban lateral dipakai sistem kombinasi portal.
Untuk balok induk/anak portal dianalisa dengan menggunakan program komputer
ETABS v.9.7.4.
PROJECT APARTEMENT GRAND ASTON JOB NO. PAGE 10
SUBJECT ANALYSIS AND DESIGN DATE 9/24/2014
DESIGN BY REY CHECKED BY Eddy Susanto

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1726-2002
2. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-1723-2002
3. Bowles, J.E. (1997), Foundation Ananlysis And Design, 5th edition, McGraw-Hill
International Editions.
4. Departemen Pekerjaan Umum (1987), Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah
dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987
5. Departemen Pekerjaan Umum (1991), Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03
6. Departemen Pekerjaan Umum (1971), Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
7. ETABS@ Integrated Building Design Software Version 8, An Introduction To Etabs,
Computers and Structures, Inc., Berkeley, California.
8. ETABS@ Integrated Building Design Software Version 8, Concrete Frame Design Manual,
Computers and Structures, Inc., Berkeley, California.
9. ETABS@ Integrated Building Design Software Version 8, Concrete Shear Wall Design
Manual, Computers and Structures, Inc., Berkeley, California
10. SAFETM Integrated Analysis and Design of Slab by the Finite Element Method, Users Manual
Version 6, Computers and Structures, Inc., Berkeley, California.
11. Paulay, T and Priestley, M.J.N. (1992), “Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings”, John Wiley & Sons, Inc, New York, 744 p.
12. Poulos, H.G. and Davis, E.H. (1980), Pile Foundation Ananlysis And Design, John Wiley
and Sons.
13. Xanthakos, P.P., Abramson, L.W. and Bruce, D.A. (1994), Ground Control And
Improvement, John Wiley and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai